Anda di halaman 1dari 34

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Dosen Pengampu: Fazli Rachmat. S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

REGULER D 2021

Altina Sianturi 2213311019

Fahira Adinda 2212411005

Iren Christin Ferbina Ginting 2211111012

Muhammad El Fahrizi Noor 2213111050

Mutiara Putri Nabila 2212111003

Natalia Debriyanti Siringo-ringo 2213111055

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

Februari 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tetap tercurah limpahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan kasih sayang-Nya, telah memberikan kekuatan, kesehatan, kelancaran kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat” yang ditujukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu untuk memenuhi penyelesaian tugas mata
kuliah Pendidikan Pancasila dan disusun berdasarkan sumber-sumber yang tertulis dan dikutip
yang tentunya berkaitan dengan materi yang dibahas dalam makalah ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Fazli Rachman, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat menambah pengetahuan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni;

1. Keluarga yang telah memberikan do’a serta motivasi dan dukungan terhadap
terselesaikannya makalah ini;
2. Rekan-rekan satu kelompok yang telah saling membantu dalam penyusunan makalah
ini dan;
3. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang senantiasa memberi dukungan serta semangat kami.

Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, begitu juga dengan makalah
yang kami susun ini. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan yang jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu, kami berharap adanya kritk
dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, 25 Februari 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

1.1.Latar belakang masalah.............................................................................4


1.2. Rumusan masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan penulisan.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6

2.1 Pengertian pancasila dan filsafat...............................................................6


2.2 Karakteristik Pancasila..............................................................................7
2.3 Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat............................8
2.4 Kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.................................................10
2.5 Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem
Filsafat………………………………………………………………...…11
2.6 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat…………….12
2.7 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat…………………...12

BAB III PENUTUP...................................................................................................13

3.1 Kesimpulan................................................................................................14
3.2 Penutup......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2 Pancasila sebagai dasar


negara memiliki kedudukan
sebagai kaidah negara yang
3 fundamental. Hal ini
menuntut Pancasila untuk
bersifat tegas, kuat, dan tidak
bisa
4 diubah oleh siapapun. Setiap
sila Pancasila memiliki nilai
yang harus dipegang teguh
5 oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Keberadaan fungsi
dan tujuannya sangat
4
6 berpengaruh terhadap setiap
elemen di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh
7 karena itu, diperlukan
pemahaman terhadap masing-
masing fungsi dan tujuan agar
8 dapat dicerminkan pada
kehidupan sehari-hari.
9 Keterkaitan antara Pancasila
dengan berbagai elemen
kehidupan telah
10 membentuk sebuah sistem
yang menjalankan fungsinya
untuk mencapai tujuan
tertentu.
5
11 Lahirnya nilai-nilai filosofi
dijadikan sebagai bahan
perenungan oleh para pendiri
12 negara untuk mencari
identitas bangsa Indonesia.
Kadar kebenaran dari nilai-
nilai yang
13 ada digali hingga mencapai
akar hakikatnya. Hal ini
memunculkan sifat spekulatif
14 dalam membuktikan sistem
filsafat dari Pancasila. Selain
itu, setiap bagian kebenaran
15 dan pernyataannya yang
berhubungan secara
6
menyeluruh dijadikan sebagai
inti mutlak
16 tata kehidupan masyarakat
Indonesia.
17 Seiring dengan
perkembangan yang terjadi di
masyarakat secara langsung
18 maupun tidak langsung
telah memunculkan masalah
baru yang lebih kompleks.
Capaian
19 ruang lingkup yang
dihadapi pun kian meluas dan
perlu diadakan pengkajian
lebih
7
20 lanjut. Dalam hal ini,
berbagai macam bentuk
prinsip, karakteristik, dan
objek pada
21 sistem filsafat mulai
dimunculkan. Tujuannya tidak
lain untuk membuktikan
kebenaran
22 dari nilai-nilai filosofi
yang dikaitkan dengan
perkembangan zaman yang
ada. Upaya
23 pendekatan terhadap nilai-
nilai tersebut bisa dijadikan
sebagai pandangan awal untuk
8
24 memahami sistem filsafat
yang terkandung di dalam
Pancasila.
25 Pancasila sebagai dasar
negara memiliki kedudukan
sebagai kaidah negara yang
26 fundamental. Hal ini
menuntut Pancasila untuk
bersifat tegas, kuat, dan tidak
bisa
27 diubah oleh siapapun.
Setiap sila Pancasila memiliki
nilai yang harus dipegang
teguh

9
28 oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Keberadaan fungsi
dan tujuannya sangat
29 berpengaruh terhadap
setiap elemen di dalam
kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh
30 karena itu, diperlukan
pemahaman terhadap masing-
masing fungsi dan tujuan agar
31 dapat dicerminkan pada
kehidupan sehari-hari.
32 Keterkaitan antara
Pancasila dengan berbagai
elemen kehidupan telah
10
33 membentuk sebuah sistem
yang menjalankan fungsinya
untuk mencapai tujuan
tertentu.
34 Lahirnya nilai-nilai filosofi
dijadikan sebagai bahan
perenungan oleh para pendiri
35 negara untuk mencari
identitas bangsa Indonesia.
Kadar kebenaran dari nilai-
nilai yang
36 ada digali hingga mencapai
akar hakikatnya. Hal ini
memunculkan sifat spekulatif

11
37 dalam membuktikan sistem
filsafat dari Pancasila. Selain
itu, setiap bagian kebenaran
38 dan pernyataannya yang
berhubungan secara
menyeluruh dijadikan sebagai
inti mutlak
39 tata kehidupan masyarakat
Indonesia.
40 Seiring dengan
perkembangan yang terjadi di
masyarakat secara langsung
41 maupun tidak langsung
telah memunculkan masalah

12
baru yang lebih kompleks.
Capaian
42 ruang lingkup yang
dihadapi pun kian meluas dan
perlu diadakan pengkajian
lebih
43 lanjut. Dalam hal ini,
berbagai macam bentuk
prinsip, karakteristik, dan
objek pada
44 sistem filsafat mulai
dimunculkan. Tujuannya tidak
lain untuk membuktikan
kebenaran

13
45 dari nilai-nilai filosofi
yang dikaitkan dengan
perkembangan zaman yang
ada. Upaya
46 pendekatan terhadap nilai-
nilai tersebut bisa dijadikan
sebagai pandangan awal untuk
47 memahami sistem filsafat
yang terkandung di dalam
Pancasila.
48 Pancasila sebagai dasar
negara memiliki kedudukan
sebagai kaidah negara yang
49 fundamental. Hal ini
menuntut Pancasila untuk
14
bersifat tegas, kuat, dan tidak
bisa
50 diubah oleh siapapun.
Setiap sila Pancasila memiliki
nilai yang harus dipegang
teguh
51 oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Keberadaan fungsi
dan tujuannya sangat
52 berpengaruh terhadap
setiap elemen di dalam
kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh

15
53 karena itu, diperlukan
pemahaman terhadap masing-
masing fungsi dan tujuan agar
54 dapat dicerminkan pada
kehidupan sehari-hari.
55 Keterkaitan antara
Pancasila dengan berbagai
elemen kehidupan telah
56 membentuk sebuah sistem
yang menjalankan fungsinya
untuk mencapai tujuan
tertentu.
57 Lahirnya nilai-nilai filosofi
dijadikan sebagai bahan
perenungan oleh para pendiri
16
58 negara untuk mencari
identitas bangsa Indonesia.
Kadar kebenaran dari nilai-
nilai yang
59 ada digali hingga mencapai
akar hakikatnya. Hal ini
memunculkan sifat spekulatif
60 dalam membuktikan sistem
filsafat dari Pancasila. Selain
itu, setiap bagian kebenaran
61 dan pernyataannya yang
berhubungan secara
menyeluruh dijadikan sebagai
inti mutlak

17
62 tata kehidupan masyarakat
Indonesia.
63 Seiring dengan
perkembangan yang terjadi di
masyarakat secara langsung
64 maupun tidak langsung
telah memunculkan masalah
baru yang lebih kompleks.
Capaian
65 ruang lingkup yang
dihadapi pun kian meluas dan
perlu diadakan pengkajian
lebih
66 lanjut. Dalam hal ini,
berbagai macam bentuk
18
prinsip, karakteristik, dan
objek pada
67 sistem filsafat mulai
dimunculkan. Tujuannya tidak
lain untuk membuktikan
kebenaran
68 dari nilai-nilai filosofi
yang dikaitkan dengan
perkembangan zaman yang
ada. Upaya
69 pendekatan terhadap nilai-
nilai tersebut bisa dijadikan
sebagai pandangan awal untuk

19
70 memahami sistem filsafat
yang terkandung di dalam
Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan sebagai kaidah negara yang
fundamental. Hal ini menuntut Pancasila untuk bersifat tegas, kuat, dan tidak bisa diubah oleh
siapapun. Setiap sila Pancasila memiliki nilai yang harus dipegang teguh oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Keberadaan fungsi dan tujuannya sangat berpengaruh terhadap setiap
elemen di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman
terhadap masing-masing fungsi dan tujuan agar dapat dicerminkan pada kehidupan sehari-hari.

Keterkaitan antara Pancasila dengan berbagai elemen kehidupan telah membentuk sebuah
sistem yang menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan tertentu. Lahirnya nilai-nilai filosofi
dijadikan sebagai bahan perenungan oleh para pendiri negara untuk mencari identitas bangsa
Indonesia. Kadar kebenaran dari nilai-nilai yang ada digali hingga mencapai akar hakikatnya.
Hal ini memunculkan sifat spekulatif dalam membuktikan sistem filsafat dari Pancasila. Selain
itu, setiap bagian kebenaran dan pernyataannya yang berhubungan secara menyeluruh dijadikan
sebagai inti mutlak tata kehidupan masyarakat Indonesia.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung telah memunculkan masalah baru yang lebih kompleks. Capaian ruang lingkup yang
dihadapi pun kian meluas dan perlu diadakan pengkajian lebih lanjut. Dalam hal ini, berbagai
macam bentuk prinsip, karakteristik, dan objek pada sistem filsafat mulai dimunculkan.
Tujuannya tidak lain untuk membuktikan kebenaran dari nilai-nilai filosofi yang dikaitkan
dengan perkembangan zaman yang ada. Upaya pendekatan terhadap nilai-nilai tersebut bisa
dijadikan sebagai pandangan awal untuk memahami sistem filsafat yang terkandung di dalam
Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan, yaitu:

20
1. Apa Pengertian dari Pancasila dan Filsafat?
2. Apa saja Karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat pancasila sebagai Filsafat?
3. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
4. Bagaimana Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
5. Bagaimana sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
6. Bagaimana Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
7. Bagaimana Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat disampaikan tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa itu Pancasila dan Filsafat


2. Untuk mengetahui Karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat Pancasila sebagai Filsafat
3. Untuk mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
4. Untuk mengetahui Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat
5. Untuk mengetahui sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem
Filsafat
6. Untuk mengetahui Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
7. Untuk mengetahui Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

21
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Filsafat

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang artinya lima dan Sila
yang artinya asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang
mempunyai lima sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia
didirikan diatas suatu pondasi atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri dari lima
dasar atau lima asas. Adapun pengertian Pancasila menurut para ahli, menurut
Notonegoro Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan
bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan dapat
menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan
dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara Indonesia. Selain menjadi dasar
negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan hidup, Pancasila juga sebagai sistem
filsafat. Sebelumnya, Filsafat berasal dari bahasa Yunani “phiein” yang berarti cinta dan
“Shopia ” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti Sophia
cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran/pengetahuan. Secara sederhana,
filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran yang sejati. Terdapat beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan
fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. (Arti informal)
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat dijunjung tinggi. (Arti formal)
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (Arti komprehensif,
4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
(Arti analisis linguistik).
5. Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Arti aktualfundamental).

22
Jadi pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir (cita- collective ideologie cita
bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa dengan mendalam yang dilakukan oleh para pendiri
bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu yang tepat

2.2 Karakteristik Pancasila sebagai Filsafat

Sebagai filsafat, pancasila mempunyai karakteristik sistem filsafat tersendiri yang


berbeda dengan filsafat lainnya, diantaranya:

a. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan pengertian lain,
apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan
pancasila.
b. Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bertentangan antara satu dengan
yang lain.
c. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat dapat digambarkan
sebagai berikut
d. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer.
e. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya
sendiri.
f. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan
masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

 Prinsip-prinsip

Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan, dalam hal ini
Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.

2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang
ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal);

23
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.

4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan


diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:

1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk
sosial;Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
2. Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan bergotong royong.
3. Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.

 Hakikat

Hakikat nilai-nilai pancasila dijadikan pangkal tolak permasalahannya yang berwujud


konsep pengalaman dengan bersifat objektif dan subjektif. Pengamalan secara objektif adalah
pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan (berupa pasal-pasal UUD,
ketetapan MPR, Undang-Undang Organik, dan peraturanperaturan pelaksanaan lainnya.
Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia individu, baik
sebagai pribadi, warga bermasyarakat, ataupun sebagai pemegang kekuasaan.

Dengan uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat filsafat yang


ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan dan mengukuhkan bahwa
Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat. Yaitu Sistem Filsafat Bangsa Indonesia, nama
Indonesia ini ditambahkan karena objek materialnya seperti telah diutarakan di muka
adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya Indonesia, dari nenek
moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya, adat
istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-agamanya.

2.3 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan


jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh kita, yang the founding father dituangkan
dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu

24
tentang hakikat dari Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji
secara filsafat (ingat objek material filsafat adalah segala yang ada), dan untuk
mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat, maka perlu dijabarkan tentang
syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut, jika syarat-syarat system filsafat cocok
pada Pancasila, maka Pancasila merupakan sistem filsafat, tetapi jika tidak maka bukan
sistem filsafat. Sebelum itu pengertian dari sistem itu sendiri adalah suatu kumpulan atau
himpunan dari suatu unsur, komponen, atau variabel yang terorganisasi, saling
berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem mempunyai ciri ciri,
yaitu:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen.

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan,

4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem).

5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat, Manusia memerlukan filsafat dengan


beberapa alasan. Pertama, manusia telah memperoleh kekuatan baru yang besar dalam
sains dan teknologi, telah mengembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh
ketenteraman (security) dan kenikmatan (comfort). Kedua, filsafat melalui kerjasama
dengan disiplin ilmu lain memainkan peran yang sangat penting untuk membimbing
manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi mereka. Beberapa faedah filsafat yang
perlu diketahui dan dipahami. Pertama, faedah terbesar dari filsafat adalah untuk
menjaga kemungkinan terjadinya pemecahan-pemecahan terhadap problem kehidupan
manusia. Kedua, filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang menjadi
dasar perbuatan manusia. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman- pengalaman manusia
pada waktu sekarang. Ketiga, filsafat adalah kemampuan untuk memperluas bidang-
bidang kesadaran manusia agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat membedakan,
lebih kritis, dan lebih pandai”

25
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya refleksi filosofis
mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila
sebagai berikut. Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar
mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan
lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup
bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala
kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta
memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

2.4 Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat karena Pancasila mengandung


pemikiran pendiri negara yang dituangkan dalam suatu sistem yang merupakan cerminan
dari nilai-nilai Pancasila yang saling berhubungan dan digunakan sebagai pedoman
ataupun pandangan hidup bangsa dalam berbangsa dan bernegara.

