Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

Nama : Tati Elfrida Samosir


NIM : 1951170

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 1045 BANYUWANGI

2022

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Genetika
berjudul “ Berangkai (linkage) dan pindah silang “ ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu.

Tak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen, teman-
teman, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian laporan
praktikum ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi


perbaikan laporan-laporan praktikum penulis selanjutnya.

Banyuwangi, Desember 2022

Penyusun
A. Tujuan
1. Memahami dasar genetika pindah silang (crossing over) sebagai
mekanisme penting dalam kombinasi baru gen
2. Melakukan simulasi berbagai bentuk pindah silang

B. Landasan Teori
Gen-gen yang mengalami tautan pada suatu kromosom tidak selau
bersama-sama pada saat pembentukan gamet melalui pembelahan meoisis. Gen-
gen yang tertaut tersebut dapat mengalami pindah silang. Pindah silang (crossing
over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen
kromatid homolognya (Suryo.2010).
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari
kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang dari sepasang kromosom
homolog. Peristiwa pindah silang sangat umum terjadi pada saat pembentukan
gamet pada kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi pada akhir profase I atau
awal metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua
kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu
kromatid nomor dua dan tiga dan tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain
(Campbell.2004).
Selama meiosis,kromosom homolog saling berpasangan membentuk
tetrad. Pada keadaan ini, terjadi pertukaran materi genetik antara kromosom dan
pasangan homolognya. Menyebabkan gen-gen dapat berpindah dari satu
kromosom ke kromosom homolognya. Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang
sepasang kromosom. Proses ini disebut juga pindah silang (crossong over). Pada
proses meiosis, pindah silang terjadi pada kiasma. Oleh karena materi serta
susunan gen berubah akibat pindah silang, proses ini disebut juga rekombinasi gen
(Yatim,1986)
Peristiwa pindah silang diikuti oleh patah dan melekatnya kromatid pada
waktu profase dalam pembentukan meiosis. Pindah silang mengakibatkan
rekombinasi sehingga dihasilkan kombinasi parental dan rekombinasi pada
fenotipenya. Dalam menghitung presentase tipe rekombinan diantara keturunan
dapat digunakan unit peta, yaitu jarak antara gen-gen untuk menyatakan posisi
relatifnya pada suatu kromosom. Untuk menentukan unit peta antara gen-gen,
terlebih dahulu dihitung hasil pindah silang (NPS) = jumlah tipe rekombinan /
jumlah individu seluruhnya) x 100% (Hardjosubroto,1998).
Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang terjadi pada suatu
tempat tentu menghambat terjadinya pindah silang lain yang berdekatan. Inilah
yang dinamakan interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi harus dicari
besarnya koefisien koinsidens (KK) dahulu, yaitu perbandingan antara banyaknya
pindah silang ganda yang sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda
yang diharapkan (Elrod & Stansfield.2002).
Pautan (linkage) sesungguhnya merupakan keadaan yang normal, faktor-
faktor yang terdapat pada satu kromosom memang terangkai satu sama lain
(melalui ikatan kimia). Dalam hubungan ini pula jelas terlihat bahwa jumlah
pautan pada makhluk hidup diploid adalah sebanyak jumlah pasangan kromosom.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pindah silang yaitu :
1. Temperatur, temperatur yang melebihi atau kurang dari temperatur biasa
dapat memungkinkan besarnya terjadi pindah silang.
2. Umur, makin tua suatu individu, makin kurang mengalami pindah silang.
3. Zat kimia; zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah
silang.
4. Penyinaran dengan sinar X dapat memperbesar kemungkinan pindah
silang.
5. Jarak antara gen-gen terangkai; makin jauh letak suatu gen dengan gen
lainnya, makin besar kemungkinan terjadi pindah silang.
6. Jenis kelamin; pada umumnya pindah silang dijumpai pada makhluk hidup
betina maupun jantan. Namun, pengecualian pada ulat betina Bombix mori
dan lalat jantan Drosophila tidak pernah terjadi pindah silang (Suryo,2008)

