Anda di halaman 1dari 12

Kisah hidup seorang bercadar yang menghadapi berbagai cobaan

dalam mempertahankan keimanannya, dari segi


lingkungan,teman,serta masyarakat yg tidak mendukung dengan
penampilannya yang sekarang, termasuk kisah asmara yang tak
terduga datang dalam kehidupannya

Pada suatu hari DIA medapat kabar dari ayahnya bahwa 2 minggu
lagi dia harus pindah ke kota (....) lantaran pekerjaan orang tuanya
yang dipindah oleh pihak atasan, DIA pun bingung mau nggak mau
dia harus pindah ke sana ikut dengan orang tuanya

2 minggu pun datang pada hari itu dia merasa sedih sekali, diapun
mengemasi semua barangnya dan menaruh didalam koper setelah
itu dimasuk kan kedalam mobil dan berangkat menuju kota dan
rumah barunya (......)

Sesampainya di rumah barunya dia langsung masuk kedalam dan


mengemasi barangnya yg ada di mobil dan pada saat dia hendak
mengambil barangnya di mobil namun DIA tidak kuat mengangkat
koper yang begitu berat,hingga pada akhirnya ada seorang laki2 yang
kasihan melihatnya lalu mendekatinya bermaksut ingin membantu
mengemasi barang milik DIA akan tetapi saat laki2 itu hendak
mengangkat koper milik DIA seorang ibu berteriak kepadanya agar
jauh2 dari DIA karena ibu itu selalu berprasangka negatif terhadap
wanita2 yang bercadar seperti DIA ini...

KEESOKAN HARINYA..

Pada suatu pagi setelah DIA selesai bersih bersih rumah,ibunya


menyuruhnya keluar untuk berbaur dengan tetangga tetangga baru
mereka,namun DIA kembali teringat akan kejadian kemarin (ibu ibu
yang memarahinya),lalu DIA pun mengiyakan kemauan ibunya untuk
bertegur sapa dengan masyarakat sekitar sambil membawa kucing
kesayangannya

Ditengah perjalanan DIA melihat segerombolan ibu ibu yang pulang


dari pasar yang menatapnya dengan tatapan sinis,ketika DIA
menyapa ada salah satu dari ibu tersebut yang tiba tiba berbicara
dengan nada tidak mengenakkan,hingga menyakiti hatinya,DIA
hanya diam lalu pergi

Ketika ditengah perjalanan dia tersesat dan tak tahu harus bertanya
kepada siapa alamat rumah barunya itu,DIA memasuki area lorong
hingga DIA merasa ada yang mengikutinya,saat DIA menoleh
kebelakang tak nampak satu orangpun yang DIA lihat,DIA pun
merasa ketakutan dan segera menggendong kucingnya dan
membawanya lari.

REVISI EPS 1

Pada sore hari ketika aku sedang duduk dikamar meratapi kesedihan
meninggalnya ayahku,tiba tiba terbesit dalam hati tentang
permintaan almarhum ayahku yang belum sempat aku kabulkan

(flashback on)

Saat aku pulang sekolah,aku mendapati ayah dan bundaku sedang


bertengkar hebat,aku melihat bundaku yang sedang menampar
ayahku,aku hanya mematung diambang pintu sembari melihat
mereka bertengkar,sampai ayahku melihatku dan
mendekatiku,ayahku menyuruhku masuk ke kamar,dan aku
menurutinya,setelah masuk kamar aku masih memikirkan apa yang
terjadi dengan keluargaku,sampai akhirnya aku tertidur.

Keesokan harinya saat aku pulang sekolah aku mendapati


pemandangan yang sama dengan hari hari sebelumnya yaitu
pertengkaran ayah dan bundaku,berbeda dengan ayah yang
menenangkanku saat kejadian seperti ini,bundaku malah
memarahiku,membentaku,bahkan menjadikanku pelampiasan atas
kemarahannya pada ayahku.

Hingga pada suatu malam aku sedang asyik menonton film


kesukaanku diruang keluarga sendirian,tiba tiba ayahku
menghampiriku,ia duduk disampingku dengan mengusap kepalaku
seraya berkata “Ayah akan segera berpisah dengan bundamu”.
Kalimat itu terus terngiang dikepalaku,aku tak tahu apa yang
terjadi,namun mungkin itulah keputusan yang terbaik untuk mereka
berdua.

Setelah ayah dan bundaku resmi bercerai ayahku memintaku untuk


ikut dengannya untuk pindah kerumah yang baru dan meninggalkan
bunda dirumah yang lama,setelah aku pindah dari rumah lamaku
otomatis aku harus pindah sekolah disini,sekolah baruku ini
mewajibkan siswinya untuk menggunakan cadar,sedikit asing bagiku
karena aku belum pernah menggunakan benda ini
sebelumnya,namun karena paksaan dari ayahku akhirnya aku
menurut mengikutinya,setelah beberapa tahun aku bersekolah disini
aku mulai nyaman dan mulai terbiasa dengan cadar yang
kupakai,beberapa tahun kemudian ayahku pindah tugas dan aku
harus ikut dengannya karena ayah tak tega meninggalkanku dirumah
sendirian bersama pengasuhku.

Setelah aku pindah ke kota baruku yang kedua dan sekolahku yang
baru,lagi,aku merasa takut melihatku karena aku menggunakan
cadar,aku semakin risih dengan mereka yang melihatku seolah tak
suka pada penampilanku,begitupun dengan tetangga baruku yang
menatapku dengan tatapan tak suka pula,tapi ada seseorang yang
masih peduli padaku,contohnya Mas Fahri

Pada suatu hari saat ayahku hendak pergi bertugas ada kejanggalan
yang sebelumnya tak pernah dilakukan oleh ayahku,tiba tiba ayahku
menyuruhku duduk disampingnya,ayahku mengusap pucuk kepalaku
seraya menjelaskan kejadian pertengkaran beberapa tahun
silam(dialog),setelah selesai menjelaskan ayah memberiku sebuah
pesan yakni ayah ingin bertemu bundaku sebelum aku lulus
sekolah,namun aku menyepelekan pesan dari ayahku karena kurasa
tidak begitu penting,setelah satu bulan ayahku tugas tiba tiba ada
telfon yang menyampaikan bahwa ayahku meninggal dunia dalam
melaksanakan tugas negara,akupun menangis dan menyuruh orang
yang ada dalam telefon tersebut untuk mengantarkan jenazah
ayahku kerumah.

(flashback off)

Ketika aku selesai memikirkan dan merenungkan pesan terakhir


ayahku tiba tiba Si mbok masuk kedalam kamarku,Si mbok mencoba
untuk menguatkanku,menyuruhku untuk mengikhlaskan kepergian
ayah,Si mbok juga bilang bahwa aku tidak boleh terus terusan
memikirkan almarhum ayahku,aku hanya mengangguk patuh pada Si
mbok,setelah si mbok selesai berbicara padaku dan si mbok pun
keluar,pada saat itu juga aku memiliki keinginan untuk menjalankan
amanah terakhir ayah yang ia mintakan kepadaku yaitu mencari
bundaku,akupun langsung meminta izin si mbok yang kini sedang
berada di dapur dan si mbok pun menyetujuinya,aku langsung berlari
menuju kamarku untuk mengemasi barang barang yang akan
kubawa dalam pencarian bundaku besok pagi,hari ini sangat
melelahkan,aku membaringkan tubuhku diatas Kasur dan tanpa
sadar akupun terlelap.

Keesokan harinya aku sudah bersiap siap untuk mencari bundaku


namun ada sesuatu yang mengganjal,aku tidak akan mungkin pergi
sendirian tanpa teman,aku bingung mau minta pertolongan kepada
siapa,sedangkan tetanggaku bersikap acuh tak acuh padaku,ketika
aku sedang berpikir keras tiba tiba aku teringat pada mas Fahri,mas
Fahri adalah satu satunya tetangga yang peduli padaku,pasti mas
bambang mau membantuku mencari bundaku,setelah aku
menghubungi mas bambang dan minta ditemani dalam pencarian
mamaku pun akhirnya mas Fahri mengiyakan permintaanku.

Setelah berminggu minggu aku mencari bundaku akhirnya aku bisa


bertemu juga dengan bundaku,berkat bantuan pak satpam yang ada
di kantor bisnis bundaku,saat bertemu bundaku aku merasa
hutangku pada ayahku sudah lunas,bunda menanyakan kabar ayah
namun aku menjawab bahwa ayah sudah meninggal karena tewas
dalam tugas negara,tanpa sadar air mataku pun keluar tak mampu
kubendung,bunda yang melihatku bersedih segera memelukku dan
bunda meminta agar aku tinggal dengannya,akupun mengangguk.

Ketika aku pulang aku pun bersiap berkemas untuk pindah besok
pagi,si mbok membantuku mengemasi barang barangku,dan barang
barang si mbok juga,tak lupa juga sebelum aku pergi aku
berterimakasih kepada mas Fahri karena sudah mau membantuku
mencari bundaku dan aku bilang kepada mas Fahri bahwa aku akan
pindah dan tinggal dengan bundaku,tidak jauh dari komplek
perumahan yang sebelumnya kutinggali bersama ayahku,mas Fahri
hanya tersenyum simpul seolah tidak mengikhlaskan aku pindah,aku
mencoba meyakinkan mas Fahri bahwa meskipun kita tidak jadi
tetangga bersebelahan lagi kita akan tetap menjadi SAHABAT sampai
nanti,mas Fahri masih sama dengan senyum simpulnya.

Setelah beberapa tahun aku tinggal dengan bundaku dan masih


contact an juga dengan mas Fahri akhirnya aku lulus Aliyah dan
bundaku memintaku untuk meneruskan belajarku di luar negeri
tepatnya di Kairo,awalnya aku tak mau karena menurutku itu terlalu
jauh,dan tandanya aku harus berpisah dengan bunda dan si
mbok,namun karena dorongan dari bunda dan karena disana juga
terdapat pondok pesantren yang terbaik di dunia jadi mau tak mau
aku mengiyakan permintaan bundaku dan bundaku pun meminta
agar aku segera berangkat ke Kairo karena bundaku tak mau aku
terlalu lama menganggur dirumah.

Tiba dimana hari aku berangkat ke Kairo,aku berpamitan dengan


Bunda,Si Mbok,dan Mas Fahri,tak lupa juga sebelum itu aku
mengunjungi tempat pemakaman ayahku untuk meminta restu
keberangkatanku ke Kairo,pada saat aku berpamitan dengan Mas
Fahri,mata mas Fahri tampak berkaca kaca menatapku,aku heran
melihat tingkah mas Fahri,dalam hati aku bertanya “mas Fahri ini
kenapa ya?”,setelah aku mengucapkan “Dek Laras pamit kuliah
dulu,makasih mas Fahri udah mau nemenin dek Laras” mas Fahri
hanya tersenyum simpul dan malah menyatakan perasaanya
kepadaku,aku terkaget dan tak tahu harus berbuat seperti apa,aku
hanya mematung memandang wajah mas Fahri yang tampak seperti
memelas tapi cenderung ke ekspresi sedih,aku tak kuat melihat
wajahnya yang terus terusan seperti itu akhirnya aku pun berkata
“Kalo mas Fahri bener bener serius sama dek Laras,mas Fahri harus
sanggup nungguin dek Laras lulus mondok di Kairo dan mungkin kita
akan lost contact beberapa tahun karena di pondok pesantren itu
tidak boleh menggunakan hp” mas Fahri hanya mengangguk dengan
mantap dan dia berjanji akan menunggu kepulanganku dari Kairo
beberapa tahun kedepan,aku pergi dengan langkah gontai,setelah
distasiun aku masih tidak habis fikir tentang ucapan mas Fahri yang
menyatakan rasa sukanya padaku,dikursi tunggu penumpang aku
senyum senyum sendiri mengingat ekspresi wajah memelas mas
Fahri yang diperlihatkan padaku tadi,setelah beberapa saat aku
menunggu jadwal keberangkatan akhirnya pesawat dengan tujuan
Kairo pun datang,aku segera masuk kedalam pesawat dan menikmati
perjalananku dari Indonesia menuju Kairo.

Tak terasa beberapa jam sudah kulalui dan akhirnya aku sampai di
bandara Kairo,aku langsung mencari taksi untuk segera mengantarku
ke pondok pesantren itu,sebelum itu tak lupa aku menelefon bunda
dan si mbok,aku ingin membaritahu mereka bahwa aku sudah
sampai di Kairo dengan selamat,dan aku juga mohon restu pada
bunda supaya aku diberikan kalancaran dalam menuntut ilmu
dinegeri orang,tak lupa juga aku menelefon mas Fahri yang
memintaku mengabarinya saat aku sudah sampai di Kairo,saat aku
menelefon mas Fahri dan meminta restu untuk menuntut ilmu disini
mas Fahri mengucapkan kalimat terakhir sebelum ia menutup
telefonnya yaitu “Cepat pulang dek Laras” aku tersenyum simpul dan
tidak menjawab kalimat mas Fahri tersebut,beberapa saat kemudian
mas Fahri mengucapkan salam,belum sempat aku mengucapkan
salam namun sambungan telefonnya segera ditutup oleh mas
Fahri,setelah aku melihat taksi aku melambaikan tanganku tanda
menyuruh untuk berhenti,sopir taksi tersebut mempersilahkan aku
masuk dan menanyaiku hendak pergi kemana,akupun menjawab
“pondok pesantren (….) pak” sopir taksi tersebut mengangguk
mantap,akupun menikmati perjalananku menuju pondok
pesantrenku ini.

Aku merasa sangat senang saat aku sampai di pondok pesantrenku


kini,namun ada beberapa santriwati yang tampaknya tak suka
dengan kehadiranku,aku tak tahu mereka membenciku karena hal
apa yang pasti aku tidak mengenali mereka,aku mendapatkan
banyak sekali teman baru disana,mereka menyambutku dengan
ramah meskipun tak semuanya,setelah beberapa bulan aku disana
aku mulai merasa nyaman,teman teman tang tadinya tak suka
padaku pun kini menjadi akrab denganku sehingga aku semakin
betah di pondok pesantren ini.

BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN SETELAH LULUS DI PONDOK


PESANTREN

Setelah beberapa tahun aku di Kairo dan hanya bisa berhubungan


dengan bundaku selama satu tahun sekali tepatnya pada saat hari
raya idul fitri akhirnya aku dinyatakan lulus di pondok pesantren (….)
ini,besok adalah hari aku kembali ke tanah air,aku dibantu
mengemasi barang yang akan aku bawa pulang besok oleh teman
temanku yang seangkatan denganku dan mereka juga sudah lulus
hanya saja beda negara denganku,setelah mereka selesai
membantuku aku membantu mereka yang berkemas untuk
kepulangan mereka ke negara mereka masing masing,setelah selesai
berkemas kami merasa kelelahan dan membaringkan tubuh kami
diatas ranjang,berharap besok bisa bangun dalam keadaan yang
fresh.

Keesokan harinya aku sudah di bandara,menunggu jadwal


keberangkatan pesawat tujuan Indonesia datang,aku duduk duduk
sambil sesekali memainkan ponselku yang beberapa tahun
belakangan harus menginap dikantor asrama pusat pondok
pesantrenku karena memang para santriwan dan santriwati baru
boleh diperkenankan menggunakan ponselnya saat sudah lulus dari
pondok pesantren tersebut,aku menelefon bundaku,memberi kabar
bahwa aku akan pulang hari ini,bundaku begitu excited menyambut
kepulanganku,namun aku tak mengabari mas bambang,ya seorang
laki laki yang pernah mengutarakan perasaanya padaku beberapa
tahun silam dan akupun tak tahu apakah rasa tersebut masih ada
atau bahkan sudah ada yang menggantikan posisiku.

Setelah lama aku memikirkan hal tersebut tiba tiba aku dikagetkan
dengan suara bel landingnya pesawat tujuan Indonesia,akupun
segera masuk dan menikmati perjalanan pulangku dari Kairo menuju
Indonesia,tak terasa setelah beberapa jam akhirnya aku sampai di
bandara Indonesia,bundaku yang sedari tadi menungguku disana
sudah menangis dan menghambur dalam pelukanku saat melihat
anak satu satunya yang beberapa tahun lalu harus menuntut ilmu
dinegeri orang sekarang sudah didepan matanya,tanpa basa basi
bundaku langsung mengajakku untuk naik kemobil dan bergegas
pulang kerumah.

Saat aku sudah berada dirumahku aku mencari keberadaan si mbok


dan aku bertanya pada bundaku,namun bundaku memberikan
jawaban yang sangat tidak mengasyikan menurutku yaitu si mbok
kembali ke kampong halamannya karena memang sudah tua,dan
sudah saatnya berdiam diri dirumah berkumpul dengan sanak
saudara dikampung,aku sedikit memanyunkan bibirku namun
bundaku menenangkanku,bundaku berjanji padaku jika tugas tugas
bunda dikantor sudah selesai dan bunda dapat waktu cuti bunda
akan mengajaku mengunjungi si mbok dikampung,aku sangat
bahagia,setelah puas berbincang bincang dengan bunda lalu bunda
menyuruhku untuk mandi dan bunda akan menyiapkan makan
malam untukku,setelah selesai mandi dan selesai makan malam
bersama bunda aku berpamitan kepada bunda untuk tidur karena
aku sangat lelah hari ini,Bundapun mengusap pucuk kepalaku dan
mengucapkan selamat tidur padaku,akupun langsung bergegas
menuju kamarku untuk membaringkan diriku yang sudah lelah sedari
tadi.

Beberapa hari sudah aku berada dirumah ini tiba tiba terbesit sedikit
kerinduan pada seseorang yang pernah mengutarakan perasaannya
padaku,ya mas Fahri,aku berpikir ingin mengunjunginya akhir pekan
depan,setelah tiga hari berlalu rinduku semakin tak terbendung,aku
ingin segera menemui mas Fahri,saat aku duduk santai di ruang
keluarga tiba tiba ada seseorang mengetuk pintu,ketika aku ingin
menuju kedepan untuk membuka pintu tiba tiba bunda berkata
kalau biar bunda saja yang membuka pintunya,akupun
mengiyakan,kulanjutkan kegiatan nonton televisiku,saat bunda
sudah masuk kedalam bunda mengatakan bahwa ada seseorang
yang menitipkan surat undangan pernikahan padaku,akupun
terheran heran siapa yang menitipkan surat pernikahan padaku,saat
kubuka surat undangan pernikahan tersebut betapa terkejutnya
diriku saat melihat nama seseorang yang kurindukan saat ini sudah
tertera di undangan tersebut,namanya bersanding dengan nama
wanita lain yang pastinya bukan namaku yang ada disana,hatiku
hancur tak karuan tak terasa tiba tiba air mata menetes dari pelupuk
mataku tak mampu kubendung,bunda yang terheran heran
melihatku segera menanyakan apa yang terjadi namun aku diam saja
dan memilih masuk kedalam kamar dengan meninggalkan undangan
pernikahan itu diruang keluarga bersama bunda.

FAHRI

Sudah 3 setengah tahun lamanya Fahri menunggu laras yang tak


kunjung pulang dari Kairo,sedangkan ibunya terus saja menyuruhnya
untuk segera menikah namun bambang tetap tidak mau menikah
terlebih dahulu dengan alasan masih menunggu laras pulang studi
dari Kairo,ibunya sudah muak dengan alasan yang selalu Fahri
berikan hingga pada akhirnya ibunya mencarikan calon untuk
Fahri,awalnya Fahri tak mau menikah dengan wanita tersebut namun
karena paksaan dari ibunya dan memang ini adalah usia yang
seharusnya untuk menikah jadi mau tak mau Fahri pun mau
menikahi wanita itu,dalam hati Fahri tak henti hentinya
mengucapkan permohonan maaf kepada laras karena tak bisa
menepati janji yang ia ucapkan dulu,namun apalah daya semuanya
sudah terjadi.

BACK TO LARAS

Didalam kamar aku menangis tersedu sedu mengingat tulisan nama


yang kubaca tadi,aku sangat tidak percaya tapi disisi lain tebakanku
benar bahwa rasa yang ada dihati mas Fahri kepadaku sudah
hilang,aku bingung harus menghadiri pesta itu atau tidak,sangat
tidak sopan jika aku tidak menghadiri acara itu apa lagi ini soal mas
Fahri seseorang yang sudah membantuku sedari dulu,namun disisi
lain aku juga tak mau hatiku lebih hancur lagi melihat mereka
bersanding,air mataku tak henti hentinya menghambur keluar
mengingat masa masa bersama mas Fahri sebelum aku berangkat ke
Kairo,ingatanku kembali tertuju pada undangan itu yang lagi lagi
membuat hatiku semakin pilu,aku menangis begitu lama hingga
tanpa sadar akhirnya aku terlelap.

Hari ini adalah hari besar mas Fahri dan calon istrinya,bunda
menyuruhku untuk tetap menghadiri acara itu,ya orangtuaku
memang mengajarkanku arti menghargai orang lain dari aku masih
kecil,tak heran jika bundaku memaksaku menghadiri acara
pernikahan mas Fahri itu,apalagi mas Fahri seseorang sudah
membantu banyak sekali untuk keluargaku,dengan sedikit ragu
akupun mengiyakan permintaan bundaku,aku memakai gamis
kesayanganku,lengkap dengan handshock yang sering kupakai
semasa aku masih mondok di Kairo,tak lupa aku juga memakai niqab
kesayanganku karena niqab ini adalah kado pemberian almarhum
ayahku pada saat ulang tahunku beberapa tahun silam,aku sudah
siap berangkat ke acara pernikahan mas Fahri,aku menunggu bunda
yang sedang mengambil mobil untuk segera bergegas ke lokasi
pernikahan.

Setelah sampai disana aku melihat mas Fahri yang tampak tampan
menggunakan jas hitam dan dasi yang melingkar
dilehernya,begitupun pengantin perempuan yang memakai gaun
simple namun elegan dengan menggunakan jilbab dengan warna
senada dengan gaun yang dipakai,saat aku dan bundaku sampai
disana mas Fahri melihatku,menatapku dengan tatapan memohon
maaf namun aku hanya memberi tatapan pasrah,disela sela acara itu
tiba tiba seseorang menepuk pundaku akupun segera membalik
badanku dan mendapati bundaku yang tersenyum padaku,bundaku
memberiku motivasi bahwa setiap orang akan dipertemukan dengan
jodohnya masing masing dan itu tak akan pernah tertukar,dan
akupun berfikir selama apapun dan sejauh apapun aku dengan
jodohku pasti akan dipertemukan kelak dijalan Nya,setelah
meyakinkanku bundaku segera mengajaku pulang kerumah,akupun
menurutinya.

Babarapa hari berlalu,perlahan lahan aku mulai bisa melupakan mas


Fahri dalam kehidupanku meskipun tak segampang kelihatannya,aku
juga menjadi semakin percaya bahwa tulang rusuk tak akan pernah
tertukar dengan pemilik sejatinya,dan untuk penampilanku yang
sekarang aku tak pernah memperdulikan apa kata orang lain,aku
nyaman menjadi diriku sendiri.

-TAMAT-

Anda mungkin juga menyukai