DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
i
HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH
Mengetahui
NIY.300100054
ii
HALAMAN PENGESAHAN DU/DI
Pembimbing
(Nata Sasmita)
NIP:8813130891
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Karenanya kita semua selamat dari zaman penuh kebodohan ke zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan judul MOTOR
LISTRIK. Sekaligus sebagai bukti bahwasanya penulis telah melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan (PKL), serta sebagai kewajiban pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di tempat ini.
Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis dapat menambah
wawasan dan pengalaman, serta dapat mempraktikkan ilmu yang telah di dapat
dari sekolah sebagai penunjang selama mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, Penulis tidak canggung
dalam menghadapi dunia usaha yang sesungguhnya. Penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu,
membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Untuk itu pada kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak & Ibu :
1. Allah SWT yang Maha Esa, yang telah memberikan anugerah luar biasa
dalam kehidupan manusia berupa kemampuan berpikir.
2. Ibu Evi Komalasari S.Sos selaku Kepala Sekolah SMK Bukit Asam.
3. Bapak Pil Asri S.p.d selaku Ketua Pembimbing Pelaksana Kerja Lapangan.
4. Bapak Yudi Biantra & Bapak Saryanto selaku Pembimbing Program
Keahlian Teknik Listrik SMK Bukit Asam.
5. Bambang sigit selaku Senior Vice President yang telah memberikan izin
dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.
6. Bapak Rheino Sadu Wijaya selaku Manager Bengkel Rekayasa Engineering
& Manufakur PT. Bukit Asam Tbk.
iv
7. Bapak Alamsyah selaku PGS.AM Listrik & Pompa
8. Bapak Nata Sasmita selaku Supeervisor General Fitting dan Rewending
Sekaligus
9. Bapak Yogi Sanzarian selaku Supeervisor Perbaikan AC dan Elektronika.
10. Crew Bengkel dan lain lain Terimakasih atas Bimbingan dan Kerja Samanya.
11. Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan moral
maupun material.
12. Kepada seluruh rekan-rekan SMK Bukit Asam yang selalu memberikan
semangat.
13. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik dalam melaksanakan maupun menyelesaikan laporan
kerja praktek ini.
Dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini, penulis telah berusaha
melakukan dengan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan kerja
praktik agar hasilnya dapat sesuai dengan tujuan dari pembuatan laporan kerja
praktik. Laporan kerja praktik ini memang masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar nantinya
penulis dapat menyempurnakan penulisan laporan kerja praktik ini. Terakhir
penulis ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh pembaca dan
berharap agar pembaca mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari laporan kerja
praktik ini.
v
x
DAFTAR ISI
vi
2.3.6 Bagian Pendingin............................................................................................................31
2.4 Proteksi........................................................................................................32
2.4.1 Definisi Sistem Proteksi..................................................................................................32
2.4.2 Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi.............................................................................34
BAB III..................................................................................................................37
GAMBARAN UMUM...........................................................................................37
3.1 Sejarah & Identitas Singkat Berdirinya DU/D........................................37
3.2 Visi & Misi PT. Bukit Asam Tbk..............................................................39
3.3 Tugas Pokok & Struktur Organisasi DU/DI...........................................40
BAB IV..................................................................................................................41
PEMBAHASAN MASALAH................................................................................41
4.1 Spesifikasi Motor 380V..............................................................................41
4.2 Gangguan Pada Motor...............................................................................41
4.2.1 Thermal Overload...........................................................................................................42
4.2.2 Phase Overcurrent..........................................................................................................42
4.2.3 Unbalance.......................................................................................................................42
4.2.4 Rotor Lock.......................................................................................................................43
4.2.5 Bearing............................................................................................................................43
BAB V....................................................................................................................46
PENUTUP.............................................................................................................46
5.1 Kesimpulan.................................................................................................46
5.2 Saran............................................................................................................46
5.2.1 Saran Untuk DU/DI.........................................................................................................46
BAB VI..................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................47
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Tenaga listrik sebagai bagian dari bentuk energi dan cabang produksi yang
penting bagi negara sangat menunjang upaya dalam memajukan dan
mencerdaskan bangsa. Sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang
menguasai hajat hidup orang banyak, tenaga listrik perlu di pergunakan untuk
sejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perkembangan teknologi semakin maju pada
saat ini mengakibatkan banyaknya pemakaian sumber daya listrik sebagai
penunjang kehidupan lebih baik. Suatu system tenaga listrik dibagi menjadi tiga
bagian utama, yakni system distribusi, system pembangkit, dan system transmisi.
Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan dari system pembakit antara lain,
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG),
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembakit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD).
Satu dari sekian pembangkit yang kita kenal di PT. PLN (Persero) yaitu
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bukit Asam yang terdapat di daerah
Tanjung Enim, Sumatera Selatan. PT. PLN (Persero) Pembangkit Sektor Bukit
1
Asam memiliki empat buah pembangkit yang menghasilkan daya sebesar 65MW
di tiap pembangkit. Daya yang dihasilkan oleh PT. PLN (Persero) Sektor Bukit
Asam disalurkan agar dapat digunakan oleh para konsumen listrik yang bertempat
tinggal diwilayah Tanjung Enim dan sekitarnya yamg masih terjangkau. Selain
itu, daya yang dihasilkan juga disalurkan keluar wilayah Tanjung Enim, seperti
Bengkulu, Lahat, Lampung, dan Palembang.
2
3. Bisa melatih siswa untuk berkomunikasi atau berinteraksi secara
profesional di dunia kerja yang sebenarnya. Sehingga tidak merasa
takut atau canggung lagi berkomunikasi secara professional.
4. Dapat membentuk etos kerja yang baik bagi siswa-siswi PKL.
Sehingga kedepannya dapat menjadi sosok lulusan dan berkualitas.
5. Bisa menambah dan mengmbangkan ilmu pengetahuan dasar yang
dimiliki oleh siswa-siswi PKL sesuai bidang masing-masing.
6. Dapat menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa agar
dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Bisa menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia
industri maupun dunia usaha.
2. Tempat
Kerja praktik dilaksanakan di Reakayasa Engineerting & Manufaktur
PT. Bukit Asam Tbk.
3
3. Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan – gagasan seputar
dunia usaha serta industri yang profesional dan handal.
4. Membentuk pola pikir siswa -siswi agar terkonstruktif baik serta
memberikan pengalaman dalam dunia Industri maupun dunia kerja.
5. Menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait,
baik dalam dunia usaha maupun dunia Industri.
6. Mengenalkan siswa – siswi pada pekerjaan lapangan di dunia industri
dan usaha sehingga pada saatnya mereka terjun ke lapangan pekerjaan
yang sesungguhnya dapat beradaptasi dengan cepat.
7. Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam mendidik dan melatih
tenaga kerja yang berkualitas.
8. Sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan bahwa pengalaman kerja
sebagai bagian dari proses pendidikan.
9. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan di era teknologi informasi dan komunikasi terkini.
10. Memberikan keuntungan pada pihak sekolah dan siswa – siswi itu
sendiri, karena keahlian yang tidak diajarkan di sekolah di dapat di
dunia usaha/industry.
4
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
Klasifikasi motor listrik terbagi menjadi dua jenis, yaitu motor arus
bolak-balik (AC) dan motor arus searah (DC). Pembagian motor tersebut
dilihat berdasarkan pasokan input, konstruksi dan mekanisme operasi.
7
Gambar 2.2.2. Motor Sinkron
Sumber : elektronika-dasar.web.id
2.3.1 Stator
Stator merupakan bagian dari motor yang tidak bergerak atau
diam. Stator terletak di bagian luar da mempunyai fungsi sebagai tempat
mengalirkan arus beban. Stator pada umumnya terbuat dari besi berbentuk
bundar yang dilaminasi dan mempunyai alur-alur sebagai tempat meletakkan
kumparan. Elemen laminasi inti terbentuk dari beberapa lembaran besi, setiap
lembaran besi terdapat beberapa alur dan lubang pengikat yang fungsinya
untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam allure yang disebut
belitan phasa yang terpisa secara listrik sebesar 120° untuk setiap motor tiga
phasa. Kemudian tumpukann inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang
yang berbentuk silindris. Berikut adalah beberapa jenis lempengan laminasi
inti, lempengan inti yang telah disatukan, dan belitan statoryang telah
diletakkan pada cangkang luar untuk motor tiga phasa.
a) Lempengan inti.
b) Tumpukan inti dengan isolasi kertas.
c) Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.
2.3.2 Rotor
9
Rotor merupakan bagian dari mesin yang terletak pada bagian
dalam dan merupakan bagian motor yang beputar. Untuk motor induksi
memiliki dua jenis rotor yang sering digunakan yaitu jenis rotor sangkar dan
rotor belitan. Kedua jenis rotor tersebut memiliki beberapa laminasi melingkar
yang terikat sangat erat diporos rotor. Jika kita menggunakan jenis motor yang
lebiih besar, karena pada jenis motor yang lebih besar pada bagian alur rotor
terdapat batang rotor yang telah dibenamkan kemudian dilas dengan sangat
kuat ke cincin ujunug rotor. Penamaan motor induksi sangkar tupai karena
motor tersebut memiliki rotor yang apabila diperhatikan saat tanpa inti rotor,
batang rotornya terlihat seperti kandang tupai. Pada rotor jenis ini tidak pernah
diisolasi, karena pada tegangan rendah batangan dialiri arus yang sangat besar.
Gambar 2.3.2 (a) tipikal rotor sangkar, (b) motor induksi sangkar
Sumber : fdokumen.com
Pada jenis rotor belitan, terdapat belitan yang sudah terislasi seperti
belitan pada stator. Semua belitan pada rotor tersebut terpapsang merata,
umumnya belitan tersebut terhubung bintang dan tiap-tiap ujung fasa terbuka
kemudian terkoneksi ke cincin slip yang terdapat pada rotor. Pada jenis motor
yang memiliki belitan pada rotor, tordi start dan kecepatan pengasutan dapat
dikontrol karena cincin slip ditekan oleh sikat karbon sehingga tahanan ekstral
dikoneksikan secara seri dengan belitan pada rotor.
Gambar 2.3.2 (a) tipikal rotor belitan, (b) motor induksi belitan
Sumber : 123dok.com
11
Gambar 2.3.5 Kumparan medan motor
Sumber : mikirbae.com
2.4 Proteksi
12
dapat berupa beban lebih, frenkuensi system rendah, asinkron, tegangan lebih,
hubung singkat dan lain sebagainya.
1. Menjauhkan maupun menurunkan bahaya terhadap peralatan yang
disebabkan oleh gangguan (keadaan tidak normal system operasi).
Semakin cepat atau laju reaksi alat proteksi yang dipakai, maka akan
semakin minimum efek gangguan yang dapat menyebabkan rusaknya
alat.
2. Secepat mungkin membatasi area yang mengalami gangguan menjadi
minimum.
3. Menyuguhkan layanan listrik dengan keandalan yang tinggi dan
kualitas listrik yang baik terhadap pemakai.
4. Memproteksi manusia akan bahaya yang dapat dihasilkan oleh listrik.
Pengetahuan tentang arus yang muncul dari bermacam jenis
gangguan di setiap titik atau tempat adalah suatu hal yang benar-benar pokok
terhadap pengoperasian system proteksi secara efisien. Apabila system
mengahalami gangguan,setiap operator akan memperoleh informasi mengenai
gangguan yang terjadi dan di mohon untuk secepatnya mungkin memproses
circuit breaker (CB) yabg tapat agar menyingkirkan sisitem yang sedang
mengalami gangguan ataupun melepaskan pembangkit dari jaringan yang
mengalami gangguan. Begitu susah untuk operator dalam memantau yang
dapat terjdi dan memutuskan circuit beaker (CB) mana yang digunakan dalam
mengamankan gangguan itu dengan pedoman biasa untuk seorang diri.
Inti dari proteksi serta tripping secara otomatis pada circuit yang
saling terikat memiliki dua fungsi utama :
1. Mengamankan perangkat alat yang mengalami gangguan, supaya
bagian lain bisa berjalan sebagaimana mestinya.
2. Melimitasi kerusakan perangkat alat yang disebabkan oleh panas yang
berlebih ( over heating).
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk membuat arus
yang mengalir secara maksimal dan stabil agar aman. Apabila arus yang
mengalir telah melewati batas maksimal yang telah ditetapkan dan tidak
adanya proteksi ataupun apabila proteksi yang tidak laya atau efesien, sehingga
kondisi menjadi upnormal dan menyebabkan kerusakan isolasi. Selain itu,
akan mengakibatkan rugiu-rugi didalam konduktor.
Sebuah proteksi haruslah mampu melenyapkan gangguan dengan
tidak merusak perangkat alat proteksinya. Maka dari itu, dalam memilih
13
perangkat proteksi harus cocok terhadap daya tamping arus hubungan singkat
atau yang biasa disebut dengan breaking capacity.
Selain itu sistem proktesi yang akan digunankan hendaklah
mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Circuit breaker (CB) memsti mampu dilewati arus nominal yang terus
berlangsung dengan tidsak mengalami panas yang lebih (over heating).
2. Beban lebih (overload) yang tidak terlalu besar dengan jarak yang
singkat semestinya tidak membuat perangkat alat beroperasi.
3. Sebuah sistem proktesi mesti tetap beroperasi meskipun pada beban
lebih (overload) yang tidak terlalu besar, maka dari itu bisa
mengakibatkan panas berlebih (over heating) di circuit penghantar.
4. Sebuah sistem proteksi mesti membuka rangkaian sesegera mungkin
akibat kerusakan yang diakibatkan oleh arus ganguan yang terjadi.
5. Proteksi sebaikanya bisa membuat jarak dengan rangkian yang
mengalami ganguan dari rangkaian lainnya yang masih berkerja.
Proteksi dari beban berlebih (overload) akan beroperasi apabila
seluruh rangkaian listrik diputuskan dahulu sebelum panas berlebih (over
heating) muncul. Diposisi ini, bat kan oleh ganguan maupun kondisi
abnormal yang dialami oleh motor.
Melakukan beban lebih (overload) bereaksi lumayan lama apabila reaksi dari
circuit breaker(CB) dengan fungsi invers kepada arus kuadrat. Proktesi dari
ganguan hubung singkat akan beroperasi jika breaker lumayan cepat dalam
membuat rangkaian sebelum arus bisa menjangkau yang diakibatkan panas
berlebih (over heating).
Proteksi motor berfungsi untuk mengatasi kerusakan motor yang
diakibatkan karena terdapat ganguan pada motor. Selain itu, penganman pada
motor diinginkan ikut serta didalam pengoperasian kemampuan pemilihan
sistem, sehingga pengaman motor dapat meminimalisir daerah yang
mengalami nganguan pada motor,
Tujuan utama dalam memasang proteksi relay pada motor yaitu
memberikan keamanan pada perangkat alat, sehimgga kerugian yang
ditimbulkan oleh ganguan bisa dijauhin maupun diminimalisir sekecil
mungkin,yang melalui:
1. Melakukan tindakan preventif kerusakan motor yang diakin pendekatan
pada ganguan maupun kondisi abnormal yang bisa menyebabkan
bahaya pada perangkat alat maupun sistem motor.
14
2. Menjauhkan komponen sistem motor yang mengalami nganguan atau
kondisi abnormal sesegera mungkin, sehingga bagian instalasi yang
mengalami nganguan bisa dihilangkan maupun dikurungin sekecil
mungkin dang komponen sistem yang lain tetap berkerja.
3. Menyuguhkan mutu pelayanan listik yang terpercaya dan terbaik
kepada pelanggan
4. Menyuguhkan alat pengaman cadangan terhadap bagian intalasi lain.
5. Memberikan jaminan keamana pada manusia akan bahaya yang
mungkin muncul oleh listrik.
15
6. Proteksi cadangan
Proteksi cadangan (backup) adalah proteksi yang akan beroperasi
apabila primer atau utama tidak beroperasi. Proteksi cadangan ini harus
bisa mandiri layaknyan proteksi primer atau utama.
Setiap sistem proteksi primer atau utama berfungsi untuk menjaga
daerah atau tempat sistem dengan daya tertentu. Terdapat probabilitas bahwa
sebuah area yang ada tidak memiliki pelindung. Pada saat kejadian seperti itu,
sistem proteksi cadangan ( backup) akan memberi sebuah proteksi.
Di dalam sistem distribusi, pengaplikasian sistem cadangan
(backup) tidak terlalu luas seperti pada sistem transmisi. Proteksi ini hanya
dapat menjangkau bagian-bagian yang strategis. Control dari setiap cadangan
(backup) akan mempunyai reaksi yang tidak cepat dan secara umum, akan
memutus bagian lebih banyak daripada yang dibutuhkan dalam menghilangkan
bagian yang mengalami gangguan. Secara general, sistem proteksi terdiri atas
6 komponen, yakni:
1. Circuit breaker atau saklar pemutus (PMT).
2. Relay.
3. Trafo arus atau current transformer (CT).
4. Trafo tegangan atau potential transformer (PT).
5. Kabel control.
6. Catu daya 110V dari rectifier.
16
BAB III
GAMBARAN UMUM
17
• 1947-1949 : Pemerintahan Belanda (Agresi II)
• 1950-1959 : Pemerintahan Negara NKR
• 1959-1960 : Biro Urusan Perusahaan Tambang
• 1961-1967 : Badan Pimpinan Umum TaBa
• 1968-1980 : Perusahaan Negara Tambang Batubara
• 1981-2009 : PT. Tambang Batubara Bukit Asam
• 2009-2017 : PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
• 2017 – sekarang : PT. Bukit Asam Tbk.
Pada tahun 1968, berdasarkan PP No : 23/1968, BPU batubara dan ketiga PN.
Tambang Batubara tersebut berpusat di Tanjung Enim dan Tambang Batubara
Bukit Asam menjadi salah satu unit produksi PN. Batubara.
Pada akhir dekade 1960-an, batubara mengalami masa suram karena bersaing
dengan bahan bakar minyak yang lebih murah dan jumlahnya melimpah.
Akibatnya batubara Bukit Asam nyaris ditutup dan terjadi pengurangan jumlah
karyawan serta pengecilan organisasi.
Saat krisis energi tahun 1973, batubara kembali menjadi komoditi yang
mempunyai masa depan cerah. Oleh karena itu, pemerintah bertekat untuk
memanfaatkan kembali penggunaan batubara sebagai sumber energi alternatif
dengan tujuan sebagai berikut :
Mengintensifkan pengembangan sumber-sumber energi.
18
Secara bertahap akan menggeser mono energy economy menjadi poly
energy economy ( terutama batubara dan gas bumi ).
Mengintensifkan pemakaian terhadap bahan bakar minyak dan terus
mengikat.
VISI
Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.
MISI
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi
korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah
maksimal bagi stakeholder dan lingkungan.
NILAI
Visioner
Bekerja cerdas
19
Integritas
Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur,
berkomitmen dan bertanggung jawab.
Inovatif
Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh terobosan
baru untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari
sebelumnya.
Professional
Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi,
dengan kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh, dalam
kerjasama untuk keahlian yang terus-menerus meningkat.
MAKNA
Mempersembahkan Sumber Energi untuk Kehidupan Dunia dan Bumi yang
lebih baik.
KOMITMEN
Kami berkomitmen mewujudkan visi, misi, dan nilai-nilai PTBA dan
terbentuknya budaya sebagai pondasi kesuksesan jangka panjang.
20
Gambar 3.3 Struktur Organisasi di Rekayasa Engineering & Manufaktur
Sumber : https://www.ptba.co.id/
21
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
Pada PT. PLN (Persero) UPK Bukit Asam memiliki jenis motor type
DMF 1501/48 yang fungsinya juga untuk menghembuskan udara dan melindungi
bearing penggilingan dari debu/Serpihan batubara. Pada motor tersebut dipasang
pada tingkat 2 (Level 2 dari ruang kerja/operasi sistem) pada PT. PLN (Persero)
UPK Bukit Asam. Selain untuk melindungi bearing dan menghembuskan udara,
motor sejenis juga banyak digunakan di PT. PLTU Bukit Asam tetapi daya yang
digunakan berbeda-beda tergantung jenis beban yang akan ditanggungkan oleh
motor.
22
gangguan ke tanah, beban berlebih gangguan short sirkuit pada motor. Gangguan
pada mesin motor antara lain kerusakan pada batang rotor, massa motor yang
tidak seimbang, keanehan pada celah udara, kerusakan pada bearing motor,
kesalahan pada kumparan rotor, kesalahan pada kumparan stator. Gangguan ruang
lingkup motor antara lain temperature lingkungan luar sering kali kita dapati yaitu
embun yang dapat mempengaruhi performa induksi motor. Viberasi mesin yang
disebabkan oleh kerusakan instalasi, keerusakan pondasi, dan lain sebagainnya.
Berikut ini merupakan gangguan umum yang di proteksi pada motor PLTU Bukit
Asam :
4.2.3 Unbalance
Kerusakan sistem pada sistem mekanik antara lain diakibatkan oleh
ketidakseimbangan (unbalance) pada poros putar. Unbalance didefinisikan
sebagai ketidakseimbangan distribusi dari massa terhadap centerline sebuah rotor.
Ketidakseimbangan (unbalance) ini akan menyebabkan bantalan-bantalan poros
menerima gaya sentrifugal tambahan yang disebabkan beban unbalance. Untuk
23
mengatasi kondisi ini perlu dilakukan prosedur perawatan untuk menghilangkan
unbalance pada mesin.
Pada penelitian ini melakukan pengujian pada alat uji jenis rotor
tunggal dengan menggunkan digital signal analyzer (DSA) dan sensor getaran
accelerometer. Hasil pengujian berupa respon getaran akibat massa unbalance dan
juga proses penyeimbangannya (balancing). Proses balancing dilakukan dengan
menggunakan metode tiga massa coba. Hasil dari pengujian ini menunjukkan
bahwa kondisi unbalance akan memunculkan satu puncak frekuensi yang disebut
dengan frekuensi aktif. Selain itu, proses balancing yang dilakukan menghasilkan
penurunan magnitude pada respon getaran.
4.2.5 Bearing
Penyebab arus motor yang tinggi atau besar baiasanya pada bearing
yang ada pada shaft rotor motor 3 phase, seperti yang diketahui jika bearing
sudah rusak maka indikator jarum amper metter yang ada dipanel akan naik hal
ini, dapat membuat panas pada kumparan karna kelibahan arus, bearing atau
klaher jika sudah rusak maka shaft rotor tidak akan maksimal untuk berputar, bisa
jadi berat dan akan menyebabkan amper atau arus pada panel navigasi penunjukan
amper meter akan naik.
24
Penyebab terbesar terjadinya kerusakan pada motor listrik adalah
karena kurangnya perawatan yang intensif. Perawatan yang kurang tepat pada
motor listrik juga akan mengakibatkan motor listrik cepat mengalami kerusakan
bahkan bisa berakibat dilakukannya penggantian secara permanen. Seperti contoh,
pelumas yang tidak tepat akan mengakibatkan gesekan antara motor dan
penggerak transmisi peralatan. Oleh karena itu, perawatan yang tepat diperlukan
untuk menjaga kinerja motor.
25
8. Cabut Deflector / Cover Motor ( sisi NDE / Non Drive End ).
9. Lepaskan pengunci Bearing pada motor ( sisi NDE / Non Drive End ).
10. Lepaskan bearing motor .
11. Lepaskan bearing dari housing.
12. Ukur GAP / Celah antara housing dan bearing motor ( sisi NDE / Non
Drive End ).
13. Apabila motor hasil pengukuran celah atau GAP antara housing dan
bearing melebihi dari nilai standar ( 0) maka dilakukan perbaikan pada
dudukan housing bearing.
14. Lakukan pergantian bearing pada motor ( sisi NDE / Non Drive End ).
15. Pastikan celah antara bearing dan shaft sesuai dengan standar ( 0 ).
16. Rangkai kembali semua peralatan ( sisi NDE / Non Drive End ) apabila
semua material pada peralatan sudah sesuai dengan standar pengukuran.
17. Pasang bearing dan housing yang sudah diperbaiki kembali pada motor.
18. Pasang ring pengunci bearing dan housing ( sisi DE / Drive End ).
19. Pasang kembali cover / deflector ( sisi DE / Drive End ).
20. Kencangkan baut pengikat cover / deflector ( sisi DE / Drive End ).
21. Pasang fan pada motor.
22. Pasang cover fan pada motor.
23. Pasang kembali motor pada system.
24. Pasang motor pada dudukan pondasi motor.
25. Pasang kabel power dan control pada motor.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pentingnya langsung melakukan perbaikan pada motor listrikjika
mengalami kerusakan.
2. Kerusakan pada motor listrik umumnya terjadi karena gangguan internal
maupun eksternal yang menyebabkan naiknya arus motor dan timbulnya
panas berlebih.
3. Melakukan pengecekan pada motor listrik sangat diperlukan untuk
meminimalisir kerusakan yang akan terjadi.
5.2 Saran
27
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29