Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang kita berada di dunia faktual. Dunia di mana segala hal dilakukan

dengan demikian mudahnya karena bantuan alat digital. Untuk mencari informasi

dan pengetahuan, kita cukup buka internet dan klik google, lalu ketik kata yang

kita inginkan, keluarlah semua informasi dan pengetahuan yang kita cari tersebut.

Demikian juga bila kita ingin berbelanja, tak perlu melangkahkan kaki

keluar dan bepergian jauh. Cukup buka Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Lazada,

dan sebagainya, lalu cari produk yang kita inginkan. Maka, barang tersebut

langsung tersedia, lalu kita pun bisa membelinya dengan mudah.

Bahkan, ketika kita ingin bepergian, tak perlu repot-repot mencari teman,

keluarga atau kenalan yang akan mengantarkan kita ke tempat tujuan. Sebab,

sekarang sudah ada ojek online bernama Grab atau Gojek yang siap

mengantarkan kita kemana pun pergi.

Dengan kata lain, sekarang kita berada dalam sebuah “era kemudahan”.

Dunia berada dalam jari jemari kita. Lewat handphone yang kita miliki, dunia bisa

kita kendalikan. Namun, sayangnya, dunia yang semakin memberikan kita

kemudahan tersebut, justru menjadikan kita mudah tergelincir pada kelalaian.

Menurut Dorothy C. Finkelor (2004: 3-4), semakin maju masyarakat,

semakin kompleks hidup yang dijalaninya, maka semakin sukarlah orang yang

mencapai ketenangan hidup. Kebutuhan hidup yang meningkat serta kesenjangan


2

sosial menimbulkan ketegangan emosi yang menuntut seseorang mencari

ketenangan dan penyelesaian persoalan kehidupan. Semua orang akan mencari

ketenangan hidup, sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan dan

kecemasan.

Artinya, meski kita hidup di era modern yang serba mudah ini, tak

menjamin hidup kita bisa bahagia. Bahkan, dunia yang serba digital ini telah

menjauhkan kita dari hal-hal yang bersifat spiritual. Hati kita menjadi gersang

karena sehari-hari hidup kita selalu dengan gadget. Pikiran dan hati kita setiap

hari diisi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Sementara yang sifatnya ukhrawi

mulai ditinggalkan.

Hal ini sesuai dengan perkataan Ibnu Athoillah Al-Iskandary (2009: 41)

bahwa bagaimana mungkin hati seseorang akan menjadi terang bercahaya,

sedangkan dunia ini termasuk manusia dan juga makhluk yang lainnya masih

terlukis di dalam cermin hatinya dengan meyakini bahwa dunia ini membuatnya

bahaya, berguna, dan menghasilkan salah satu perkara dan dia masih terikat

dengan dunia.

Karena itu, kenapa banyak orang kaya raya di mana secara materi

tercukupi, tapi hidupnya tak bahagia?

Jawabannya sederhana, karena hatinya telah kosong dari “nilai-nilai

keukhrawiyan”. Hatinya telah menjadi gersang. Lalu bagaimana caranya agar hati

kita tidak lagi menjadi gersang? Salah satu caranya adalah dengan mengingat

Allah (zikrullah). Dengan cara merubah kembali konsepsi soal kebahagiaan.

Bahwa kebahagiaan sejati, letaknya bukan pada harta ataupun tahta. Tapi,
3

kebahagiaan sejati adalah kaya hati. Ketika hati menjadi tenteram, tenang, tidak

gelisah, dan sebagainya, itulah kebahagiaan sejati.

Menurut Adam Cholil (2013: 16), banyak orang beranggapan, dengan

memiliki harta, pangkat dan jabatan yang tinggi sertaa popularitas maka hidup

akan bahagia. Ternyata, anggapan ini semuanya salah. Sebab, banyak di antara

manusia yang telah mencapai dan memiliki semua itu tidak merasakan hidup yang

bahagia.

Contohnya adalah Christina Onassis, putri miliarder terkenal asal Yunani,

Aristotle Onassis. Meski berlimpah harta warisan dari ayahnya, ia tidak

menemukan kebahagiaan. Ia berkali-kali menikah dengan alasan ingin mencari

kebahagiaan tetapi tidak ditemukannya. Sampai akhirnya ia bersumpah untuk

tidak menikah lagi dan menjalani hidup dengan caranya sendiri. Ia menghabiskan

umurnya dengan mengunjungi berbagai kota di dunia. Ia masih mencari

kebahagiaan, tapi tidak ditemukannya pada materi yang dimilikinya. Ia putus asa,

frustasi, dan ia pun ditemukan tewas bunuh diri di sebuah kamar hotel di

Argentina.

Berkaca pada fakta ini, maka kebahagiaan itu bukan terletak pada

banyaknya harta ataupun tahta, tapi pada ketenteraman dan kebahagiaan hati. Dan

untuk membuat hati kita menjadi tenteram dan bahagia adalah dengan zikrullah.

Hal ini sebagaimana dititahkan oleh firman Allah Swt sebagai berikut:

ِ َِّ ‫اَّللِ ۗ أ َََل بِذِ ْك ِر‬


َّ ‫وُبُ ْم بِذِ ْك ِر‬ ِ
‫وب‬
ُ ُ‫اَّلل تَ طْ َم ئ ُّن ا لْ ُق ل‬ ُ ُ‫آم نُوا َو تَ طْ َم ئِ ُّن قُ ل‬ َ ‫ا لَّذ‬
َ ‫ين‬
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram (QS. Ar-Ra’d/13: 28).
4

Menurut KH. M. Arifin Ilham (2014: 95), dengan ingat kepada Allah Swt,

maka hati ini akan tenang. Hati yang tenang adalah ungkapan permohonan doa,

dengan dilandasi iman dan keikhlasan, insya Allah. Kalau di hadapan Allah kita

mendongakkan, membusungkan dada, sombong, takabur, dan berbagai macam

sifat buruk lainnya, yakinlah, belum tentu doa kita diijabah oleh Allah Swt.

Sedangkan kata Adam Cholil (2013: 44), berzikir akan membuat kita

menjadi tenang. Karena dengan berzikir berarti kita sedang mengundang Allah

Swt ke sisi kita. Sedangkan Allah Maha memiliki segalanya baik yang nampak

maupun yang tersembunyi.

Karena itu, kata Dr. Habib Abdullah Haddad (2010: 219), hendaklah Anda

berhati-hati untuk tidak melalaikan zikir di setiap masa dan waktu, karena lalai

dari mengingat Allah Swt bisa mendatangkan bahaya yang besar.

Makanya, kata Imam Al-Ghazali (2011: 280), tidak ada amalan maupun

ibadah yang lebih baik daripada berzikir (ingat) kepada Allah Swt dan

menghampiri-Nya dengan meminta atau mengharapkan bantuan-Nya.

Atas dasar itu, penting bagi kita untuk meluangkan waktu beberapa menit

usai shalat untuk melakukan zikir pada Allah Swt. Tentunya, zikir yang dilakukan

dengan khusyuk. Namun, zikir juga tak harus dilakukan usai shalat. Kapanpun

dan di manapun bisa kita lakukan untuk berzikir. Sehingga mulut dan pikiran kita

senantiasa dihiasi dengan ingatan pada Allah. Percayalah, ketika hati kita sudah

tertambat pada Allah, maka rasa gelisah dan tidak bahagia akan jauh dari diri kita.

Menyadari akan kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan


5

penelitian dengan judul “Hakikat Zikir dalam Pandangan KH. M. Arifin Ilham

(Analisis Majlis Zikir Az-Zikra di Sentul, Bogor)”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi

beberapa masalah yang akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya sebagai

berikut:

1. Dunia modern banyak memberikan kemudahan tapi juga menyisakan

kegelisahan dan kecemasan.

2. Sebagian manusia modern beranggapan bahwa kunci kebahagiaan

adalah dengan banyaknya harta dan tahta.

3. Dunia modern menjadikan sebagian orang meninggalkan hal-hal

spiritual dan melupakan Allah (zikrullah) karena terlalu sibuk dengan

urusan duniawi.

2. Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, maka penulis membatasi

penelitian ini pada Hakikat Zikir dalam Pandangan KH. M. Arifin Ilham

(Analisis Majelis Zikir Az-Zikra di Sentul, Bogor).

3. Perumusan Masalah
6

Setelah mengidentifikasi dan membatasi masalah, penulis dengan

ini merumuskan beberapa masalah yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hakikat zikir menurut KH. M. Arifin Ilham?

2. Bagaimanakah metode zikir yang dikembangkan oleh KH. M. Arifin

Ilham?

3. Apa urgensi zikir bagi kehidupan manusia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hakekat zikir menurut KH. M. Arifin Ilham.

2. Untuk mengetahui metode zikir yang dikembangkan oleh KH. M. Arifin

Ilham.

3. Untuk mengetahui sejauh mana urgensi zikir terhadap manusia menurut

KH. M. Arifin Ilham.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, manfaat penelitian diharapkan mampu menambah

wawasan dan pengetahuan tentang hakekat zikir dalam pandangan KH. M.

Arifin Ilham.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan

motivasi bagi pengamal zikir untuk selalu meningkatkan kualitas zikirnya

agar benar-benar berdampak bagi jiwa dan raga.


7

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian lapangan

(field research). Menurut Ismail, dkk (2018: 15), penelitian lapangan

adalah penelitian di mana informasi pokok dan data utama diperoleh dari

lapangan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Ismail,

dkk (2018: 15), metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang

dilakukan untuk memahami (to understand) fenomena atau objek yang

dikaji secara mendalam. Metode ini bersifat deskriptif, yaitu uraian atau

gambaran tentang sesuatu berupa kata-kata atau pernyataan yang digali dari

kenyataan atau fenomena di lapangan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian

ini meliputi:

a. Observasi (Observation)

Observasi (observation) adalah metode pengumpulan data melalui

pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di

lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan

berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi


8

penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang

ada di lapangan.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara (interview) adalah suatu cara untuk mengumpulkan

data dengan mengajukan pertanyaan kepada seorang narasumber (orang

yang memberikan informasi).

c. Dokumentasi (Documentation)

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang tidak

diperoleh dari observasi atau wawancara, yaitu dengan cara

menganalisa data yang diperoleh penulis selama penelitian baik melalui

buku, artikel atau catatan-catatan lainnya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih jelasnya dalam melakukan penulisan skripsi ini, maka

penulis akan menyampaikannya dalam beberapa bab dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


9

Bab ini berisikan tentang hakikat zikir dan term-term zikir. Dalam

hakikat zikir akan dikupas soal pengertian zikir, alasan berzikir, pembagian

zikir, tujuan zikir, manfaat zikir dan tips terus berzikir. Sedang dalam term-

term zikir akan membahas istilah istigfar, tahmid, tahlil, tasbih, takbir, dan doa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian,

teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang biografi KH. M. Arifin Ilham, hakikat zikir

menurut KH. M. Arifin Ilham, metode dan urgensi zikir menurut KH. Arifin

Ilham.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan

hakikat zikir dalam pandangan KH. M. Arifin Ilham (Analisis Majlis Zikir Az-

Zikra di Sentul, Bogor).

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai