Anda di halaman 1dari 16

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah desa yang masyarakatnya

hidup tentram dan rukun. Desa Alengka namanya. Di desa ini


hidup sebuah keluarga kecil yang sangat bahagia.

Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan satu orang anak
perempuan. Dalam kesehariannya mereka hidup sederhana.
Mereka tinggal di sebuah rumah berlantai dua yang sederhana
namun indah.

Anak perempuan yang mereka sayangi pun tumbuh semakin


lucu dan menggemaskan.
Anak kecil itu bernama Tifkah. Putri kesayangan ayah dan
ibunya.

Setiap sore Tifkah diajak jalan – jalan sambil menikmati


keindahan alam yang bisa membuat mereka mengagumi
keangungan ciptaan Allah SWT.
Ayah Tifkah pun sering membawa Tifkah ketika berkunjung ke
rumah saudaranya. Tifkah tampak bahagia bermain bersama
saudara-saudara sepupunya.

Tifkah usianya semakin bertambah dan dia mulai berani pergi


bermain bersama temannya.
Ketika Tifkah mulai remaja, ayahnya tiba - tiba sakit.

Setelah beberapa hari dalam perawatan Tifkah dan ibunya,


ayah Tifkah meninggal dunia.
Tifkah dan ibunya sangat sedih mengenang kepergian ayahnya

Sepeninggal ayahnya, sifat Tifkah berubah. Ia sering keluar


malam ke tempat – tempat hiburan. Ibunya pun merasa
kewalahan karena Tifkah sulit diingatkan.
Suatu hari Tifkah melihat seorang laki – laki yang membuat
dirinya jatuh hati. Gayung bersambut, lelaki itu mengajak Tifkah
berkenalan.

Dari perkenalan itu Tifkah dan laki –laki tampan tesebut


akhirnya melangsungkan pernikahan.
Sayangnya, ibu Tifkah tidak merestui mereka karena
mengetahui bahwa Damar menantunya malas bekerja. Damar
terus-menerus meminta uang untuk modal usaha tetapi tidak
serius dalam menjalankan usahanya.

Tifkah tidak peduli dengan nasihat ibunya. Ia sangat bahagia


karena mendapatkan pria idamanya dan saat ini ia tengah
mengandung anak Damar.
Suatu hari Tifkah mengadu pada ibunya kalau saat ini suaminya
meminta modal untuk usaha lagi. Spontan ibunya marah.
Akhirnya terjadi pertengkaran dan Tifkah mengusir ibunya.

Ibu Tifkah menangis sambil berjalan tertatih - tatih


meninggalkan rumahnya. Menjelang adzan maghrib, ia
bersimpuh di tepi pantai yang sepi sambil berdo’a,“ Ya Allah
berikan aku kekuatan serta berikan hukuman yang setimpal
pada putriku yang telah menduhakaiku.”
Kelakuan Damar semakin aneh. Ia sering pulang dalam kedaan
mabuk, tidak mengenali Tifkah dan menuduh yang bukan –
bukan.
Suatu malam Tifkah merasakan perutnya sangat sakit.
Suaminya kemudian membawanya ke bidan. Kata bidan, Tifkah
belum waktunya melahirkan.

Berhari-hari Tifkah merasa kesakitan. Ia bolak-balik ke bidan


tetapi jawabannya tetep sama jalan lahir belum membuka.
Sampai suatu hari ada tetangga yang yang menyarankan agar
Tifkah menemui seorang Kyai untuk meminta obat.

Damar pun pergi ke rumah Kyai dan menceritakan bahwa


istrinya kesakitan berhari – hari belum bisa melahirkan. Sang
Kyai mengetahui bahwa Tifkah telah durhaka kepada ibunya.
Beliau menyarankan agar Tifkah meminta maaf pada ibunya.
“Jangan lupa kau ambil air, lalu masukan kaki ibumu kemudian
rendamlah. Setelah itu, bawa air rendaman itu untuk istrimu.
Minumkan dan usapkan pada perut serta kepalanya,” kata Kyai.

Setelah berhari-hari mencari, akhirnya Damar bertemu ibu


mertuanya. Ia memohon maaf dan juga memohonkan maaf
istrinya sambil menceritakan kondisi Tifkah.
Ibu Tifkah menangis mendengar cerita menantunya. Ia pun
memasukkan kakinya pada air yang disiapkan oleh Damar.
Damar menggosok dan merendam kaki ibu mertuanya.

Damar pulang membawa air rendaman kaki ibunya. Ia


meminumkan air tersebut pada Tifkah dan mengusap perut dan
kepalanya.
Selang satu jam kemudian Tifkah melahirkan.

Damar dan Tifkah bersyukur mendapat maaf ibunya sehingga


dapat melihat anaknya lahir dengan selamat. Mereka menyesal
telah durhaka pada ibunya.
PESAN MORAL APA YANG BISA KITA AMBIL?

Ya, kita dilarang durhaka kepada orang tua.


Dalam Islam, durhaka kepada orang tua termasuk ke dalam kategori dosa
besar. Hal ini sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari.

“Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Ada seorang Arab Badui yang datang
kepada Nabi Muhammad SAW dan bertanya, wahai Rasulullah, apakah dosa
besar itu? Lalu Rasulullah menjawab, Isyrak (menyekutukan Allah). Lalu orang
Badui tersebut bertanya lagi, kemudian apa? Beliau menjawab, durhaka kepada
kedua orang tua. Ia bertanya lagi, kemudian apa? Rasulullah menjawab, sumpah
yang menjerumuskan . Aku bertanya, apa sumpah yang menjerumuskan itu?
Rasulullah kemudian menjawab, sumpah yang menjadikan dia mengambil harta
seorang muslim.” (Hadits Riwayat Bukhari).

Ada beberapa perbuatan yang masuk dalam kategori durhaka kepada


kedua orang tua. Berikut ini bentuk-bentuk durhaka dalam Islam sesuai Al-
Quran dan Hadits.
1. Berkata keras dan kasar kepada orang tua (Q.S. Al-Isra : 23)
2. Membuat orang tua bersedih atau menangis (H.R. Bukhari)
3. Memancing kemarahan orang tua (H.R. Baihaqi)
4. Mengeluarkan kalimat hinaan kepada orang tua (H.R. Bukhari – Muslim).

Allah menganjurkan seorang anak agar berbuat baik kepada kedua orang
tuanya sebagaimana termuat dalam Q.S. An-Nisa: 36. Berbuat baik kepada orang
tua dan tidak mendurhakainya berarti sama dengan menjaga keselamatan diri
kita sebab doa orang tua merupakan do’a yang mustajabah sebagaimana hadits:
“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak
diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a
musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang
dizhalimi.” (H.R. Bukhari)
Selain memberikan kenikmatan bagi setiap manusia yang menjalankan
perintah agama, Islam juga dengan tegas memberikan hukuman bagi siapa saja
yang melanggar aturan, termasuk durhaka kepada orang tua. Beberapa balasan
yang akan diterima seorang anak yang durhaka kepada orangtuanya antara lain
sebagai berikut.

1. Salatnya tidak diterima


Amalan salat anak durhaka tidak akan diterima Allah sebelum ia bertaubat dan
meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi
Muhammad SAW: “Allah tidak akan menerima salat orang yang benci kedua
orang tuanya yang tidak menganiaya kepadannya.” (H.R. Abu al-Hasan bin
Makruf)

2. Dijauhkan dari kenikmatan surga


Seorang anak yang durhaka juga akan dijauhkan dari kenikmatan surga. Hal ini
sesuai dengan hadits: “Ada tiga jenis manusia yang diharamkan Allah masuk
surga, yaitu pemabuk berat, orang yang durhaka kepada kedua orang tua, dan
seorang dayyuts (orang yang membiarkan kejahatan berlaku dalam
keluargannya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh).” (H.R Nasa’i dan
Ahmad)

3. Tidak mendapatkan ridha dari Allah


Jika jalan hidupmu ingin berkah, maka berjalanlah di jalan yang diridai Allah. Salah
satu yang menghalangi rida Allah ialah perbuatan durhaka kepada orang tua. Hal
ini sesuai dengan hadits: “Ridha Allah tergantung ridha orang tua, dan murka
Allah pun tergantung pada murka kedua orang tua.” (H.R. Al-Hakim)

4. Mendapatkan kesusahan di dunia


Perbuatan durhaka merupakan salah satu perbuatan dosa yang balasannya bisa
didapatkan langsung di dunia. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh hadits: “Setiap
dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa
mendurhakai kedua orang tua. Sesungguhnya Allah akan menyegerakan
(balasan) kepada pelakunnya di dalam hidupnya sebelum mati.” (H.R. Al-Hakim)

Anda mungkin juga menyukai