Anda di halaman 1dari 85

RUANG 11

MODUL SISTEM

SARAF DAN

MUSKULOSKELETAL
SKENARIO 2

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
NAMA ANGGOTA
1. Natelly Eurike Rustam 220111010101
2. Pataria M. C. Simanjuntak 220111010102
3. Ochta Ceysen Aritonang 220111010103
4. Putri Angelica F. N. Sitorus 220111010104
5. Rafli Ariansyah Loleh 220111010105
6. Raina A. R. Manalu 220111010106
7. Rania Puspita Sutanto 220111010107
8. Rudolf Gilang Hasiholan 220111010108
9. Rully Dento Suangga 220111010109
10. Ruth Dame Yana 220111010110
SKENARIO
Dokter A bergegas masuk ke bangsal bedah anak, karena akan visite

pagi. Dia bertemu dengan Ibu pasien yang terlihat sangat terpukul

dengan keadaan anaknya. Pasien pertama ini terbaring tidak

berdaya. Ia ditabrak sepeda motor sewaktu pulang sekolah.

Pemeriksaan radiologi menunjukkan cedera pada vertebra L1 dan L2.


Pasien ini tidak merasakan sensasi raba maupun nyeri pada kedua

tungkainya. Dia juga tidak dapat menggerakkan kedua extremitas

inferiornya tetapi gerakan extremitas atas cukup baik. Perawat yang

mendampingi dr. Utu juga menambahkan bahwa pada pasien

tersebut terjadi gangguan miksi dan defekasi. Dokter A menduga

terdapat gangguan pada medulla spinalis pasien tersebut


KATA SULIT

1. Vertebra L1 dan L2 : Ruas tulang belakang,


spesifik pada bagian lumbal urutan 1 dan 2
2. Miksi : pengosongan kandung kemih
(berkemih) atau kencing
3. Defekasi : Buang air besar
DAFTAR MASALAH
Observed Expected Concern

Pemeriksaan radiologi menunjukkan cedera pada vertebra


Senjang VVV
L1 dan L2.

Pasien ini tidak merasakan sensasi raba maupun nyeri pada


Senjang VVV
kedua tungkainya

Dia juga tidak dapat menggerakkan kedua extremitas


Senjang VVV
inferiornya tetapi gerakan extremitas atas cukup baik

Perawat yang mendampingi dr. Utu juga menambahkan


bahwa pada pasien tersebut terjadi gangguan miksi dan Senjang VVV
defekasi.

Dokter A menduga terdapat gangguan pada medulla


Senjang VVV
spinalis pasien tersebut.
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa peran dan fungsi medulla spinalis?
2. Mengapa pasien tidak merasakan sensasi raba dan nyeri?
3. Mengapa pasien mengalami gangguan miksi dan defekasi?
4. Bagaimana sensasi raba pada tungkai?
5. Bagaimana sistem pengiriman sinyal somatik ke SSP oleh jaras

sensorik?
6. Bagaimana efek otonomik pada gastrointestinal?
7. Bagaimana mekanisme miksi?
8. Bagaimana mekanisme defekasi
BRAINSTORMING
1. Penghubung impuls ke otak dan berperan sebagai akar ventral

yang mengandung neuron motoric, memungkinkan jalan terpendek


pada gerak refleks, mengontrol pergerakan badan dan anggota

gerak, refleks bersifat involunteer dan respons stereotype ke

stimulus, dan sebagai jalur inervasi otonom untuk organ visceral.

2. Pasien tidak dapat merasakan sensasi raba dan nyeri

dikarenakan adanya gangguan pada jaras sistem anterolateral

(sphinotalamicus).
BRAINSTORMING
3. Pasien tidak dapat miksi dan defekasi karena terjadinya

gangguan pada sistem persarafan vertebra L1 dan L2, dimana

vertebra L1 dan L2 dapat ber-anastomosis dengan segmen sacral

membentuk pleksus hipogastricus inferior yang mempersarafi pada

sistem ekskresi (urinaria dan pencernaan).

4. Dari fasikulus grasilis (neuron sensorik ordo pertama) berlanjut

medulla oblongata, dan ke tractus lemiscus medialis (akson neuron

ordo kedua) lalu ke dalam thalamus (VPL)


BRAINSTORMING
5. Jaras sensorik ada dua, jaras sphinotalamicus dan jaras collumna

dorsalis lemiscus.
Jaras sphinotalamicus terbagi menjadi bagian anterior (berperan

dalam raba dan tekan), dan bagian lateral (berperan dalam nyeri

dan sendi). Mekanismenya adalah dari saraf sensorik perifer

melewati dorsal root ganglion, lalu menuju ke bagian posterior

grissea melalui jalur tractus ascendens naik hingga ke level 2

medulla spinalis, lalu terjadilah penyilangan melewati comissura

ventralis. Setelah itu, terjadi penyatuan dari bagian anterior dan

lateral di medulla oblongata membentuk spinal lemiscus menuju ke

thalamus.
BRAINSTORMING

5. Jaras sensorik ada dua, jaras sphinotalamicus dan jaras collumna

dorsalis lemiscus.
Jaras collumna dorsalis lemiscus, serat saraf yang memasuki collumna

dorsalis naik menuju medulla dorsalis tanpa terputus dan akan

bersinaps pada nuclei collumna dorsalis. Dari nuclei tersebut, neuron

orde kedua akan menyilang ke sisi batang otak yang berlawanan dan

naik ke lemniscus medialis ke thalamus. Lalu, oleh kerena lemniscus

medialis menyilang di medulla oblongata bagian bawah sisi kiri

tubuh, akan direpresentasikan di sisi kanan thalamus, begitu juga

sebaliknya.
BRAINSTORMING

6. Saraf otonom mempengaruhi motilitas dan sekresi saluran

gastrointestinal melalui modifikasi aktivitas yang berjalan di plexus

intrinsic, sehingga mengubah tingkat sekresi hormon

gastrointestinal, atau pada beberapa keadaan melalui efek

langsung pada otot polos dan kelenjar. Saraf simpatis cenderung

menghambat atau memperlambat kontraksi dan sekresi.


BRAINSTORMING

7. Mekanisme awalnya adalah relaksasi otot-otot dasar

panggul. Hal ini menimbulkan tarikan ke bawah yang

cukup besar pada otot detrusor sehingga merangsang

kontraksi otot tersebut. Peregangan kandung kemih

mengirimkan impuls ke bagian sacral ke medulla spinalis,

kemudian menyebabkan refleks kontraksi kandung kemih

dan relaksi sfingter urinaria, sehingga terjadinya miksi


BRAINSTORMING

8. Timbulnya rasa ingin buang air besar kemudian

terjadinya peregangan awal dinding rectum

kemudian terjadinya pergerakan massa di kolon


mendorong tinja ke dalam rectum. Peregangan

yang terjadi di rectum merangsang reseptor regang

di dinding rectum sehingga memicu refleks defekasi.


PETA KONSEP
LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi Vertebra serta persarafannya.


2. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Medula Spinalis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang deteksi dan pengiriman sensasi taktil.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Jaras sensorik untuk mengirimkan sinyal
somatik ke Sistem Saraf Pusat
5. Mahasiswa mampu menjelaskan sensasi raba pada Tungkai
6. Mahasiswa mampu menjelaskan efek Otonomik pada Gastrointestinal
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Mekanisme Miksi
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Mekanisme Defekasi.
HASIL
BELAJAR
MANDIRI
Anatomi
Vertebralis
Persarafan
Vertebralis
Anatomi

Medula

Spinalis
Netter’s Atlas of Human Anatomy
Tortora Anatomy Physiology
Netter’s Atlas of Human Anatomy
Tortora Anatomy Physiology
Segmen Medulla Spinalis

Tortora Anatomy Physiology


Fisiologi
Medula
Spinalis
MEDULA SPINALIS

Medula spinalis atau korda


spinalis adalah suatu
silinder panjang langsing
jaringan saraf yang
berjalan dari batang otak.
MEDULA SPINALIS
01 02
Terdiri dari :
8 pasang saraf servikalis Medula spinalis memiliki
(leher) (yaitu C1-C8). beberapa fungsi yaitu :
12 saraf torakalis (dada). a.Konduksi
5 saraf lumbalis (abdomen).
b.Lokomosi
5 saraf sakralis (panggul).
1 saraf koksigeus (tulang c.Refleks
ekor).
MEDULA SPINALIS
Traktus dalam medula spinalis berfungsi membawa impuls saraf melalui
substansia alba atau putih (bagian eksternal medula spinalis).

