Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

ACARA 7

PAUTAN DAN PINDAH SILANG

Nama : Tyara Wahyu Wardhani

NIM : 221810401086

Kelompok :7

Hari/tanggal : Selasa, 17 Oktober 2023

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2023
I. Tujuan

Tujuan dari praktikum pautan dan pindah silang adalah


mahasiswa mampu melakukan simulasi (menirukan secara imitasi)
terjadinya pindah silang (crossing over) dan mengidentifikasi
kemungkinan akibat dari pindah silang tersebut.

II. Metode
II.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pautan dan
pindah silang adalah sebagai berikut:
- Plastisin
- Kertas
II.2. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum pautan dan pindah adalah sebagai
berikut:

Ditentukan kromosom dan gen yang akan digunakan, 2 gen


terangkai dan 3 gen terangkai

Dibuat simbol untuk masing-masing gen

Dibuat gambar kromosom dan dituliskan simbol gennya

Dibuat replika gambar tersebut dengan menggunakan plastisin

Disimulasikan adanya pindah silang tunggal (SCO) antara 2 gen


terpaut yaitu antara gen pertama (A) dan kedua (B), selanjutnya
ditentukan macam gamet yang terbentuk
Disimulasikan adanya pindah silang ganda (DCO) antara 2 gen
terpaut yaitu antara gen A dan B dengan model crossing over,
selanjutnya ditentukan macam gamet yang dibentuk

Disimulasikan adanya pindah silang ganda antara 3 gen terpaut


yaitu pindah silang pertama antara gen pertama (A) dan kedua (B)
serta pindah silang kedua antara gen kedua (B) dan gen ketiga (C),
selanjutnya ditentukan macam gamet yang dibentuk

Didokumentasikan hasil simulasi

III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Tabel hasil

No Gambar Keterangan
1 Pindah silang single crossing
over menghasilkan 50% tipe
parental dan 50% tipe
rekombinan
2 Pindah silang two strand double
cross over menghasilkan 100%
tipe parental

3. Pindah silang three strand


double cross over menghasilkan
50% tipe parental dan 50% tipe
rekombinan

4. Pindah silang four strand


double cross over menghasilkan
100% tipe rekombinan
5. Pindah silang ganda pada 3 gen
terpaut menghasilkan 50% tipe
parental dan 50% tipe
rekombinan

3.2 Pembahasan

Pautan adalah peristiwa dimana gen-gen yang berada pada


kromosom yang sama diturunkan secara bersama-sama serta gen-gen
dan kromosom tersebut saling berkaitan satu sama lain. Hukum mendel
yang berkaitan dengan pautan adalah hukum mendel II, hukum mendel II
menyatakan bahwa adanya independent assortment atau pengelompokan
gen secara bebas jika gen-gen tersebut terletak pada kromosom yang
sama. Peristiwa pautan berpengaruh terhadap perbedaan dan
ketidaksesuaian hasil persilangan yang dikemukakan oleh hukum mendel.
Ketidaksesuaian pautan yang bertentangan dengan prinsip hukum mendel
adalah terdapat perbandingan 1 : 2 : 1 atau 3 : 1 yang dihasilkan pada
keturunan generasi kedua persilangan dihibrid. (Fauzi dan Duran, 2016).

Pola pewarisan sifat seperti pautan sex (sex linkage) berpotensi


menyebabkan kelainan pada individu dengan jenis kelamin tertentu. Hal
ini disebabkan karena pada kromosom yang berperan menentukan jenis
kelamin, pola pewarisan lokus sistem kromosom XY pada kromosom seks
heteromorfik berbeda dari pola lokus pada kromosom autosomal. Alel
pada kromosom seks diwariskan berdasarkan hubungan jenis kelamin
generasi keturunan individu tersebut. Pautan seks (sex linkage)
merupakan peristiwa yang melibatkan dua gen atau lebih yang terletak
pada kromosom yang sama serta tidak dapat memisah secara bebas
pada waktu pembelahan meiosis. Hal ini disebabkan karena gen-gen
pada kromosom tersebut berada dalam keadaan terpaut sehingga
cenderung diturunkan secara bersama-sama (Murni et al., 2022).

Pautan pada manusia umumnya dibedakan berdasarkan gen


dominan dan gen resesif. Gen dominan merupakan gen yang menutupi
sifat ekspresi gen yang lain sehingga sifat yang dibawa oleh gen dominan
dapat terekspresikan secara jelas pada keturunannya. Gen resesif
merupakan gen yang sifatnya tertutupi oleh gen dominan sehingga sifat
yang dibawa oleh gen resesif tidak terekspresikan pada keturunannya.
Contoh kelainan pada pautan yang berasal dari gen dominan adalah gigi
coklat dan hypertrichoris sedangkan pada gen resesif contoh kelainan
yang dapat terjadi adalah hemofilia, anadontia, dan buta warna. Kelainan-
kelainan tersebut cenderung diturunkan dari parental ke generasi
keturunannya berdasarkan jenis kelamin. Contoh pada penderita buta
warna dan hemofilia, penyakit tersebut diturunkan dari kromosom X
perempuan, sehingga penderita terbanyak adalah laki-laki karena laki-laki
hanya memiliki 1 kromosom X. Perempuan cenderung sebagai carrier
dalam berbagai penyakit keturunan yang disebabkan oleh sexlinkage
seperti buta warna dan hemofilia karena perempuan memiliki 2 kromosom
X, sehingga apabila perempuan mendapatkan gen yang mengandung
penyakit bawaan tersebut tidak langsung terekspresikan karena tertutupi
oleh kromosom X dominan yang masih murni, tidak mengandung penyakit
bawaan tersebut (Irawan, 2022).

Penyimpangan pada hukum mendel juga terjadi melalui proses


crossing over atau pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah
proses pertukaran sebagian kromosom dari satu individu kepada individu
lain sehingga setiap dua induk menghasilkan dua turunan. Crossing over
terjadi selama meiosis berlangsung, tepatnya pada meiosis I yang terjadi
pada akhir profase I atau awal metafase I. Kromosom homolog pada saat
meiosis saling berpasangan membentuk tetrad, kemudian terjadi
pertukaran materi genetik antara kromosom dengan pasangan
homolognya. Terjadinya pertukaran materi genetik ini menyebabkan gen-
gen pada individu berpindah dari kromosom ke kromosom homolog
individu tersebut. Pertukaran segmen kromatid pada crossing over
merupakan peristiwa penukaran segmen non sister kromatid (bukan
saudara) yang berasal dari kromosom homolog sehingga nantinya akan
menghasilkan kromosom rekombinan (Wibisono et al., 2014).

Pindah silang atau crossing over dapat menyebabkan adanya


variasi gen-gen baru yang berdampak pada variasi genotip dan fenotip
individu tersebut. Gen-gen yang terjadi akibat adanya peristiwa pndah
silang terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe parental dan tipe rekombinan. Gen-
gen yang mengalami pindah silang termasuk ke dalam tipe rekombinan
sedangkan gen yang tidak mengalami pindah silang termasuk ke dalam
tipe parental. Pindah silang umumnya terbagi menjadi beberapa bagian,
yaitu pindah silang tunggal dan pindah silang ganda. Pindah silang
tunggal adalah pertukaran materi genetik dari kromosom ke kromosom
homolog pada satu tempat, sedangkan pindah silang ganda adalah
pertukaran materi genetik dari kromosom ke kromosom homolog pada
dua tempat (Arumingtyas, 2016).

Praktikum pautan dan pindah hilang dilakukan dengan


mensimulasikan gen-gen menggunakan plastisin dengan warna berbeda.
Warna berbeda ini bertujuan untuk membedakan antara alel yang terdapat
pada gen-gen tersebut. Plastisin diberi tanda A, B, dan C sebagai gen
yang terangkai kemudian disilangkan sesuai dengan jenis crossing over
atau pindah silangnya. Hasil pengamatan yang sudah dilakukan
menunjukkan bahwa pada pindah silang tunggal (single crossing over)
dihasilkan dua gamet tipe rekombinan dan dua gamet tipe parental
dengan presentase 50% rekombinan dan 50% parental. Pindah silang
single crossing over pada tabel diatas menyebabkan munculnya tipe
rekombinan a B dan A b. Pindah silang ganda (Double crossing over)
pada 2 gen terpaut terjadi dua kali pertukaran gen. Pindah silang ganda
dikategorikan menjadi 3 macam yaitu two strand double cross over
(pindah silang ganda dengan 2 alel), three strand double cross over
(pindah silang ganda dengan 3 alel) dan four strand double cross over
(pindah silang ganda dengan 4 alel). Pindah silang ganda two strand
double cross over menghasilkan 4 tipe parental dengan presentase 100%
parental. Hal ini dapat terjadi karena gen tersebut berpindah sebanyak 2
kali sehingga menyebabkan gen berpindah ke tempatnya semula tanpa
ada perubahan tipe urutan gen. Pindah silang three strand double cross
over menghasilkan 2 tipe parental dan 2 tipe rekombinan dengan
presentase 50% tipe parental dan 50% tipe rekombinan. Pindah silang
three strand double cross over menyebabkan munculnya tipe rekombinan
A b dan a B pada urutan gen ke 3 dan ke 4. Pindah silang four strand
double cross over menghasilkan 4 tipe rekombinan dengan presentase
100% tipe rekombinan. Hal tersebut terjadi karena gen-gen berpindah
sebanyak 2 kali pada 4 alel gen yang berbeda sehingga terjadi
perpindahan silang yang menghasilkan tipe rekombinan. Praktikum
pautan dan pindah silang juga mensimulasikan pindah silang ganda pada
3 gen terpaut. Pindah silang ganda pada 3 gen terpaut menghasilkan 2
tipe parental dan 2 tipe rekombinan dengan presentase 50% parental dan
50% rekombinan. Tipe rekombinan yang terbentuk pada pindah silang
ganda 3 gen terpaut yaitu A b C, dan a B c. Menurut Oka (2020), pindah
silang ganda melibatkan paling tidak 3 lokus secara bersama-sama,
semakin jauh jarak antara kedua lokus maka potensi untuk terjadi
peristiwa pindah silang semakin besar, sementara itu semakin dekat
posisi antara 2 lokus, maka potensi terjadinya pindah silang antara kedua
lokus semakin kecil. Berdasarkan literatur tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengamatan yang dilakukan pada praktikum pautan dan pindah
silang sesuai dengan literatur.

DAFTAR PUSTAKA

Arumingtyas, E. L. 2016. Genetika mendel: prinsip dasar pemahaman


genetika. Malang: UB Press.

Fauzi, A., dan Duran, C. A. 2016. Pemanfaatan Drosophila melanogaster


sebagai organisme dalam mengungkap berbagai fenomena
penyimpangan mendel. Prosiding Seminar Nasional Biologi. 1 (1) :
278-282.

Irawan, B. 2022. Genetika : Penjelasan mekanisme pewarisan sifat edisi


2. Surabaya: Airlangga University Press.

Murni, D., Nani, M., Ling, D. L., Evi, A., dan Ayu, R. 2022. The cognitive
ability and student's perceptions in genetics course . Science
Education and Learning Journal. 2 (1): 78-83.

Oka, D. N. 2020. Pengembangan pembelajaran rekombinan hasil crossing


over melalui pembelajaran project based learning. Jurnal
Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. 2 (2): 28-37.

Wibisono, G., Sholeh, H.P., dan Muhammad, A. M. 2014. MMPT


menggunakan metode hibrid JST dan algoritma genetika untuk
sistem photovoltaic. Jurnal EECCIS. 8 (2): 181-186.

Anda mungkin juga menyukai