Anda di halaman 1dari 4

Makalah Kepemimpinan

Proses Pengambilan Keputusan Partisipatif Dalam Organisasi Sekolah


Dalam era desentralisasi, sekolah memiliki otonomi yang seluas-luasnya yang menuntut peran serta masyarakat
secara optimal. Bentuk nyata dari otonomi pendidikan dan otonomi sekolah adalah manajemen berbasis
sekolah. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) atau School Based Management
merupakan pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah
dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stakeholders) secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam rangka pendidikan
nasional. Esensi dari MPMBS adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai
sasaran mutu sekolah (Depdiknas, 2000). Otonomi dalam sistem dan pengelolaan pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat (Caldwell dan Spinks, 1992). Konsep ini
merupakan suatu bentuk pengelolaan sekolah yang menjamin sekolah memiliki otonomi yang luas dalam
mengelola pembelajaran, sumber dayanya, menentukan kebijakan yang sesuai dengan keinginan lembaga dan
masyarakat, serta dalam pengelolaannya melibatkan orang tua dan masyarakat, dan tidak mengabaikan
kebijakan nasional. Melalui kebijakan ini, pihak sekolah memiliki keleluasaan dalam pengambilan keputusan
tentang pengelolaan sumber daya, kurikulum, dan peningkatan profesionalisme guru dan staf. Hal ini tentu
menuntut keleluasaan guru dan karyawan dalam berapresiasi dan berinovasi sesuai dengan kondisi lingkungan
yang ada, tanpa harus terikat dengan aturan-aturan kurikulum yang ketat. Dalam hal ini Caldwell ...
Read More
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kreativitas Guru di Kelas terhadap Prestasi Belajar Siswa
ABSTRAK Ramadhani, Arnety Nantris. 2007.Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kreativitas Guru di Kelas
terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Ardjuna Malang (Studi Siswa Kelas II Jurusan Administrasi Perkantoran
pada Mata Diklat Menangani Surat Masuk dan Surat Keluar). Skripsi, Jurusan Manajemen, Program Studi S-1
Pendidikan Administrasi Perkantoran, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs.
Sarbini, (2) Drs. I Nyoman Suputra, M.Si. Dalam meningkatkan prestasi dan mutu para tamatan SMK, perlu
adanya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas. Kualitas belajar siswa serta para lulusan
ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar tersebut atau dengan kata lain kualitas
belajar siswa banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru di kelas. Fungsi dan peran guru salah satunya
adalah sebagai pemimpin. Dalam memimpin kelas guru memiliki gaya kepemimpinan tersendiri. Ada tiga macam
gaya kepemimpinan guru di kelas yaitu, (1) Demokratis, (2) Otokratis, 3. Gaya kepemimpinan Laissez faire
(kendali bebas). Disamping itu kreativitas guru di kelas juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan
kreativitas guru di kelas serta fungsi dan peran yang dijalankan dengan baik maka proses belajar mengajar
dapat berlangsung dengan kondusif, efektif dan efisien sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan gaya kepemimpinan dan kreativitas guru di kelas di SMK
Ardjuna Malang Jurusan ...
Read More
Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data
“Kalau alat pengambil datanya cukup reliabel dan valid, maka datanya juga akan cukup reliabel dan valid.
Namun masih ada satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan, yaitu kualifikasi si pengambil data” (Suryabrata,
Sumadi, 1983) Kadangkala kita jumpai di lapangan, datanya kurang reliabel dan valid disebabkan si peneliti
kurang kualified dalam bidang penelitian yang ditekuninya (Gay, L.R., 1987). Beberapa penelitian mensyaratkan
akan kualitas penngumpul datanya, misalnya dalam penelitian psikologi sipeneliti harus di test terlebih dahulu
tentang pengetahuan psikologinya. Contoh lain, di dalam penelitian geografi diharapkan pengumpul datanya
memahami kaidah “reciprocal relationship between man and his environment”, atau setidak-tidaknya memahami
tentang “natural elements” dan “humam elements”. [caption id="" align="alignleft" width="234" caption="Alm.
Prof. Dr Salladien"][/caption] Dalam penelitian pendidikan, lazim ditemui pengumpulan data melalui tes. Adapun

1/4
yang dimaksud dengan test ialah: “Test are valuable measuring instruments for educational research. A test is a
set of stimuli presented to an individual in order to elicit responses om the basis of which a numerical score can
be assigned”. (Ary, Donald, 1985) Selanjutnya dari batasan Donald Ary tertera di atas, menunjukkan bahwa test
merupakan bagian penting dalam penelitian pendidikan. Di samping itu pula,test merupakan instrumen prinsip
guna mengukur “human performance”, sehingga sering dikatakan sebagai pengukur paling prinsip “behavior”
dari sampel (Moore, Gary W., ...
Read More
Paradigma Pendidikan Masa Depan
Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia pendidikan Indonesia secara kuantitatif telah berkembang sangat cepat.
Pada tahun 1965 jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 53.233 dengan jumlah murid dan guru sebesar
11.577.943 dan 274.545 telah meningkat pesat menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru
(Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud, 1999). Jadi dalam waktu sekitar 30 tahun jumlah SD naik sekitar
300%. Sudah barang tentu perkembangan pendidikan tersebut patut disyukuri. Namun sayangnya,
perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan yang sepadan.
Akibatnya, muncul berbagai ketimpangan pendidikan di tengah-tengah masyarakat, termasuk yang sangat
menonjol adalah: a) ketimpangan antara kualitas output pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang
dibutuhkan, b) ketimpangan kualitas pendidikan antar desa dan kota, antar Jawa dan luar Jawa, antar
pendudukkaya dan penduduk miskin. Di samping itu, di dunia pendidikan juga muncul dua problem yang lain
yang tidak dapat dipisah dari problem pendidikan yang telah disebutkan di atas. Pertama, pendidikan cenderung
menjadi sarana stratifikasi sosial. Kedua, pendidikan sistem persekolahan hanya mentransfer kepada peserta
didik apa yang disebut the dead knowledge, yakni pengetahuan yang terlalu bersifat text-bookish sehingga
bagaikan sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya. Berbagai upaya pembaharuan
pendidikan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi sejauh ini belum menampakkan
hasilnya. Mengapa ...
Read More
Strategi Optimalisasi Media Massa dalam Membangun Masyarakat Multikultur
Media massa mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membangun masyarakat multikultur karena
perannya yang sangat potensial untuk mengangkat opini publik sekaligus sebagai wadah berdialog antarlapisan
masyarakat. Terkait dengan isu keragaman budaya (multikulturalisme), peran media massa seperti pisau
bermata dua, berperan positif sekaligus juga berperan negatif. Peran positif media massa berupa: (1) kontribusi
dalam menyebarluaskan dan memperkuat kesepahaman antarwarga; (2) pemahaman terhadap adanya
kemajemukan sehingga melahirkan penghargaan terhadap budaya lain; (3) sebagai ajang publik dalam
mengaktualisasikan aspirasi yang beragam; (4) sebagai alat kontrol publik masyarakat dalam mengendalikan
seseorang, kelompok, golongan, atau lembaga dari perbutan sewenang-wenang, (5) meningkatkan kesadaran
terhadap persoalan sosial, politik, dan lain-lain di lingkungannya. Peran negatif media massa dapat berujud
sebagai berikut: (1) media memiliki dan kekuatan ’penghakiman’ sehingga penyampaian yang stereotype, bias,
dan cenderung imaging yang tidak sepenuhnya menggambarkan realitas bisa nampak seperti kebenaran yang
terbantahkan; (2) media memiliki kekuatan untuk menganggap biasa suatu tindakan kekerasan.
Program-program yang menampilkan kekerasan yang berbasiskan etnis, bahasa dan budaya dapat mendorong
dan memperkuat kebencian etnis dan perilaku rasis; (3) media memiliki kekuatan untuk memprovokasi
berkembangnya perasaan kebencian melalui penyebutan pelaku atau korban berdasarkan etnis atau kelompok
budaya tertentu; (4) pemberitaan yang mereduksi fakta sehingga menghasilkan kenyataan semu (false reality),
yang dapat berakibat menguntungkan ...
Read More
Konsep Kepemimpinan
Menurut Soetopo (1984:1) Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok
sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Sedangkan menurut Handoko
(1995:294) bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang

2/4
lain agar bekerja mencapai sasaran. Sedangkan menurut Stoner Kepemimpinan adalah suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya (Handoko,1995:295). Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan
maupun kelompok (Thoha,2004:264). Dari berbagai pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpian untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain
untuk bekerjasama mencapai suatu tujuan kelompok. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu
dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang
dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Teori kesifatan atau sifat dikemukakan oleh beberapa
ahli. Edwin mengemukakan teori mereka tentang teori kesifatan atau sifat kepemimpinan. Edwin mengemukakan
6 (enam) sifat kepemimpinan yaitu: 1) kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability)
atau pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen. 2) kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup
pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses. 3) kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan
daya piker. 4) ketegasan, atau kemampuan ...
Read More
Konsep Kinerja Guru
Akadum (1999:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan,
usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Akadum, 1999:67). Secara definitif Bernandin dan
Russell dalam (Akadum, 1999:67) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
dan kesungguhan, serta waktu. Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. (Hasibuan, 2005:87). Menurut Andrew F. Sikula dalam
Hasibuan (2005), penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan
oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan. Dale Yoder mendefinisikan penilaian kinerja sebagai
prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta
kepentingan bagi pegawai (Hasibuan, 2005:25). Sedangkan menurut Siswanto (2003: 231) penilaian kinerja
adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen atau penyelia. Penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja
dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode
tertentu biasanya setiap akhir tahun. Berdasarkan pengertian tentang kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah hasil atau taraf ...
Read More
Organisasi Kemahasiswaan sebagai wahana untuk membangun karakter pemimpin
Hampir di setiap perguruan tinggi pasti ada organisasi kemahasiswan,sebagai wahana untuk
meengatualisasikan kreatifitas dan potensi mahasiswa. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di
Perguruan Tinggi, pada Pasal 3 (1) dijelaskan bahwa di setiap perguruan tinggi terdapat satu organisasi
kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan. Organisasi
kemahasiswa intra ini dibentuk pada tingkat perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan. Pada Pasal 5 dijelaskan
bahwa organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi mempunyai fungsi sebagai sarana dan wadah:
perwakilan mahasiswa tingkat perguruan tinggi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa,
menetapkan garis-garis besar program dan kegiatan kemahasiswaan; pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan;
komunikasi antar mahasiswa; pengembangan potensi jatidiri mahasiswa sebagai insan akademis, calon ilmuwan
dan intelektual yan berguna di masa depan; pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen dan
kepemimpinan mahasiswa; pembinaan dan pengembangan kader-kader bangsa yang dalam melanjutkan
kesinambungan pembangunan nasional; untuk memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang
dilandasi oleh norma-norma agama, akademis, etika, moral dan wawasan kebangsaan. Diantara fungsi
organisasi tersebut, fungsi pengembangan keterampilan organisasi dan kepemimpinan mahasiswa merupakan

3/4
hal yang penting. Hal ini disebabkan mahasiswa, selain calon ilmuwan, juga calon pemimpin bangsa di masa
depan. Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang nanti diharapkan sebagai pemimpin. Oleh
karena itu, perlu dipersiapkan secara ...
Read More

4/4

Anda mungkin juga menyukai