Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

ASSIGNMENT COVER SHEET

Nama Mahasiswa/NIM : 1. Alfi Khalish / 2004109010052


2. Bilal Dhani Putra / 2004109010043

3. Muhammad Aulia Difatna / 2004109010040

4. Novan Syah Putra / 2004109010038

Mata Kuliah : Geologi Minyak dan Gas Bumi


Dosen Pengasuh : Muhammad Ridha Adhari S.T,M.Sc
Dikumpulkan tanggal : 01 Desember 2022

PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa benar tugas/laporan ini merupakan
hasil karya kami sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain. Jika ada sumber data/bahan
milik orang lain yang kami gunakan, maka telah kami cantumkan sebagai referensi sesuai
ketentuan yang berlaku.

Alfi Khalish Bilal Dhani Putra Aulia Difatna Novan Syah Putra
(2004109010052) (2004109010043) (20041019010040) (2004109010038)

Diisi oleh dosen

Nilai : _________ dari total __________


Komentar Dosen :

Nama Dosen/tanda tangan :


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas geologi minyak dan gas "Petroleum
System Pada Blok Cepu, Jawa Timur".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam menyusun makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya tugas
yang telah diberikan ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Banda Aceh, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4

BAB II ............................................................................................................................................. 6

2.1 Geologi Regional .............................................................................................................. 6

2.2 Total Organic Carbon ....................................................................................................... 8

2.3 Petroleum System ........................................................................................................... 12

2.4 Stratigrafi ........................................................................................................................ 14

BAB III .......................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah menyebabkan Belanda, Prancis,
dan Jepang menjajah Indonesia selama berabad-abad. Salah satu sumber daya alam yang
dimilikinya adalah Produksi Minyak dan Gas Bumi (MIGAS) yang termasuk dalam kategori
sumber daya alam tak terbarukan. Sektor migas merupakan salah satu penopang utama perolehan
devisa sebagai bagian dari kelangsungan pembangunan negara. Di Kabupaten Blora tepatnya di
Cepu, sebuah sumur minyak ditemukan pada tahun 1880 oleh ilmuwan Belanda Andrian Stoop
yang menemukan ladang minyak di desa Ledok di Cepu. Pada tahun 1893, pengeboran pertama
dilakukan di desa Ledok, dan alat tradisional masih digunakan sampai sekarang. Kilang minyak
Cepu dibangun pada tahun 1894 oleh De Dordtsche Potroleum Maatschappij. Pengelolaan
Ladang Minyak Bawang Merah dengan Proses Distilasi Atmosfer (Chaeruddin, 1994: 20).
Cepu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan
ini terletak di perbatasan provinsi Jawa Timur dan dilewati jalan penghubung Surabaya -
Purwodadi - Semarang. Cepu meliputi wilayah seluas 4.897.425 km² dan terbagi menjadi 17
kecamatan/desa dengan jumlah penduduk 74.526 jiwa. Cepu adalah kota penting karena
kandungan minyak dan hutan jatinya. Cepu memiliki beberapa bangunan Belanda yang bertahan
hingga saat ini. Salah satu bangunan unik tersebut adalah Loji Klunthung. Peninggalan lainnya
adalah tempat pertemuan SOS Sasono Suko dan Pemakaman Belanda di Desa Wonorejo di Desa
Cepu (Chaeruddin, 1994: 24).

Gambar 1. Lokasi blok cepu dilihat melalui google maps


Pada tahun 1996 Blok Cepu mengalami krisis yang berkepanjangan karena tidak mampu
memakmurkan penduduk di wilayah pertambangan tersebut. Pada krisis mata uang tahun 1998,
Presiden Republik Indonesia, Soeharto, berencana mengganti operator tambang utama. Exxon
Mobil mengatasi krisis ekonomi Indonesia. Semua itu tidak terwujud ketika Presiden Soeharto
diminta mengundurkan diri, kemudian pada tahun 2006 Presiden Megawati Soekarno Putri
menunjuk Exxon Mobil sebagai operator utama menggantikan Pertamina sebagai operator utama
yang sebelumnya dipegang oleh Blok Cepu (Pusat Diklat Cepu).
Luas wilayah Blok Cepu adalah 919,19 km² dan menurut perhitungan Kabupaten
Bojonegoro seluas 624,64 km², Kabupaten Blora seluas 255,60 km² dan Kabupaten Tuban seluas
38,95 km². Exxonmobil memastikan blok Onion mampu menghasilkan 170.000 barel minyak per
hari. (hal. Patra Sarana Hulu Cepu 2019).
Minyak bumi adalah istilah umum untuk setiap cairan organik yang tidak larut atau larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Minyak mentah merupakan campuran dari berbagai
zat organik Minyak mentah disebut juga minyak mineral karena diperoleh sebagai campuran
dengan mineral lainnya. Minyak mentah tidak diproduksi dan diekstraksi langsung dari hewan
atau tumbuhan, tetapi dari fosil (Chaerudin, 1994: 45).
Penambangan adalah jenis kegiatan yang melibatkan penggalian mineral dan bahan
tambang lainnya dari bumi. Penambangan adalah proses penggalian bahan yang dapat ditambang
dari tanah. Tambang adalah tempat berlangsungnya penambangan. Pertambangan mencakup
beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pencarian, ekstraksi, pengolahan, eksploitasi dan
penjualan mineral (mineral, batubara, panas bumi, minyak dan gas). Ilmu pertambangan adalah
ilmu yang mempelajari teori dan praktek pertambangan yang baik dan benar (Gas, 2004: 37).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional


Secara geologi, Cekungan Jawa Timur terbentuk akibat proses uplift dan unconformity,
proses penurunan muka air laut dan pergerakan lempeng tektonik. Pembentukan cekungan
dicirikan oleh kehadiran setengah graben pada tahap awal, dipengaruhi oleh struktur yang
terbentuk sebelumnya, dan tatanan tektonik terkini dipengaruhi oleh pergerakan lempeng
Australia dan Sunda serta perbedaan struktur regional. Bentuk berubah seiring waktu. Pada
penelitian ini lokasi penelitian terletak di Cekungan Jawa Timur Laut. Cekungan Jawa Timur
Laut merupakan salah satu daerah Tersier Indonesia bagian barat dan merupakan hasil interaksi
tiga lempeng penghasil minyak dan gas bumi (Sribudiyani et al., 2003).
Perkembangan tektonik di Cekungan Jawa Timur tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
tektonik, yaitu pergerakan Lempeng Samudera Indo-Australia ke arah utara, pergerakan
Lempeng Filipina dan Pasifik ke arah barat, dan Lempeng Eurasia yang relatif stabil. Aktivitas
tektonik utama selama Plio-Pleistosen menyebabkan penamaan daerah cekungan Jawa Timur
dan menghasilkan morfologi saat ini. Struktur geologi Cekungan Jawa Timur pada umumnya
bersifat up-down, sheared and fold, berorientasi barat-timur akibat pengaruh gaya tekan dari arah
utara-selatan (Satyana, 2005).
Batuan sumber utama hidrokarbon di Cekungan Jawa Timur adalah serpih karbonat dari
lingkungan marjinal marin, muara dan lakustrin Formasi Ngimbang, sebagian besar dari kerogen
cekungan sedang-dalam tipe II dan III, yang memungkinkan untuk produksi minyak dan gas.
Serpih laut dalam di kaki Formasi Kujung juga berpotensi sebagai batuan induk. Pembentukan
Kujung terjadi pada akhir periode Ngimbang, proses pengangkatan dan erosi, disertai dengan
penurunan muka air laut secara eustatik, menyebabkan peristiwa regresi pertengahan Oligosen
yang meluas yang menjelaskan dasar dari Siklus Kujung berikutnya (30 juta tahun). . Meskipun
awalnya dianggap sebagai peristiwa eustatik, beberapa pengamatan lokal (Cekungan Jawa
Timur) dan regional menunjukkan kontrol tektonik. Akhir dari siklus Kujung sesuai dengan
akhir dari pelanggaran awal yang didominasi oleh karbonat. Dalam kebanyakan kasus ini adalah
bagian atas dari batugamping Miosen Awal. Fitur batuan atas dari Siklus Kujung berarti bahwa
Siklus Kujung sering tidak sejajar dengan batas Siklus Tuban karena waktu yang dihabiskan
untuk tumpang tindih dengan klas dan karang yang berurutan. Sisa Pada kala Oligosen Akhir dan
Miosen Awal, Formasi Kujung berlapis batuan yang didominasi oleh batugamping dan napal
dengan inklusi batupasir tipis dan fosil foraminifera, fragmen karang dan alga di dalam
batugamping. Formasi Kujung tersebar luas dan meliputi daerah Purwodadi terus ke timur Tuban
dan Madura. Formasi Cepu pada Miosen Akhir terjadi sedimentasi Cekungan Madura di laut
dalam akibat pengendapan karbonat, lempung dan pasir kuarsa. Proses struktur Miosen Tengah
berhenti, setelah itu terisi Formasi Cepu yang tersusun atas napal dan batugamping lipatan
plankton dan nanoplankton (Nainggolan, 2018).