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai system filsafat, dapat dilakukan dengan


cara:

a) Deduktif
Yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara
sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif
b) Induktif
Yaitu dengan mengganti gejala-gejala social budaya masyarakat, merefleksikannya,
dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala gejala itu

2.5 Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


a. Sila ketuhanan yang maha esa

26
Dari sejak zaman dahulu hingga sekarang hidup masyarakat indonesia selalu terpengaruh
dengan ajaran agama agama contohnya pada abad ke 4 masyarakat terpengaruh dengan agama
kristen, lalu pada abad ke 7 masyarakat terpengaruh dengan agama islam, lalu pada abad ke 14
terpengaruh dengan agama hindu budha. Namun, pada masa sekarang masyarakat indonesia
telah menganut ajaran agama mereka masing mansing. hal tersebut dapat dibuktikan dengan
masih berlangsungnya sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan dalam agama-agama
yang hidup di Indonesia

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia dilahirkan dari perpaduan


pengalaman bangsa Indonesia dalam menyejarah. Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai
bangsa maritim telah menjelajah keberbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia. Hasil
pengembaraan itu membentuk karakter bangsa Indonesia yang kemudian oleh Soekarno disebut
dengan istilah Internasionalisme atau Perikemanusiaan.

c. Sila Persatuan Indonesia.

Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman serta kebaruan


dan kesilaman. Indonesia adalah bangsa majemuk paripurna yang menakjubkan karena
kemajemukan sosial, kultural, dan teritorial dapat menyatu dalam suatu komunitas politik
kebangsaan Indonesi

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.

Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
memang merupakan fenomena baru di Indonesia, yang muncul sebagai ikutan formasi negara
republik Indonesia merdeka. Sejarah menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan pra-Indonesia
adalah kerajaan feodal yang dikuasai oleh raja-raja autokrat. Meskipun demikian, nilai-nilai
demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam budaya Nusantara, dan dipraktikkan
setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa di Jawa, nagari di Sumatera Barat, banjar di Bali,
dan lain sebagainya.

27
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dahulunya adalah bangsa yang hidup dalam
keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas oleh kolonialisme

2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat digolongkan ke dalam 2


kelompok. Pada kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, Way of life
yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Lalu
kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat
dengan teori-teori yang bersifat akademis.

3. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pada awalnya, Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian berkembang


menjadi sistem filsafat. Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok. Kelompok pertama,meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958
dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok kedua, mencakup
berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang disuarakan kembali di era
reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.

2.6 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut.Pada era


pemerintahan Soekarno,Pancasila sebagai system filsafat dikenal dengan istilah “Philosofis
cheGrondslag”.Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas
rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka. Idetersebut dimaksudkan sebagai

28
dasarkerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebutternyata
mendapat sambutan yangpositif dari berbagai kalangan,terutama dalam sidang
BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945.Namun, ide tentang Philosofis cheGrondslag
belum diuraikan secara rinci, lebih merupakan adagium politik untuk menarik
perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis.Pada masa itu, Soekarno lebih
menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari
akulturasi budaya bangsa Indonesi.

Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke


arah yang lebihpraktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltans
chauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hany bertujuan mencari kebenaran dan
kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari.Atas dasar
inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat. Pancasila menjadi penataran P-4. Pada
era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun,
Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik, termasuk kritik dan
renungan yang di lontarkan oleh Habibie dalam pidato1 Juni 2011. Habibie menyatakan
bahwa: “Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak
lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari
memori kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas
baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun dengan demokrasi dan
kebebasan berpolitik” (Habibie,2011: 1--2).kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di
sebuah lorong sunyi ustru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang
semakin hiruk-pi

Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat Beberapa bentuk tantangan terhadap


Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:Pertama,
kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik modal
untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya
merupakan upaya untuk menyejah terakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan
kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan individual
secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti monopoli,
gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang

29
muncul sebagai reaksi atas perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal.
Komunisme merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme
terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan
sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

2.7 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat Hakikat (esensi) Pancasila


sebagai sistem filsafat terletak padahal-hal sebagai berikut.

Pertama; hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk.Artinya,setiap mahluk
hidup,termasuk warga negara harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan,kemandirian)
di satu pihak, dan berkesadaran sebagai mahluk TuhanYang Maha Esa yang akan
dimintai pertanggung jawaban atas semua tindakan yang dilakukan.Artinya,kebebasan
selalu dihadapkan pada tanggung jawab, dan tanggung jawab tertinggi adalah kepada
Sang Pencipta.

Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3
monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial),
kedudukan kodrat makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan)

Ketiga, hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang di bedakanke dalam 3 jenis, yaitu tanah air
real,tanah air formal, dan tanah air mental.Tanah air realadalah bumi tempat orang
dilahirkan dan dibesarkan,bersuka adalah bumi tempat orang dilahirkan dan
dibesarkan,bersuka,dan berduka, yang dialamisecara fisik sehari-hari.

Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah.Artinya,keputusan


yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat,bukan
membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.

Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif,
legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara kepada

30
warga negara. Keadilan legaladalah kewajiban warga negara terhadap negara atau
dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan antara sesama warga
negara

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat Hal-hal penting yang sanga turgen bagi
pengembangan Pancasila sebagai sistem filsafat meliputi hal-hal sebagai berikut

Pertama,meletakkan pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga diri


bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka
dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil
maupun spiritual

Kedua,pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang berakar


dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga mampu dalam menghadapi
berbagai ideologi dunia.

Ketiga,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan
sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak

Keempat, pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way oflife sekaligus way of
thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan
pemikiran. Bahaya yang ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini adalah ketidak
seimbangan antara cara bertindak dan cara berpikir sehingga menimbulkan kerusakan
lingkungan dan mental dari suatu bangsa.

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah


berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerja sama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila ,nilai dan landasan yang mendasar. Pancasila yang
dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil perenungan para pendiri negara yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang menjalankan kehidupan masyarakat luas.
Terbangunnya sistem filsafat disini memiliki hakikat satu kesatuan utuh dari beberapa
elemen yang memiliki tujuan tertentu dengan menjalanka fungsi yang saling
ketergantungan. Keterkaitan antara , prinsip, dan karakteristik Pancasila sebagai filsafat
harus selaras dengan hakikatnya. Sila-sila di dalam Pancasil dijadikan sebagai tolakan
dalam mengamalkan nilai-nilainya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara Perealisasian yang dilakukan harus diawali dengan pemahaman terlebih dahulu
pastinya. Tentang bagaimana karakteristik sistem filsafat yang dimaksud, serta upaya
pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai bentuk pengokohan bahwa Pancasila
memang benar-benar suatu sistem filsafat. Maka dari itu, proses berkelanjutan yang
dijalankan bisa ditempuh melalui beberapa upaya pendekatan terlebih dahulu. Upaya
pendekatan ini harfiahnya harus sesuai dengan hakikat sila-sila yang tercantum di dalam
Pancasila.

32
3. 2 Saran

Pemahaman Pancasila sebagai sistem filsafat diharapkan mampu memberikan


gambaran bagi masyarakat untuk lebih berpikir kritis, sistematis, dan mendasar terhadap
sistem filsafat yang terkait dengan Pancasila. Proses aktualisasi dari tiap-tiap nilai
Pancasila perlu diajarkan dan diperbaiki kembali agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman terhadap teori dan contoh permasalahan yang disinggung. Ada baiknya
pula, jika sikap perealisasiannya ini selalu diimbangi dengan jalan berpikir yang tetap
memperhatikan penyaringan atau selektif terhadap banyaknya perkembangan yang terjadi

33
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisna, Budi. (2006). Teori Kebenaran Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Jurnal
Filsafat. 39(1). 57-76.https://media.neliti.com/media/publications/78946-IDteori-kebenaran-p

Kaelan, 2005, Filsafat Pancasila sebagaiFilasfat Bangsa Negara Indonesia,


Makalahpada Kursus Calon Dosen PendidikanKewarganegaraan, Jakartancasila-sebagai-
dasar.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai