Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain, dan dapat
dikatakan juga sebagai renewable resources (sumber kekayaan alam yang dapat
diperbarui/diadakan lagi). Dari kayu, muncul sebuah teknologi yang dapat mengubah serat kayu
menjadi benang tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya yang disebut dengan biokonversi
terhadap kelanjutan dari olahan serat kayu yang akan menjadi benang nantinya. Kemudian dari
biokonversi tersebut akan menghasilkan sebuah benang yang akan tahan terhadap api,
antimikroba, dan dapat terurai secara alami. Pada prosesnya, dibangun di atas perlakuan mekanis
pulp, aliran suspensi serat dan reologi dari selulosa fibrilasi mikro yang dapat digambarkan
sebagai massa pucat dari serat kayu kecil yang akan menghasilkan sebuah pulp. Pulp adalah
bahan berupa serat berwarna putih yang diperoleh melalui proses penyisihan lignin dari biomassa
(delignifikasi). Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa. Selanjutnya, dari
pulp yang ditumbuk halus ini kemudian mengalir melalui nosel, di mana serat berputar dan
sejajar dengan aliran, menciptakan jaringan serat yang kuat dan elastis. Kemudian, akan
menggunakan teknologi pemintalan yang dipatenkan, setelah serat dipintal dan dikeringkan.
Dan nantinya dari proses ini akan menghasilkan satu bahan seperti wol yang lembut namun
padat, cocok untuk dipintal menjadi benang dan digunakan untuk produk tekstil. Tidak hanya
itu, dari proses pem-biokonversian ini akan menghasilkan sebuah produk sampingan dari proses
ini adalah air yang diuapkan, yang dibawa kembali ke dalam proses.
2. The containerised pyrolysis unit Biomaterials from agro-forestry residues & mycelium
(Unit pirolisis kemas Biomaterial dari residu agro-kehutanan & miselium)
Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses pemanasan
tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, di mana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus
termolisis. Pirolisis ekstrem, yang hanya meninggalkan karbon sebagai residu, disebut
karbonisasi. Briket batubara terkarbonisasi adalah briket yang sebelumnya mengalami
suatu proses karbonisasi. Karbonisasi adalah proses pemanasan batubara sampai suhu dan
waktu tertentu (200–1.000 °C (390–1.800 °F)[2]) pada kondisi miskin oksigen untuk
menghilangkan kandungan zat terbang batubara sehingga dihasilkan padatan yang berupa
arang batubara atau kokas atau semi kokas dengan hasil samping tar dan gas.
Unit pirolisis kemas Pirolisis adalah dekomposisi termal bahan pada suhu tinggi
di lingkungan yang lembam. Perawatan mengarah pada pembentukan molekul baru dan
tidak dapat diubah. Pengecualian oksigen selama perawatan memicu kandungan energi
tinggi dalam produk yang diterima, yang seringkali memiliki karakter yang lebih unggul
daripada residu aslinya. Unit pirolisis kemas Proses pirolisis bebas fosil (dekomposisi
termal bahan pada suhu tinggi di lingkungan lembam). Sebuah sistem yang sangat
serbaguna untuk mengubah biomassa (kayu, tanaman & sisa hutan) dan menghasilkan
minyak pirolisis, syngas, biochar, panas, cuka kayu. Teknologi siap pakai yang cocok
untuk aplikasi sementara yang cepat, & dapat dengan mudah dikirim atau disimpan.
Cocok untuk penggunaan terdesentralisasi dalam skala kecil, sehingga menciptakan arus
pendapatan baru. Biomaterial dari residu & miselium agro-kehutanan Spawnfoam Bahan
biokomposit 100% dapat terurai secara hayati yang terbuat dari jamur, aditif organik &
biomassa dari agroindustri & kehutanan lokal. Dan sebuah, miselium bertindak sebagai
agen pengikat untuk menyatu partikel biomassa Bahan biokomposit dapat ditekan dan
dibentuk menjadi berbagai bentuk (misalnya pot, bahan pengemas, bahan konstruksi).
Nantinya, juga biokomposit sama efektif & efisiennya dengan biokomposit berbasis fosil
tetapi tidak berbahaya atau bermanfaat bagi lingkungan alam
DAFTAR PUSTAKA
Journal :
Rachman, O. & Hadjib, N. (2008). Keteguhan lentur statis sambungan jari pada beberapa jenis
kayu hutan tanaman. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 26 (4), 252-360.
Rachman, O., Widarmana, S., & Suryokusumo, S. (1988). Pengaruh pola penggergajian terhadap
rendemen dan waktu menggergaji kayu meranti. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 5(5), 249-258.
Text book :
Chip Parameter. Quality Plan. PT. TanjungEnim Lestari Pulp & Paper. Tanjung Eni
Olessen, P.O., Plackett,D.V. , Perspective on the performance of Natural Plant Fibers, Natural
Fibers Performance forum, Copenhagen.
Marsyahyo Eko, Iftitah Ruwana , 2011 Mechanical Improvment of Rami Woven Reinforced
Starch Based Biocomposite Biosizing Methode, Advances in Composite Materials-Analysis of
Natural And Man Made Materials