Gambar 2. Peta geologi regional Cekungan Jawa-Timur Utara (Sribudiyani dkk., 2003).

Cekungan Jawa Timur dibagi menjadi tiga mandal struktur (struktural province) dari utara ke
selatan, yaitu:
1. Paparan Utara yang terdiri dari Busur Bawean, Paparan Madura Utara dan Paparan
Kangean Utara.
2. Bagian tengah yaitu Tinggian Sentral yang terdiri dari Jawa Timur Utara Laut (Kujung) –
Madura – Kangean – Tinggian Lombok merupakan daerah terangkat hasil pensesaran
ekstensional Eosen–Oligosen Akhir dan pembalikan struktur Miosen-Resen. Tinggian
sentral terbentuk karena kemenerusan tinggian Kujung dan tinggian Madura–Kangean ke
arah Timur. Pada tegasan Eosen akhir menyebabkan penurunan regional di daerah ini,
sedangkantinggiannya menjadi tempat berkembangnya fasies gampingan.
3. Bagian selatan dikenal sebagai Cekungan Selatan yang terdiri dari Zona Rembang–Zona
Madura–Sub Cekungan Lombok sebagai sesar mendatar berasosiasi dengan pengangkatan
Kujung, Madura dan Kangean ke arah utara, sedangkan bagian selatan tetap pada
lingkungan batial dalam. Terbentuk oleh sesar ekstensional Eosen–Oligosen akhir yang
dilanjutkan oleh periode struktur terbaik produk kompresi Miosen awal–Resen. Zona
Rembang yang menerus sampai lepas pantai (Satyana, 2005).

Gambar 3. Tiga struktur utama Cekungan Jawa Timur (Satyana dkk., 2005).

2.2 Total Organic Carbon


Total Organic Carbon (TOC) adalah ukuran kekayaan organik yang menggambarkan
jumlah bahan organik dalam batuan induk yang terdiri dari bitumen dan kerogen. TOC diwakili
oleh persen berat bahan organik relatif terhadap berat total batuan. Secara umum, batuan induk
diklasifikasikan kualitas Buruk jika nilai TOC kurang dari 0,5%, sedang jika nilai TOC berada di
antara 0,5-1%, baik jika nilai TOC berkisar antara 1%-2%, sangat baik jika nilai TOC berkisar 2-
4%, dan excellent jika lebih dari 4%. (Peters & Cassa, 1994).
Analisis total karbon organik (TOC) menggunakan dua data lubang sumur yang dianalisis
secara khusus di Formasi Kujung (sumur PM-1) dan Formasi Cepu (sumur PM-2). Untuk sampel
sumur PM 1 (Tabel 1), TOC rata-rata untuk 24 sampel adalah 2,16%. Nilai TOC minimum
adalah 0,49% pada kedalaman 8254ft dan nilai TOC maksimum adalah 5,09% pada kedalaman
8848ft. Menurut sistem klasifikasi TOC Peters & Cassa (1994), batuan induk pada penelitian
Formasi Kujung ini merupakan batuan induk yang baik dalam hal kekayaan organik, karena rata-
rata kandungan TOC mendominasi dan bervariasi antara 1% dan 2%.
Tabel 1. Parameter kuantifikasi nilai TOC pada sumur PM-1
Depth (ft) LOM TOC Log (wt%)
7010 5.7 4.84
7139 5.7 2.24
7248 5.5 1.65
7335 5.6 1.9
7447 5.5 0.67
7754 5.4 2.54
7967 5.4 3.49
8034 5.6 2.35
8142 5.7 3.11
8217 5.7 1.83
8254 5.8 0.49
8314 5.8 1.47
8538 5.9 4.4
8695 5.9 3.37
8848 6 5.09
8920 6.1 0.81
8960 6.1 1.55
9018 6.2 1.61
9093 6.1 1.64
9200 6.3 1.89
9366 6.4 0.8
9525 6.5 0.69
9828 6.7 1.03
9970 7.2 2.41

Pada sampel pit PM-2 (Tabel 2), TOC rata-rata dari 14 sampel adalah 2,68%. Nilai TOC
terendah sebesar 0,58% pada kedalaman 6.685 kaki dan nilai TOC tertinggi sebesar 6,49% pada
kedalaman 5.812 kaki. Menurut sistem klasifikasi TOC Peters & Cassa (1994), batuan induk
studi Formasi Cepu dapat diklasifikasikan sebagai batuan induk yang cukup kaya secara organik,
karena rata-rata kandungan TOC bervariasi secara dominan antara 0,5% dan 2%. .
Tabel 2. Parameter kuantifikasi nilai TOC pada sumur PM-2
Depth (ft) LOM TOC Log (wt%)
5620 4.7 4.33
5812 4.9 6.49
5858 4.9 5.51
6129 5.1 2.72
6236 5.2 2.8
6347 5.4 2.59
6430 5.5 1.56
6532 5.6 3.3
6685 5.7 0.58
6784 5.8 2.18
6893 5.8 2.22
7016 5.9 0.72
7227 6 1.67
7385 6.1 0.86

PM-1

Gambar 4. Grafik hubungan antara TOC dengan Depth pada sumur PM-1.
Gambar 5. Grafik hubungan antara TOC dengan Depth pada sumur PM-2.

Pada Gambar 7 saya mengkorelasikan data log TOC dan inti TOC dari lubang PM-1 dan
PM-2. Korelasi ini digunakan untuk melihat hubungan dan besarnya hubungan antara dua
variabel/nilai registry TOC dengan core TOC. Dimana TOC Bait merupakan nilai hasil prediksi
berdasarkan data log, sedangkan TOC Core merupakan nilai hasil pengukuran sebenarnya dari
laboratorium (Rock Eval Pyrolysis). Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
korelasi (R) antara TOC Log dan TOC Core pada sumur PM-1 adalah sebesar 0,67 yang berarti
tergolong korelasi yang kuat menurut teori korelasi Sarwono (2006). Pada sumur PM-2 nilai
korelasi (R) antara TOC Log dan TOC Core adalah 0,91 yang artinya terdapat korelasi yang
sangat kuat. Dapat disimpulkan bahwa hasil TOC record (prediksi) memiliki hasil yang baik,
dapat digunakan sebagai studi pendahuluan ketika tidak ada data TOC core.
Gambar 6. Grafik korelasi TOC Log vs TOC Core pada Sumur PM-1 dan PM-2.

2.3 Petroleum System

Gambar 7. (Toni Simo, 2012)

Keberadaan hidrokarbon ditentukan oleh lima faktor utama yaitu batuan induk yang
cukup matang, jalan yang bagus untuk bermigrasinya hidrokarbon, batuan reservoar, perangkap
migas dan batuan perutup/caprocks. Lima factor utama itu biasanya disebut dengan petroleum
system. Di daerah penelitian berdasarkan data-data geologi yang ada bisa diinterpretasi sistem
petroleumnya. Pada blok cepu, batuan induknya adalah batulempung dan serpih yang kaya akan
bahan organik dari Formasi Ngrayong, Tawun, Tuban, dan Ngimbang yang telah terkubur cukup
dalam di daerah penelitian, diharapkan bisa berfungsi sebagai batuan induk yang cukup matang.
(Aminuddin BM.,dkk, 1981).
Migrasi Hidrokarbon Zona-zona sesar yang dijumpai di lapangan maupun yang bisa
dilihat dan ditafsirkan dari penampang seismik merupakan jalan yang bagus untuk bermigrasinya
hidrokarbon dari batuan induk menuju ke batuan reservoar.
Batuan Reservoar yakni batu pasir foraminifera Selorejo, berumur Plio– Plistosen (N21),
proses pengendapannya dikontrol adanya penurunan muka air laut purba 2,9jtl, merupakan
lowstand facies system tract. Batupasir ini diendapkan di atas batas sikuen 2,9jtl, dan merupakan
endapan laut dangkal (neritik pinggir). Batuan klastik kasar ini mempunyai porositas 35%- 40%
(nilai porositas yang istimewa), dan nilai permeabilitas yang bagus, sehingga batupasir Selorejo
bisa berfungsi sebagai reservoar gas yang bagus di lapangan gas Balun, Cepu dan reservoar
minyak di lapangan minyak tua sekitar Surabaya yaitu di lapangan minyak Lidah, Kruka, dan
Kuti, serta lapangan gas Oyong di Selat Madura (Santos Ltd.)
Trap pada blok ini merupskan jenis trap struktural, yakni antiklin. Antiklin Balun
merupakan antiklinal bawah permukaan adalah merupakan perangkap gas yang baik di lapangan
gas Balun di Cepu.
Jenis cap rock pada blok ini adalah batu lempung yang tebalnya 300 meter di bawah kota
Cepu merupakan batuan penutup yang efektip, dan menutup di atas batuan reservoar batupasir
foraminifera Formasi Selorejo (Aminuddin BM.,dkk, 1981).
2.4 Stratigrafi

Gambar 8. Sikuen Stratigrafi Mandala Sedimentasi Rembang (Yohannes PK., 1993)

