Anda di halaman 1dari 10

THE LOST

TIME
Refleksi Al Asr part 5
By Quran Review – Mondate 31/3 2023

@jabbarabdl
Respon Manusia #1 (QS Yunus: 12)

Kemarin kita sudah bahas tentang standar minimal agar kita ga


jatoh ke dalam jurang kerugian yang amat dalam. Al Asr itu ibarat
kayak pagar ditepi jurang yang jagain kita agar kita ga nyemplung
kedalam jurang itu.
Ada beberapa sudut pandang untuk bahas Al Asr ini. Simpelnya
misal ada sebuah gelas. Ada 3 orang yang berbeda, kemudian 3
orang ini melihat gelas yang sama. Kira-kira akan beda2 ga
deskripsi orang tersebut tentang gelas ini?
Sebelumnya, sudah dibahas point of view pertama dari Al Asr,
yaitu tentang standar minimal. Bahwa surat ini ga ngasih cara
sukses, tapi ngasih standar minimal agar ga gagal.
@jabbarabdl
Dunia cuma Permainan.

Ada yang pernah main monopoli? Atau permainan lain yang kita
memainkan karakter sehari-hari disana? Dunia ini kayak permainan
banget. Saat kita main game sering kali kita mainkan karakter kita
disana dengan serius banget. Di game itu kita punya rumah,
punya hotel, punya duit yang banyak, persewaan listrik, air, dll.
Ketika kita main monopoli, kita jadi orang yang kaya banget.

Tapi apa yang terjadi ketika permainan selesai?


Sebanyak apapun harta kekayaan kita di monopoli, ga akan ada
gunanya dan gabisa juga dipake di dunia nyata. Emang bisa beli
makanan di warung pake duit monopoli?

Begitu pun di akhirat, transaksi yang ada disana bukan dengan


uang dunia, tapi dengan dengan amal yang kita miliki.

Di game itu kita hanya menjalankan peran, sebagai bangkir, polisi,


dokter, orang tua, dan seterusnya. Persis seperti karakter kita
sekarang. Lalu jika di dunia ini hanya permainan, pertanyaannya
siapa diri kita yang sebenarnya saat permainannya sudah selesai?

Tentunya baru kita akan tau ketika kita sudah sampai akhirat.

@jabbarabdl
Standar Kesuksesan di dunia ini bias banget
Point of View kedua adalah bahwa standar kesuksesan dunia ini
bisa bias banget. Bisa jadi orang yang terlihat kaya dengan
karakter yang banyak harta, dia sengsara banget di akhirat,
sebaliknya ada orang yang sengsara banget dan ga ada yang tau
eksistensi dia di dunia, bisa jadi karakternya dia di akhirat jadi orang
terkenal.
Apa bukti pandangan manusia yang bias?

Ada satpam yang lagi duduk-duduk jaga malam hari dan dia ga ikut
terawih. Sama ada orang yang tarawih. Sekilas mungkin kita
menganggap bahwa orang yang tarawih pahalanya lebih banyak dari
pak satpam yang cuma duduk-duduk aja. Tapi benarkah?

Bukankah, Pak satpam yang sedang bekerja itu sedang mencari


nafkah untuk keluarganya? Apa hukum mencari nafkah? Wajib. Apa
hukum tarawih? Sunnah. Yang seharusnya lebih tinggi pahalanya,
yang wajib apa yang sunnah? Yang wajib dong.

Maka pak satpam yang niat mencari nafkah untuk keluarganya justru
bisa jadi punya pahala lebih besar karena dia mengerjakan hal wajib
yang lebih penting daripada sesuatu yang sunnah seperti tarawih.

Atau misalkan saat kita lihat ada orang yang mau shalat dengan
pake kaos oblong celana pendek sambal selempangin sarung vs
orang dengan baju koko, peci, sejadah. Mba yang pake kerudung vs
yang tidak pake kerudung. Orang yang sering ke masjid vs tidak
pernah ke masjid.
@jabbarabdl
Tentang Standar Penilaian Allah.
Maka siapa kita yang berani banget ngelabelin orang padahal kita
cuma ngeliat yang dzohir atau fisiknya aja. Bisa jadi orang itu
hanya sedang memainkan peran dunia yang keliatannya aja
kurang. Bisa jadi mereka anggap kurang adalah orang yang justru
punya karakter lebih baik di diakhirat atas penilaian Allah.

Surat Al Asr ini kayak memberikan sebuah klue tentang standar


penilaian Allah. Ini tuh kayak Allah bilang, “ini loh cara Aku menilai
kalian di akhirat.”

Surat ini mengingatkan kita untuk melihat diri kita sendiri. Agar
kita bisa menilai dan membandingkan diri kita hanya dengan diri
sendiri, bukan membandingkan kepada orang lain. BTW, jangan
anggap surat ini itu maksudnya kita gaboleh punya banyak harta
ya. Tapi ada hal minimum yang harus kita achieve dulu sebelum
kita nikmatin segala yang ada di dunia ini.
Ibaratnya kayak batas amannya kita dulu deh. Seperti ungkapan
orang jaman dulu, kita boleh makan apa aja yang penting makan
nasi dulu, baru nanti makan yg lain. Kita pun juga boleh beli
berbagai perabotan rumah, tapi yang penting punya rumah dulu.

Jadi surat al asr ini adalah The Basic. Kasarnya kayak lagi bilang
ke kita, hai manusia, kamu tuh cari aman dulu deh, achieve yang
ini dulu deh, baru nanti kalo udah aman terserah kamu mencari
apapun yang lain.

@jabbarabdl
The History of Humanity
Point of View ketiga adalah bagaimana Allah memandang
sejarah hidup manusia.
Apa kata Allah tentang sejarah manusia dari nabi Adam sampe
akhir zaman? Bahwa semua orang dari dulu sampe akhir zaman
adalah orang yang rugi.
Orang yang kita anggep sukses ternyata adalah orang yang rugi di
akhirat. POV Allah ini lah yang penting banget kita ketahui. Sebab
cara pandang Allah lah cara pandang yang sebenarnya terjadi pada
hidup manusia.

Point of View berikutnya dari Al Asr. Bahwa Allah


mendatangkan waktu sebagai saksi atas kehidupan manusia di
hari pengadilan kelak.
Waktu ini kelak akan didatangkan sebagai saksi bagi manusia
untuk siapa yang merugi dan siapa yang beruntung. Bayangkan, ini
tuh ngeri banget. Yang jadi saksi kita itu adalah waktu. Siapa coba
orang di dunia ini yang bisa menghindar dari waktu? Ga ada. Kita
gabisa ngeles sedetik pun karena waktu akan menangkap semua
aktivitas kita.
Brief overview dari surat ini sebelum masuk lebih dalam. Ada
tiga poin utama di ayat 3 al asr:
• Iman (Illal-lazina amanu)
• Amal sholeh (wa ‘amilus-salihati)
• Nasihat dalam kebenaran dan kesabaran (wa tawasau bil-haqq, wa
tawasau bis-sabr)
@jabbarabdl
Iman seperti Benih.
Bayangin ada sebuah biji, kemudian biji ini tumbuh sebagai tunas
yang tinggi, yang kemudian menjadi batang pohon yang tegak dan
amat sangat besar. Kemudian dari batang potong ini tumbuh
ranting-ranting.

Bijinya adalah iman, batangnya amal sholeh, rantingnya adalah


saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Sekarang
bagaimana kita memaknai pohon ini?

Apa yang terjadi jika bijinya ga ada? pohonnya ga akan tumbuh,


sebagaimana jika pada diri manusia ga ada iman. Ketika ga ada
iman, maka ga ada amal sholeh, saat ga ada amal sholeh, ga ada
juga saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Ayat pertama ini kan pake "Demi", yaitu sumpah. Sumpah itu
adalah sesuatu yang serius dan penting banget untuk disampaikan.
Gamungkin orang bikin sumpah buat mainan atau becandaan. Jika
orang itu paham hakikat sumpah itu adalah sesuatu yang serius,
maka sumpah itu pasti ga akan sembarangan digunakan.
Kalo di cek di quran, sedikit banget ayat yang dimulai dengan
sumpah dibandingkan dengan ayat yang gapake sumpah. Jadi poin
pertama di surat ini adalah ada hal penting banget yang Allah ingin
sampaikan disini. Sumpah ini kemudian ditujukan ke siapa? Ke
Manusia.

@jabbarabdl
Annas Vs Insan.
Annas dan al insan, secara bahasa sama-sama manusia, tapi apa
bedanya?

Misalnya di kelas ada dua orang yang bikin gaduh, bikin rame
kelas, yang suka duduk di belakang. Suatu ketika, kelas lagi rame
banget karena kegaduhan dari dua orang ini. Kalian duduk di
depan dan diem-diem aja, ga ikut gaduh dan rame di kelas. Terus
tiba-tiba guru dateng, lalu marahin seisi kelas karena berisik. Guru
ini bilang, “kalian semua kenapa berisik sekali sih?!”

Guru ini sebenernya sedang marahin semuanya, tapi kita yang


diem-diem aja, ngerasa biasa aja kan? ngerasa ga bersalah,
ngerasa santai aja, karena kita ngerasa ga ikut bikin berisik kelas

Ketika guru marah ke semua anak di kelas, itulah annas. Jika Allah
bilangnya pake Annas, maka bisa jadi ada beberapa manusia yang
ngerasa ah kayaknya itu bukan saya deh, kayaknya Allah nyebutin
manusia-manusia lain deh. Itu pasti buat orang yang lain, karena
aku kan udah ibadah.

Itulah kenapa Allah pake Al Insan, ada alif lamnya. Jadi bukan
semua manusia, tapi "setiap" manusia. Kalo kata-katanya "semua"
manusia, bisa jadi ada orang yang bisa jadi ngerasa itu bukan dia.
Tapi kalo Allah pake kate "setiap" maka dia pasti every human
being masuk disana.
.
@jabbarabdl
Tentang Waktu.
Secara bahasa ashoro itu ada banyak maknanya:

Memeras (squeeze). Sebagaimana memeras jeruk


yang ketika diperas, maka saripati jeruknya dan
semua air yang ada disana akan hilang dari
jeruknya.
Angin yang bersatu sama lain, yang memuncak
meninggi, yang gabisa dihentikan. Tornado itu
kalo melewati sebuah tempat, tempat itu akan
hancur. Jadi ide dari asoroh adalah sesuatu yang
sangat kuat, yang tidak bisa dihentikan, dan ada
kehancuran yang terjadi setelahnya.

Sesuatu yang bersembunyi (hiding). Seperti air


santan yang baru terlihat saat kelapa diserut. Atau
sari-sari air jeruk yang baru terlihat ketika jeruknya
diperas dulu.

Kondisi matahari yang turun kemudian warnanya


merah. Yaitu waktu Ashor. Kalo kita lihat matahari
terbit kemudian mulai meninggi, itu kan matahari
kayak strong banget ya dari awal sampe ke siang.

Tapi pas sore, matahari mulai keliatan melemah, meredup dan


akhirnya hilang. Matahari yang tadinya silau dilihat pas silang, jadi
bisa diliat jelas menjelang maghrib.

@jabbarabdl
Waktu ashar adalah waktu yang cepet banget dalam
24 jam. Ngerasa ga waktu abis ashar sampe maghrib
itu cepet banget rasanya. Jadi kayak time is running
out. Idea dari kata ashar itu adalah cepet banget dan
singkat banget.
Al asr juga punya makna positif, bisa dimaknai
sebagai tempat berlindung. Bayangin lagi ada di
gurun pasir, kemudian ada badai. Ingin cari tempat
berlindung, tapi yang ada disana cuma ayah kalian
aja. Kemudian ayah kalian memeluk erat kalian
agar tidak terkena badai.
Maka waktu bisa dilihat sebagai sesuatu yang memeras habis
semua yang kita miliki baik usia, energi, kesehatan dan lain
sebagainya. Waktu juga selayaknya tornado yaitu sesuatu yang
sangat kuat yang ga akan bisa kita hentikan, dan ujung-ujungnya
pasti akan membawa kehancuran pada apapun yang ada di dunia
ini, bukan hanya makhluk hidup, bangunan, alam, semuanya akan
hancur dimakan oleh waktu.
Waktu itu seperti saat ashar, cepet dan singkat banget, tau-tau
udah mau abis aja waktunya. Waktu adalah sesuatu yang juga
mengurung kita di masa ini, hingga tidak mungkin kita bergerak ke
masa lalu atau masa depan.
Namun, waktu juga bisa kita maknai sebagai sesuatu yang dapat
melindungi kita, menyelamatkan kita dari momen-momen yang
tidak kita sukai, membantu kita agar tidak terjebak dalam dunia ini
selama-lamanya.
Itulah kenapa, sebegitu penting dan berharganya waktu itu bagi
manusia, hingga Allah tak main-main bersumpah atasnya.

@jabbarabdl

Anda mungkin juga menyukai