BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang kita berada di dunia faktual. Dunia di mana segala hal dilakukan
dengan demikian mudahnya karena bantuan alat digital. Untuk mencari informasi
dan pengetahuan, kita cukup buka internet dan klik google, lalu ketik kata yang
kita inginkan, keluarlah semua informasi dan pengetahuan yang kita cari tersebut.
Demikian juga bila kita ingin berbelanja, tak perlu melangkahkan kaki
keluar dan bepergian jauh. Cukup buka Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Lazada,
dan sebagainya, lalu cari produk yang kita inginkan. Maka, barang tersebut
Bahkan, ketika kita ingin bepergian, tak perlu repot-repot mencari teman,
keluarga atau kenalan yang akan mengantarkan kita ke tempat tujuan. Sebab,
sekarang sudah ada ojek online bernama Grab atau Gojek yang siap
Dengan kata lain, sekarang kita berada dalam sebuah “era kemudahan”.
Dunia berada dalam jari jemari kita. Lewat handphone yang kita miliki, dunia bisa
semakin kompleks hidup yang dijalaninya, maka semakin sukarlah orang yang
kecemasan.
Artinya, meski kita hidup di era modern yang serba mudah ini, tak
menjamin hidup kita bisa bahagia. Bahkan, dunia yang serba digital ini telah
menjauhkan kita dari hal-hal yang bersifat spiritual. Hati kita menjadi gersang
karena sehari-hari hidup kita selalu dengan gadget. Pikiran dan hati kita setiap
hari diisi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Sementara yang sifatnya ukhrawi
mulai ditinggalkan.
Hal ini sesuai dengan perkataan Ibnu Athoillah Al-Iskandary (2009: 41)
sedangkan dunia ini termasuk manusia dan juga makhluk yang lainnya masih
terlukis di dalam cermin hatinya dengan meyakini bahwa dunia ini membuatnya
bahaya, berguna, dan menghasilkan salah satu perkara dan dia masih terikat
dengan dunia.
Karena itu, kenapa banyak orang kaya raya di mana secara materi
keukhrawiyan”. Hatinya telah menjadi gersang. Lalu bagaimana caranya agar hati
kita tidak lagi menjadi gersang? Salah satu caranya adalah dengan mengingat
Bahwa kebahagiaan sejati, letaknya bukan pada harta ataupun tahta. Tapi,
3
kebahagiaan sejati adalah kaya hati. Ketika hati menjadi tenteram, tenang, tidak
memiliki harta, pangkat dan jabatan yang tinggi sertaa popularitas maka hidup
akan bahagia. Ternyata, anggapan ini semuanya salah. Sebab, banyak di antara
manusia yang telah mencapai dan memiliki semua itu tidak merasakan hidup yang
bahagia.
tidak menikah lagi dan menjalani hidup dengan caranya sendiri. Ia menghabiskan
kebahagiaan, tapi tidak ditemukannya pada materi yang dimilikinya. Ia putus asa,
frustasi, dan ia pun ditemukan tewas bunuh diri di sebuah kamar hotel di
Argentina.
Berkaca pada fakta ini, maka kebahagiaan itu bukan terletak pada
banyaknya harta ataupun tahta, tapi pada ketenteraman dan kebahagiaan hati. Dan
untuk membuat hati kita menjadi tenteram dan bahagia adalah dengan zikrullah.
Hal ini sebagaimana dititahkan oleh firman Allah Swt sebagai berikut:
Menurut KH. M. Arifin Ilham (2014: 95), dengan ingat kepada Allah Swt,
maka hati ini akan tenang. Hati yang tenang adalah ungkapan permohonan doa,
dengan dilandasi iman dan keikhlasan, insya Allah. Kalau di hadapan Allah kita
sifat buruk lainnya, yakinlah, belum tentu doa kita diijabah oleh Allah Swt.
Sedangkan kata Adam Cholil (2013: 44), berzikir akan membuat kita
menjadi tenang. Karena dengan berzikir berarti kita sedang mengundang Allah
Swt ke sisi kita. Sedangkan Allah Maha memiliki segalanya baik yang nampak
Karena itu, kata Dr. Habib Abdullah Haddad (2010: 219), hendaklah Anda
berhati-hati untuk tidak melalaikan zikir di setiap masa dan waktu, karena lalai
Makanya, kata Imam Al-Ghazali (2011: 280), tidak ada amalan maupun
ibadah yang lebih baik daripada berzikir (ingat) kepada Allah Swt dan
Atas dasar itu, penting bagi kita untuk meluangkan waktu beberapa menit
usai shalat untuk melakukan zikir pada Allah Swt. Tentunya, zikir yang dilakukan
dengan khusyuk. Namun, zikir juga tak harus dilakukan usai shalat. Kapanpun
dan di manapun bisa kita lakukan untuk berzikir. Sehingga mulut dan pikiran kita
senantiasa dihiasi dengan ingatan pada Allah. Percayalah, ketika hati kita sudah
tertambat pada Allah, maka rasa gelisah dan tidak bahagia akan jauh dari diri kita.
penelitian dengan judul “Hakikat Zikir dalam Pandangan KH. M. Arifin Ilham
1. Identifikasi Masalah
berikut:
urusan duniawi.
2. Pembatasan Masalah
penelitian ini pada Hakikat Zikir dalam Pandangan KH. M. Arifin Ilham
3. Perumusan Masalah
6
Ilham?
C. Tujuan Penelitian
Ilham.
D. Manfaat Penelitian
Arifin Ilham.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
adalah penelitian di mana informasi pokok dan data utama diperoleh dari
lapangan.
2. Metode Penelitian
dikaji secara mendalam. Metode ini bersifat deskriptif, yaitu uraian atau
gambaran tentang sesuatu berupa kata-kata atau pernyataan yang digali dari
ini meliputi:
a. Observasi (Observation)
ada di lapangan.
b. Wawancara (Interview)
c. Dokumentasi (Documentation)
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang hakikat zikir dan term-term zikir. Dalam
hakikat zikir akan dikupas soal pengertian zikir, alasan berzikir, pembagian
zikir, tujuan zikir, manfaat zikir dan tips terus berzikir. Sedang dalam term-
term zikir akan membahas istilah istigfar, tahmid, tahlil, tasbih, takbir, dan doa.
Bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian,
Bab ini berisi tentang biografi KH. M. Arifin Ilham, hakikat zikir
menurut KH. M. Arifin Ilham, metode dan urgensi zikir menurut KH. Arifin
Ilham.
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
hakikat zikir dalam pandangan KH. M. Arifin Ilham (Analisis Majlis Zikir Az-
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN