Anda di halaman 1dari 2

Esok dan hari-hariku

[Namaku Risnawati, saat ini aku berdomisili di Jakarta Selatan, aku seorang mahasiswi
semester 5 jurusan Ilmu Komputer di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, usiaku
20 tahun, hobiku menulis dan membaca]

Aku berteriak saat dia semakin kencang mengayuh sepedanya tapi anehnya aku tidak
meminta dia berhenti dan aku juga terlihat sangat bahagia karena terus tertawa, aku juga
terlihat sangat menikmati es krim yang kumakan di atas sepeda, dia tiba-tiba dia
mengerem mendadak membuat es krim yang kusendok terjatuh sia-sia, aku memukul
punggungnya namun berprotes karena merasa tidak adil, dia yang capek mengayuh
sedangkan aku menikmati es krim di kursi boncengan, dia hendak berprotes lagi namun
segera kuhentikan dengan memasukan sesendok es krim ke dalam mulutnya, dia
tersenyum dan kembali mengayuh sepedanya

“esok, aku ingin burger” pintaku

“raina…raina..raina!” aku segera membuka mata saat merasa mama membangunkanku

“mahh…” aku mengeluh karena lagi-lagi mama mengganggu mimpiku, aku menarik
selimut untuk menutupi wajahku

“rainaaa” mama menarik kembali selimut itu agar tak menutupi wajahku

“iya,iyaa” aku segera bangun bergegas menuju kamar mandi namun aku terhenti di
depan pintu kamar mandi

“ma, mama yakin tidak mengenal esok?” tanyaku, entah yang kesekian kalinya

“mama sudah menjawab beberapakali, kita tidak mengenalnya” jawab mama dengan
jawaban yang sama seperti sebelumnya dan terlihat meyakinkan

“yeahh, mungkin kita memang tidak mengenalnya tapi, mungkin juga aku mengenalnya
jika tidak, kenapa dia terus muncul dalam mimpiku?” tanyaku namun mama hanya
memintaku untuk berhenti memikirkannya dan segera mandi, secara fisik aku memang
menurut tapi hati dan pikiranku tidak, aku tidak bisa berhenti memikirkannya.

*** Aku sedang menunggu di depan perpustakaan dan terlihat kesal lalu tiba-tiba dia
datang dengan mengejutkanku dan membuatku terlihat semakin kesal, dan dia langsung
menyodorkan es krim padaku yang sebelumnya dia sembunyikan di belakang tubuhnya
dan dengan mudah aku mengambilnya meski dengan wajah yang masih cemberut, aku
hendak memasuki perpustakaan namun dia menarikku dan membawaku duduk di depan
perpustakaan, dia berbicara beberapa hal namun aku tidak begitu mengingatnya

“aku tahu, kita saling menyayangi tapi jika nanti salah satu diantara kita harus pergi
entah aku atau kamu kita harus mengerti bahwa kita tidakk ditakdirkan untuk bersama,
kita harus menerima dan jangan terus menerus terluka, Oke?.” Aku tersadar ketika sinar
mentari mulai memasuki kamarku dan ternyata mama membangunkanku dan
menghentikan mimpiku.

*** “Esok dan hari-hariku” aku membaca halaman pertama dari buku diary yang baru
saja kutemui di bawah ranjangku

“Esok?” aku membaca lagi nama yang tertulis di samping foto seorang pemuda yang
tak asing bagiku dan tetap saja nama itu sama meski aku membacanya beberapakali, aku
mulai membaca lembar demi lembar buku diary itu dan semakin aku membacanya
semakin aku yakin bahwa cerita-ceritanya sama seperti mimpi-mimpiku, aku sampai
pada akhir halaman dan menyadari bahwa buku diary itu miliku lalu tiba-tiba kepalaku
terasa pusing dan tiba-tiba muncul bayangan-bayangan tentang aku dan esok, aku
semakin pusing lalu tak sadarkan diri.

*** “ma, dimana esok?” aku langsung bertanya saat aku membuka mata dan melihat
mama dan papa di sampingku terlihat khawatir

“kalian mengalami kecelakaan mobil saat baru kembali dari korea, kamu mengalami
koma selam 3 bulan dan kehilangan ingatanmu, demi kesehatanmu dokter meminta
kami untuk tidak memaksamu mengingat masa lalu termasuk esok dan esok, dia sudah
pergi, meninggalkan kita, dan meninggalkan sahabatnya yang saat itu sedang koma, dia
sudahh pergi meninggalkanmu selama-lamanya, satu permintaannya sebelum dia pergi,
kamu tidak akan terus terluka saat mengetahui kepergiaanya.” Aku hanya bisa menangis
setelah mengetahui kebenarannya namun mimpi-mimpi itu kini terasa nyata seolah esok
sedang meminta agar aku tidak melupakannya dan meminta agar aku tak terus terluka
karena kepergiannya.

Anda mungkin juga menyukai