PEMERINTAHAN LOKAL
Disusun oleh:
Kelompok 8
Rivaldi 170410140028
Raden Alika Fatimah 170410140041
Eky Ahmad Anshori 170410140007
Fajar Perdian Pratama 170410140016
Yusran Jaya Negara 170410179001
Erza Pralistya 170410140010
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
JATINANGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otonomi dan desentralisasi telah memberi ruang bagi wilayah-wilayah
tingkat daerah di bawah pemerintah pusat untuk mengembangkan dan mengurus
rumah tangganya sendiri dengan tetap memerhatikan supremasi hukum
pemerintahan nasional. Wacana otonomi dan desentralisasi merupakan salah satu
unsur dari terciptanya good governance.
Di luar otonomi dan desentralisasi, dalam pemerintahan daerah juga dikenal
dengan konsep pemerintahan lokal yang pada dasarnya memiliki kaitan yang
sangat erat dengan konsep-konsep otonomi, desentralisasi juga dekonsentrasi.
Makalah kami mencoba untuk menjelaskan mengenai bagaimana hubungan antara
pemerintahan lokal dengan pemerintahan daerah. Lebih jauh, kami mencoba
menjelaskan konsep-konsep tersebut berdasarkan ranah teori dan tidak mencoba
untuk menyentuhnya pada ranah praksis daripada pemerintahan lokal itu sendiri.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pemerintahan lokal?
2. Bagaimana konsep dari pemerintahan lokal?
3. Bagaimana konsep dari pemerintahan daerah?
4. Bagaimana Hubungan antara pemerintahan lokal dengan pemerintahan
daerah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang kami kemukakan diatas, adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami sejarah serta
konsep pemerintahan lokal, selain itu untuk membandingkan pemerintahan lokal
Indonesia dengan negara-negara lain, juga untuk memahami pemerintahan daerah
beserta bentuk, varian struktur serta tipologi-tipologinya.
Selain itu manfaat dari penulisan makalah ini adalah penulis dan pembaca
dapat memahami secara jelas mengenai konsep pemerintahan lokal dan
pemerintahan daerah secara umum. Serta dapat dimanfaatkan sebaik mungkin
sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Pemerintahan yang
diberikan dan sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan
pengetahuan.
2
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
3
Dengan kata lain, pemerintahan daerah adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.
Terakhir adalah local government sebagai Daerah Otonom menurut Undang-
undang nomb 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah yang dimaksud dengan
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Local Government dalam pengertian organ maupun fungsi tidak sama
dengan pemerintah pusat yang mencakup fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif.
Pada local government hampir tidak terdapat cabang dan fungsi judikatif (Antoft
dan Novack:1998). Hal ini terkait dengan materi pelimpahan yang diterima oleh
pemerintah lokal. Materi pelimpahan wewenang kepada pemerintah lokal
hanyalah kewenangan pemerintahan. Kewenangan legislasi dan judikasi tidak
diserahkan kepada pemerintah lokal. Kewenangan legislasi tetap dipegang oleh
badan legislatif (MPR, DPR, dan BPD) dipusat. Sedangkan kewenangan judikasi
tetap dipegang oleh badan peradilan (Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi,
Peradilan Negeri, dan lain lain). Kalau toh di daerah terdapat badan peradilan
seperti Pengadilan Tinggi di Provinsi dan Pengadilan Negeri di Kabupaten/Kota
masing-masing bukan merupakan bagian dari pemerintahan lokal. Badan-badan
peradilan tersebut adalah badan yang independen dan otonom dibawah badan
peradilan pusat.
4
Kemudian menurut Nimatul Huda dalam bukunya yang berjudul
Otonomi Daerah, mengemukakan bahwa pemerintahan daerah adalah suatu
pemerintahan otonom dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Huda,
2005: 20).
Selanjutnya menurut Utang Rosidin dalam bukunya yang berjudul Otonomi
Daerah dan Desentralisasi, mengemukakan bahwa pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut atau berdasarkan asas
desentralisasi. (Rosidin, 2015: 4)
Prabawa Utama dalam bukunya yang berjudul Pemerintahan di Daerah
mengemukakan ciri-ciri pemerintah daerah menurut Oppenheim antara lain :
1. Adanya lingkungan atau daerah batas yang lebih kecil dari pada
negara;
2.2
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
dibentuk menjadi unit organisasi formal dalam sistem administrasi negara pada
tingkat lokal. Sesuai dengan kepentingan politik negara yang bersangkutan,
organisasi pemerintahan lokal dipilah menjadi dua: satuan organisasi perantara
dan satuan organisasi dasar. Misal di Perancis, satuan organisasi perantara adalah
departement dan satuan dasarnya adalah commune. Di Indonesia, satuan
organisasi perantara adalah provinsi, sedangkan satuan organisasi dasarnya adalah
kota, kabupaten, dan desa.
b. Belanda
7
dari pemerintahan provinsi maupun pemerintahan gemeente, bukan satuan
pemerintahan otonom.
c. Inggris
d. Maroko
8
Pemerintah daerah Maroko terdiri atas Provinsi dan Administrasi
Kota. Provinsi dipimpin oleh pasha/caid yang ditunjuk oleh pemerintah
pusat. Provinsi dibawah Direktur Anggaran, suatu badan dibawah langsung
presiden. Administrasi Kota dipimpin oleh Dewan yang dipilih. Dewan ini
memilih salah satu anggotanya menjadi walikota.
e. Jepang
f. Malaysia
9
Secara umum ada 2 (dua) bentuk pemerintahan daerah di dunia ini, yaitu
Local Self Government dan Local State Government1.
1. Local Self Government
Pemerintah daerah dalam bentuk Local Self Government
berwenangmengatur dan mengurus pemerintahan sendiri. Pemerintahan
daerah dalambentuk Local Self Government ini diperlukan oleh sistem
pemerintahannegara untuk menyelenggarakan berbagai urusan
pemerintahan yang sesuaidengan kondisi daerah artinya dalam hal-hal
tertentu penyelenggaraanpemerintahan negara di daerah akan lebih efisien
dan efektif jika diserahkankepada pemerintahan daerah tertentu. Hal ini
dikarenakan Pemerintah daerah lebih memahami kebutuhan daerah dan
masyarakat daerah, demikian juga untuk menyelenggarakan pemerintahan di
daerah-daerah khusus tertentu, perlu dibentuk pemerintahan yang
mempunyai kewenangan untuk mengaturdan mengurus urusan
pemerintahan yang ada di daerah tersebut. Walaupun pemerintahan daerah
dalam bentuk Local Self Government memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi urusan rumah tangganya
akan tetapi kedudukannya tetap merupakan subsistem dari sistem
pemerintahan Negara.
2. Local State Government
Local state government adalah unit organisasi pemerintahan wilayah,
unit organisasi pemerintahan di daerah yang dibentuk berdasarkan asas
dekonsentrasi. Pemerintahan wilayah atau pemerintahan administratif
dibentuk untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang pemerintah pusat di daerah. Tidak semua urusan pemerintah
pusatitu dapat ditangani secara langsung oleh pemerintah pusat secara
efisien danefektif. Untuk itu, dibentuklah pemerintahan wilayah yang
tujuannya untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat di daerah. Local state government
atau pemerintahan wilayah bertugas hanya untuk menyelenggarakan
1Djaenuri, Aries. 2014. Modul 1: Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah. Diakses dari:
http://repository.ut.ac.id/4206/1/IPEM4214-M1.pdf. Pada tanggal: 20 Oktober 2017
10
instruksi-instruksi, arahan, petunjuk-petunjuk dan kebijakan-kebijakan
pemerintah pusat. Pemerintahan wilayah itu diperlukan untuk melaksanakan
tugas-tugas pemerintah pusat diwilayah negara yang sangat luas dengan
kondisi komunikasi yang tidak lancar serta mengakibatkan sulitnya
komunikasi langsung antara pemerintah dengan masyarakat. Komunikasi
sosial merupakan suatu hal yang sama pentingnya dengan komunikasi fisik.
Banyak pelayanan yang harus diberikan oleh pemerintah itu ditentukan oleh
seberapa jauh hubungan face to faceantara pejabat pemerintah pemberi
pelayanan dengan masyarakat dengan tujuan untuk menjelaskan kebijakan
pemerintah dan untuk memperoleh respons dari anggota masyarakat secara
langsung. Pentingnya pemerintahan wilayah pada hakikatnya untuk
memaksimalkan respek masyarakat terhadap program pemerintah. Sebagai
konsekuensinya tugas pemerintahan wilayah hanya sebatas pada
pelaksanaan tugas yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Terdapat beberapa ciri dari pemerintahan wilayah atau pemerintahan
administratif, yaitu:
a. bentuk penyerahan kekuasaan adalah pelimpahan kekuasaan;
b. pelimpahan kekuasaan ditujukan kepada pejabat pemerintah pusat yang
ada di daerah;
c. kewenangan pejabat pemerintah pusat terbatas untuk melaksanakan
kebijakan pemerintah pusat;
d. pemerintah wilayah tidak memiliki wewenang untuk mengurus urusan
rumah tangga sendiri.
Agar lebih jelas dalam membedakan Local Self Government (asas
desentralisasi) dan Local State Government(asas dekonsentrasi), ada
baiknya memahami perbedaan dari desentralisasi dan dekonsentrasi itu
sendiri. Berikut merupakan perbedaannya menurut Hanif Nurcholis dalam
bukunya yang berjudul Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi
Daerah adalah sebagai berikut: (Nurcholis, 2007: 16)
Desentralisasi Dekonsentrasi
11
1. Menciptakan perangkat pusat di
1. Menciptakan daerah
berbagai wilayah
otonom
2. Yang ada adalah batas-batas
2. Memiliki batas-batas
wilayah kerja/jabatan/administrasi
wilayah jurisdiksi daerah
3. Pelimpahan wewenang
otonom
pemerintahan hanya bidang
3. Penyerahan wewenang
administrasi
pemerintahan di bidang
4. Yang diberi limpahan wewenang
politik dan administrasi
administrasi adalah
4. Yang diserahi wewenang
perangkat/pejabat pusat
politik dan administrasi
5. Tidak menimbulkan otonomi
adalah daerah otonom
daerah
5. Menimbulkan daerah
6. Wilayah administrasi berada
otonom
dalam hierarki organisasi
6. Daerah otonom berada di
pemerintahan pusat.
luar hierarki organisasi
Hubungannya adalah intra
pemerintah pusat.
organisasi
Hubungannya adalah antar
7. Wewenang pemerintahan yang
organisasi publik
diserahkan adalah pemerintahan
7. Wewenang yang diserahkan
umum umum, koordinasi,
terbatas pada wewenang
pengawasan, tramtib, pembinaan
pemerintahan, yaitu
bangsa, dan bidang pemerintahan
wewenang yang dimiliki
khusus dari menteri-menteri
presiden dan para menteri
teknis
8. Pembiayaannya dari APBD.
8. Pembiayaannya dari APBN.
12
nama departemen atau pemerintah pusat. Negara-negara di dunia yang
menerapkan sistem ini, misalnya India, Pakistan, Sudan, dan Uni Arab
Republik.
2. Partnership Local Government System
Dalam sistem ini, beberapa fungsi tertentu yang memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh unit pelaksana
kantor pusat, dan urusan pelayanan yang lainnya dilakukan oleh pemerintah
daerah. Pemerintah daerah melaksanakan fungsi-fungsi tersebut sedikit
banyak lebih bersifat mandiri (selfstanding, autonomously) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mendasarinya, serta dapat melakukan
beberapa tugas lainnya atas nama dan di bawah supervisi-teknik dari
departemen pusat. Jadi, dalam sistem ini unsur-unsur pemerintah tertentu
bisa dilakukan oleh unit dari departemen pusat atau pemerintah daerah,
tergantung pada kebutuhan dan situasi. Contoh negara-negara yang
menerapkan sistem ini adalah Srilangka, Kawasan Negara-negara yang
berbahasa Inggris di Afrika, Nigeria Barat, dan sebagainya.
3. Dual System of Local government
Dalam sistem ini, departemen di pusat secara langsung melakukan
tugas-tugas pemerintah daerah, dan tidak membentuk atau menunjuk unit
pelaksana. Sedangkan pemerintah daerah, menurut perundang-undangan
mempunyai kewenangan otonomi melakukan tugas-tugas otonominya, dan
melakukan hal-hal yang dapat mendorong perkembangan daerah. Namun,
dalam prakteknya sedikit sekali yang dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah, sebab dalam sistem ini sering terjadi konflik dan overlapping tugas-
tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Yang menonjol dalam
sistem ini adalah pemerintah daerah lebih berperan sebagai alat political
decentralization daripada sebagai alat peningkatan pembangunan sosial
ekonomi. Hal ini berakibat, pemerintah daerah tidak dapat dengan leluasa
menyelenggarakan urusan rumah tangganya untuk memacu pembangunan
secara komprehensif multidimensional. Pemerintah daerah hanya diperlukan
untuk mempercepat proses pencapaian tujuan pemerintah pusat secara
13
sepihak. Sistem seperti ini umumnya diterapkan di Amerika Latin, dan
sebagainya.
4. Integrated Administrative System
Di dalam sistem ini, semua badan-badan Pemerintah Pusat langsung
melakukan fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat, dimana central
government area coordinators atau semacam Kepala Wilayah bertanggung
jawab untuk bertindak sebagai koordinator bagi unit pelaksana termasuk
technical agencies dari pemerintah daerah.
Dengan demikian, peranan pemerintah daerah relatif sangat kecil
untuk mengontrol kegiatan pemerintah dan staf di wilayahnya, karena
semua kegiatan pemerintah berada di bawah koordinasi koordinator
Wilayah. Sistem seperti ini sangat rawan untuk terjadinya pergolakan daerah
atau separatisme, karena daerah menjadi semakin tidak berdaya dan
kehilangan Wibawa. Sistem seperti ini telah diterapkan di negara-negara
Asia Tenggara dan Timur Tengah.
2Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.
GramediaWidiasarana Indonesia. Hal: 33-37
14
2. Sistem Prefektur(Prefectaral System)
Jika dalam sistem fungsional wilayah nasional dibagi ke dalam fungsi-
fungsi pelayanan departemen secara terfragmentasi, maka dalam sistem prefektur,
teritori nasional dibagi ke dalam wilayah administrasi dan/atau daerah otonom
dengan batas jurisdiksi yang sama dengan sebutan yang sama pula. Misalnya,
Provinsi Daerah Tingkat I,, Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II, dan
kecamatan/ kota administratif. Provinsi, kabupaten/ kotamadya, dan
kecamatan/kota administratif merujuk pada pengertian wilayah administrasi (local
state government) sedangkan Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II menunjuk
pada pengertian daerah otonom (local self government).
BAB IV
PENUTUP
15
4.1 Simpulan
Pemerintahan lokal terdiri dari tiga definisi utama yaitu pemerintah lokal,
pemerintahan lokal dan wilayah lokal atau daerah otonom.Masing-masing definisi
tersebut menggambarkan bahwa pemerintah lokal dimaksudkan kepada
badan/lembaga/instansi pemerintah itu sendiri, sedangkan pemerintahan lokal
lebih tertuju pada fungsi maupun kegiatan yang berhubungan dengan
pemerintahan yang dalam hal ini berada di tingkat daerah, sedangkan wilayah
lokal atau daerah otonom merupakan daerah pemerintahan dalam lingkup
pemerintah daerah.
4.2 Saran
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2014. Kuasa Negara Pada Ranah Politik Lokal. Jakarta: Kencana.
Djaenuri, Aries. 2014. Modul 1: Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah.
Diakses dari: http://repository.ut.ac.id/4206/1/IPEM4214-M1.pdf. Pada
tanggal: 20 Oktober 2017
Nimatul Huda, 2005, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangannya, dan
Problematika, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintah dan Otonomi Daerah.
Jakarta: PT. Grasindo.
Prabawa Utama. 1991. Pemerintahan Di Daerah. Jakarta: Indonesia-Hill-Co.
Rosidin, Utang. 2015. Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Dilengkapi UU
Nomor 1 Tahun 2015, UU Nomor 2 Tahun 2015, serta UU Nomor 8 dan 9
Tahun 2015. Bandung: Pustaka Setia
Sarundajang, SH. 2002 Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
18