Traktus asendens Traktus desendens


(korda spinalis ke otak) yang (otak ke korda spinalis) yang
menyalurkan sinyal dari menyampaikan pesan dari
masukan aferen ke otak. otak ke neuron eferen
MEDULA SPINALIS
MEDULA SPINALIS
Sel saraf motorik

Neuron motorik anterior Interneuron

Sel saraf motorik Alpha dan Y


(Gamma), serta Lower Motor
Neuron
MEDULA SPINALIS
KAITAN DENGAN SKENARIO

Pada skenario dikatakan bahwa pemeriksaan


radiologi pasien tersebut menunjukkan
cedera pada vertebra L1 dan L2.

Vertebra L1 dan L2 merupakan bagian saraf


lumbalis pada medula spinalis.
MEDULA SPINALIS
KAITAN DENGAN SKENARIO

Pada skenario juga dikatakan bahwa pasien


ini tidak merasakan sensasi raba maupun
nyeri pada kedua tungkainya dan ia juga
tidak dapat menggerakkan kedua
ekstremitas inferiornya.

Dalam keadaan normal, kerja refleks spinal


tidak terbatas pada respons motorik di sisi
tubuh yang mendapat rangsangan.
MEDULA SPINALIS
KAITAN DENGAN SKENARIO

Refleks melangkah (refleks


interaksi) yaitu kerja motorik
terintegrasi, refleks ekstensi-
menyokong tubuh, dan crosed
reflex berperan dalam gerakan
ritmis berganti fleksi dan
ekstensi kedua tungkai.
MEDULA SPINALIS
KAITAN DENGAN SKENARIO
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan
besar pasien tidak dapat merasakan sensasi raba, nyeri,
dan tidak dapat menggerakkan ekstremitas inferiornya
karena terjadinya kerusakan pada vertebra L1 dan L2
yang terletak pada saraf lumbalis dimana kerusakan
tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan pada kedua
kaki dan dapat memengaruhi fungsi miksi dan defekasi
terutama jika terkena saraf otonom yang mempersarafi
organ-organ.
Deteksi dan
Pengiriman
Sensasi
Taktil
Mekanoreseptif : Sensasi taktil

Indra
Termoreseptif : suhu panas dan dingin
Somatik

Rasa Nyeri
Potensial Reseptor di Ujung Aferen Khusus

Stimulus membuka kanal yang peka terhadap stimulus,


masuknya Na+ yang menghasilkan potensial reseptor

Aliran arus lokal antara ujung reseptor terdepolarisasi


dan daerah sekitar akan membuka kanal Na+

Masuknya Na+ memicu potensial aksi di serat aferen


Sherwood’s Introduction to Human Physiology 8th Edition
yang merambat spontan ke sistem saraf pusat
RESEPTOR TAKTIL

Badan
Meissner
Badan
Guyton and Hall Textbook Merkel Ujung
12th Edition
Ruffini
Reseptor
Rambut
Badan
Pacini

Sherwood’s Introduction to Human Physiology 8th Edition


Pengiriman Sinyal Taktil

Serat Saraf Tipe A

Aβ Aδ

Jaras kolumna dorsalis—Lemniskus Medialis


Pengiriman Sinyal Taktil

Serat Saraf Tipe C


Serat Tipe C bersifat tak bermielin

Jaras Spinothalamikus (Anterior)


Jaras Sensorik
untuk
Mengirimkan
Sinyal Somatik
ke System Saraf
Pusat

JARAS SENSORIK UNTUK MENGIRIMKAN


SINYAL SOMATIK KE SYSTEM SARAF PUSAT

Jaras Kolumna Dorsalis- Jaras Anterolateral


Lemniskus Medialis
JARAS KOLUMNA DORSALIS-LEMNISKUS
MEDIALIS

Ciri Khas : Adanya orientasi spasial yang jelas pada serat


saraf yang berasal dari setiap bagian tubuh dan
orientasi ini tetap di pertahankan

Guyton and Hall Textbook 12th Edition


JARAS KOLUMNA DORSALIS-LEMNISKUS
MEDIALIS

Pada gambar diatas menjelaskan bahwa ada dua daerah sensorik yang
Pada bagian korteks serebri di sebelah anterior fisura sentralis hingga separuh
terpisah pada bagian lobus parietalis anterior yang disebut area
bagian posterior lobus frontalis disebut korteks motorik, dan hampir
somatosensorik I dan area somatosensorik II. Hal ini terjadi dikarenakan
seluruhnya dapat dikatakan bekerja mengendalikan kontraksi otot dan gerakan
adanya perbedaan orientasi spasial. Meskipun demikian area
tubuh.
somatosensorik I jauh lebih luas dan lebih penting bagi fungsi sensorik
tubuh daripada area somatosensorik II
Guyton and Hall Textbook 12th Edition
JARAS ANTEROLATERAL

Jaras anterolateral berbanding terbalik dengan jaras kolumna


dorsalis. Jaras anterolateral mengirimkan sinyal sensorik tanpa
perlu pemisahan lokalisasi sumber sinyal secara detail dan tidak
memerlukan pembedaan gradasi intensitas yang kecil. Jenis
sinyal yang dikirimkan ini antara lain adalah nyeri, panas,
dingin, taktil kasar, geli, gatal, serta sensasi seksual.

Guyton and Hall Textbook 12th Edition


JARAS ANTEROLATERAL

Sifat penghantaran dalam jaras anterolateral

kecepatan pengirimannya hanya


sepertiga sampai setengah kecepatan
pengiriman dalam sistem kolumna
dorsalis-lemniskus medialis, dengan
derajat intensitas juga jauh lebih tidak akurat, rentang antara 8 dan 40 m/ detik
sebagian besar kekuatan sensasinya dapat
dikenali dalam tahap 10 sampai 20 kali,
ketimbang hingga 100 kali dalam sistem kolumna
dorsalis
derajat lokalisasi spasial sinyal
kurang baik

kemampuan mengirimkan sinyal yang cepat


berubah atau sinyal yang berulang-ulang secara
cepat sangat kecil.
Sensasi
Raba Pada
Tungkai
Pembentukkan Impuls di Reseptor Kulit
Badan pacini akan merekam potensial depolarisasi tak-
merambat yang mirip dengan pascasinaps eksitorik
(EPSP) saat menerima tekanan atau rangsangan.

rangsangan menjadi sensasi:


sensory coding
jalur asendens lemniskus medialis
kolumna dorsal
Pembentukkan Impuls di Reseptor Kulit

Guyton and Hall Textbook 12th Edition


Sensasi Raba; Jalur Kolumna Dorsal
ipsilateral nukleus grasilis & lemniskus medialis
melalui kolumna dorsal nukleus kuneatus
medulla
fasikulus grasilis (ordo-kedua) Lateral posterior
(neuron sensorik ventral Thalamus
ordo-pertama) (VPL)
Korteks serebri
efektor somatosensorik
nukelus mesensefalon & sensorik primer
utama nervus trigeminus
Guyton and Hall Textbook 12th Edition
Otonomik pada
Gastrointestinal
SARAF OTONOM
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi
yang mengatur fungsi visceral tubuh, termasuk
gastrointestinal.

Saraf otonom, terdiri dari :


Simpatis
Parasimpatis
SARAF OTONOM

Sherwood’s Introduction to Human Physiology 8th Edition


SARAF OTONOM

Pada gastrointestinal
dan kelenjar yang
berhubungan, refleks
pendek lebih banyak
memberikan kontrol
dan koordinasi.
SARAF OTONOM
Keadaan normal, terdapat aktivitas potensial aksi
di kedua serat simpatis dan parasimpatis yang
menyarafi suatu organ.
Aktivitas terus-menerus ini disebut tonus
simpatis atau parasimpatis. Pada keadaan
tertentu, aktivitas salah satu divisi
mendominansi.
SARAF OTONOM
Saraf otonom pada gastrointestinal, terdiri dari :

Simpatis medula spinalis antara segmen T-5 dan L-2

Esophagus sampai ke pertengahan colon


Parasimpatis transversum saluran pencernaan cabang n.
vagus.
Usus bagian distal, serabut saraf berpangkal
pada medulla spinalis segmen sacral 2-4.
Enterik
Pengaruh anatomis saraf enterik serta hubungannya dengan sistem
saraf simpatis dan parasimpatis:

Refleks-refleks dari usus ke (b) refleks nyeri yang menimbulkan


medula spinalis/batang otak, hambatan umum pada seluruh traktus
meliputi : gastrointestinal
(a) refleks berasal dari lambung
(c) refleks defekasi menuju medula
& duodenum ke batang otak, spinalis, kembali lagi untuk
kembali ke lambung melalui menimbulkan kontraksi yang kuat
saraf vagus untuk mengatur pada kolon, rektum, dan abdomen
aktivitas motorik & sekretorik yang diperlukan untuk defekasi
lambung (refleks defekasi).
Mekanisme
Miksi
MIKSI

pengosongan kandung
kemih
melibatkan jalur refleks,
tetapi masih dalam kontrol
volunter
PERSARAFAN KANDUNG KEMIH

Sumber: Guyton and hall textbook of medical physiology


MEKANISME MIKSI
Kontraksi otot detrusor

Periode tekanan menetap

Tekanan kandung kemih ke


nilai tonus basal
GANGGUAN MIKSI

Disfungsi kandung kemih yang terjadi akibat kerusakan saraf:

1. Terputusnya serat aferen dari kandung kemih


2. Terputusnya serat aferen dan eferen
3. Terputusnya jaras fasilitatorik dan ihibitorik dari otak
Mekanisme
Defekasi
1. Rangsangan dinding rektum untuk

meregang karena massa feses. Bila defekasi ditahan,

2. Distensi dinding rektum, terkirimnya


sfingter ani interna akan
sinyal aferen tertutup, rektum akan

3. Relaksasi sfingter ani eksterna dan


mengadakan relaksasi untuk

terjadinya defekasi mengakomodasi feses yang


Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi
terdapat didalamnya.

sfingter ani eksterna yang berada


Mekanisme volunter dari

dibawah pengaruh kesadaran (volunter). proses defekasi ini

nampaknya diatur oleh

susunan saraf pusat. Setelah

proses evakuasi feses selesai,

terjadi closing reflexes


Relaksasi sfingter anal internal

Kontraksi otot dinding perut & panggul

Relaksasi sfingter anal eksternal

Mengambil nasaf dalam dalm

Refleks defekasi

Mengendalikan waktu dan tempat


DAFTAR PUSTAKA
1. Barret, K. E., & Barman, S. M. (n.d.). Ganong Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
2. Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2012). Ganong’s
review of medical physiology (24th ed.). McGraw-Hill Medical.
3. Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2010). Guyton and hall textbook of medical
physiology: International edition (12th ed.). Grune & Stratton.
4. Hall, J. E. (2019). Guyton Dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (M. Djauhari
Widjajakusumah & A. Tanzil, Eds.; 13th ed.). Elsevier.
5. Kalanjati, V. (2020). BELAJAR PRAKTIS NEUROANATOMI.
6. Polii, Hedison. Neurofisiologi Medula Spinalis.
7. Sherwood, L. (2013). Introduction to Human Physiology (8 ed.).
8. Wungouw, Herlina I. S. Sistim Saraf.
9. Tortora, G. J., & Derrickson, B. H. (2010). Principles of anatomy & physiology
(13th ed.). John Wiley & Sons.
10. Netter, F. H. (2014). Atlas of human anatomy. Saunders.
11.

Anda mungkin juga menyukai