2. Pemesanan
Rossepfine Pandiangan_191501041
Berliana Romauli Tampubolon_191501048
3. Penerimaan
Nurul Fazia B.B_191501042
Muhammad Rivai_191501043
4. Penyimpanan
Miftahur Raihan Hasibuan_191501047
Lila Hesarsila_191501053
Tunjukkan borang kepada fasilitator untuk diparaf pada akhir sesi pendefinisian masalah. Borang ini diperlukan
pada sesi ajar-mengajar dan pada diskusi kelompok. Simpan borang ini untuk dikumpulkan bersama laporan
MATA KULIAH PENGOBATAN SENDIRI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
NO. BORANG 01
NAMA BORANG PEMANTAUAN PENDEFINISIAN MASALAH
DOSEN PENYAJI apt. ADE SRI ROHANI, S.Farm., M.Farm.
kelompok.
BMHP:
1) Perlu dipastikan kembali komoditas yang akan disusun
perencanaannya.
2) Perlu disusun daftar spesifik mengenai sediaan farmasi,
b. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan sediaan
d. Evaluasi perencanaan
dan BMHP.
2.Jarak antara barang yang diletakkan di posisi
bocor.
4.Ruangan harus bebas dari serangga dan
binatang pengganggu.
5.Tersedia sistem pendingin yang dapat
penyimpanan
tampak/kelihatan sama
(look alike), atau disebut juga Nama Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM),
contohnya tetrasiklin dan tetrakain. Penyimpanan tidak saling
berdekatan
c. elektrolit konsentrat
Prekursor Farmasi.
Tempat penyimpanan Narkotika,
Marjin keuntungan adalah besar keuntungan yang diinginkan. Hal ini bisa ditentukan oleh pemilik apotek.
Untuk kisaran besar marjin adalah 25% atau 30%.Kemudian ada PPN 10% yang memang menjadi pajak wajib proses
transaksi dari produsen hingga ke konsumen. Tapi, untuk obat yang harus diracik terlebih dahulu oleh apoteker, HJA-
nya akan ditambah dengan jasa peracikan. Untuk menentukan harga jasa apoteker, besarannya tergantung tingkat
kerumitan peracikan obat dan apoteker.
Dari rumus tersebut diketahui bahwa terdapat juga ppn yang harus dijumlahkan. PPN merupakan kebijakan
dari pemerintah, untuk semua barang yang beredar dari produsen ke distributor harus ditambahkan nilainya. Pajak
yang tercantum atau digunakan biasanya ditentukan sebesar 10%.
Meski sebagai pemilik usaha apotek tidak ingin mengalami kerugian, namun mematok harga jual obat
melebihi marjin keuntungan 1.25 sampai 1.3 juga tidak dibenarkan. Ini karena apotek tidak hanya berfokus pada bisnis
tetapi juga pelayanan pengobatan kepada pasien. Terlebih adanya aturan tentang harga eceran tertinggi yang
diberlakukan di seluruh Indonesia.