Anda di halaman 1dari 3

Memories

Kenangan, sebenarnya apa makna dari kenangan itu? Apakah sekumpulan gambar dan
video yang kita simpan di ponsel atau kamera? Atau mungkin sesuatu yang lebih dari itu?
Bagi Sebagian orang, kenangan adalah suatu objek yang dapat mereka lihat, pegang, tapi
untukku kenangan lebih dari itu, kenangan adalah sesuatu yang tidak perlu diabadikan dalam
sebuah media, karena kenangan adalah melodi tanpa not blok yang mengalun lembut di
dawai perasaan kita, karena kenangan akan secara otomatis terpatri dalam ingatan dan hati
kita sebagai sebuah peta emosi yang menyiratkan warna-warni dalam hidup kita, setidaknya
itulah yang aku pikirkan sampai sesuatu itu terjadi.
Namaku adalah Rizal seorang siswa SMA yang tidak suka mengambil foto karena aku
yakin itu adalah hal yang sia-sia dan merepotkan, bagiku kenangan cukup diabadikan dalam
ingatan. Hal itu sangat berbeda dengan pacarku, Maya, seorang kakak kelas yang sangat hobi
berfoto dan mengabadikan setiap momen di hidupnya, ia tidak pernah lepas dengan sebuah
kamera mirrorless yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
“Hey! Rizall liat sini dongg!” katanya bersemangat
“Hmm…? Kenapa sih May? Jangan bilang kau mau memfotoku lagi ya…?” Ucapku
sambil menghela nafas
“Ehhh… Ketahuan ya…? Ayolahhh yakali kita pacaran tapi kita cuman punya foto dikit
banget…” katanya sambil sudah siap membidikkan kameranya ke arahku
“Ingat ya sayang….” Ucapku lagi tapi belum selesai sudah dipotong olehnya
“Momen itu gk perlu dituangkan ke dalam media, tapi cukup diabadikan di ingatan
kan…” Ucapnya menirukan apa yang sering kuucapkan kepadanya
“Nahh itu kamu tau..!” Kataku sambil tertawa kecil melihatnya cemberut ke arahku
Seperti itulah hari-hari ku bersamanya, walaupun perbedaan kita sangatlah jauh tetapi
kita dapat mengesampingkan hal itu dan tetap menjalani hari-hari biasa sebagai seorang
pasangan, sampai suatu hari aku menerima telfon dari kedua orang tuanya yang mengatakan
padaku bahwa ia terlibat kecelakaan lalu lintas. Aku pun segera menghampiri rumah sakit
dimana ia dirawat.
“Rizal…. Yang sabar ya, Maya sedang dirawat di UGD sekarang, lebih baik kita tunggu
disini dulu” Kata ayahnya
“K-kenapa bisa begitu om? Apa yang terjadi?” Kataku cukup panik setelah mendengar
penjelasan dari ayahnya
“Maya tertabrak mobil yang menerobos lampu lalu lintas, para saksi bilang bahwa
kepala Maya terbentur pembatas beton dan cukup beruntung karena ia memakai helm pada
saat itu” Ucapnya sambil duduk di tempat duduk pengunjung
“Beruntung apanya, ia sampe tidak sadarkan diri dan sekarang masih berada di UGD,
mana orang yang menabraknya itu?!” Kataku sangat marah
“NAK! Aku tau kau sangat menyanyangi Maya, aku juga sepertimu ketika mendengar
hal ini, tapi orang tersebut sekarang sudah menyerahkan dirinya ke pihak berwajib dan dia
sudah berjanji untuk menanggung semuanya, jadi tolong daripada kau marah ke orang itu
lebih baik temani Maya disini oke?” Kata ayah Maya mencoba menenangkanku
Aku hanya bisa mengepalkan tanganku di satu sisi aku masih sangat marah tetapi di sisi
lain aku merasa bahwa apa yang dikatakan ayah Maya benar, aku pun akhirnya duduk dan
menunggu dokter yang memeriksa Maya, setelah beberapa lama sang dokter keluar dari
ruangan UGD, kami pun segera mendekati dan menanyakan keadaan Maya.
“Helm yang ia gunakan benar-benar melindunginya dari maut, walaupun begitu terlihat
indikasi gegar otak, tetapi tidak terlihat gegar otak tersebut mengakibatkan kelainan lain
seperti mata dan fungsi tubuh lainnya, untuk sementara ia akan dirawat dulu di UGD setelah
kami memastikan bahwa ia benar-benar stabil, ia akan kami pindahkan ke ruangan biasa”
“terimakasih do katas penjelasannya apakah kami bisa menjenguknya langsung?”
“untuk sementara saya sarankan untuk membiarkan anak bapak istirahat terlebih dahulu
hingga ia benar-benar stabil”
Kami pun mengikuti arahan sang dokter, esok harinya ayahnya mengabariku bahwa
Maya sudah sadar dan stabil sehingga ia pun dipindahkan ke ruangan biasa. Setelah jam
Pelajaran selesai aku pun bergegas ke ruangan dimana ia dirawat. Terlihat ayahnya baru saja
ingin keluar untuk mencari makan siang dan memintaku untuk menjaganya sejenak. Ketika
aku mendekatinya dan menanyai bagaimana keadaannya ia hanya menjawab bahwa ia merasa
lebih baik, tetapi sebagai pasangannya aku merasakan adanya sesuatu yang aneh ia terlihat
biasa saja ketika melihatku, hal ini sangat berbeda dari Maya yang kukenal, Maya yang
kukenal sangat manja kepadaku. Lalu perkataannya selanjutnya yang membuat hatiku hampir
hancur berkeping-keping.
“Maaf… Kamu siapa ya…? Apakah kamu temanku…?” ucapnya dengan muka yang
cukup kebingungan
“May…. Jangan bercanda ah, ini aku, Rizal, kamu jangan bercanda kayak gitu ah, gak
lucu tau…”
“Ri…zal…? Maaf…. Tapi…. Aku benar-benar gk ingat…”
Aku tau ekspresi itu, ekspresi lugu tapi jujur miliknya, gak, gak mungkin kan dia lupa
padaku, aku itu pacarnya loh, aku menemaninya udah lebih dari 3 tahun loh, itulah hal-hal
yang sebenarnya kupikirkan tetapi aku mencoba untuk terlihat tegar di depannya.
“Mungkin kamu lupa, istirahat dulu ya, ayahmu memintaku untuk menjagamu” Ucapku
dengan senyum yang kupaksakan
“Oh ya? Kamu kenal ayahku juga?” ucapnya dengan polos
Setelah itu suasana menjadi cukup canggung, hanya obrolan-obrolan kecil yang kami
lakukan sembari menunggu ayahnya datang, ketika ayahnya datang aku segera berdiri dan
menghampirinya dan mengatakan apa yang terjadi sebelumya, ayahnya pun langsung
memanggil dokter dan suster. Mereka memeriksa keadaan Maya sedangkan kami dianjurkan
untuk menunggu di luar ruangan. Setelah beberapa saat dokter keluar dan berbicara kepada
kami.
“Sepertinya gegar otak dan trauma kecelakaan tersebut membuatnya amnesia, dia
mungkin tidak lupa dengan keluarga dekatnya tapi dari yang saya pelajari ia lupa mulai dari
beberapa tahun ke belakang”
Pernyataan itu membuat kami khususnya aku sangat terpukul, tidak pernah terpikirkan
bahwa gadis yang kucintai tiba-tiba melupakanku. Dokter menjelaskan bahwa mungkin
amnesia ini hanya bersifat sementara, dan mungkin dengan mengingatkannya

Anda mungkin juga menyukai