Menurut Yohannes PK 1993, perubahan kedalaman laut dalam menjadi laut dangkal tersebut,
menyebabkan terjadinya arus yang kuat yang mengerosi bagian permukaan sedimen napal
Mundu. Hal ini ditunjukkan dengan data lapangan seperti:
• Dijumpai singkapan bidang erosi yang merupakan batas kontak tegas antara napal Mundu
(bagian bawah) dengan batupasir Selorejo (bagian atas) di Kali Blungun, Dusun
Blungun–Pasarsore.
• Bidang erosi ini dikenal dengan LSE / Lowsand Surface of Erosion.
• Dijumpai lensa-lensa fragmen dari napal Mundu di bagian bawah batupasir Selorejo. Hal
ini sebagai bukti adanya proses erosi dari arus laut.
Data geologi lain yang mendukung adanya lingkungan pengendapan laut dangkal dari
batupasir Selorejo yaitu,
• Dijumpainya batuan sedimen dengan butir kasar dari batupasir Selorejo,
• Ditemukannya trace fosil (burrow/ichnofacies/ bioturbasi) dalam body pasir Selorejo.
• Ditemukannya struktur sedimen perlapisan silang siur pada batupasir Selorejo.
BAB III
KESIMPULAN

1. Luas wilayah keseluruhan blok cepu adalah 919,19 km² dengan perhitungan 624,64 km²
di Kabupaten Bojonegoro, 255,60 km² di Kabupaten Blora dan 38,95 km² di Kabupaten
Tuban. Exxonmobil memastikan blok cepu bisa menghasilkan minyak mentah 170.000
barrel perhari
2. Secara kuantitatif, dari 24 zona batuan induk sumur PM-1 (formasi kujung), diperoleh
nilai rata-rata TOC batuan induk sebesar 2,16%, dan menurut klasifikasi TOC Peters &
Cassa(1994) dapat didefenisikan memiliki kualitas yang sangat baik
3. Dari 14 zona batuan induk pada sumur PM- 2 (formasi cepu), diperoleh nilai rata-rata
TOC batuan induk sebesar 2,68%, dan menurut klasifikasi TOC Peters & Cassa (1994)
dapat didefenisikan memiliki kualitas yang sangat baik.
4. Korelasi antara nilai TOC Core dan TOC Log pada sumur PM-1 (formasi kujung)
bernilai 0,67 yang berarti menurut Sarwono (2006) termasuk kriteria kuat
5. Korelasi antara nilai TOC Core dan TOC Log pada sumur PM-2 (formasi cepu) bernilai
0,92 yang berarti Sarwono (2006) termasuk kriteriasangat kuat
6. Batuan sumber utama hidrokarbon di Cekungan Jawa Timur adalah serpih karbonat dari
lingkungan marjinal marin, muara dan lakustrin Formasi Ngimbang, sebagian besar dari
kerogen cekungan sedang-dalam tipe II dan III, yang memungkinkan untuk produksi
minyak dan gas
7. batuan induknya adalah batu lempung dan serpih, batuan reservoir yakni batu pasir
foraminifera Selorejo, berumur Plio– Plistosen (N21), dan jenis cap rock pada blok ini
adalah batu lempung
8. Trap pada blok ini merupakan jenis trap struktural, yakni antiklin. Dan jalur migrasi
hidrokarbon melalui sesar
DAFTAR PUSTAKA

Chaeruddin. (1994). 100 Tahun Perminyakan Di Cepu. Pusat Pengambangan Tenaga


Perminyakan dan Gas Bumi.

Rochmaningrum, F. (2012). PERKEMBANGAN TAMBANG MINYAK BLOK CEPU DAN


PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LEDOK
TAHUN 1960-2004.

Aminuddin BM.,dkk, (1981). Studi Selorejo, Diklat Eksplorasi-Pusdik Migas Cepu, Prosiding
PITIAGI, Bandung.

Yohannes PK, Nahrowi TY, Sabardi MS. 1995. Sequence Stratigraphy Concept Applied to The
Middle Miocene to Pliocene Outcrops in The north Java Basin, Indonesia, Proceeding
of The International Symposium on Sequence Stratigraphy in SE.Asia, pp.331-344, IPA,
Jakarta.

PT.Sarana Patra Hulu Cepu,(2019) Apa itu Blok Cepu? Dan bagaimana sejarah berdirinya Blok
Cepu? Diakses Pada 25 November 2022, Melalui link :

https://sphc.co.id/post/69/apa_itu_blok_cepu_?_dan_bagaimana_sejarah_berdirinya_blok
_cepu_?

Simo, Toni. (2012). Reservoir Characterization and Simulation of an Oligocene-Miocene


Isolated Carbonate Platform: Banyu Urip Field, East Java Basin, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai