Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Health Belief Model atau model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model
sosiopsikologis ( Notoatmodjo, 2010: 115). Didalam model sosiopsikologis ini terdapat 4
variabel yang menjadiukuran dari sikap dan keyakinan individu ( Notoatmodjo, 2010:
113).Variabel-variabel sosiopsikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori:(1) pengertian
kerentanan terhadap penyakit, (2) pengertian keseluruhandari penyakit, (3) keuntungan dari
pengambilan tindakan, dalammenghadapi penyakit, dan (4) kesiapan tindakan individu, akan
tetapimasalah utama dari model ini adalah rantai penyebab langsung antarasikap dan perilaku
belum dapat dijelaskan sehingga akan dijabarkandalam model kepercayaan kesehatan
( Notoatmodjo, 2010: 113)

Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem problem kesehatan
ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan
dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider (Notoatmodjo, 2010: 115).
Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit
(preventive health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Field
theory, Lewin, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model)
(Notoatmodjo, 2010: 115). HBM awalnya dikembangkan pada tahun 1950 oleh psikolog sosial
di A.S. Dinas Kesehatan menjelaskan bahwa terjadi meluasnya kegagalan orang berpartisipasi
untuk mencegah dan mendeteksi penyakit (Hochbaum, 1958; Rosenstock, 1960, 1974).
Kemudian, model itu diperluas untuk mempelajari juga mengenai respons orang terhadap gejala
(Kirscht, 1974) dan perilaku mereka sebagai respons terhadap penyakit yang telah didiagnosis,
terutama kepatuhan untuk regimen medis (Becker, 1974). Meski modelnya berevolusi secara
bertahap sebagai tanggapan permasalahan masalah kesehatan masyarakat, dasar teori psikologi
ditinjau di sini untuk membantu pembaca memahami alasannya konsep ini bisa terbentuk, serta
kekuatan dan kelemahannya.

Selama awal 1950an. psikolog sosial akademis sedang mengembangkan sebuah


pendekatan untuk memahami perilaku yang berkembang dari teori belajar yang berasal dari dua
jurusan sumber Teori Respon Stimulus (S-R) (Watson, 1925) dan Teori Kognitif (Lewin, 1951:
Tolman, 1932). Para ilmuwan teori S-R percaya bahwa hasil belajar dari pengalaman itu mampu
mengurangi dorongan fisiologis untuk mengaktifkan perilaku. Skinner (1938) merumuskan
hipotesis yang diterima secara luas bahwa frekuensi perilaku ditentukan dengan konsekuensi
atau penguatannya. Bagi Skinner, asosiasi temporal antara perilaku dan timbal balik secara
langsung telah dianggap cukup untuk meningkatkan probabilitas bahwa perilaku akan diulang.
Dalam pandangan ini, konsep seperti penalaran atau pemikiran tidak diwajibkan untuk
menjelaskan perilaku (Glanz, 2008).

Teori kognitif menekankan peran hipotesis subyektif dan harapan dipegang oleh individu,
percaya bahwa perilaku adalah fungsi subjektif nilai hasil dan probabilitas subyektif, atau
harapan, bahwa tindakan tertentu akan mencapai hasil itu. Formulasi semacam itu umumnya.
discbut teori nilai harapan. Proses mental seperti berpikir, beralasan, berhipotesis, atau
mengharapkan adalah komponen penting dari semua teori kognitif. Ahli teori kognitif percaya
bahwa hasil belajar dari pengalaman itu mempengaruhi harapan mengenai situasi daripada
mempengaruhi perilaku secara langsung (Glanzz dkk, 2008)

Anda mungkin juga menyukai