Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PAUTAN DAN PINDAH SILANG

Oleh:
Kelompok DNA
Elita Anggraini Setyobudi 4401412054
Alifa Luluk Shafareina

4401412073

Erna Muktisari

4401412087

ROMBEL 01
PENDIDIKAN BIOLOGI 2012

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
18 November 2014

PAUTAN DAN PINDAH SILANG


A. TUJUAN
1. Mengetahui adanya peristiwa pautan dari berbagai gen
2. Mengetahui peristiwa pindah silang
3. Dapat menentukan gamet yang terbentuk akibat adanya peristiwa pautan dan
pindah silang
B. LATAR BELAKANG
Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu bersamasama pada saat pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-gen yang
tertaut tersebut dapat mengalami pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah
peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya
(Suryo. 2010)
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari
kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa
pindah silang sangat umum terjadi pada saat pembentukan gamet pada kebanyakan
makhluk. Pindah silang terjadi pada akhir profase I atau awal metafase I yang terjadi
pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang
umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu kromatid nomor dua dan tiga
dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pindah silang pada
kromatid-kromatid yang lain (Campbell. 2004)
Selama meiosis, kromosom homolog saling berpasangan membentuk tetrad.
Pada keadaan ini, terjadi pertukaran materi genetik antara kromosom dan pasangan
homolognya. Menyebabkan gen-gen dapat berpindah dari satu kromosom ke
kromosom homolognya.Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang pasangan
kromosom. Proses ini disebut juga pindah silang (crossing over). Pada proses
meiosis, pindah silang terjadi pada kiasma. Oleh karena materi serta susunan gen
berubah akibat pindah silang, proses ini disebut juga rekombinasi gen. (Yatim. 1986)

Peristiwa pindah silang diikuti oleh patah dan melekatnya kromatid pada
waktu profase dalam pembelahan meiosis. Pindah silang mengakibatkan
rekombinasi sehingga dihasilkan kombinasi parental dan rekombinasi pada
fenotipenya. Dalam menghitung presentase tipe rekombinan di antara keturunan
dapat digunakan unit peta, yaitu jarak antara gen-gen untuk menyatakan posisi
relatifnya pada suatu kromosom. Untuk menentukan unit peta antara gen-gen,
terlebih dahulu dihitung nilai pindah silang (NPS) = (jumlah tipe rekombinan / jumlah
individu seluruhnya) x 100% (Hardjosubroto. 1998)
Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang terjadi pada
suatu tempat tentu menghambat terjadinya pindah silang lain yang berdekatan.
Inilah yang dinamakan interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi harus dicari
besarnya koefisien koinsidens (KK) dahulu, yaitu perbandingan antara banyaknya
pindah silang ganda yang sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda
yang diharapkan (Elrod & Stansfield. 2002)
C. PERMASALAHAN
1. Jika pindah silang ganda terjadi di antara dua gen, apakah akan menghasilkan
perubahan macam gamet?
2. Apakah letak kiasma akan mempengaruhi macam gamet yang terbentuk dan
bagaimana contohnya?
3. Apakah susunan gen yang terangkai mempengaruhi macam gamet yang
terbentuk?
D. METODE
Alat dan Bahan
1. Plastisin
2. Alat Tulis
3. Label
4. Kamera
Cara Kerja
Menentukan kromosom dan juga gen yang akan digunakan, minimal 3 gen yang terangkai
dengan susunan sis atau trans
Membuat simbol untuk masing-masing gen
Membuat gambar kromosom dan menuliskan simbol gennya
Membuat replika gambar tersebut dengan menggunakan plastisin
Mensimulasikan adanya pindah silang ganda pada bagian antara gen pertama dan kedua
serta antara gen pertama dan kedua pada kromatid 2 dan 3 serta 2 dan 4
Setiap kelompok melakukan peristiwa pindah silang yang berbeda-beda
Mendokumentasikan hasil simulasi

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
Data Kelas
1. Susunan Sis
Tabel 1 Data Simulasi Pindah Silang Rombel 1 Pendidikan Biologi
Jenis
Pindah
Silang
(Kelompok)
Tunggal
(Kelompok
Monohibrid)
Ganda
(Kelompok
Lokus)

Letak
Kiasma
(Nomor
Kromatid)
Gen I-II
Gen II-III
(2-3)
(1-3)
Gen I-II
Gen II-III
(2-3)
(1-4)

(Kelompok
DNA)

Gen I-II
Gen I-II
(2-3)
(2-4)

(Kelompok
Test Cross)

Gen I-II
Gen II-III
(2-3)
(1-3)

2. Susunan Trans
Jenis
Letak
Pindah
Kiasma
Silang
(Nomor
(Kelompok)
Kromatid)
Tunggal
Gen I-II
(Kelompok
Gen II-III
Kromosom)
(2-3)
(1-4)
Ganda
(Kelompok
Mendel)
(Kelompok
Alel)

Gen I-II
Gen I-II
(2-3)
(2-4)
Gen I-II
Gen I-II
(2-3)
(1-3)
Gen II-III

(Nomor Kromatid)
Gamet yang Terbentuk
(2-3)
MRT
Mrt
mRT
mrt
(2-3)
ABC
aBc
AbC
abc
(2-3)
ABC
ABC
abc
abc
(2-3)
DTA
DtA
dTa
dta

(1-3)
MRt
MRT
MrT
mrt
(1-4)
aBc
ABC
abc
Abc
(2-4)
ABC
ABC
abc
abc
(1-3)
DtA
DTA
dTa
dta

(Nomor Kromatid)
Gamet yang Terbentuk
(2-3)
AbC
abC
ABc
aBc
(2-3)
AbC
AbC
aBc
aBc
(2-3)
AbC
AbC
aBC
aBC
(2-3)

(1-4)
Abc
AbC
aBc
aBC
(2-4)
Abc
AbC
aBc
aBc
(1-3)
AbC
AbC
aBC
aBC
(1-3)

(Nomor Kromatid) Tipe


Gamet
(2-3)
P
R
R
P
(2-3)
P
R
R
P
(2-3)
P
R
R
P
(2-3)
P
R
R
P

(1-3)
R
P
R
P
(1-4)
R
P
P
R
(2-4)
P
R
P
R
(1-3)
R
P
R
P

(Nomor Kromatid) Tipe


Gamet
(2-3)
P
R
R
P
(2-3)
P
R
R
P
(2-3)
P
R
R
P
(2-3)

(1-4)
R
P
P
R
(2-4)
P
R
P
R
(1-3)
R
P
R
P
(2-4)

(Kelompok
Dihibrid)

Gen II-III
(2-3)
(2-4)

Pqr
Pqr
pQR
pQR

Pqr
Pqr
pQR
pQR

P
R
R
P

P
R
P
R

Pembahasan
Didalam perkawinan silang individu yang dihasilkan/ Filialnya terkadang memiliki
Fenotip dan Genotip yang tidak sesuai dengan yang telah diterangkan dalam hukum mendel
I maupun hukum mendel II , itu berarti pewarisan sifat tersebut mengalami penyimpangan
Hukum Mendel baik Hukum I Mendel ataupun Hukum II Mendel. Hukum II Mendel atau
Hukum Segregasi Bebas (The Mendelian Law Of Independent Assortment) menyatakan
bahwa pada waktu pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas
(misal alel A memisah dari a, serta alel B memisah dari b) akan bergabung secara bebas
membentuk genotip dengan dengan kombinasi alel yang berbeda-beda. Artinya bahwa bila
dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat
secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel
dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen
yang menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
memengaruhi.
Penyimpangan dapat disebabkan oleh tautan dan pindah silang. Hal ini disebabkan
organisme memiliki jumlah gen lebih banyak daripada jumlah kromosom. Selain itu,
pengamatan Mendel juga pada kromosom yang berlainan sehingga terjadi segregasi secara
bebas. Namun, dalam hal ini jika sifat yang diamati pada kromosom yang sama (homolog)
maka tidak akan terjadi rasio fenotip 9:3:3:1 pada F2 nya, artinya hukum pemisahan secara
bebas tidak berlaku karena terjadi tautan. Tautan (linkage) merupakan 2 gen yang terletak
pada kromosom yang sama tidak dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung
diturunkan bersama. Melalui pengamatan fenotip, kita mengetahui suatu sifat terpaut yaitu
dengan melakukan test cross. Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun
kromosom kelamin. Tautan pada kromosom tubuh disebut tautan autosomal atau tautan nonkelamin. Sedangkan tautan kelamin disebut juga tautan seks.
Selain karena tautan, penyimpangan Hukum Mendel juga terjadi karena pindah
silang. Pindah silang merupakan salah satu kejadian dalam ilmu genetika dimana kromosom
tidak berpasangan dengan kromosom homolognya (Yatim,1986).
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid
dengan gen-gen kromatid homolognya (Suryo,2010).
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari kromatidkromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang sangat
umum terjadi pada saat pembentukan gamet pada kebanyakan makhluk. Pindah silang
terjadi pada akhir profase I atau awal metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah

mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid
tengah yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain (Campbell, 2004)
Pindah silang dibedakan menjadi dua, yaitu pindah silang tunggal dan pindah silang
ganda. Pindah silang tunggal terjadi pada satu tempat kromatid pada kromosom homolog,
sedangkan pindah silang ganda terjadi pada dua tempat, berlangsung diantara dua buah
gen yang terangkai (misalnya gen A dan gen B), maka terjadinya pindah silang ganda itu
tidak akan nampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari tipe
parental saja, atau tipe rekombinan saja, atau dari tipe parental dan tipe rekombinan akibat
pindah silang tunggal.
Pindah silang antara dua kromatid bertetangga akan menghasilkan kromosom
rekombinan yang merupakan hasil perpindahan fragmen-fragmen kromatid ke kromosom
homolog tetangganya. Akibatnya pada kromosom rekombinan tersebut akan terdapat alelalel hasil penyebrangan, prosisi trans, arau pertukaran dari kromatid tetangga. Disebut tipe
trans karena alel-alel dari tetua yang sama sekarang terdapat pada kromosom yang
bersebrangan. Bila antara kromatid bertetangga tidak terjadi pindah silang maka alel-alel dari
tetua yang sama akan tetap berada berdampingan dalam satu kromosom, atau posisi cis
Jika pindah silang ganda terjadi di antara dua gen saja, misalnya gen pertama dan
kedua sebanyak dua kali seperti yang disimulasikan oleh kelompok DNA , Mendel, Alel dan
Dihibrid, tidak akan menghasilkan perubahan macam gamet. Berdasarkan hasil praktikum,
macam gamet yang terbentuk tetap, bahkan sama seperti sebelum mengalami pindah
silang. Pindah silang yang semacam ini walaupun tidak menghasilkan perubahan macam
gamet tetapi tetap memiliki kiasma. Akan tetapi letak kiasma tidak akan mempengaruhi
macam gamet yang terbentuk, karena macam gamet sama seperti gamet sebelumnya saat
belum terjadi pindah silang. Tetapi pada jenis pindah silang lain, macam gamet yang
terbentuk dapat berubah karena kiasma yang terjadi membawa satu gen yang berpindah
silang. Misalnya saja pada simulasi yang dilakukan oleh kelompok Monohibrid, pada awal
sebelum terjadi pindah silang hanya ada dua macam gamet yaitu MRT dan mrt, setelah
terjadi pindah silang tunggal antara gen pertama dan kedua maka akan dihasilkan empat
macam gamet, yaitu MRT dan mrt sebagai parental, gamet yang sama seperti sebelum
terjadi pindah silang, dan gamet mRT dan Mrt yang merupakan gamet rekombinan.
Susunan gen yang terangkai mempengaruhi macam gamet yang terbentuk, karena
gen yang terangkai tidak akan terlepas saat segregasi bebas, sehingga macam gamet yang
terbentuk akan berbeda jika dibandingkan dengan gamet yang terbentuk pada gen tidak
terangkai. Contohnya yaitu persilangan antara gamet ABC dengan abc dimana gen AB
terangkai atau terpaut, maka saat terjadi segregasi bebas gen A dan B tidak akan terpisah
sehingga terbentuk AB dan C dan juga ab dan c, sehingga kemungkinan keturunan yang

dihasilkan akan bergenotip ABc atau abC, sedangkan jika tidak terpaut maka gen a dan b
akan terpisah sehingga kemungkinan keturunan yang dihasilkan akan bergenotip ABc, AbC,
aBC, Abc, abC, atau aBc.
F. SIMPULAN
1. Peristiwa pautan merupakan 2 gen yang terletak pada kromosom yang sama tidak
dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan bersama.
2. Peristiwa pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari
kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog
3. Gamet yang terbentuk dari peristiwa pautan dan pindah silang yang kami
simulasikan yaitu ABC, abc sebagai parental dan ABC, dan abc sebagai
rekombinan.
G. Daftar Pustaka
Campbell NA, dkk, 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Elrod & Stansfield. 2002. Schaums Outline Teori dan Soal-Soal Genetika. Jakarta:
Erlangga.
Hardjosubroto, Wartomo. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Yogyakarta: Fakultas
Peternakan UGM.
Suryo. 2010. Genetika untuk Strata1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Bandung: Transito.

Anda mungkin juga menyukai