Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PEMERINTAHAN DAERAH DALAM SISTEM

PEMERINTAHAN LOKAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kapita Selekta Pemerintahan


Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran

Disusun oleh:
Kelompok 8

Rivaldi 170410140028
Raden Alika Fatimah 170410140041
Eky Ahmad Anshori 170410140007
Fajar Perdian Pratama 170410140016
Yusran Jaya Negara 170410179001
Erza Pralistya 170410140010

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
JATINANGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otonomi dan desentralisasi telah memberi ruang bagi wilayah-wilayah
tingkat daerah di bawah pemerintah pusat untuk mengembangkan dan mengurus
rumah tangganya sendiri dengan tetap memerhatikan supremasi hukum
pemerintahan nasional. Wacana otonomi dan desentralisasi merupakan salah satu
unsur dari terciptanya good governance.
Di luar otonomi dan desentralisasi, dalam pemerintahan daerah juga dikenal
dengan konsep pemerintahan lokal yang pada dasarnya memiliki kaitan yang
sangat erat dengan konsep-konsep otonomi, desentralisasi juga dekonsentrasi.
Makalah kami mencoba untuk menjelaskan mengenai bagaimana hubungan antara
pemerintahan lokal dengan pemerintahan daerah. Lebih jauh, kami mencoba
menjelaskan konsep-konsep tersebut berdasarkan ranah teori dan tidak mencoba
untuk menyentuhnya pada ranah praksis daripada pemerintahan lokal itu sendiri.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pemerintahan lokal?
2. Bagaimana konsep dari pemerintahan lokal?
3. Bagaimana konsep dari pemerintahan daerah?
4. Bagaimana Hubungan antara pemerintahan lokal dengan pemerintahan
daerah?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang kami kemukakan diatas, adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami sejarah serta
konsep pemerintahan lokal, selain itu untuk membandingkan pemerintahan lokal
Indonesia dengan negara-negara lain, juga untuk memahami pemerintahan daerah
beserta bentuk, varian struktur serta tipologi-tipologinya.
Selain itu manfaat dari penulisan makalah ini adalah penulis dan pembaca
dapat memahami secara jelas mengenai konsep pemerintahan lokal dan
pemerintahan daerah secara umum. Serta dapat dimanfaatkan sebaik mungkin
sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Pemerintahan yang
diberikan dan sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan
pengetahuan.

2
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Definisi Pemerintahan Lokal


Menurut Siti Aminah dalam bukunya yang berjudul Kuasa Negara Pada
Ranah Politik Lokal, mengemukakan bahwa pemerintahan lokal dapat
didefinisikan sebagai suatu unit sistem pemerintahan yang menjalankan prinsip-
prinsip pemerintahan yang mengoperasikan fungsi-fungsi pemerintahan berdasar
pada pendelegasian kekuasaan dari pemerintah pusat (nasional). Pemerintahan
lokal dapat diidentikkan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan
berdasarkan prinsip-prinsip desentralisasi (Aminah, 2014: 28).
2.2 Konsep Pemerintahan Lokal
Konsep pemerintahan lokal berasal dari Barat untuk itu, konsep ini harus
dipahami sebagaimana orang Barat memahaminya. Bhenyamin Hoessein (2001:
3) menjelaskan bahwa local government dapat mengandung tiga arti. Pertama,
berarti pemerintah lokal, Kedua, berarti pemerintahan lokal yang dilakukan oleh
pemerintah lokal, Ketiga, berarti daerah otonom.
Local Government dalam arti pertama menunjuk pada lembaga/organnya.
Maksudnya local goverment adalah organisasi pemerintah di tingkat daerah atau
wadah yang menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di daerah. Dalam arti ini
istilah local government sering dipertukarkan dengan istilah local authority
(UN:1961). Baik local goverment maupun local authority, keduanya menunjuk
pada council dan major (dewan dan kepala daerah) yang rekrutmen pejabatnya
atas dasar pemilihan. Dalam konteks Indonesia local goverment merujuk pada
kepala daerah dan DPRD yang masing-masing pengisiannya dilakukan dengan
cara dipilih, bukan ditunjuk.
Local Government dalam arti kedua menunjuk pada fungsi/kegiatannya.
Dalam arti ini local government sama dengan pemerintahan daerah. Dalam
konteks Indonesia pemerintah daerah dibedakan dengan istilah pemerintahan
daerah. Pemerintah daerah adalah badan atau organisasi yang lebih merupakan
bentuk pasifnya, sedangkan pemerintahan daerah merupakan bentuk aktifnya.

3
Dengan kata lain, pemerintahan daerah adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.
Terakhir adalah local government sebagai Daerah Otonom menurut Undang-
undang nomb 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah yang dimaksud dengan
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Local Government dalam pengertian organ maupun fungsi tidak sama
dengan pemerintah pusat yang mencakup fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif.
Pada local government hampir tidak terdapat cabang dan fungsi judikatif (Antoft
dan Novack:1998). Hal ini terkait dengan materi pelimpahan yang diterima oleh
pemerintah lokal. Materi pelimpahan wewenang kepada pemerintah lokal
hanyalah kewenangan pemerintahan. Kewenangan legislasi dan judikasi tidak
diserahkan kepada pemerintah lokal. Kewenangan legislasi tetap dipegang oleh
badan legislatif (MPR, DPR, dan BPD) dipusat. Sedangkan kewenangan judikasi
tetap dipegang oleh badan peradilan (Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi,
Peradilan Negeri, dan lain lain). Kalau toh di daerah terdapat badan peradilan
seperti Pengadilan Tinggi di Provinsi dan Pengadilan Negeri di Kabupaten/Kota
masing-masing bukan merupakan bagian dari pemerintahan lokal. Badan-badan
peradilan tersebut adalah badan yang independen dan otonom dibawah badan
peradilan pusat.

2.3 Definisi Pemerintahan Daerah


Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, mengemukakan bahwa Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4
Kemudian menurut Nimatul Huda dalam bukunya yang berjudul
Otonomi Daerah, mengemukakan bahwa pemerintahan daerah adalah suatu
pemerintahan otonom dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Huda,
2005: 20).
Selanjutnya menurut Utang Rosidin dalam bukunya yang berjudul Otonomi
Daerah dan Desentralisasi, mengemukakan bahwa pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut atau berdasarkan asas
desentralisasi. (Rosidin, 2015: 4)
Prabawa Utama dalam bukunya yang berjudul Pemerintahan di Daerah
mengemukakan ciri-ciri pemerintah daerah menurut Oppenheim antara lain :
1. Adanya lingkungan atau daerah batas yang lebih kecil dari pada
negara;

2. Adanyajumlah penduduk yang mencukupi;

3. Adanya kepentingan-kepentingan yang coraknya sukar dibedakan;

4. Adanya organisasiyang memadai untuk menyelenggarakan kepentingan-


kepentingan tersebut;

5. Adanya kemampuan untuk menyediakan biaya yang diperlukan.(Prabawa


Utama, 1991: 11)

2.2

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Pemerintahan Lokal


Hanif Nurcholis dalam bukunya yang berjudul Teori dan Praktik:
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, menjelaskan mengenai timbulnya
pemerintahan lokal sebagai berikut:
Pemerintahan lokal yang kita kenal sekarang berasal dari perkembangan
praktik pemerintahan di Eropa pada abad ke-11 dan 12. Pada saat itu muncul
satuan-satuan wilayah di tingkat dasar yang secara alamiah membentuk suatu
lembaga pemerintahan. Pada awalnya satuan-satuan wilayah tersebut merupakan
suatu komunitas swakelola dari sekelompok penduduk. Satuan-satuan wilayah
tersebut diberi nama municipal (kota), county (kabupaten), commune/gementee
(desa). Mungkin fenomena tersebut mirip dengan satuan komunitas asli penduduk
Indonesia yang disebut dengan desa (Jawa), nagari (Sumetera Barat), huta
(Sumatera Utara), marga (Sumatera Selatan), gampong (Aceh), kampung
(Kalimantan Timur), dan lain-lain. Satuan komunitas tersebut merupakan entitas
kolektif yang didasarkan pada hubungan saling mengenal dan saling membantu
dalam ikatan genealogis maupun teritorial. Satuan komunitas ini membentuk
kesatuan masyarakat hukum yang ada asalnya bersifat komunal.
Pada mulanya satuan-satuan komunitas tersebut terbentuk atas kebutuhan
anggotanya sendiri. Untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan
hidupnya mereka membuat lembaga yang diperlukan. Lembaga yang dibentuk
mencakup lembaga politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan.
Dengan demikian, lembaga yang terbentuk sangat beragam, tergantung pada pola-
model tertentu berdasarkan adat-istiadat komunitas yang bersangkutan.
Dalam perkembangan berikutnya satuan-satuan komunitas tersebut
dimasukkan ke dalam sistem administrasi negara dari suatu negara yang berdaulat.
Untuk kepentingan administrasi, satuan-satuan komunitas tersebut lalu ditentukan
kategori-kategorinya, batas-batas geografisnya, kewenangannya, dan bentuk
kelembagaannya. Melalui keputusan politik, suatu komunitas tersebut lalu

6
dibentuk menjadi unit organisasi formal dalam sistem administrasi negara pada
tingkat lokal. Sesuai dengan kepentingan politik negara yang bersangkutan,
organisasi pemerintahan lokal dipilah menjadi dua: satuan organisasi perantara
dan satuan organisasi dasar. Misal di Perancis, satuan organisasi perantara adalah
departement dan satuan dasarnya adalah commune. Di Indonesia, satuan
organisasi perantara adalah provinsi, sedangkan satuan organisasi dasarnya adalah
kota, kabupaten, dan desa.

3.2 Perkembangan pemerintahan Lokal di Beberapa Negara


Hanif Nurcholis dalam bukunya yang berjudul Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, menjelaskan mengenai gambaran
pemerintahan di berbagai negara. Diantaranya Perancis, Belanda, Inggris,
Maroko, Rusia, Jepang, dan Malaysia. Dengan memahami karakteristik
pemerintahan daerah diberbagai negara tersebut maka hal tersebut akan menjadi
pengetahuan komparatif tentang pemerintahan daerah.
a. Perancis

Pemerintah daerah Perancis terdiri atas provinsi (departments) dan


kota (commune). Provinsi dipimpin oleh Prefet yang ditunjuk oleh
pemerintah pusat. Prefet didampingi oleh dewan yang dipilih. Provinsi
menganut asas dekonsentrasi dan desentralisasi. Kota/commune dipimpin
oleh Maire. Commune lebih otonom daripada departments meskipun sama-
sama menganut asas dekonsentrasi dan desentralisasi. Pemerintahan
commune diselenggarakan oleh badan-badan yang dipilih oleh penduduk.
Badan-badan tersebut adalah conceil municipal dan maire.

b. Belanda

Pemerintah daerah Belanda terdiri atas dua wilayah pemerintahan: 1)


Provinsi dan 2) Gemeente/Kota. Dibawah provinsi maupun gemeente dapat
dibentuk komisi-komisi territorial yang diserahi wewenang tertentu.
Komisi-komisi territorial ini bersifat mandiri tapi tetap merupakan bagian

7
dari pemerintahan provinsi maupun pemerintahan gemeente, bukan satuan
pemerintahan otonom.

Provinsi adalah daerah antara pemerintah Gemeente dengan


pemerintahan pusat (kerajaan). Pemerintah provinsi menyelenggarakan
fungsi pemerintahan (otonomi, tugas pembantuan, dan regional),
pengawasan terhadap satuan pemerintahan yang lebih rendah, dan
bertanggung jawab atas pembentukan organisasi pemerintahan. Provinsi
dikepalai oleh Gubernur (Commissaris van de Koning). Gubernur diangkat
oleh pemerintah pusat (Mahkota). Oleh karena itu, gubernur mempunyai
peran ganda: pertama, sebagai alat pemerintah pusat dan kedua, sebagai alat
pemerintah daerah/provinsi. Namun yang lebih menonjol adalah sebagai alat
pemerintah daerah.

c. Inggris

Pemerintah daerah Inggris terdiri dari County dan District. Selain


County dan District dimungkinkan ada satuan yang lebih rendah yaitu
parish (untuk England) dan community (untuk Wales). County dan District
bukanlah dua satuan pemerintahan yang memiliki jenjang hirarki. Masing-
masing berdiri sendiri sebagai daerah otonom. Kedua daerah ini berada di
bawah kontrol dan berhubungan langsung dengan pemerintah pusat.

Kedua daerah otonom tersebut sama-sama menyelenggarakan fungsi


otonom. Sedangkan untuk fungsi-fungsi tertentu, County melaksanakan
fungsi utama dibidang pendidikan, perencanaan transportasi dan jalan raya,
pelayanan sosial, pembuangan sampah, perlindungan konsumen, kebakaran,
dan kepolisian. Bersamaan dengan itu District menjalankan fungsi utama
dibidang perumahan, kesehatan, lingkungan, kebersihan udara, peraturan
bangunan, pengumpulan sampah dan pemungutan pajak daerah.

d. Maroko

8
Pemerintah daerah Maroko terdiri atas Provinsi dan Administrasi
Kota. Provinsi dipimpin oleh pasha/caid yang ditunjuk oleh pemerintah
pusat. Provinsi dibawah Direktur Anggaran, suatu badan dibawah langsung
presiden. Administrasi Kota dipimpin oleh Dewan yang dipilih. Dewan ini
memilih salah satu anggotanya menjadi walikota.

e. Jepang

Pemerintah daerah jepang terdiri atas povinsi/prefecture dan kota.


Gubernur dan walikota dipilih langsung. Gubernur dan walikota didampingi
dewan. Meskipun gubernur dan walikota dipilih langsung oleh rakyat tapi
keduanya juga mempunyai otoritas sebagai wakil pemerintah pusat
didaerah. Jadi, sistem Jepang hampir sama dengan sistem Perancis.

f. Malaysia

Pemerintahan Malaysia terdiri atas negara bagian, kota, dan distrik.


Kota dan disrtik diselenggarakan oleh Dewan Kota dan Dewan Distrik.
Dewan kota diketuai oleh walikota sedangkan Dewan Distrik dikepalai oleh
presiden. Dewan Kota dan Dewan Distrik dibantu oleh beberapa komite
yang menangani urusan-urusan khusus dan urusan umum.

3.4 Pengertian Pemerintahan Daerah


Konsep pemerintahan daerah berasal dari terjemahan konsep local
government yang pada intinya mengandung tiga pengertian, yaitu: pertama berarti
pemerintah lokal, kedua berarti pemerintahan lokal, dan ketiga berarti wilayah
lokal (Hoessein dalam Hanif, 2007:24).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep pemerintahan daerah di
dalamnya melingkupi organisasi/lembaga/institusi, fungsi/kegiatan pemerintahan
dan daerah pemerintahan. Kemudian untuk memahami makna dari pemerintahan
daerah di bawah ini diuraikan beberapa dimensi yang menyangkut pengertian
pemerintahan daerah
3.5 Bentuk-bentuk Pemerintahan Daerah

9
Secara umum ada 2 (dua) bentuk pemerintahan daerah di dunia ini, yaitu
Local Self Government dan Local State Government1.
1. Local Self Government
Pemerintah daerah dalam bentuk Local Self Government
berwenangmengatur dan mengurus pemerintahan sendiri. Pemerintahan
daerah dalambentuk Local Self Government ini diperlukan oleh sistem
pemerintahannegara untuk menyelenggarakan berbagai urusan
pemerintahan yang sesuaidengan kondisi daerah artinya dalam hal-hal
tertentu penyelenggaraanpemerintahan negara di daerah akan lebih efisien
dan efektif jika diserahkankepada pemerintahan daerah tertentu. Hal ini
dikarenakan Pemerintah daerah lebih memahami kebutuhan daerah dan
masyarakat daerah, demikian juga untuk menyelenggarakan pemerintahan di
daerah-daerah khusus tertentu, perlu dibentuk pemerintahan yang
mempunyai kewenangan untuk mengaturdan mengurus urusan
pemerintahan yang ada di daerah tersebut. Walaupun pemerintahan daerah
dalam bentuk Local Self Government memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi urusan rumah tangganya
akan tetapi kedudukannya tetap merupakan subsistem dari sistem
pemerintahan Negara.
2. Local State Government
Local state government adalah unit organisasi pemerintahan wilayah,
unit organisasi pemerintahan di daerah yang dibentuk berdasarkan asas
dekonsentrasi. Pemerintahan wilayah atau pemerintahan administratif
dibentuk untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang pemerintah pusat di daerah. Tidak semua urusan pemerintah
pusatitu dapat ditangani secara langsung oleh pemerintah pusat secara
efisien danefektif. Untuk itu, dibentuklah pemerintahan wilayah yang
tujuannya untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat di daerah. Local state government
atau pemerintahan wilayah bertugas hanya untuk menyelenggarakan
1Djaenuri, Aries. 2014. Modul 1: Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah. Diakses dari:
http://repository.ut.ac.id/4206/1/IPEM4214-M1.pdf. Pada tanggal: 20 Oktober 2017

10
instruksi-instruksi, arahan, petunjuk-petunjuk dan kebijakan-kebijakan
pemerintah pusat. Pemerintahan wilayah itu diperlukan untuk melaksanakan
tugas-tugas pemerintah pusat diwilayah negara yang sangat luas dengan
kondisi komunikasi yang tidak lancar serta mengakibatkan sulitnya
komunikasi langsung antara pemerintah dengan masyarakat. Komunikasi
sosial merupakan suatu hal yang sama pentingnya dengan komunikasi fisik.
Banyak pelayanan yang harus diberikan oleh pemerintah itu ditentukan oleh
seberapa jauh hubungan face to faceantara pejabat pemerintah pemberi
pelayanan dengan masyarakat dengan tujuan untuk menjelaskan kebijakan
pemerintah dan untuk memperoleh respons dari anggota masyarakat secara
langsung. Pentingnya pemerintahan wilayah pada hakikatnya untuk
memaksimalkan respek masyarakat terhadap program pemerintah. Sebagai
konsekuensinya tugas pemerintahan wilayah hanya sebatas pada
pelaksanaan tugas yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Terdapat beberapa ciri dari pemerintahan wilayah atau pemerintahan
administratif, yaitu:
a. bentuk penyerahan kekuasaan adalah pelimpahan kekuasaan;
b. pelimpahan kekuasaan ditujukan kepada pejabat pemerintah pusat yang
ada di daerah;
c. kewenangan pejabat pemerintah pusat terbatas untuk melaksanakan
kebijakan pemerintah pusat;
d. pemerintah wilayah tidak memiliki wewenang untuk mengurus urusan
rumah tangga sendiri.
Agar lebih jelas dalam membedakan Local Self Government (asas
desentralisasi) dan Local State Government(asas dekonsentrasi), ada
baiknya memahami perbedaan dari desentralisasi dan dekonsentrasi itu
sendiri. Berikut merupakan perbedaannya menurut Hanif Nurcholis dalam
bukunya yang berjudul Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi
Daerah adalah sebagai berikut: (Nurcholis, 2007: 16)

Desentralisasi Dekonsentrasi

11
1. Menciptakan perangkat pusat di
1. Menciptakan daerah
berbagai wilayah
otonom
2. Yang ada adalah batas-batas
2. Memiliki batas-batas
wilayah kerja/jabatan/administrasi
wilayah jurisdiksi daerah
3. Pelimpahan wewenang
otonom
pemerintahan hanya bidang
3. Penyerahan wewenang
administrasi
pemerintahan di bidang
4. Yang diberi limpahan wewenang
politik dan administrasi
administrasi adalah
4. Yang diserahi wewenang
perangkat/pejabat pusat
politik dan administrasi
5. Tidak menimbulkan otonomi
adalah daerah otonom
daerah
5. Menimbulkan daerah
6. Wilayah administrasi berada
otonom
dalam hierarki organisasi
6. Daerah otonom berada di
pemerintahan pusat.
luar hierarki organisasi
Hubungannya adalah intra
pemerintah pusat.
organisasi
Hubungannya adalah antar
7. Wewenang pemerintahan yang
organisasi publik
diserahkan adalah pemerintahan
7. Wewenang yang diserahkan
umum umum, koordinasi,
terbatas pada wewenang
pengawasan, tramtib, pembinaan
pemerintahan, yaitu
bangsa, dan bidang pemerintahan
wewenang yang dimiliki
khusus dari menteri-menteri
presiden dan para menteri
teknis
8. Pembiayaannya dari APBD.
8. Pembiayaannya dari APBN.

3.5 Varian Struktur Pemerintahan daerah


Walaupun terdapat beragam varian dalam sistem desentralisasi dengan
karateristik yang berbeda, namun pada dasarnya ada empat pola (patterns) field
administration and local government system yang dapat diidentifikasi sebagai
beriku (Sarundajang, 2001: 29-31):
1. Comprehensive Local Government System
Dalam sistem ini, sebagian besar urusan pemerintah pada tingkat
daerah diserahkan kepada dan dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah,
baik urusan itu termasuk kewenangan otonomi daerah, maupun kewenangan
daerah, dengan kemungkinan ditunjang oleh pemerintah pusat. Pemerintah
daerah melaksanakan beberapa fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundang-undangan yang berlalu, serta melaksanakan fungsi-fungsi
lainnya yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat, atas

12
nama departemen atau pemerintah pusat. Negara-negara di dunia yang
menerapkan sistem ini, misalnya India, Pakistan, Sudan, dan Uni Arab
Republik.
2. Partnership Local Government System
Dalam sistem ini, beberapa fungsi tertentu yang memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh unit pelaksana
kantor pusat, dan urusan pelayanan yang lainnya dilakukan oleh pemerintah
daerah. Pemerintah daerah melaksanakan fungsi-fungsi tersebut sedikit
banyak lebih bersifat mandiri (selfstanding, autonomously) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mendasarinya, serta dapat melakukan
beberapa tugas lainnya atas nama dan di bawah supervisi-teknik dari
departemen pusat. Jadi, dalam sistem ini unsur-unsur pemerintah tertentu
bisa dilakukan oleh unit dari departemen pusat atau pemerintah daerah,
tergantung pada kebutuhan dan situasi. Contoh negara-negara yang
menerapkan sistem ini adalah Srilangka, Kawasan Negara-negara yang
berbahasa Inggris di Afrika, Nigeria Barat, dan sebagainya.
3. Dual System of Local government
Dalam sistem ini, departemen di pusat secara langsung melakukan
tugas-tugas pemerintah daerah, dan tidak membentuk atau menunjuk unit
pelaksana. Sedangkan pemerintah daerah, menurut perundang-undangan
mempunyai kewenangan otonomi melakukan tugas-tugas otonominya, dan
melakukan hal-hal yang dapat mendorong perkembangan daerah. Namun,
dalam prakteknya sedikit sekali yang dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah, sebab dalam sistem ini sering terjadi konflik dan overlapping tugas-
tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Yang menonjol dalam
sistem ini adalah pemerintah daerah lebih berperan sebagai alat political
decentralization daripada sebagai alat peningkatan pembangunan sosial
ekonomi. Hal ini berakibat, pemerintah daerah tidak dapat dengan leluasa
menyelenggarakan urusan rumah tangganya untuk memacu pembangunan
secara komprehensif multidimensional. Pemerintah daerah hanya diperlukan
untuk mempercepat proses pencapaian tujuan pemerintah pusat secara

13
sepihak. Sistem seperti ini umumnya diterapkan di Amerika Latin, dan
sebagainya.
4. Integrated Administrative System
Di dalam sistem ini, semua badan-badan Pemerintah Pusat langsung
melakukan fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat, dimana central
government area coordinators atau semacam Kepala Wilayah bertanggung
jawab untuk bertindak sebagai koordinator bagi unit pelaksana termasuk
technical agencies dari pemerintah daerah.
Dengan demikian, peranan pemerintah daerah relatif sangat kecil
untuk mengontrol kegiatan pemerintah dan staf di wilayahnya, karena
semua kegiatan pemerintah berada di bawah koordinasi koordinator
Wilayah. Sistem seperti ini sangat rawan untuk terjadinya pergolakan daerah
atau separatisme, karena daerah menjadi semakin tidak berdaya dan
kehilangan Wibawa. Sistem seperti ini telah diterapkan di negara-negara
Asia Tenggara dan Timur Tengah.

3.6 Tipologi Pemerintahan Daerah


Pemerintahan daerah yang diselenggarakan menurut asas dekonsentrasi dan
desentralisasi terdapat dua tipe, yaitu2:
1. Sistem Fungsional (Functional System)
Menurut sistem fungsional, dalam rangka dekonsentrasi setiap departemen
menempatkan kepala-kepala instansi vertikal di wilayah administrasi untuk
memberikan pelayanan umum di bidangnya (sektoral) secara fungsional. Menteri/
pejabat pusat menetapkan suatu wilayah kerja pejabatnya di daerah dengan
penentuan batas-batas yang didasarkan atas kriteria sesuai dengan keperluan
departemen yang bersangkutan, seperti pembagian beban tugas, jenjang
pengawasan, dan efisiensi administrasi untuk pemberian pelayanan umum.
Dengan demikian, maka setiap kepala instansi vertikal mempunyai wilayah kerja
(jurisdiksi) dengan batas masing-masing.

2Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.
GramediaWidiasarana Indonesia. Hal: 33-37

14
2. Sistem Prefektur(Prefectaral System)
Jika dalam sistem fungsional wilayah nasional dibagi ke dalam fungsi-
fungsi pelayanan departemen secara terfragmentasi, maka dalam sistem prefektur,
teritori nasional dibagi ke dalam wilayah administrasi dan/atau daerah otonom
dengan batas jurisdiksi yang sama dengan sebutan yang sama pula. Misalnya,
Provinsi Daerah Tingkat I,, Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II, dan
kecamatan/ kota administratif. Provinsi, kabupaten/ kotamadya, dan
kecamatan/kota administratif merujuk pada pengertian wilayah administrasi (local
state government) sedangkan Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II menunjuk
pada pengertian daerah otonom (local self government).

BAB IV
PENUTUP

15
4.1 Simpulan

Pemerintahan lokal terdiri dari tiga definisi utama yaitu pemerintah lokal,
pemerintahan lokal dan wilayah lokal atau daerah otonom.Masing-masing definisi
tersebut menggambarkan bahwa pemerintah lokal dimaksudkan kepada
badan/lembaga/instansi pemerintah itu sendiri, sedangkan pemerintahan lokal
lebih tertuju pada fungsi maupun kegiatan yang berhubungan dengan
pemerintahan yang dalam hal ini berada di tingkat daerah, sedangkan wilayah
lokal atau daerah otonom merupakan daerah pemerintahan dalam lingkup
pemerintah daerah.

Adapun pemerintahan daerah merupakan bagian daripada pemerintahan


lokal yang pada dasarnya memiliki dua bentuk yaitu Local Self Government
(pemerintahan tingkat daerah yang berwenangmengatur dan mengurus
pemerintahan sendiri dengan berasaskan desentralisasi), dan Local State
Government (unit organisasi pemerintahan di daerah yang dibentuk berdasarkan
asasdekonsentrasi).

Dalam hubungannya, pemerintahan lokal (daerah) memiliki kaitan yang


sangat erat dengan diberlakukannya otonomi dan desentralisasi.Otonomi dan
desentralisasi melahirkan kemandirian bagi pemerintahan lokal (daerah), dan
pemerintahan lokal (daerah) merupakan sarana bagi terciptanya asas-asas otonomi
dan desentralisasi, termasuk dekonsentrasi, tugas pembantuan dan devolusi.

4.2 Saran

Berdasarkan pemaparan di atas, kelompok kami menyadari bahwa didalam


penyajian konten konten materi masih banyak kekurangan. Namun kami
berharap agar khususnya kepada para pembaca tidak hanya terpaku ke dalam
materi yang kami sajikan tetapi bisa mencari sumber sumber lain untuk
dijadikan referensi. Karena untuk mendapatkan suatu informasi dan ilmu tidak
hanya terpaku kepada satu sumber saja. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. 2014. Kuasa Negara Pada Ranah Politik Lokal. Jakarta: Kencana.
Djaenuri, Aries. 2014. Modul 1: Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah.
Diakses dari: http://repository.ut.ac.id/4206/1/IPEM4214-M1.pdf. Pada
tanggal: 20 Oktober 2017
Nimatul Huda, 2005, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangannya, dan
Problematika, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintah dan Otonomi Daerah.
Jakarta: PT. Grasindo.
Prabawa Utama. 1991. Pemerintahan Di Daerah. Jakarta: Indonesia-Hill-Co.
Rosidin, Utang. 2015. Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Dilengkapi UU
Nomor 1 Tahun 2015, UU Nomor 2 Tahun 2015, serta UU Nomor 8 dan 9
Tahun 2015. Bandung: Pustaka Setia
Sarundajang, SH. 2002 Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

18

Anda mungkin juga menyukai