C. Alat dan Bahan


1. Spidol warna
2. Kertas putih
3. Kertas label
4. Plastisin 2 warna

D. Cara Kerja

1. Plastisin dipilin hingga menyerupai bentuk benang (strand) pada


kromosom.
2. Dua benang dari warna yang sama disiapkan, dan 2 benang lagi dengan
warna yang berbeda, sehingga totalnya ada 4 benag kromatid.
3. Tandai lokasi sentromer diberi dengan menggunakan lilin yang berwarna
sama dengan warna sepasang kromatid, dengan mengingat sentromer itu
belum membelah.
4. Konfigurasi terjadinya pindah silang dibuat dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku. Macam pindah silang:
a. Pindah silang tunggal (2-3);
b. Pindah silang ganda (2-3, 2-3);
c. Pindah silang ganda (1-3, 2-4);
d. Pindah silang ganda (2-3, 2-4);
e. Pindah silang ganda (2-3, 1-4);
f. Pindah silang ganda (1-3, 2-4, 2-3).
5. Tiap peristiwa pindah silang yang terjadi didokumentasikan
6. Angka yang menunjukkan besarnya presentase kombinasi baru yang
dihasilkan aibat terjadinya pindah silang disebut sebagai nilai pindah
silang (%). Nilai pindah silang merupakan jarak antargen. Nilai tersebut
sama dengan nilai rekombinasi gen berpautan. Pindah silang akan terjadi
jika 50% < KP < 100%. NPS (nilai pindah silang) dapat dicari
menggunakan rumus :

E. Hasil Pengamatan dan Analisis

Macam Gambar Kromosom dalam Gamet Presentase


Pindah Silang gamet tipe
pindah silang
Pindah silang *Gamet tipe
tunggal (2-3) parental = 50%

*Gamet tipe
rekombinasi =
50%

Pindah silang *Gamet tipe


ganda (2-3, 2- parental = 50%
3)

*Gamet tipe
rekombinasi =
50%

Pindah silang *Gamet tipe


ganda (1-3, 2- parental = 0%
4)

*Gamet tipe
rekombinasi =
100%
Pindah silang *Gamet tipe
ganda (2-3, 2- parental = 25%
4)

*Gamet tipe
rekombinasi =
75%

Pindah silang *Gamet tipe


ganda (2-3, 1- parental = 0%
4)

*Gamet tipe
rekombinasi =
100%
Pindah silang *Gamet tipe
ganda (1-3, 2- parental = 0%
4, 2-3)

*Gamet tipe
rekombinasi =
100%

 Analisis

Jumlah tipe rekombinan


NPS= x 100 %
Jumlah seluruhindividu

2
A= x 100 %=0,5=50 %
4

2
B= x 100 %=0,5=50%
4

4
C= x 100 %=100 %
4

3
D= x 100 %=0,75=75 %
4

4
E= x 100 %=100 %
4

4
F= x 100 %=100 %
4

F. Pembahasan
Praktikum genetika dengan judul “Berangkai dan Pindah Silang” dengan
tujuan mengetahui terjadinya pindah silang secara imitasi. Alat dan bahan yang
digunakan adalah plastisin dengan beraneka ragam. Cara kerja praktikum ini
adalah membuat dua pasang bentuk benang (strand) dari plastisin, masing-masing
pasangan terdiri dari satu benang plastisin dengan warna sama yang berbeda
dengan warna pasangan lainnya. Dari dua pasang benang ini berarti sudah ada
empat kromatid. Selanjutnya menentukan lokasi sentromer pada kromatid
tersebut, dengan menggunakan lilin yang warnanya sama. Sentromer belum
membelah. Kemudian membuat konfigurasi terjadinya pindah silang : PS tunggal
(2-3), PS ganda (2-3,2-3), PS ganda (1-3,2-4), PS ganda (2-3,2-4), PS ganda (2-
3,1-4), PS ganda (1-3,2-4,2-3).
1. Pindah silang tunggal (2-3)
Gamet yang terbentuk dari pindah silang tunggal adalah kromatid
1: ABC, kromatid 2: Abc, kromatid 3:aBC, dan kromatid 4: abc. Pindah
silang aalah peristiwa pertukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan
saudara dari sepasang kromosom homolog. Pada percobaan ini kromatid 1
dan 2 adalah sister kromatid juga 3 dan 4 sister kromatid. Pindah silang
terjadi pada kromatid 2 dan 3, dimana keduanya bukan sepasang kromatid
sister. Hasil pindah silang ini menghasilkan 4 gamet dengan 2 macam gen
sama dengan induk, yaitu ABC dan abc. Dan 2 gamet baru yang terjadi
akibat pindah silang (rekombinasi) ada gamet aBC dan Abc. Hal ini
menunjukkan hasil dari pindah tunggal (2-3) memiliki gamet dengan tipe
parenteral 50% dan tipe rekombinan 50%.
2. Pindah silang ganda (2-3,2-3)
Hasil dari pindah silang ganda adalah 4 gamet yang kromatid 1:
ABC, kromatid 2: AbC, kromatid 3: aBc, dan kromatid 4: abc. Keempat
gamet dengan 2 macam gen sama dengan induk, yaitu ABC dan abc
sedangkan 2 gamet rekombinan yaitu gamet AbC dan aBc. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil dari pindah silang ganda (2-3,2-3) memiliki
gamet dengan tipe parenteral 50% dan tipe rekombinan 50%.
3. Pindah silang ganda (1-3,2-4)
Pindah silang ganda dilakukan pada kromosom (1-3,2-4). Pindah
silang pertama dilakukan pada kromatid 1 dan 3, dan yang kedua pada
kromatid 2 dan 4. Didapatkan hasil yaitu semua gamet yang terbentuk
yaitu 4 gamet memiliki tipe rekombinasi yaitu kromatid 1:Abc, kromatid
2:Abc, kromatid 3:aBC, dan kromatid 4: aBC. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil dari pindah silang ganda (1-3,2-4) memiliki gamet dengan tipe
parental 0% dan tipe rekombinan 100%.
4. Pindah silang ganda (2-3,2-4)
Pada pindah silang keempat dilakukan pada kromosom (2-3,2-4).
Pindah silang pertama dilakukan pada kromatid 2 dan 3, kemudian
dilakukan pindah silang lagi pada kromatid 2 dan 4. Sehingga diperoleh
hasil yaitu 4 gamet. Gamet yang terbentuk antara lain yaitu kromatid 1:
ABC, kromatid 2:Abc, kromatid 3:aBC, dan kromatid 4:abC. Dari 4 gamet
yang terbentuk, 3 gamet memiliki tipe rekombinan (Abc, aBC, dan abC)
dan 1 gamet memiliki tipe parental (ABC). Pada kromatid 1 masih
memiliki gamet dengan tipe parental dikarenakan kromatid 1 tidak
mengalami pindah silang, sedangkan kromatid lainnya yaitu kromatid 2, 3,
dan 4 yang mengalami pindah silang. Hasilnya memiliki gamet dengan
tipe rekombinan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari pindah silang
ganda pada kromosom (2-3,2-4) memiliki gamet dengan tipe parental 25%
dan tipe rekombinan 75%.
5. Pindah silang ganda (2-3,1-4)
Pindah silang pertama dilakukan pada kromatid 2 dan 3,
selanjutnya pindah silang terjadi pada kromatid 1 dan 4. Sehingga
diperoleh hasil 4 gamet. Gamet yang terbentuk antara lain yaitu kromatid
1: Abc, kromatid 2: Abc, kromatid 3: aBC, dan kromatid 4: abC. Dari 4
gamet ini, keempat gametnya memiliki tipe rekombinan, sehingga hasil
dari persilangan ganda kromosom (2-3,1-4) memiliki presentase tipe
rekombinan 100% sedangkan tipe parentalnya 0%. Semakin banyak
kromosom yang dipindah silangkan maka akan semakin tinggi presentase
gamet tipe rekombinannya.
6. Pindah silang ganda (1-3,2-4,2-3)
Pindah silang terjadi pada tiga tempat. Pindah silang pertama
dilakukan pada kromatid 1-3, selanjutnya pindah silang terjadi pada
kromatid 2-4 dan yang ketiga terjadi pada kromatid 2-3. Oleh karena itu,
didapatkan 4 gamet. Adapun gamet yang dihasilkan adalah kromatid 1 :
abc, kromatid 2: Abc, kromatid 3: ABC, dan kromatid 4 : aBC. Gamet
yang terdiri dari gamet dengan rekombinan 100% an tipe parentalnya 0%
dengan semua gamet hasil dari pindah silang (100% gamet tipe pindah
silang).

G. Kesimpulan
Dari praktikum genetika tentang pindah silang, maka dapat disimpulkan bahwa
dari peristiwa pindah silang tunggal menghasilkan tipe rekombinasi yang terjadi
akibat pindah silang sebesar 50% karena hanya melibatkkan dua kromosom yang
mengalami pinah silang. Pada peristiwa pindah silang ganda dihasilkan tipe
rekombinasi yang terjadi akibat pindah silang sebesar 50%, 75% hingga 100%
karena tidak hanya dua kromosom yang mengalami pindah silang, melainkan tiga
sampai empat kromosom yang mengalami pindah silang tersebut. Semakin
banyak kromosom yang mengalami pindah silang, semakin besar tipe rekombinasi
yang terbentuk akibat pindah silang.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, dkk, 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Elrod & Stansfield. 2002. Schaum’s Outline Teori dan Soal-Soal Genetika.
Jakarta: Erlangga
Hardjosubroto, Wartomo. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Yogyakarta:
Fakultas Peternakan UGM.
Suryo. 2008. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suryo. 2010. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy
Press.
Yatim, Wildam. 1986. Genetika. Bandung: Transito.

Anda mungkin juga menyukai