Anda di halaman 1dari 1

kemudian hari, karena buku penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat keputusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kemudian, pada Tahun 1987,
kedua buku pedoman tersebut direvisi. Kemudian, edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan no. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

2.2. Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia


Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara sejak
beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu.Di Nusantara ini, bukan saja aksara Arab
Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara
Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-
masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).
1. Ejaan yang diresmikan (Ejaan Van Ophuijsen) 1901-1947
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan tokoh penting dalam tonggak bahasa
Indonesia. Seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya di atas, ejaan Ophuijsen lahir dari niat pemerintah
kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara saat itu,
sekaligus memudahkan Belanda menyebarkan kekuasaan di daerah kolonisasinya.
Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan van Ophuysen
Dulu, bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal BI ditulis menggunakan huruf Jawi (Arab Melayu
atau Arab gundul). Meskipun bahasa ini tetap hidup di masyarakat, para sarjana Belanda menilai bahasa
Melayu tidak cocok menggunakan huruf Arab karena penulisan huruf vokal seperti e, i, oditulis sama saja saat
ingin menuliskan kata yang memiliki vocal adan u.
Sebenarnya bukan itu saja, salah satunya karena ancaman militansi umat Islam bagi kolonial Belanda membuat
Belanda merasa perlu mengurangi pengaruh Islam-arab di Nusantara.
Faktor lain penetapan ejaan baku ini diresmikan Belanda karena pada saat itu pemerintah kolonial
sedang menjalankan politik etisnya di Nusantara, yaitu sebuah kebijakan untuk membuka peluang pendidikan
bagi kaum ningrat Nusantara. Masalahnya, jika bahasa Melayu tidak distandarkan, proses pendidikan ini akan
terhambat.

Anda mungkin juga menyukai