SKRIPSI
Oleh :
ENGKA BIAS VALIAN PRIANTO
113118901
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S1)
Oleh :
ENGKA BIAS VALIAN PRIANTO
113118901
ABSTRAK
Noise Induced Hearing Loss adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran
seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan
oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Faktor yang mempengaruhi
Noise Induced Hearing Loss adalah intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan,
lamanya waktu pemaparan bising, massa kerja, keretanan individu, jenis kelamin,
usia, kelainan di telinga tengah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan dan masa
kerja dengan kejadian noise induced hearing loss di PT. EPATA.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang dengan jumlah
sampel total sampling yaitu sebanyak 30 pekerja di bagian produksi. Teknik
pengumpulan data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan
audiometri, sound level meter , dan lembar observasi kuesioner. Analisis data melalui
dua tahap, yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat untuk
melihat hubungan (chi square).
Hasil penelitian didapatkan jumlah yang mengalami gangguan noise induced hearing
loss 17 pekerja (56,7%) dan adanya hubungan antara intensitas kebisingan (p
value=0,011) nilai PR = 2,844 (1,202 - 6,727), massa kerja (p value=0,001) PR =
5.000 (1,388-18,018), dengan noise induced hearing loss.
Diupayakan rekayasa teknik (Engineering Control) pada mesin produksi dibagian
Metal Forming seperti pemberian pembatas atau sekat antara mesin dengan tenaga
kerja, Melapisi dinding, dan lantai dengan bahan penyerap suara misalnya gabus,
glasswool dan lain-lain.
Kata kunci : intensitas kebisingan, masa kerja, noise induced hearing loss.
Keputakaan : 14, (2003-2016)
PUBLIC HEALTH DEPARTMENT (S-1) SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2019
The Relationship between Noise Intensity and Work Period with the Occurrence
of Noise-Induced Hearing Loss at PT. EPATA.
ABSTRACT
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
Induced Hearing Loss Di PT. EPATA” dengan baik dan tepat pada waktunya.
baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi isi. Akan tetapi penuis medapat
banyak bantuan, bimbingan, motivasi dan saran bagi berbagai pihak sehingga pada
kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada:
Yani Cimahi.
2. Bapak Asep Dian A, S.Pd., SKM., MM., MH. Kes selaku Ketua Program Studi
3. Bapak Dr., K.M., Agus Riyanto, SKM., M.Kes. selaku pembimbing satu yang
ini.
4. Bapak Dr. Budiman, S.Pd., S.kep., Ners., SKM., M.Kes., MH.Kes selaku
pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan, arahan dan koreksi dalam
7. Keluarga tercinta terutama Bapak dan Ibu saya yang telah memberikan dukungan
8. Teman-teman saya yang telah membantu penulisan penelitian ini yang tidak bisa
Semoga Allah SWT melimpahkan berkah-nya atas semua jasa dan kebaikan
selama pembuatan Penelitian ini, dengan Rasa hormat penulis memohon kritik dan
NPM. 113118901
DAFTAR ISI
ABSTRAK.........................................................................................................i
ABSTRACT.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................v
DAFTAR TABEL..........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................4
1. Tujuan Umum..................................................................................4
2. Tujuan Khusus.................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................5
1. Manfaat Teoritik..............................................................................5
2. Manfaat Praktis................................................................................5
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Noise Induced Hearing Loss..................................................................6
B. Kebisingan........................................................................................10
1. Faktor-faktor mempengaruhi kehilangan pendengaran.................10
2. Jenis-jenis kebisingan....................................................................12
3. Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja ..................................13
4. Pengukuran kebisingan .................................................................20
5. Alat pengukur kebisingan..............................................................21
6. Identifikasi sumber bising di tempat kerja.....................................25
7. Pengendalian bahaya kebisingan ..................................................27
8. Pengurangan waktu pemaparan.....................................................31
C. Hubungan kebisingan dengan penyakit NIHL.....................................32
D. Masa Kerja...........................................................................................33
E. Kerangka Teori....................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ...............................................................................35
1. Paradigma Penelitian ....................................................................35
2. Kerangka konsep............................................................................36
3. Rancangan Penelitian ....................................................................36
4. Hipotesis Penelitian ......................................................................37
5. Variabel Penelitian ........................................................................37
6. Definisi Oprasional .......................................................................38
Halaman
Halaman
Lampiran 9 Dokumentasi
PENDAHULUAN
telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja.
Noise Induced Hearing Loss dan gangguan akibat kebisingan lebih sering
Indonesia menyebabkan semakin besar pula jumlah tenaga kerja yang terpapar
bising yang keras dan dalam waktu yang lama. Pekerjaan yang terpapar bising
yang terlalu keras dan berlangsung lama dapat menyebabkan Noise Induced
telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja.
Noise Induced Hearing Loss dan gangguan akibat kebisingan lebih sering
yang tinggi memberikan efek yang merugikan pada tenaga kerja, terutama
Hearing Loss dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu lama dan
2013).
dengan kelelahan pada tenaga kerja Ground Handling. Hasil penelitian yang
sedang dan 3 orang lelah berat dengan nilai p = 0,000 (α < 0,05).
dari mesin produksi dan didapatkan paparan bising sebesar 90 dBA. Dari hasil
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
PT. EPATA
EPATA
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
and Safety Assesment Series) batas aman pajanan bising bergantung pada lama
pajanan, frekuensi dan intensitas bising serta kepekaan individu dan beberpa
faktor lain. Di Indonesia khususnya dan negara lain umumnya, pajanan bising
yang dianggap cukup aman adalah pajanan rata-rata sehari dengan intensitas
bising tidak melebih 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Soeripto,
2008).
biasanya mengenai nada tinggi dan terdapat takik di frekuensi 4000 Hz pada
gambaran audiogramnya. Pada tahap awal gangguan itu hanya dapat dideteksi
telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja.
1. Intensitas kebisingan
2. Frekuensi kebisingan
4. Massa kerja
5. Kerentanan individu
6. Jenis kelamin
7. Usia
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
lamanya paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku
banyak kerusakan seperti hilangnya streosilia. Daerah yang pertama kali terkena
adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan
dan metabolik pada organ sensorik pada organ sensorik audiotorik bersamaan
dengan kerusakan sel sensorik atau bahkan kerusakan total organ Corti didalam
koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah yang sesuai dengan frekuensi yang
terlibat adalah penyebab NIHL yang paling penting. Kepekaan terhadap stres
pada sel rambut luar ini berada dalam kisaran 0-50 dBA, sedangkan untuk sel
rambut dalam di atas 50 dBA. Biasanya dengan terjadinya TTS, ada kerusakan
bermakna pada sel rambut luar. Frekuensi yang sangat tinggi lebih dari 8 KHz
perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari
mulai berlangsung antara 6 sampai 10 tahun lamanya setelah terpajan bunyi yang
keras.
Telinga dalam terletak di pars petrosa atau pars piramida tulang temporal
dan terdiri dari koklea, vestibulum dan tiga buah kanalis semisirkularis. Koklea
merupakan bagian telinga dalam yang terdapat pada pars petrosa tulang
temporalis. Organ korti terletak pada membran basilaris yang merupakan struktur
apeks koklea.
kH. Selanjutnya getaran bunyi akan melalui media padat yaitu tulang-tulang
sebesar 1,3 kali dan efek hidrolik membran timpani sebesar 17 kali. Total
penguatan bunyi yang terjadi sebesar 25 sampai 30 dB. Penguatan bunyi ini
diperlukan agar bunyi mampu merambat terus ke perilimfe. Getaran bunyi yang
kimiawi yang akhirnya menghasilkan listrik biologik dan reaksi biokimiawi pada
sel sensorik sehingga timbul muatan listrik negatif pada dinding sel. Ujung saraf
VIII yang menempel pada dasar sel sensorik akan menampung mikroponik yang
terbentuk. Lintasan impuls auditori selanjutnya menuju ganglion spiralis korti,
B. Kebisingan
yang lebih tinggi akan lebih menggangu dari pada frekuensi yang lebih rendah.
Nada atau bunyi tunggal lebih mengganggu dari pada bunyi yang terdiri dari
beberapa nada (Soeripto, 2008). Kebisingan yaitu suara atau bunyi yang tidak
Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau
adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat menganggu
adalah:
a. Intensitas Kebisingan
b. Jenis kebisingan
yang tidak dilindungi sangat berbahaya jika terpapar suara dengan intensitas
lebih dari 115 dB. Jika masih di bawah 80 dB pendengar masih berada pada
menyatakan peraturan umum yang perlu kita ketahui jika kita berada pada
secara langsung selama 8 jam per hari tanpa menggunakan alat pelindung
apapun.
c. Terpapar secara terus menerus pada tingkat 115 dB atau lebih tinggi tidak
dianjurkan.
d. Impulse noise harus dibatasi hingga 140 dB per 8 jam perhari untuk
2. Jenis-jenis Kebisingan
a. Bising kontinu
b. Bising Terputus-putus
bunyi dering telepon, bunyi pesawat yang lepas landas dan mendarat.
c. Bising impulsif
tinggi, misalnya dihasilkan oleh suara ledakan tunggal yang sangat keras
atau ledakan yang berurutan dengan puncak intensitas bunyi yang
a. Pengaruh Fisiologi
lebih yang terputus-putus atau yang datang secara tiba-tiba dan tidak
gangguan tidur, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada kaki dan
refleks.
bising, yang kemudian akan kembali pada keadaan semula. Apabila terus-
menerus terpajan bising, maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan
cara :
kehidupan seperti :
a) Cardiovascular
b) Gastro Intestinal
c) Syaraf
d) Musculoskeletal
e) Endocrine
c) Kelelahan
d) Pusing kepala
e) Gangguan keseimbangan
begitu disukai.
Kebisingan yang tinggi juga dapat mengubah ketetapan dari
2) Ambang Pendengaran
didengar. Makin rendah tingkat suara yang terlepas yang dapat berarti
3) Pola Tidur
a) Kelelapannya
b) Kontinuitasnya
c) Lamanya
b. Pengaruh psikologis
yang sudah ada. Reaksi psikologis yang timbul dari kebisingan adalah
mengganggu.
lingkungan.
c. Annouyance
c) Waktu
a) Spectral complexity
a) Physiologi
c) Aktivitas
rose blit dibuat suatu noise rating untuk bising dilingkungan pemukiman
seperti :
1) Karakteristik spectrum
4) Waktu
5) Adaptasi conditioning
masyarakat setempat.
d. Gangguan Komunikasi
menjadi 87dB.
f. Ketulian
1) Ketulian sementara
dengar semula.
2) Ketulian menetap
sulit berkomunikasi.
umumnya tenaga kerja tidak tahu secara tepat kapan mulai tuli dan
b) Lamanya pemajanan
c) Spektrum suara
e) Kepekaan individu
f) Pengaruh obat-obatan
g. Acoustic Trauma
lain-lain.
4. Pengukuran Kebisingan
misalnya pada:
a. 85-100 dB Biasanya terdapat pada pabrik tekstil, tempat kerja mekanis
gergaji mekanis.
drill.
memberikan dosimeter pada satu atau labih pekerja adalah anjuran ke depan
Alat ini dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan pada saat tertentu.
dB. Alat ini terdiri dari microphone, alat penunjuk elektronik, amplifier, 3
yang besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi
1) Pocket Sound Level Meter type 2205, tipe ini dapat untuk pengukuran
2) Precision Sound Level Meter type 2203, type ini lebih besar dari tipe
2205 dan dapat untuk pengukuran yang lebih teliti di samping dapat
tiga syarat untuk keabsahan pemeriksaan audiometri yaitu alat audio metri
2) Tidak sakit
3) Mengerti instruksi
dB
yang tidak dapat dilaksanakan oleh seseorang yang tidak terlatih dan
memadai.
Headphone dipasang pada orang yang akan diperiksa dengan benar, tepat
tempat kerja. Tata cara pelaksanaan survei bising adalah sebagai berikut :
Dari hasil survei awal sumber bising dapat ditentukan lokasi tempat
administratif.
berasal dari sumber dan jika suara yang dihasilkan bisa dikurangi atau
bahkan dihilangkan maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi dalam
memodifikasi sumber, banyak hal yang harus diperhatikan dan ini tidaklah
antara lain :
dapat digunakan.
ada maka tidak mungkin lagi untuk memodifikasi mesin yang merupakan
sumber suara. Dalam hal ini, hal yang mungkin dilakukan adalah
yang digunakan antara sumber suara dan penerima atau pendengar. Yaitu:
suara dan penerima yang berfungsi untuk mereduksi suara langsung yang
suara langsung yang berasal dari satu arah saja. Dinding penghalang ini
terdiri dari dinding beton yang keras tetapi asbes, lempeng logam dan
plastik dengan masa jenis yang tinggi juga telah digunakan sekarang ini.
tidak ada yang dilakukan untuk mengontrol suara yang diterima. Jika
berhasil maka hanya tinggal beberapa cara saja. Tetapi jika tingkat suara
tersebut sangat tinggi dan tidak bisa dikurangi lagi, maka satu-satunya
cara adalah tidak meletakan pekerja di area tersebut dan menggunakan
adalah ruangan yang memiliki tiga atau empat dinding perintang. Operator
mengawasi mesin. Oleh karena itu, metode ini dapat mengurangi lamanya
pilihan terakhir jika tidak ada metode lain lagi yang dapat digunakan.
8. Pengurangan Waktu Pemaparan
Kerja Perkantoran dan Industri maka lamanya pemaparan yang diizinkan yaitu
yang berbeda, harus diperhatikan efek kombinasinya bukan efek satu per
satu.
c. Bila kebisingan pada suatu tempat kerja adalah 115 dB atau lebih, maka
tenaga kerja tersebut tidak boleh masuk ke dalam tempat kerja tersebut
d. Bila terdapat bunyi impulsif dengan tingkat kebisingan lebih dari 130 dB
atau bunyi yang bersifat “fast” dengan tingkat kebisingan 120 dB maka
sesuai dengan lama masa kerja para pekerja dipengaruhi oleh faktor yang paling
Menurut May (2000), intensitas bising yang sangat tinggi (>100 dB)
bagian tengah dan telinga bagian dalam. Menurut Leesen (2010) mengenai
bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan maka angka kejadian NIHL juga
tinggi.
Bising dengan intnsitas yang tinggi dan dalam waktu yang lama yaitu antara
10-15 tahun akan mengakibatkandestruksi total organ corti. Intensitas bunyi yang
sangat tinggi dan dalam waktu yang cukup lama mengakibatkan perubahan
struktur sel-sel rambut dalam organ corti. Organ corti yang rusak mengakibatkan
dan kerusakan organ corti untuk reseptor bunyi yang berat terdapat pada
D. Masa Kerja
Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di
suatu tempat kerja (Budiono, 2013). Tenaga kerja mempuyai kepuasan kerja
yang terus meningkat sampai masa kerja 5 tahun, kemudian mulai terjadi
penurunan sampai masa kerja 8 tahun. Tetapi kemudian setelah tahun kedelapan
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif, akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan
kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia
telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Ramdan,
2013).
2013).
E. Kerangka Teori
Intensitas Kebisingan
Jenis Kebisingan
Lamanya Pemaparan
Massa Kerja
Usia Terpapar Noise Induced Hearing
Masalah Yang Diderita Sebelumnya Loss
Lingkungan Yang Bising
Jarak Pendengar Dengan Sumber Bising
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Lianasari, 2010).
kebisingan yang tinggi, masa kerja, umur dan penggunaan alat pelindung diri
earplug.
telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Menurut Leesen (2010)
Contruction Industry bahwa semakin tinggi maka angka kejadian NIHL juga
tinggi.
Bising dengan intensitas yang tinggi dalam kurun waktu yang lama
yaitu antara 10-15 tahun akan mengakibatkan destruksi total organ corti.
Intensitas bunyi yang sangat tinggi dan dalam waktu yang cukup lama
2. Kerangka Konsep
Intensitas kebisingan
Masa kerja
3. Rancangan penelitian
rancangan penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional, yaitu suatu
populasi dari masyarakat umum, relatif murah, mudah dan hasilnya cepat
Kekurangan dari penelitian ini adalah dibutuhkan subjek yang cukup besar
terutama bila variabel yang dipelajari banyak, tidak praktis untuk meneliti
4. Hipotesis
5. Variabel Penelitian
masa kerja.
6. Definisi Operasional
yang diteliti menjadi terbatas dan penelitian akan lebih fokus (Riyanto,
2011).
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
1. Populasi
2. Sampel
(Riyanto, 2011).
a. Sumber data
Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer dan data
EPATA
b. Cara Pengumpulan Data
2. Instrumen Penelitian
2) Cek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan
b. Audiometri
mesin
alat.
kiri
1. Tahap Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
pendahuluan.
melakukan penelitian.
3. Tahap akhir
a. Menyusun skripsi
Peneliti menyusun hasil analisis data yang telah di dapat dari
perusahaan.
b. Membuat skripsi
1. Pengolahan Data
informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus
sewaktu penelitian.
b. Proccessing/Entry Data, merupakan kegiatan melakukan entry data atau
komputer.
menjadi huruf atau kategori, seperti variabel umur yang dilakukan codding 0
= Tua (> 30 Tahun) dan 1 = Muda (< 30 Tahun), variabel lama kerja dengan
Syarat (< 8 jam/hari), variabel masa kerja dengan codding 0 = Lama dan 1 =
Baru, variabel status gizi dengan codding 0 = Tidak Normal dan 1 = Normal,
Sedang, dan variabel kejadian low back pain dengan codding 0 = Mengalami
menganalisis data.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
a
P= ×100 %
b
Keterangan :
P : Persentasi responden
a : Jumlah responden yang termasuk dalam kriteria
b : Jumlah keseluruhan responden
b. Analisis Bivariat
Rumus menghitung X2 :
2
(fe−fo)
x2=∑
fe
Keterangan :
X2 : Nilai Chi-Kuadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi (Frekuensi empiris)
Fe : Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
dk = (k-1) (b-1)
Keterangan :
k : Jumlah kolom
b : Jumlah baris
sebagai berikut :
tidak ada nilai E (expected)<5 atau kurang dari 20% dari jumlah
nilai E (expected) < lebih dari 20% jumlah sell dalam tabel.
3) Tidak boleh ada sel mempunyai nilai harapan kurang dari 1 dan
a/( a+b)
PR =
c /(c +d )
Keterangan :
resiko.
F. Etika Penelitian
diri sebagai objek penelitian kapan saja, jaminan anonimitas dan kerahasiaan
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
identitas responden.
prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan PT. EPATA yang terdapat sumber
kebisingan
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Kebisingan dan Masa Kerja Dengan Kejadian Noise Induced Hearing Loss Di
PT. EPATA
Pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa pekerja dengan Masa Kerja Lama
B. Pembahasan
bising (NIHL) sering dijumpai pada pekerja industri di negara maju maupun
Safety Assesment Series) batas aman pajanan bising bergantung pada lama
pajanan, frekuensi dan intensitas bising serta kepekaan individu dan beberpa
bising yang dianggap cukup aman adalah pajanan rata-rata sehari dengan
yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang
Contoh : frekuensi yang lebih tinggi akan lebih menggangu dari pada
frekuensi yang lebih rendah. Nada atau bunyi tunggal lebih mengganggu
dari pada bunyi yang terdiri dari beberapa nada (Soeripto, 2008).
c. Masa kerja
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil
NIHL sesuai dengan lama masa kerja para pekerja dipengaruhi oleh faktor
Bising dengan intnsitas yang tinggi dan dalam waktu yang lama
kerusakan organ corti untuk reseptor bunyi yang berat terdapat pada
tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh pekerja (Leesen
2010).
Di PT. EPATA.
Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja
kerja yang terus meningkat sampai masa kerja 5 tahun, kemudian mulai
(suma’mur, 2014).
meningkat.
(budiono, 2013).
BAB V
A. Simpulan
EPATA tahun 2019 pada 30 responden, maka simpulan yang dapat peneliti
sekat antara mesin dengan tenaga kerja, Melapisi dinding, dan lantai
tinggi misalnya ear muff dan ear plug, tetapi dalam pelaksanaan
alat pelindung diri secara maksimal yaitu ear muff dan ear plug, dalam
hal ini agar bisa lebih ditekankan kepada pekerja agar lebih mematuhi
variabel lain selain kebisingan, umur dan kelelahan kerja yang di duga
mempunyai hubungan dengan kelelahan kerja. Misalnya status gizi, jenis
DAFTAR PUSTAKA
Albert PW. Occupational Hearing Loss, Deisease of the ear Nose and Throat in:
Head Neck Surgery. 14th ed. Philadelphia, 1991. P 1053-66
Habsari. 2003. Dalam Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data.
Penerbit Salemba medika.
Jumali, dkk (2013).Prevalensi dan Faktor Risiko Tuli Akibat Bising padaOperator
Mesin Kapal Feri, Jurnal Kesahatan Masyarakat Airlangga, Vol. 7,
No. 12, Juli 2013
http://www.telingakusehat.com/
komitenasionalpenanggulangangangguanpendengarandanketulian
Marisdayana, dkk (2016). Hubungan internsitas paparan bising dan masa kerja
dengan gangguan pendengaran pada karyawan PT.X
Putri, dkk (2016). Hubungan usia dan masa kerja dengan nilai ambang dengar
pekerja yang terpapar bising di PT. X Sidoarjo
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
bersedia untuk berpartisipasi dan berperan serta sebagai responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh Engka Bias Valiant Prianto (Mahasiswa Program Studi
Cimahi) yang berjudul “Hubungan Intensitas Kebisingan dan Masa Kerja dengan
Saya yakin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan keraguan apapun pada
saya dan keluarga. Dan saya telah mempertimbangkan serta telah memutuskan untuk
Responden
(......................................)
Bagaimana Hubungan Intensitas Kebisingan dan Masa
Kerja Dengan Kejadian Noise Induced Hearing Loss Di PT.
EPATA
A. Indetitas Pekerja
No :
Nama :
Umur :
C. Kebisingan
D. Massa Kerja :
Frequencies
Statistics
Frequency Table
NIHL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid NIHL >25dB 17 56.7 56.7 56.7
Normal 0-25dB 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kebisingan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TMS 16 53.3 53.3 53.3
MS 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
MasaKerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lama >5 Tahun 18 60.0 60.0 60.0
Baru <5 Tahun 12 40.0 40.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kebisingan * NIHL 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
NIHL
Normal
NIHL >25dB 0-25dB Total
Kebisingan TMS Count 13 3 16
Expected Count 9.1 6.9 16.0
% within Kebisingan 81.3% 18.8% 100.0%
MS Count 4 10 14
Expected Count 7.9 6.1 14.0
% within Kebisingan 28.6% 71.4% 100.0%
Total Count 17 13 30
Expected Count 17.0 13.0 30.0
% within Kebisingan 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MasaKerja * NIHL 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
NIHL
Normal
NIHL >25dB 0-25dB Total
MasaKerja Lama >5 Tahun Count 15 3 18
Expected Count 10.2 7.8 18.0
% within MasaKerja 83.3% 16.7% 100.0%
Baru <5 Tahun Count 2 10 12
Expected Count 6.8 5.2 12.0
% within MasaKerja 16.7% 83.3% 100.0%
Total Count 17 13 30
Expected Count 17.0 13.0 30.0
% within MasaKerja 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.032(b) 1 .000
Continuity
10.458 1 .001
Correction(a)
Likelihood Ratio 14.020 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear
Association 12.597 1 .000
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
Risk Estimate
Pendidikan :