Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN BESERTA KAJIAN TEORI PEMERINTAH DAN

PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT PARA AHLI

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pemerintahan Daerah Kelas C


Dosen Pengampu: Dr. Agus Riwanto, S.H., S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh:

1. Al Diva Zain Farras S (E0021025)


2. Callysta Qabil (E0021109)
3. Salsabila Adinda Putri (E0021412)
4. Yulius Ananda Yudis (E0021466)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintahan didefinisikan oleh Bayu Suryaningrat dalam bukunya “Mengenal
Ilmu Pemerintahan”, yaitu sebagai tindakan atau cara mengatur urusan penyelenggaraan
pemerintah, seperti melalui pemerintahan yang demokratis, otoriter, atau pun adil yang
dilakukan oleh sekumpulan orang yang berwenang dalam memerintah.1 Secara
etimologis, pemerintahan dapat diartikan sebagai (1) Memerintah berarti melakukan
pekerjaan menyuruh. (2) Pemerintah berarti badan yang melakukan kekuasaan
memerintah. (3) Pemerintahan berarti perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang
memerintah tersebut.2 Tidak dapat disangkal bahwa dari sekitar abad 400 SM,
"Pemerintahan" atau "Pemerintahan" telah dipelajari. Dalam karyanya yang berjudul
Politeia, Plato (429–347 SM) telah membahas mengenai pemerintahan. Istilah "polis"
sendiri, yang berarti kota, merupakan asal muasal terbentuknya kata "politeia". Maka
sebab itu, pokok bahasan karya Plato tersebut berisi mengenai kota atau kekotaan. 3 Studi
terkait "pemerintahan" maupun "pemerintah" kini telah berkembang dan berfokus pada
sejumlah bidang utama, seperti bagaimana pemerintah dikategorikan, seperti kerajaan dan
presidensial, bagaimana kekuasaan diturunkan dan didistribusikan, bagaimana struktur
pemerintahan, dan banyak lagi.
Selain pemerintahan pusat, pemerintahan daerah juga perlu dibentuk untuk
mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara di seluruh pelosok tanah air. Sebab,
pemerintahan yang erat kaitannya dengan masyarakat sebenarnya diselenggarakan oleh
pemerintah daerah itu sendiri.4 Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 pada Pasal 1
berkenaan dengan Pemerintah Daerah, definisi dari Pemerintahan Daerah yaitu
merupakan penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam

1
Sri Suci Rahayu. 2022. Teori–Teori Pemerintahan. Hlm. 3.
2
Rahman Mulyawan. 2015. Sistem Pemerintahan Indonesia. UNPADPress. Hlm. 7.
3
Ibid. Hlm. 8-9.
4
Ibid. Hlm. 197.
UUD 1945. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.5
Beberapa negara di dunia ketiga telah menunjukkan minat yang meningkat
terhadap desentralisasi selama beberapa dekade terakhir. Bahkan struktur organisasi
pemerintahan di banyak negara telah mengalami modifikasi terkait desentralisasi.
Desentralisasi kini telah diterima di berbagai sudut pandang dan bersifat universal.6
Pemerintah pusat menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah daerah yang mewakili
daerah sebagai organisasi mandiri dalam upaya menciptakan pembagian kerja.
Pelimpahan wewenang yang dilakukan melalui sistem desentralisasi inilah yang
menimbulkan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Suatu pemerintahan daerah dapat
terdiri dari beberapa pemerintahan daerah yang berada di bawahnya karena statusnya
yang berjenjang, dimana beberapa tingkatan berada di atas pemerintah daerah lainnya dan
beberapa tingkatan berada di bawahnya. Terdapat pemisahan wilayah yang memisahkan
satu pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lainnya dengan menetapkan batas-batas
kewenangan masing-masing.7
Pemerintah daerah sendiri merupakan cabang pemerintah pusat yang bertugas
membawahi pemerintah daerah. Hanya otoritas yang diberikan oleh undang-undang atau
perintah dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi yang dapat digunakan oleh
"pemerintah daerah", dan setiap negara memiliki jenis pemerintahan lokal yang berbeda-
beda.8 Pemerintah daerah sering kali memiliki otoritas yang sama dengan pemerintah
nasional dalam masyarakat kontemporer. Mereka memiliki wewenang untuk menaikkan
pajak, meskipun hal ini dibatasi oleh undang-undang.9 Sistem otonomi daerah yang
diterapkan di Indonesia sendiri mengakibatkan pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Mengingat bahwa Indonesia adalah negara
kesatuan dengan wilayah yang cukup luas yang menjadi rumah bagi banyak kelompok
etnis dan tradisi budaya yang berbeda, memberikan otonomi daerah merupakan pilihan

5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1.
6
Khairul Muluk. 2009. Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. ITSPress. Hlm. 3.
7
Mulyawan, Loc. cit.
8
Dudung Abdullah. 2016. Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Jurnal Hukum Positum. Vol.1
No.1. Hlm. 87.
9
Ibid.
terbaik yang diyakini dapat mendorong pembangunan daerah yang lebih cepat.10
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian
lebih lanjut terhadap isu terkait dengan mengangkat judul “PENGERTIAN BESERTA
KAJIAN TEORI PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT
PARA AHLI”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dan teori-teori pemerintahan menurut para ahli?
2. Bagaimana pengertian dan teori-teori pemerintahan daerah menurut para ahli?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang dapat diambil dari penulisan
makalah ini antara lain, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dan bentuk-bentuk teori pemerintahan menurut para ahli.
2. Mengetahui pengertian dan bentuk-bentuk teori pemerintahan daerah menurut para
ahli.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemerintahan dan Pemerintahan Daerah


Istilah Pemerintahan diartikan sebagai proses atau cara pemerintah dalam menggunakan
kekuasaannya di berbagai bidang (ekonomi, politik, administrasi, dan lain-lain) dalam
penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan yang meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintahan dalam arti sempit berarti semua tindakan, fungsi, tugas, dan
kewajiban eksekutif untuk mencapai tujuan negara. Sedangkan Pemerintah diartikan
sebagai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh fungsi eksekutif saja dalam hal ini

10
Budiyono, Muhtadi, dan Ade Arif Firmansyah. 2015. Dekonstruksi Urusan Pemerintahan Konkuren dalam
Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Kanun Jurnal Ilmu Hukum. Vol.17.No.3. Hlm. 422.
yang dilakukan oleh presiden, menteri-menteri sampai birokrasi paling bawah. Dalam arti
luas, pemerintahan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang timbul dari kedaulatan dan
kemerdekaan berdasarkan negara, bangsa atau penduduk dan wilayah negara untuk
mencapai tujuan negara.11 Yaitu untuk menjaga suatu sistem ketertiban didalam
masyarakat sehingga bisa menjalankan kehidupan secara wajar. Dan pemerintah modern
pada hakekatnya adalah pelayanan masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan
setiap masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi kemajuan
bersama.12
Menurut Prof. R. Djokosutono, S.H. Negara merupakan suatu organisasi manusia atau
kumpulan-kumpulan manusia, yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Pemerintahan ini sebagai alat untuk bertindak demi kepentingan rakyat untuk mencapai
tujuan organisasi Negara, antara lain kesejahteraan, pertahanan, keamanan, tata tertib,
keadilan, kesehatan dan lain lain.13
Secara strukturnya, pemerintahan di Indonesia terbagi atas pemerintah dan
pemerintah daerah. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945. Sedangkan pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya. Karena begitu luas dan kompleksnya tugas pemerintahan
yang bekerja dalam suatu kawasan negara yang luas, maka sesuai dengan Pasal 18 ayat 1
dan 2 Undang-Undang Dasar 1945 dan Bab II tentang Pembagian Wilayah Negara Pasal 2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dijelaskan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi itu
dibagi atas Daerah Kabupaten dan Kota. Pembentukan wilayah yang dibagi ke dalam
daerah besar dan kecil tersebut diperlukan guna mempermudah pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan dan pembentukannya terstruktur dari pusat (Pemerintah) sampai ke daerah
(Pemerintah Daerah), yang keduanya tidak dapat dipisahkan atau lepas hubungannya
antara satu dengan yang lain, sehingga dapat menampung aspirasi yang berkembang

11
Nurmi Chatim, Hukum Tata Negara, (Pekanbaru:Cendikia Insani, 2006), h. 46
12
Riyaas Rasyid, Makna Pemerintahan Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan, 2002, Jakarta : PT. Mutiara
Sumber Widia, hal. 14-16.
13
3C.S.T kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2000), h. 91
dalam masyarakat dan bertanggung jawab pula kepada masyarakatnya. Namun demikian
walaupun bersifat utuh, menurut Pasal 4 UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, daerah daerah sebagaimana dimaksud itu yang masing-masing
berdiri sendiri, tidak mempunyai hubungan hirarki antara satu sama lainnya dan bersifat
otonom. Dalam pembahasan ini tentunya tidak lepas kaitannya dengan bentuk suatu
Negara, dan bentuk suatu Negara tentunya memiliki pengaruh terhadap suatu
Pemerintahan maupun Pemerintahan Daerah. Terdapat beberapa teori mengenai acuan
bentuk Negara, tetapi secara umum dan lazim telah diterima penggolongan bentuk Negara
yaitu Negara Kesatuan dan Negara Federal. Kemudian Dalam pasal 1 ayat 1 dinyatakan
bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Negara yang
merdeka dan berdaulat dimana seluruh Negara yang berkuasa hanya satu pemerintah
(pusat) yang mengatur daerah. Pemerintah harus didekatkan kepada masyarakat, karena
pemerintah yang baik adalah yang dekat dengan rakyatnya. Pemerintahan perlu
didekatkan kepada masyarakat agar pelayanan yang diberikan semakin baik. Hal tersebut
didasarkan bahwa pada hakikatnya suatu pemerintahan itu memikul amanah dan
kepercayaan masyarakat14 Adanya pembagian kekuasaan dalam rangka otonomi daerah
pada masing-masing negara tidak sama, tergantung kepada sistem dan kehendak politik
pemerintah dalam memberikan kekuasaan tersebut. Dalam tatanan negara kesatuan, maka
akan terjadi dominasi atas daerah atau dominasi pemerintah atas masyarakat. Dengan
bertambahnya kepentingan yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah, maka menurut
Amrah Muslimin, pemerintah tidak dapat mengurus semua kepentingan-kepentingan itu
dengan baik tanpa berpegang pada asas-asas kedaerahan dalam melakukan
pemerintahan.15
2.2 Pengertian dan Teori-teori Pemerintahan Daerah Menurut Para Ahli
Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Pasal 18 UUD Negara
RI Tahun 1945, telah melahirkan berbagai produk undang-undang dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang pemerintahan daerah, antara lain
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang-

14
Riyaas Rasyid, Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan Politik Orde Baru, 1997, Jakarta : Yarsif Watampone, hal. 99.
15
Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, 1986, Bandung : Alumni, hal. 5.
Undang Nomor 18 Tahun 1965, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, dan terakhir Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Pemerintahan Daerah lahir dari adanya cita negara (staatsidee) yang hendak
diwujudkan. Istilah Staatsidee dimaknai oleh Attamimi adalah cita negara sebagai hakikat
negara yang paling dalam yang dapat memberikan bentuk pada negara. Staatsidee
merupakan cita-cita pendirian negara. Indonesia secara konstitusional telah memilih
rechtstaat (Negara berdasar hukum) sebagai upaya dalam mewujudkan cita negara. Hal ini
disebabkan kehendak pendiri bangsa agar konstitusi dan aturan di bawahnya mampu
mewujudkan sekaligus menjaga keberlangsungan cita-cita negara. Pasal 1 ayat (3) UUD
1945 menjadi ketentuan paling menentukan cita negara Indonesia.
Pemerintahan daerah juga merupakan konsekuensi dari pilihan bentuk negara
Indonesia. Hubungan antara cita negara persatuan dan negara kesatuan adalah bahwa
otonomi daerah didekati dari format negara kesatuan. Mengenai pilihan bentuk negara,
Moh. Hatta berpendapat bahwa secara realistis, seharusnya berbentuk negara federal
karena ada keanekaragaman. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Van Vollenhoven yang
memetakan 19 lingkungan hukum adat. Ditambah dengan sistem pemerintahan
multipartai karena tidak bisa menghindar dari multipartai. Namun Soekarno dan Soepomo
lebih memilih bentuk negara kesatuan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa di dalam negara kesatuan, pemerintah
pusat menjalankan kedaulatan tertinggi negara. Agar tidak sewenang-wenang, aktivitas
pemerintah pusat diawasi dan dibatasi oleh undang-undang. Konsekuensi logis dari
posisinya sebagai penyelenggara kedaulatan negara, maka unit-unit pemerintahan yang
dibentuk dan berada di bawah pemerintah pusat harus tunduk kepada pemerintah pusat.
Tanpa disertai ketundukan dan kepatuhan secara organisasional berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, akan terjadi tumpang tindih dan tabrakan dalam
pelaksanaan kewenangan (prinsip unity of command).
Pembagian urusan pemerintahan di Indonesia, pada hakikatnya dibagi dalam tiga
kategori, yakni urusan pemerintahan yang dikelola oleh pemerintah pusat (pemerintah),
urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi, urusan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat, meliputi:
1. Politik luar negri,
2. Pertahanan,
3. Keamanan,
4. Yustisi,
5. Moneter dan fiskal nasional,
6. Agama.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah menyelenggarakan
sendiri, atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat
pemerintah atau wakil pemerintah didaerah atau dapat menugaskan kepada pemerintah
daerah dan/atau pemerintahan desa. Disamping itu, penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah diluar urusan pemerintahan seperti diatas,
pemerintahan dapat menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan, atau
melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada hubernur selaku wakil pemerintah,
atau menugaskan sebagian urusan kepada pemerintah daerah dan/atau pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib, artinya penyelenggaraan pemerintahan
yang berpedoman pada standar pelayanan minimal, dilaksanakan secara bertahap dan
ditetapkan oleh pemerintah. Adapun untuk urusan pemerintahan yang bersifat pilihan, bak
untuk pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, meliputi
burusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meninghathan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah
yang bersangkutan.
Desentralisasi yang dianut dalam konsep negara kesatuan akan mempengaruhi
hubungan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, khususnya yang berkaitan dengan
distribusi kewenangan pengaturan atas urusan-urusan pemerintahan. Oleh karena itu.
adanya satuan pemerintahan yang berlapis lapis maupun bertingkat tujuannya antara lain
adalah untuk mencegah dominasi kewenangan pemerintah yang lebih tinggi. Masalah
hubungan kewenangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah seperti Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi (daerah berotonomi), sebenarnya adalah
pembicaraan mengenai isi rumah tangga daerah yang dalam perspektif hukum
pemerintahan daerah lazim disebut urusan rumah tangga daerah, Bagir Manan
menyatakan: "Hubungan kewenangan antara lain bertalian dengan cara pembagian urusan
penyelenggaraan pemerintahan atau cara menentukan urusan rumah tangga daerah.
Penggunaan terminologi "rumah tangga daerah" mempakan suatu hal yang sangat
penting, hal ini untuk menunjukan adanya kemandirian dan keleluasaan daerah mengatur
dan mengurus sendiri kepentingan daerahnya.16
Terdapat tiga kepentingan dalam urusan rumah tangga daerah. yaitu kepentingan
masyarakat, individu dan kepentingan pemerintahan. Bagir Manan dalam hal ini
berpendapat sebagai berikut: "Sebagai suatu fungsi pemerintahan, "urusan rumah tangga
daerah" tidak hanya mengenai kepentingan masyarakat, melainkan juga kepentingan
individu dan kepentingan pemerintahan itu sendiri, seperti susunan organisasi, pembagian
tugas di antara lingkungan jabatan atau jabatan pemerintahan dan lain sebagainya.17
Esensi pemerintahan di daerah berkaitan dengan kewenangan yang dimiliki dalam
mengurus dan mengatur rumah tangganya. Kewenangan pemerintah daerah berkaitan
dengan pembagian kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang terpola dalam
sistem pemerintahan negara federal dan negara kesatuan. Sistem negara federal terpola
dalam tiga struktur tingkatan utama, yaitu pemerintah federal (pusat), pemerintah negara
bagian (provinsi), dan pemerintah daerah otonom. Sedangkan sistem negara kesatuan
terpola dalam dua struktur tingkatan utama, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(provinsi, kabupaten dan kota).18
Sedangkan menurut Jimly Asshiddiqie, negara Indonesia adalah negara yang
berbentuk kesatuan (unitary state). Kekuasaan asal berada di pemerintah pusat, namun
kewenangan (authority) pemerintah pusat ditentukan batas-batasnya dalam undang-
undang dasar dan undang-undang, sedangkan kewenangan yang idak disebutkan dalam
undang-undang dasar dan undang-undang ditentukan sebagai kewenangan yang dimiliki
oleh pemerintah daerah. Dengan pengaturan-pengaturan konstitusional yang demikian itu,

16
Bagir Manan, Hubungan..., Op. Cit., hal. 37
17
Bagir Manan, Hubungan..., Op. Cit., hal. 39
18
R. M. A. B. Kusuma, Lahirnya UndangUndang Dasar 1945, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 299
berarti NKRI diselenggarakan dengan federal arrangement atau pengaturan yang bersifat
federalistis.19
Indonesia sebagai salah satu negara kesatuan, yang pemerintahannya terbagi
dalam pemerintahan pusat (pemerintah pusat) dan pemerintahan subnasional (provinsi,
kabupaten dan kota). Kedaulatan tidak terbagi dalam satuan-satuan pemerintahan lainnya
(daerah-daerah). Oleh karena itu, satuan pemerintahan daerah tidak memiliki kekuasaan
atau kewenangan dalam membentuk undang-undang dasar dan undang-undang, serta
menyusun organisasi pemerintahannya sendiri. Keberadaan satuan pemerintahan daerah
adalah tergantung pada (dependent) dan di bawah (subordinate) pemerintah. Hal ini
menjadi prinsip dasar negara kesatuan, sebagai suatu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisah-pisah.20
Upaya menemukan format hubungan antara pusat dan daerah yang ideal dalam
kerangka negara kesatuan bukanlah persoalan yang mudah, karena hal itu merupakan
proses yang berjalan seiring dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Persoalan
hubungan pusat dan daerah dalam negara kesatuan dengan satuan otonomi selain bertalian
dengan cara-cara penentuan urusan rumah tangga daerah, bersumber pula pada hubungan
kewenangan, hubungan keuangan, hubungan pengawasan, dan hubungan yang timbul dari
susunan organisasi pemerintahan di daerah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah Pemerintahan diartikan sebagai proses atau cara pemerintah dalam
menggunakan kekuasaannya di berbagai bidang (ekonomi, politik, administrasi, dan lain-
lain) dalam penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan yang meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Negara merupakan suatu organisasi manusia atau kumpulan-
kumpulan manusia, yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama. Pemerintah
harus didekatkan kepada masyarakat, karena pemerintah yang baik adalah yang dekat

19
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Pemikiran Perubahan UUD Negara Kesatuan RI Tahun 1945, The Habibie Center,
Jakarta, 2001, hal. 28.
20
Benyamin Hoessein, “Restrukturisasi Pemerintahan Daerah dalam Rangka Meningkatkan Pembangunan
Lokalitas”, Makalah pada Seminar Kebijakan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Rangka Restrukturisasi
Perekonomian Nasional dan Otonomi Daerah, Juni 2001
dengan rakyatnya. Pemerintahan perlu didekatkan kepada masyarakat agar pelayanan
yang diberikan semakin baik.
Menurut Prof. R. Djokosutono, S.H. Negara merupakan suatu organisasi manusia
atau kumpulan-kumpulan manusia, yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Pemerintahan ini sebagai alat untuk bertindak demi kepentingan rakyat untuk mencapai
tujuan organisasi Negara, antara lain kesejahteraan, pertahanan, keamanan, tata tertib,
keadilan, kesehatan dan lain lain. Secara strukturnya, pemerintahan di Indonesia terbagi
atas pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945. Sedangkan pemerintah daerah adalah penyelenggara
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya.
Pemerintahan Daerah lahir dari adanya cita negara (staatsidee) yang hendak
diwujudkan. Pemerintahan daerah juga merupakan konsekuensi dari pilihan bentuk
negara Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Van Vollenhoven yang memetakan
19 lingkungan hukum adat. Dengan demikian dapat dipahami bahwa di dalam negara
kesatuan, pemerintah pusat menjalankan kedaulatan tertinggi negara. Konsekuensi logis
dari posisinya sebagai penyelenggara kedaulatan negara, maka unit-unit pemerintahan
yang dibentuk dan berada di bawah pemerintah pusat harus tunduk kepada pemerintah
pusat. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat, meliputi : Politik
luar negeri, Pertahanan, Keamanan, Yustisi, Moneter dan fiskal nasional, serta Agama.

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah menyelenggarakan


sendiri, atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat
pemerintah atau wakil pemerintah didaerah atau dapat menugaskan kepada pemerintah
daerah dan/atau pemerintahan desa. Disamping itu, penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah diluar urusan pemerintahan seperti diatas,
pemerintahan dapat menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan, atau
melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada hubernur selaku wakil pemerintah,
atau menugaskan sebagian urusan kepada pemerintah daerah dan pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Desentralisasi yang dianut dalam konsep negara kesatuan akan mempengaruhi
hubungan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, khususnya yang berkaitan dengan
distribusi kewenangan pengaturan atas urusan-urusan pemerintahan. adanya satuan
pemerintahan yang berlapis lapis maupun bertingkat tujuannya antara lain adalah untuk
mencegah dominasi kewenangan pemerintah yang lebih tinggi. Terdapat tiga kepentingan
dalam urusan rumah tangga daerah. Esensi pemerintahan di daerah berkaitan dengan
kewenangan yang dimiliki dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya. Sedangkan
menurut Jimly Asshiddiqie, negara Indonesia adalah negara yang berbentuk kesatuan
(unitary state). Indonesia sebagai salah satu negara kesatuan, yang pemerintahannya
terbagi dalam pemerintahan pusat (pemerintah pusat) dan pemerintahan subnasional
(provinsi, kabupaten dan kota). Hal ini menjadi prinsip dasar negara kesatuan, sebagai
suatu kesatuan yang utuh dan tidak terpisah-pisah. Upaya menemukan format hubungan
antara pusat dan daerah yang ideal dalam kerangka negara kesatuan bukanlah persoalan
yang mudah, karena hal itu merupakan proses yang berjalan seiring dengan perjalanan
sejarah bangsa Indonesia. Persoalan hubungan pusat dan daerah dalam negara kesatuan
dengan satuan otonomi selain bertalian dengan cara-cara penentuan urusan rumah tangga
daerah, bersumber pula pada hubungan kewenangan, hubungan keuangan, hubungan
pengawasan, dan hubungan yang timbul dari susunan organisasi pemerintahan di daerah.

DAFTAR PUSTKA

Abdullah, D. (2016). Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Jurnal Hukum
Positum, 1(1), 83-103.
Budiyono, B., Muhtadi, M., & Firmansyah, A. A. (2015). Dekonstruksi Urusan Pemerintahan
Konkuren dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 17(3),
419-432.
Mulyawan, Rahman. (2015). Sistem Pemerintahan Indonesia. UNPADPress.
Muluk, Khairul. (2009). Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. ITSPress.
Rahayu, S. S. (2022). Teori–Teori Pemerintahan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Wijayanti, S. N. (2016). Hubungan Antara Pusat dan Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 214. Media Hukum, 188-190.
Wirazimustaan. (2018). Konsep Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam Bingkai Negara Kesatuan Dengan Corak Otonomi Luar. Jurnal
Hukum Progresif, 2133-2155.

Anda mungkin juga menyukai