Page 1 of 22
Page 1 of 22
A. Pengertian
Klavikula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan pada
masa fetus, terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau pertulangan primer yaitu
medial dan lateral klavikula, dimana terjadi saat minggu ke-5 dan ke-6 masa
intrauterin. Kernudian ossifikasi sekunder pada epifise medial klavikula
berlangsung pada usia 18 tahun sampai 20 tahun. Dan epifise terakhir bersatu pada
usia 25 tahun sampai 26 tahun.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat
jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada
sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan
sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi
tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan
sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang
melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga
menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai
tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium. Namun karena tulang
bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah,
sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.
B. Klasifikasi
1. Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
a. Fraktur lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
b. Fraktur tidak lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang
dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks
(masih ada korteks yang utuh).
Page 1 of 22
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
b. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur, paling banyak ditemui.
c. Terjadi di medial ligament korako-klavikula (antara medial dan 1/3
lateral)
d. Mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung (dari
lateral bahu)
b. Tipe II : Fraktur 1/3 lateral klavikula
Fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, dapat dibagi:
1) type 1: undisplaced jika ligament intak
2) type 2: displaced jika ligamen korako-kiavikula ruptur.
kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa
penyebab pada fraktur klavikula yaitu :
1. Fraktur klavikula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis
pubis selama proses melahirkan. Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada
kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran
melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang
humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan
fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang
humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched hand) dimana
trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini
telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang
klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke
bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh
Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson.
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena
trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari
trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus
yang paling sering dijumpai. Pada anak-anak sekitar 10-16 % dari semua kejadian
patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6-5%.
D. Patofisiologi
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama
perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang humerus bagian
proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang klavikula
juga membentuk hubungan antara anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini
membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian
proksimal tulang clavikula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan
sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula bergabung dengan acromion
dari skapula membentuk sambungan acromioclavicular (AC).
Frakur
Diskontinuias Tulang
Pergeseran
Nyeri
Fragmen Tulang
Perubahan jaringan
sekitar Kerusakan
Spasme otot Frakmen Tulang
aktivitas
Memobilisasi asam
Pembedahan lemak
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit
yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal
akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.
F. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
2. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.
a. Gambaran Umum
1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti:
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
i) Thoraks
lainnya.
iv. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
k) Jantung
i. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
ii. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
iii. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l) Abdomen
i. Inspeksi
BAB.
b. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal
adalah:
1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti
bekas operasi).
biasa (abnormal).
f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa
maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik
atau juga rotasi.
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
fraktur.
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur. (Ignatavicius,
Donna D, 1995)
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative
treatment. Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari
patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar
mereka tetap menempel sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas
pada tempatnya.
d. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate)
atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open
reduction with internal fixation (ORIF).
e. Fiksasi eksternal: Immobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi
lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi
fisik.
I. Komplikasi
Komplikasi pada fraktur clavicula dapat berupa :
1. Malunion.
2. Nonunion
Lebih umum terjadi pada fraktur yang ditangani dengan cara operasi,
khususnya pada studi sebelumnya. Secara keseluruhan, angka non union yang
lebih kurang dari 1 % hingga yang lebih besar dari 10%, telah dilaporkan.
Paling banyak pada fraktur 1/3 distal tetapi hasilnya secara fungsional
memperlihatkan kepuasan. Penanganan operasi termasuk stabilisasi dan graft
tambahan pada tulang memberikan hasil yang memuaskan serta fiksasi dengan
plate dan peralatan intermedullary.
Fraktur 1/3 tengah dengan lebih dari 2 cm dan fraktur 1/3 lateral menjadi
K. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress,
ansietas
a. Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau hilang
b. Kriteria hasil :
1) Pasien tampak tenang
2) Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
c. Intervensi
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan dan
perubahan warna.
2) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
3) Pantau peningkatan suhu tubuh
4) Berikan perawatan luka dengan teknik aseptic, balut luka dengan kasa
yang kering dan gunakan plester kertas.
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindak lanjut misalnya
debridement
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,
4) Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
5) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan.
a. Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
b. Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
c. Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
sekarang.
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan.
Daftar Pustaka
A Graham, Appley. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur . Edisi 7. Jakarta: Widya
Medika
Anderson, Sylvia Price. 2000. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit .
Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed. 3. Jakarta: EGC
Junadi, Purnawan. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suzanne CS & Brenda GB. 1999. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta: EGC
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika