Anda di halaman 1dari 1

bahasa Belanda.

Kitab ini merupakan upaya Belanda dalam membuat standar bahasa saat mereka
bercokol di Nusantara.Namanya berbasis alasan kolonial, tentu ini dibuat agar bisa meluaskan kekuasaan
mereka sekaligus dapat menyatukan Nusantara di bawah kendalinya.Belanda menerapkan bahasa ini mulai dari
sekolah-sekolah bumiputera.Oleh karena itu, bahasa Melayu Ophuijsen ini sering disebut “bahasa Melayu
sekolahan”. Tidak berhenti di situ, sejak penerbit Balai Poestaka (sekarang: Balai Pustaka) didirikan Belanda,
bahasa ini semakin menancap di kaum terdidik Nusantara. Artinya Belanda melalui pemerintah kolonialnya
berhasil melakukan politik bahasa dengan menjadikan bahasa (Melayu) Indonesia sebagai standar bahasa kita,
yang bahkan masih berlaku hingga saat ini.

2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972


Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh Menteri,
Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi, menggantikan ejaan Ophuijsen.
Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.
Ciri-ciri Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi EYD
Suharto Suharto
Rakyat Rakyat
Bersenang2 Bersenang-senang

3. Ejaan Pembaharuan 1957


Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini bermula dari polemik yang terjadi pada Kongres Bahasa Indonesia ke-2 di Medan tahun
1954.Kongres kedua ini akhirnya diadakan setelah pertama kali diadakan di Solo tahun 1938. Yamin selaku
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan pemrakarsa Kongres Bahasa Indonesia ke-2 mengatakan
bahwa kongres ini merupakan bentuk rasa prihatinnya akan kondisi bahasa Indonesia saat itu yang masih
belum mapan. Medan pun dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia dipakai dan terpelihara, baik dalam
rumah tangga ataupun dalam masyarakat, setidaknya itu alasan Yamin. Di kongres ini, memang diusulkan
banyak hal dan salah satunya adalah perubahan ejaan.Usulan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah waktu itu
dengan membentuk panitia pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.

Ciri-ciri Ejaan Pembaharuan


Panitia ini diharapkan bisa membuat standar satu fonem dengan satu huruf
(misalnya menyanyi: menjanji menjadi meñañi;atau mengalah: mengalah menjadi meɳalah).
Penyederhanaan ini sesuai dengan iktikad agar dibuat ejaan yang praktis saat dipakai dalam keseharian. Selain
itu, isu tanda diakritis diputuskan agar kembali digunakan. Alhasil, k-e-ndaraan dengan é(seperti elo

Anda mungkin juga menyukai