Anda di halaman 1dari 14

TEOLOGI KEMAKMURAN DALAM PERPEKTIF INJIL KERAJAAN ALLAH

Ditulis Oleh:
Raymond Poltak,M.Th
Dosen Program Studi Sarjana Teologi STT LETS Bekasi

ABSTRAK
Setiap manusia yang sudah jatuh kedalam dosa memiliki natur dosa yang didalamnya
terdapat keinginan/ hawa nafsu. Salah satu keinginan manusia adalah memiliki berkat jasmani
berupa kekayaan, kesuksesan dan kesehatan. Teologi kemakmuran membawa pesan bahwa
Tuhan akan memberikan kemakmuran berupa kekayaan, kesuksesan dan kesehatan yang
berlimpah dengan syarat jika manusia itu beriman dengan sungguh-sungguh. Tuhan Yesus
datang ke dunia dengan membawa pesan injil kerajaan Allah yang sangat menekankan kepada
perkara rohani bukan kepada perkaran duniawi. Bagi Tuhan Yesus Kristus perkara rohani
memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada perkara duniawi. Dan berkat yang Tuhan
berikan kepada umatNya yang terpenting adalah berkat rohani dan bukan berkat materi.
Pemenuhan kebutuhan jasmani tidak lagi menjadi hal yang prioritas bagi Tuhan di dalam
kerajaanNya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan studi
pustaka dan penulis berusaha memberikan dasar argumentasi yang kuat dengan didukung oleh
literatur yang ada. Hasil kajian dalam penelitian ini adalah bahwa teologi kemakmuran adalah
sebuah ajaran yang tidak sesuai/relevan dengan pesan injil kerajaan Allah yang disampaikan
oleh Tuhan Yesus Kristus.
Kata kunci: kemakmuran, berkat, kerajaan Allah

ABSTRACT
Every human being who has fallen into sin has a nature of sin in which there is a
desire / lust. One of human's desires is to have physical blessings in the form of wealth,
success and health. Prosperity theology brings the message that God will provide prosperity in
the form of wealth, success and abundant health on condition that humans truly believe. The
Lord Jesus came to earth with the gospel message of the kingdom of God which emphasizes
spiritual matters rather than worldly matters. For the Lord Jesus Christ spiritual matters have a
far greater value than worldly matters. And the blessings that God gives to His people are the
most important spiritual blessings and not material blessings. Meeting physical needs is no
longer a priority for God in His kingdom.
This research uses a qualitative method that is by using literature studies and the
author tries to provide a strong argumentation base supported by the existing literature. The
results of this study are that prosperity theology is a teaching that is not in accordance with the
gospel message of the kingdom of God delivered by the Lord Jesus Christ.
Keywords: prosperity, blessing, kingdom of God

PENDAHULUAN

Kemakmuran merupakan sebuah keadaan dimana orang akan mengalami keadaan seba
kecukupan dan tidak mengalami kekurangan. Realitas yang dihadapi adalah bahwa keadaan
dunia sedang mengalami keusahan, hal ini ditandai dengan adanya resesi ekonomi. Perang
dagang antara Amerika Serikat membuat keadaan ekonomi dunia menjadi semakin memburuk
71
dan penuh ketidakpastian. International Monotery Fund menyatakan jika laju pertumbuhan
ekonomi dunia hanya berkisar pada angka 3 persen dan diprediksi pada tahun 2020 keadaan
ekonomi dunia juga angka mengalami keadaan yang tidak jauh berbeda. Dengan keadaan
ekonomi dunia yang mengalami perlambatan, maka angka kemiskinan di dunia akan
meningkat. Bank Dunia memperkirakan hampir seperempat penduduk di negara-negara
berkembang di Asia Timur dan Pasifik hidup di bawah garis kemiskinan. Bank Dunia
mengukur tingkat kemiskinan ini dengan batas Upper Middle-Income Class (UMIC) dengan
pendapatan US$ 5,5 (setara Rp 77 ribu) per hari. Belum lagi jika dilihat dari stastistik
mengenai tingkat pengangguran dan kesehatan yang kian hari mengalami kemerosotan.
Dalam kondisi dunia yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, maka teologi
kemakmuran memberikan sebuah harapan/ asa untuk manusia bisa mengalami kelepasan
dari kesulitan ekonomi. Teologi kemakmuran sebagai sebuah doktrin memiliki sebuah
keyakinan jika manusia yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, akan diluputkan dari
semua kemiskinan dan kesusahan hidup. Teologi kemakmuran bukan hanya menawarkan
kelepasan dari kemiskinan, namun juga menawarkan adanya kekayaan yang diklaim dari
Tuhan, bahkan para pengkhotbah teologi kemakmuran yang lebih sering dikenal sebagai
prosperity gospel menyatakan bahwa kekayaan orang-orang fasik akan dipindahkan kepada
orang percaya ( anak-anak Allah ).
Bagi orang yang mempercayai teologi kemakmuran maka kesusahan hidup atau
kemiskinan dipercaya sebagai bentuk hukuman bahkan kutukan yang Tuhan berikan kepada
orang-orang yang tidak sungguh-sungguh hidup benar di hadapan Tuhan. Doktrin ini
menyatakan jika semakin orang hidup” benar “ dihadapan Tuhan, maka hidupnya akan
semakin diberkati. Pengertian berkat hanya dibatasi pada berkat secara jasmani bukan berkat
rohani. Teologi kemakmuran banyak menimbulkan permasalahan yang muncul di lapangan.
Salah satu permasalahan yang dialami oleh sebagian orang Kristen adalah adanya
sebagian yang mengaku hidup “benar” di hadapan Tuhan dengan melakukan semua perintah
Tuhan, namun pada kenyataannya tidak mengalami apa yang dijanjikan oleh teologi
kemakmuran. Ditambah lagi sebagian orang Kristen sudah setia memberikan perpuluhan,
namun keadaan ekonominya tidak kunjung membaik. Tentunya ini bertentangan dengan
“propaganda” yang sering disampaikan oleh para pengkotbah/pengajar teologi kemakmuran.
Para pengkotbah teologi kemakmuran sering memberikan kesaksian hidup orang-orang yang
mengaku mengalami kelepasan dari kemiskinan dan menjadi kaya. Kesaksian dari orang-
orang yang mengaku mengalami perubahan dari miskin menjadi kaya, tentu membuat orang
semakin tertarik dengan teologi ini. Ibarat oase di padang gurun, teologi kemakmuran
memberikan air untuk melepaskan rasa dahaga seseorang.

72
Keinginan untuk kaya dan semakin kaya merupakan keinginan manusiawi dari setiap
manusia yang hidup dalam natur dosa. Segala bentuk pengajaran yang memanjakan “
kedagingan “ harus berani dikoreksi dan di uji kebenarannya. Alkitab sudah dengan jelas
menyatakan bahwa di dunia ini akan banyak rupa-rupa pengajaran sehingga dapat
menyesatkan manusia. Ini selaras dengan Efesus 4 ayat 14 menyatakan: “ sehingga kita
bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh
permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.”
Sebagai sebuah bentuk pengajaran yang sudah merebak ke dalam berbagai macam
denominasi dan gereja di seluruh belahan dunia, maka teologi kemakmuran harus diuji
kebenarannya. Dan sebagai bentuk pengajaran yang telah diajarkan oleh beberapa “hamba
Tuhan besar” maka sikap kritis dari umat sangat diperlukan dan tidak serta merta menerima
pengajaran ini. Terlebih lagi apakah teologi kemakmuran merupakan sebuah pengajaran yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus?. Seluruh pengajaran Tuhan Yesus Kristus termaktub
dalam kitab suci Injil. Perlu ada upaya untuk melakukan uji kritis mengenai teologi
kemakmuran berdasarkan pengajaran Tuhan Yesus Kristus berdasarkan kitab suci Injil.
Sehingga orang percaya dapat menguji apakah pengajaran teologi kemakmuran adalah sebuah
pengajaran yang dapat dipercaya?
Untuk dapat menjawab permasalahan diatas, maka penulis mengangkat sebuah kajian
ilmiah mengenai teologi kemakmuran dalam perspektif kitab Injil. Sebab kitab Injil
merupakan kitab yang berisi kepada seluruh pengajaran Tuhan Yesus Kristus yang secara
vebal diajarkan kepada murid-muridnya dan ditulis kembali oleh para penulis kitab Injil.
Sebagai sebuah kitab suci, maka kitab suci Injil harus dapat ditafsirkan dengan tepat
sesuai dengan kaidah hermeneutik yang benar, bebas dari segala bentuk sikap ojektif artinya
mampu melihat teks tidak terlepas dari konteks dan mampu bersikap jujur ( tidak memiliki
presuposisi terhadap teks yang ada). Kesalahan atau ketidaktepatan dalam pengajaran adalah
kesalahan dalam melakukan penafsiran yang objektif dan tidak keluar dari konteks kitab suci.
Dalam penelitian ini, maka penulis mencoba mengupas mengenai konsep atau paradigma dari
teologi kemakmuran kemudian akan diuji dengan pengajaran Tuhan Yesus Kristus dalam
kitab suci Injil. Sehingga akan diuji apakah pengajaran dari teologi kemakmuran merupakan
bentuk pengajaran yang benar atau pengajaran yang salah.

PEMBAHASAN
A. Pandangan Umum Teologi Kemakmuran
Untuk menguji sebuah pengajaran, maka diperlukan sebuah pemahaman yang utuh
dan benar mengenai pengajaran tersebut. Teologi kemakmuran sebagai sebuah doktrin yang

73
sering diajarkan di berbagai gereja, khususnya di gereja yang beraliran karismatik dan
pentakosta merupakan doktrin yang lebih menitik beratkan kepada hal- hal yang lebih bersifat
jasmani /materi.
Sebagai sebuah teologi yang mengusung kemakmuran, maka teologi kemakmuran
mendefisikan kemakmuran sebagai sebuah berkat yang Tuhan berikan kepada anak-anak
Tuhan sebagai hasil dari iman kepada Tuhan. Para pengkhotbah teologi kemakmuran
memiliki pandangan bahwa berkat jasmani/materi dan kesuksesan adalah tolak ukur dari
kerohanian seseorang.9
Teologi kemakmuran mulai dipopulerkan di Amerika Serikat oleh para
penginjil/televangelist yang cukup terkenal semisal Kenneth Copeland, Keneth Hagin,Benny
Hinn, Oral Roberts, Nassir Sadiki, Robert Tilton, T.D Jakes, Morris Cerullo, Paul Crouch,
Joel Oesteen, John Avanzini, David (Paul ) Yonggi Cho, Fred Price dan beberapa penginjil
lainnya.
Ada dua faktor yang menyebabkan teologi kemakmuran menjadi begitu popular:
1. Kebangkitan Ekonomi dan bangkitnya sekularisasi di dunia barat
2. Perkembangan pemikiran baru ( New Thought )
Para pengkotbah teologi kemakmuran sering menggunakan ayat-ayat di Alkitab
sebagai ayat-ayat pendukung dari pengajarannya. Ayat-ayat Alkitab yang sering digunakan
biasanya adalah ayat-ayat yang ditafsirkan tanpa pendekatan hermeneutik yang ketat.
Sehingga seringkali dijumpai adanya penafsiran ayat yang keluar dari konteksnya. Sebagai
seorang pengkhotbah, tentunya tidak hanya mengkhotbahkan sesuatu yang menyenangkan
telinga para pendengarnya. Namun harus mampu menyampaikan kebenaran yang murni dan
tidak mengandung unsur dosa didalamnya.
Dari pengajaran yang disampaikan oleh pengkhotbah teologi kemakmuran, maka ada
beberapa pandangan umum dari para pengkhotbah teologi kemakmuran, yaitu:
1. Kemakmuran atau kesuksesan adalah tanda-tanda eksternal dari Allah untuk umat yang
dikasihi-Nya atau yang hidup berkenan kepada-Nya.
2. Penebusan yang Tuhan Yesus lakukan tidak hanya sebatas penebusan atas dosa melainkan
juga pembebasan atas kemiskinan dan memberikan berkat kesuksesan dan kesehatan.
3. Orang Kristen yang diberkati adalah orang Kristen yang mengalami kesuksesan hidup (
dalam kesehatan tidak mengalami sakit penyakit dan memiliki kekayaan materi yang
berlimpah)
4. Allah adalah Allah yang penuh dengan berkat dan manusia yang beriman kepadaNya pasti
akan mengalami kehidupan yang penuh dengan berkat, kaya,sukses dan berkelimpahan

9 David L Smith, A Handbook of Contemporary Theology , ( Grand Rapid: Baker books,2000), hlm.179

74
5. Persembahan dan perpuluhan adalah bentuk investasi kepada Tuhan sehingga manusia
yang memberi persembahan dan perpuluhan akan menerima hasil yang berkali-kali lipat.
Untuk lebih mendalami mengenai teologi kemakmuran, maka pemahaman teologi
kemakmuran mengenai Allah,iman, manusia, dosa dan Yesus Kristus harus dipahami secara
utuh, sehingga dapat ditemukan akar dari teologi ini. Mengenai manusia, teologi kemakmuran
mempercayai bahwa manusia dan Allah adalah memiliki hakekat yang sama, namun berbeda
dalam tingkatan. Tujuan penciptaan manusia dipandang sebagai bagian dari reproduksi
diriNya di dunia. Allah menciptakan manusia karena ingin menghasilkan allah-allah lain di
dunia ini. Adam dipandang sebagai Allah dalam bentuk daging yang hidup di dunia ini. Frase
dari manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah ditafsirkan sebagai duplikasi Allah di
dalam dunia ini.
Pada saat manusia jatuh ke dalam dosa, maka hakikat/natur keallahan menjadi hilang
dan menjadi natur iblis. Tuhan Yesus Kristus melalui karya penebusan mengembalikan natur
iblis kepada natur keallahan, sehingga manusia berkedaan sama dengan Allah. Jika manusia
berhakekat seperti Allah maka manusia mampu melakukan apa saja seperti yang Allah
lakukan. Manusia mampu mendapatkan apa saja yang diinginkannya.
Begitu pula dengan konsep keselamatan yang diyakini sebagai usaha Allah untuk
mengembalikan manusia kepada hakikat keilahian yang telah hilang dan dikembalikan seperti
sedia kala (restorasi). Para pengkhotbah teologi kemakmuran memandang bahwa keselamatan
lebih menekankan bahwa mengembalikan manusia kepada rencana Allah yang semula yaitu
hidup dalam berkat-berkat seutuhnya seperti yang dialami oleh Adam dan Hawa di dalam
taman eden. Begitu juga dengan karya salib Yesus Kristus tidak hanya menebus manusia dari
dosa tetapi di kayu salib terjadi pertukaran dari segala jenis kutuk,dosa,kemiskinan dan sakit
penyakit. Adanya pertukaran di kayu salib dipercaya akan membawa kepada pembebasan
atas segala bentuk kutuk,kemiskinan,dosa dan sakit penyakit. Sehingga barangsiapa yang
percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus sudah mati di kayu salib maka dia akan menerima
pertukaran tersebut.
Teologi kemakmuran juga menyakini bahwa setiap orang percaya mampu melakukan
pekerjaan yang Tuhan Yesus lakukan, bahkan pekerjaan yang lebih besar ( Yohanes 14:12).
Yesus Kristus dalam kemanusiaanya tidak mampu melakukan mujizat dan tidak mempunyai
kuasa apapun juga jika tidak ada Roh Kudus yang memberi kuasa kepadaNya. Atas dasar
keyakinan ini,maka orang percaya dan Yesus Kristus dipandang sebagai dua oknum yang
sama, yaitu sama-sama bergantung kepada Roh Kudus, dan orang percaya yang dikarunia
oleh Roh Kudus akan melakukan pekerjaan yang Yesus Kristus lakukan. Pandangan ini
menyebabkan para pengkhotbah teologi kemakmuran dengan menyakinkan mengatakan

75
bahwa tidak ada hal yang mustahil bagi orang percaya dan setiap orang percaya pasti mampu
melakukan mujizat seperti yang Yesus Kristus lakukan di dunia ini.
Salah satu pengajaran yang menonjol dari teologi kemakmuran adalah mengenai
kesembuhan ilahi. Tuhan dalam kasih dan kemurahanNya tidak menghendaki orang percaya
mengalami sakit penyakit. Sakit penyakit adalah kutuk yang harus di bebaskan dari dalam
10
tubuh orang percaya. Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya mengalami sakit penyakit.
Penyakit dipercaya sebagai usaha Iblis untuk merampok hak-hak ilahi anak-anak Tuhan untuk
menerima kesehatan yang sempurna. Tubuh yang sakit tidak bisa memuliakan Tuhan.
Sehingga praktek doa kesembuhan marak dipraktekan dalam ibadah kesembuhan ilahi.
Teologi kemakmuran juga menolak jika orang percaya mengalami sakit penyakit, dengan
mengabaikan sakit penyakit tersebut dan terus beriman bahwa Tuhan akan menyembuhkan.
Tubuh orang yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus adalah tubuh yang sempurna,
tanpa pernah mengalami sakit penyakit. 11
Begitu juga kemiskinan dianggap sebagai kutuk dan akibat dari dosa. Tuhan tidak
menghendaki anak-anakNya mengalami kemiskinan. Kisah Abraham,Salomo,Daud dan
tokoh-tokoh Alkitab sering disampaikan sebagai bukti jika Tuhan juga ingin menjadikan
umatNya kaya dan diberkati. Anak-anak Allah dipercaya sebagai anak-anak Raja, yang akan
menerima kekayaan dari Raja diatas segala Raja.12 Sebagai anak-anak Raja, maka orang
percaya pasti kaya.Jika anak-anak dunia saja bisa memiliki kekayaan, mengapa anak-anak
Raja tidak memiliki kekayaan? Lalu Yesus Kristus yang kaya datang ke dunia dan menjadi
miskin supaya orang percaya memperoleh kelimpahan ( 2 Korintus 8:9 ). Kelimpahan
ditafsirkan sebagai kelimpahan secara jasmani/materi ( Yohanes 10:10 ). Dan juga Roma 8:32
yang menyatakan jika Allah saja rela memberikan AnakNya datang ke dunia dan mati bagi
manusia, maka Allah pasti memberikan segala sesuatu yang lain ditafsirkan sebaga bentuk
janji Tuhan atas berkat-berkat kekayaan yang Tuhan berikan.
Untuk menerima segala berkat yang dijanjikan Tuhan maka para pengkhotbah teologi
kemakmuran mengajarkan bahwa semua janji Tuhan bisa diperoleh dengan syarat memiliki
“iman”.13 Para penganut teologi kemakmuran menyakini bahwa iman tidak hanya percaya
dalam hati tetapi juga harus dinyatakan dalam tindakan konkret ( nyata) yaitu dengan
perkataan yang positif, melakukan visualisasi dan investasi materi dalam bentuk persembahan
kepada Tuhan.
Dalam teologi kemakmuran dipercaya bahwa orang percaya pasti akan menerima
apapun yang diinginkan karena semua sudah disediakan oleh Allah ( kekayaan dan
10 Kenneth Hagin, Ditebus dari Kemiskinan, Penyakit,Kematian,( Jakarta: Immanuel 1988 ), hlm.23
11 Paul Yonggi Cho, Mengapa Saya Harus Menderita, ( Jakarta: Immanuel,1988),hlm.41
12 Herlianto, Teologi Sukses ,( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1993),hlm.1
13 Yakub Tri Handoko, Theologia Kemakmuran, ( Tenggilis Mejoy, Sekolah Alkitab Malam GKKA,2007),hlm.1

76
kesembuhan ). Dan apabila orang percaya belum menerimanya maka persoalannya bukan
kepada pemberian Allah melainkan kepada iman seseorang. Persyaratan utama untuk
menerima berkat Tuhan adalah iman yang sungguh-sungguh. Sebagai dasar bahwa melalui
iman maka orang percaya mampu melakukan segala sesuatu, dan tidak ada yang mustahil
serta apa saja yang diminta maka Tuhan akan memberikan ada di Matius 17:20 dan Markus
11:23-24.
Teologi kemakmuran mempercayai jika ada iman yang sungguh-sungguh maka Tuhan
akan bekerja sesuai dengan iman tersebut. Jadilah menurut imanmu, adalah perkataan yang
sering diucapkan oleh para pengkhotbah teologi kemakmuran. Jadi bagi para penganut teologi
kemakmuran, bahwa Tuhan sanggup mengubah keadaan yang buruk menjadi keadaan yang
lebih baik, dan orang percaya harus terus menerus bertekun dalam imannya sampai perubahan
terjadi. Keadaan fisik/nyata tidak boleh mempengaruhi dari iman seseorang. Perubahan yang
diimani akan yang akan terjadi, harus terus diimani sampai perubahan itu terjadi.

B. Padangan Injil Kerajaan Allah Mengenai Teologi Kemakmuran


Untuk melakukan kajian teologi dipandang dari kitab suci Injil, maka diperlukan
sebuah pemahaman yang benar mengenai arti injil. Sebab Tuhan Yesus Kristus datang dan
memberitakan injil. Sehingga jika ada “ injil lain” maka tentunya tidak sesuai dengan injil
yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kristus. Teologi kemakmuran sering juga disebut dengan
injil kemakmuran. Hal ini bisa dimengerti sebab pesan yang disampaikan adalah pesan
mengenai kemakmuran. Tuhan Yesus Kristus sebagai seorang rabi/guru mengajarkan kepada
murid-muridNya bahwa injil yang dia sampaikan adalah injil kerajaan Allah. Injil kerajaan
Allah adalah injil yang berisi pesan bahwa pemerintahan Allah sudah datang di dunia, dimana
Yesus Kristus adalah Raja di dalam kerajaan tersebut. Tuhan Yesus Kristus memberitakan
injil kerajaan Allah dengan maksud adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus menyatakan kerajaan
Allah sudah datang dan akan mengalami pemenuhannya sampai kedatanganNya kedua kali di
muka bumi ini. Tuhan Yesus Kristus memandang bahwa setiap orang percaya harus hidup
dalam kerajaanNya, yaitu kerajaan yang nilai-nilai kerajaan dan memiliki kehidupan yang
dibangun dari pesan-pesan yang Dia sampaikan. Sebagai seorang murid Tuhan, maka tidak
ada agenda lain yang harus dijalankan selain hidup di dalam pemerintahan Tuhan, dimana
Tuhan menjadi Raja dalam kehidupannya. Tuhan Yesus Kristus memandang jika seseorang
sungguh-sungguh ingin hidup dalam kerajaanNya, maka dia harus rela menjalani semua
perintah yang Tuhan ajarkan dan hidup hanya mencari kerajaanNya. Ini sesuai dengan
perkataan Tuhan Yesus : “ Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya
itu akan ditambahkan kepadamu.” ( Matius 6:33). Ayat ini sangat jelas menyerukan jika hidup

77
yang Tuhan inginkan adalah mencari kerajaan Allah dan kebenarannya, yang bisa ditafsirkan
bahwa fokus dan prioritas hidup orang percaya adalah kerajaan Allah dan kebenaran firman
Tuhan. Sehingga jika fokus dan prioritasnya sudah berbeda maka semuanya akan meleset dari
sasaran atau mengalami hamartia. Dosa tidak selalu diartikan melawan Tuhan atau tidak
melakukan perintah Tuhan, namun dosa juga bisa diartikan meleset dari sasaran/tidak sesuai
dengan standar Tuhan. Salah satandar Tuhan. Salah satu penekanan hidup dalam kerajaan
Allah adalah tidak memusingkan diri dengan perkara-perkara duniawi/jasmani. Roma 14:17: “
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” Frase bukanlah soal makanan dan minuman adalah
masalah kebutuhan pokok manusia yaitu makan dan minuman, tetapi Tuhan menginginkan
jika orang percaya tidak berfokus kepada pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi lebih berfokus
kepada perkara rohani. Dalam kerajaan Allah, perkara jasmani adalah prioritas kedua setelah
perkara rohani/sorgawi. Berkali-kali Tuhan Yesus menekankan jika kerajaan yang Dia dirikan
adalah kerajaan rohani bukan kerajaan duniawi. Sehingga para pengikutnya harus memiliki
mind set bahwa menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus harus berani untuk berubah dari
kehidupan yang berfokus kepada duniawi yang sementara ini kepada rohani yang bersifat
kekal. Ini bukan berarti Tuhan Yesus tidak memperhatikan kebutuhan pokok manusia (
kebutuhan primer ), namun yang Tuhan tekankan adalah bahwa perkara yang lebih utama dan
bernilai kekal adalah perkara sorgawi bukan perkara duniawi.
Hidup berfokus kepada perkara duniawi atau hidup lebih mementingkan perkara
duniawi akan menjadikan orang sulit hidup dalam kerajaan Allah. Perkataan Tuhan Yesus
kepada orang muda yang kaya adalah: “ Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui
lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah.” ( Lukas 18:25 ). Orang
kaya sulit masuk dalam kerajaan Allah, disebabkan kebanyakan orang kaya lebih mengasihi
kekayaannya daripada mengasihi Tuhan dan mengutamakan kekayaannya daripada Tuhan.
Sikap hati seperti ini sangat menyulitkan orang kaya untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan,
sebab hati yang penuh dengan cinta uang, membelenggu dia dan membuat orang kaya
memilih mengabdi kepada mammon daripada kepada Tuhan.
Jika dibandingkan dengan pengajaran teologi kemakmuran yang menjadikan kekayaan
sebagai tanda eksternal dari orang yang hidup berkenan dihadapan Tuhan,maka dalam pesan
injil kerajaan diperoleh hal yang berkebalikan yaitu Tuhan Yesus justru berkali-kali
mengingatkan kepada orang percaya supaya tidak mengumpulkan kekayaan di dunia ini sebab
kekayaan itu tidak kekal, bahkan cenderung menghalangi orang untuk masuk ke dalam
kerajaan Allah ( Markus 10:23 ).

78
Dalam injil kerajaan Allah bagian penting adalah hidup menyangkal diri dan memikul
salib bagi Tuhan Yesus. Hal ini ditandai dengan keberanian untuk meninggalkan
rumah,isteri,anak dan saudaranya untuk mengikut Tuhan ( Lukas 18:29 ). Prioritas hidup
sudah berubah dari hidup bagi “aku” menjadi hidup bagi”Tuhan”. Bukan Tuhan untuk
saya,melainkan Saya untuk Tuhan. Teologi kemakmuran bersifat humanisme atau berorientasi
dan berpusat kepada diri sendiri. Pengajaran dalam teologi kemakmuran menekankan bahwa
Tuhan hadir untuk kepentingan umatNya. Sehingga seluruh khotbah maupun lagu-lagu pujian
dan penyembahan adalah meminta Tuhan untuk memenuhi seluruh keinginannya. Bagi Tuhan
Yesus Kristus, kerajaan Allah menuntut supaya setiap orang mengasihi Tuhan tanpa syarat.
Pengiringan seseorang kepada Tuhan Yesus Kristus tidak boleh dimaknai dengan hasil yang
dia terima,melainkan segenap hidup yang dia persembahkan kepada Tuhan. Dalam kerajaan
Allah, diperlukan totalitas dan pengabdian hidup yang sepenuhnya kepada Tuhan. Adapun
janji mengenai “berkat” yang diterima orang percaya ketika mengikut Tuhan Yesus adalah
berkat sorgawi yang akan diterima pada saat orang percaya hidup dalam langit dan bumi yang
baru, bukan hidup di dalam dunia saat ini. Orang percaya akan menerima janji sebagai ahli
waris kerajaan Allah yang akan menerima semua berkat yang Tuhan sediakan, manakala
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya ( Yakobus 2:5).
Kerajaan Allah tidak bersifat daging, karena daging akan binasa. Injil kerajaan Allah
menentang pemuasan keinginan daging manusia. 1 Korintus 15: 50: “ Saudara-saudara, inilah
yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak
binasa.” Sehingga sangat jelas jika darah dan daging yang merupakan gambaran yang akan
binasa tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Tuhan akan membinasakan tubuh yang
dipakai sekarang ini, oleh sebab itu orang percaya tidak boleh hidup dalam keinginan daging
dengan merubah segala keinginan daging menjadi keinginan ilahi. Dari kodrat dosa menjadi
kodrat ilahi, sehingga dengan cara demikian orang akan dapat masuk dalam kerajaan Allah.
Proses merubah kodrat daging menjadi kodrat ilahi adalah sebuah proses yang harus terus
dijalani setiap hari sebagai bagian penderitaan bagi kerajaanNya.
Sikap hati orang percaya yang ingin masuk kedalam kerajaan Allah adalah sikap hati
seperti seorang anak kecil ( Lukas 18:17 ). Sikap hati seperti anak kecil adalah
menggambarkan sikap hati yang penuh dengan ketulusan, kesederhanaan dan kerendahatian.
Tuhan memberi pesan jika seseorang ingin masuk kedalam kerajaan Allah,maka seluruh sikap
hatinya harus benar, tidak boleh ada motivasi yang penuh dengan keserakahan,kelicikan dan
kemunafikan. Seorang anak kecil juga menggambarkan orang yang tidak pernah
“memusingkan kebutuhan hidupnya” dan mempercayai seluruh kebutuhan hidupnya kepada

79
Tuhan. Bagi orang percaya Tuhan pasti akan memenuhi segala kebutuhan yang dia perlukan,
disini diperlukan bentuk iman percaya kepada Dia yang sanggup memenuhi segala kebutuhan
orang percaya. Penyerahan diri setiap hari kepada Tuhan akan mengubah dari segala bentuk
kekuatiran hidup kepada kepercayaan bahwa Tuhan akan menyediakan kebutuhan hidup ini.
Tuhan Yesus Kristus mengingatkan bahwa jangan pernah kuatir dengan segala kebutuhan
hidup ini, Tuhan pasti akan mencukupi.
Doa Bapa Kami yang diawali dengan kalimat Bapa kami yang di Sorga, datanglah
kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di Sorga. Di awal doa ini menjelaskan
bahwa kerajaan Allah merupakan bagian utama/prioritas utama lalu bagian yang lain adalah
bagian keduanya. Bagian lain yang juga penting adalah permohonan untuk meminta makanan
yang secukupnya yaitu berikanlah kami pada hari makanan kami yang secukupnya. Kata
cukup memiliki makna bahwa orang tidak boleh serakah dan terus menerus untuk memenuhi
hawa nafsu dari keinginannya. Tuhan senantiasa memenuhi kebutuhan, namun Dia tidak akan
memenuhi semua keinginan. Kebutuhan memiliki pengertian yang berbeda dengan keinginan.
Tuhan memahami bahwa kebutuhan manusia adalah hal yang mendasar, seperti
makan,minum, tempat tinggal,pakaian dan lain-lain yang harus tersedia. Keinginan akan
menjadi hal yang sulit dikendalikan sebab manusia memiliki banyak keinginan dan tidak akan
merasa puas dengan keinginannya. Keinginan bersifat daging dan ini yang dapat
menjerumuskan orang ke dalam dosa. Teologi kemakmuran tidak hanya berdoa supaya Tuhan
menyediakan apa yang orang butuhkan, melainkan juga apa yang orang inginkan. Iman yang
diajarkan lebih menekankan untuk meminta Tuhan memenuhi semua keinginan manusia yang
penuh dengan hawa nafsunya. Bahkan dalam teologi kemakmuran, diajarkan untuk
mengklaim janji Tuhan bahwa doa orang percaya pasti dikabulkan, tanpa memeriksa dahulu
bahwa motivasi yang salah digunakan dalam doanya. Orang-orang semacam ini, hanya
“memperalat” Tuhan demi ego dan hawa nafsunya.
Ada kata yang sering diucapkan dalam teologi kemakmuran, yaitu kata berkat.Kata ini
sepertinya menjadi sebuah kata yang tidak pernah lepas dari setiap khotbah dan juga puji-
pujian yang dinaikan. Alkitab juga menjelaskan jika orang percaya akan menerima berkat dari
Tuhan. Banyak para pengkhotbah teologi kemakmuran yang menjelaskan jika berkat Tuhan
itu berupa kekayaan,kesukesan dan kesehatan. Semua berkat itu akan menjadikan seseorang
menjadi kaya, bahkan kaya raya. Bagi pengajar teologi kemakmuran, orang miskin dianggap
orang yang tidak diberkati Tuhan. Yakobus 2 ayat 5 yang berbunyi ;” Dengarkanlah, hai
saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin
oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah
dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?

80
Jika orang miskin dianggap sebagai orang yang tidak diberkati maka Tuhan pasti tidak
akan memilih orang-orang miskin untuk menjadi ahli waris kerajaanNya. Ukuran berkat dari
sudut pandang Tuhan dengan ukuran berkat dari sudut pandang manusia pasti berbeda. Tuhan
memandang berkat rohani lebih utama dari sekedar berkat jasmani. Berkat Sorgawai lebih
tinggi nilainya dari berkat duniawi. Dalam sudut pandang teologi kemakmuran berkat jasmani
dipadang sebagai ukuran dalam menentukan tingkat kerohanian seseorang. Berkat jasmani
berbanding lurus dengan tingkat kerohanian. Semakin rohani seseorang maka semakin banyak
berkat jasmani yang dia terima begitu pula sebaliknya jika seseorang kurang rohani maka
semakin sedikit berkat jasmani yang dia terima. Padahal Tuhan di dalam konteks kerajaan
Allah, tidak memiliki pemahaman seperti itu. Efesus 1:3 : “ Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan
kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani
di dalam sorga”.Pemahaman Tuhan Yesus mengenai berkat adalah berkat rohani di dalam
sorga, sebab kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman. Kerajaan Allah tidak
mengenal konsep berkat jasmani merupakan ukuran kerohaniaan seseorang. Bahkan untuk
seseorang bisa masuk ke dalam kerajaan Allah maka dia harus mengalami penderitaan. Lukas
6:20 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang
miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. . Bagi Tuhan Yesus Kristus orang-
orang miskin adalah orang-orang yang dekat dengan kerajaan Allah, ini bukan berarti Tuhan
Yesus Kristus menolak orang-orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan Allah, tetapi
kekayaan seseorang justru sering menjadi penghalang bagi orang itu dapat masuk ke dalam
kerajaan Allah.
Begitu pula dengan persembahan perpuluhan bukan sebagai bentuk investasi untuk
mendapatkan hasil yang berkali lipat. Tuhan Yesus dengan jelas menolak segala jenis
pemberian dengan motivasi yang tidak tulus dihadapan Tuhan. Matius 6;3:” Tetapi jika
engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan
kananmu.” Pemberian yang berkenan dihadapan Tuhan adalah pemberian yang didasari oleh
bentuk kasih kepada Tuhan. Dalam kerajaan Allah seseorang yang hendak memberi kepada
Allah harus menguji diri sendiri, sehingga pemberiannya berkenan di hadapan Tuhan. Segala
pemberian kepada Tuhan harus diberikan dengan segala ketulusan kepada Tuhan. Segala
pemberian yang tulus kepada Tuhan akan menerima balasan yaitu pahala/upah yang Tuhan
sediakan di Sorga. Matius 10:42 Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun
kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." Pahala/upah yang Tuhan
sediakan di Sorga adalah sebagai bentuk apresiasi Tuhan kepada murid-muridNya yang
dengan tekun dan setia memberi demi kerajaanNya.

81
Bagian terakhir adalah mengenai karya penebusan Tuhan Yesus Kristus. Dengan jelas
Alkitab menjelaskan jika tujuan utama penyaliban Tuhan Yesus Kristus adalah menebus
manusia dari dosa. Ibrani 9:15 : “ Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang
baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan,
sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaram yang telah dilakukan selama
perjanjian yang pertama.” Tuhan Yesus Kristus dengan jelas menebus manusia dari
pelanggaran-pelanggaran (dosa) yang telah dilakukan, yaitu dosa sejak perjanjian pertama (
perjanjian Allah dengan Adam ) hingga kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Galatia
3:13:” Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk
karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!. Tuhan
Yesus Kristus juga menebus umatNya dari kutuk hukum taurat, yaitu dari segala bentuk
akibat yang ditimbulkan oleh hukum Taurat. Konsekuensi dari penebusan Tuhan Yesus
Kristus adalah bahwa umat. Tuhan tidak lagi di bawah perjanjian hukum taurat, melainkan
umat Tuhan sudah ada dalam perjanjian baru yaitu perjanjian antara umat Tuhan yang
diwakili oleh manusia Yesus Kristus dengan Bapa di Sorga ( Allah Bapa). Perjanjian ini
membatalkan segala perjanjian hukum taurat sehingga umat Tuhan juga dibebaskan dari
segala “kuk” dari hukum taurat dan mengalami kemerdekaan.
Penebusan Tuhan Yesus Kristus adalah mengembalikan/ memperbaiki hubungan
rohani ( persekutuan rohani ) yang telah mati oleh sebab pelanggaran Adam. Sehingga
manusia di hidupkan kembali setelah mengalami kelahiran baru. Tidak ada korelasi antara
penebusan Tuhan Yesus Kristus dengan pemulihan keuangan atau pemulihan jasmani. Tuhan
Yesus Kristus menyediakan berkat keselamatan untuk membawa manusia kepada rencana
Allah yang semula yaitu mengembalikan gambar dan rupa Allah yang telah rusak.
Pemahaman dalam teologi kemakmuran yang menyatakan jika di dalam keselamatan ada
pemulihan ekonomi,kesehatan dan kesuksesan adalah sebuah penafsiran yang terlalu
berlebihan. Sebab konsep keselamatan tidak berkaitan dengan aktivitas fisik manusia.
Keselamatan berkaitan dengan kehidupan rohani manusia dan berimplikasi kepada perubahan
karakter yang semakin diubahkan menjadi serupa dengan karakter Tuhan Yesus.
Konsep mengenai manusia dalam teologi kemakmuran sebagai duplikasi Allah di
muka bumi sehingga manusia dapat bertindak seperti Allah adalah sebuah konsep yang tidak
sesuai dengan firman Tuhan. Alkitab memang menjelaskan jika manusia menerima kuasa
dari Tuhan untuk menguasai bumi dan memerintah atas ciptaan Tuhan yang lainnya. Namun
manusia tidak mungkin memiliki sepenuhnya (100%) kekuasaan yang Allah miliki sehingga
manusia mampu melakukan segalanya. Termasuk mendapatkan apa saja yang manusia
inginkan. Konsep ini sebenarnya mirip dengan konsep yang coba ditawarkan oleh iblis di

82
taman Eden, yang menawarkan manusia untuk menjadi seperi Allah dan iblis berhasil untuk
menipu manusia. Tuhan dengan jelas memberi garis pemisah antara DiriNya dengan manusia
dan manusia tidak mungkin mampu melewati garis itu. Ciptaan tidak akan mampu menjadi
sama dengan sang pencipta. Adapun ayat yang menjelaskan jika manusia diciptakan segambar
dan serupa dengan Allah menjelaskan mengenai kualitas-kualitas rohani dan sifat-sifat ilahi
yang ada di dalam diri Allah juga ada dalam diri manusia. Frase segambar dan serupa dengan
Allah tidak boleh ditafsirkan sebagai bentuk kesamaan dalam segala hal antara manusia
dengan Allah. Kaum humanis terlalu menekankan bagian ini, sehingga kaum humanis sangat
berkeyakinan bahwa manusia mampu melakukan segala sesuatu tanpa batas. Keyakinan ini
sering digunakan dalam teknik “brainwashing” pikiran seseorang untuk merubah mental
block yang dimiliki seseorang sehingga memiliki keyakinan/kepercayaan diri yang tinggi.
Tetapi Alkitab dengan jelas menggambarkan jika manusia memiliki keterbatasan yang Tuhan
berikan untuk membedakan antara pencipta dan ciptaan. Tuhan memiliki kemampuan tanpa
batas, tetapi manusia memiliki keterbatasan, namun dalam keterbatasan itu manusia memiliki
kasih karunia dari Tuhan dimana Roh Kudus memberikan kuasa dari Tuhan kepada setiap
orang yang percaya kepadaNya.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode studi


pustaka, yaitu dengan menggunakan berbagai sumber literatur yang ada, baik dalam bentuk
buku-buku maupun jurnal ilmiah. Semua literatur menjadi bahan dalam penelitian
kepustakaan ini. Semua data primer diambil dari buku-buku dan jurnal ilmiah. Sebagian
jurnal ilmiah yang sudah terakreditasi dan digunakan sebagai bahan referensi diakses dengan
menggunakan internet.

KESIMPULAN
Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah atas dunia ini, dan kerajaan ini berfokus
kepada perkara rohani/sorgawi dan bukan perkara duniawi. Teologi kemakmuran yang
membawa pesan mengenai kekayaan,kesuksesan dan kesehatan merupakan bentuk dari injil
yang berbeda dengan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus Kristus. Sebab teologi
kemakmuran didasari oleh suatu paham/pemikiran yang humanis dimana sangat menekankan
kepada pemenuhan kebutuhan pokok manusia/kebutuhan jasmani. Teologi kemakmuran
menjadikan kekayaan sebagai tolak ukur dari kerohanian/kesalehan hidup manusia. Teologi
kemakmuran memiliki pandangan bahwa berkat yang Tuhan berikan adalah berkat-berkat

83
yang bersifat material dan bukan berkat rohani. Dalam pemahaman injil kerajaan Allah sangat
jelas ditekankan jika kerajaan Allah bukanlah perkara makan dan minum ( perkara
pemenuhan kebutuhan pokok manusia ) melainkan kepada perkara rohani sehingga berkat
yang Tuhan berikan adalah berkat rohani di dalam Tuhan Yesus Kristus.

DAFTAR PUSTAKA

Cho, Paul Yonggi. Mengapa Saya Harus Menderita. ( Jakarta: Immanuel,1988)


Hagin, Kenneth . Ditebus dari Kemiskinan, Penyakit,Kematian. ( Jakarta: Immanuel 1988 )
Handoko, Yakub Tri. Theologia Kemakmuran. ( Tenggilis Mejoy, Sekolah Alkitab Malam
GKKA,2007)
Herlianto. Teologi Sukses. ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1993)
Smith, David L. A Handbook of Contemporary Theology . ( Grand Rapid: Baker books,2000)

84

Anda mungkin juga menyukai