Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Fungsi Nilai-
Nilai Sosial Budaya Maritim Bagi Tatanan Berkehidupan Bersama”.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dosen yang telah membantu kami baik secara
moral maupun materi. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelas yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu yang
telah ditentukan.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para mahasiswa atau pembaca dan
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kebudayaan dan masyarakat di dunia, tidak terkecuali kebudayaan dan
masyarakat maritim, cepat atau lambat pasti mengalami dinamika atau perkembangan.
Dinamika tersebut meliputi wujud-wujud teknologi dan benda/karya, perilaku dan
kelembagaan, sistem-sistem budaya kognitif/mental, etos/sikap kepribadian. Menjadi
kenyataan pula bahwa biasanya dalam dinamika ada tradisi bertahan (continuety), ada
elemen-elemen dan tatanan inti (struktur elementer) bertahan, yang dalam banyak hal
justru ditopang oleh atau menopang proses dinamika itu sendiri. Proses dinamika dan
bertahannya tradisi akan mempengaruhi situasi dan kondisi sosial ekonomi serta
lingkungan sumberdaya alam dimanfaatkannya.
Dalam masyarakat maritim, termasuk di Indonesia, telah tumbuh berbagai sektor
dan subsektor ekonomi kemaritiman baru yang memunculkan segmen-segmen atau
kategori-kategori sosial seperti petambang, pekerja industri, pengelola dan karyawan
wisata, marinir,akademisi/peneliti, birokrat, dan lain-lain. Tumbuh kembangnya
sektor-sektor ekonomi dan jasa dengan segmen-segmen masyarakat maritim tersebut
memerlukan dan diikuti dengan perkembangan dan perubahan-perubahan
kelembagaannya menjadi wadah dan regulasinya.
Rumusan Masalah
1. Apa ancaman dan konflik sumber daya hayati laut?
2. Apa saja kelangkaan dan kepunahan?
3. Bagaimana strategi kebijakan pelestarian dan pengelolaan?
4. Apa dialektika desentralisasi pengelolaan wilayah pesisir?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui ancaman dan konflik sumber daya hayati laut
2. Untuk mengetahui apa saja kelangkaan dan kepunahan
3. Untuk mengetahui kebijakan pelestarian dan pengelolaan
4. Untuk mengetahui dialektika desentralisasi pengelolaan wilayah pesisir
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dampak perubahan iklim pada ekosistem laut sedang menjadi pembahasan hangat
diatara peneliti bidang kelautan. Sebagian ahli menyatakan bahwa lautlah yang
menerima dampak pertama dari perubahan iklim global. Ancaman yang ditimbulkan
bisa terjadi dalam bentuk:
a. Perubahan susunan kimia air laut dalam bentuk asidifikasi air laut, sebagai akibat
dari hujan asam;
b. Meningkatnya suhu permukaan air laut sebagai akibat dari peningkatan suhu
atmosphere;
c. Peningkatan permukaan air laut (sea level) karena pemuaian air pada suhu yang
lebih tinggi dan mencairnya lapisan es di kutub
Meningkatnya suhu permukaan air laut terjadi secara global pada semua wilayah
permukaan laut di dunia, sampai ke wilayah kutub. Peningkatan suhu permukaan air
laut telah berdampak nyata pada pencairan sebagian islet atau bongkahan es di kutub.
Beberapa wilayah di dunia, mempunyai mekanisme lokal yang secara tidak langsung
berpengaruh dalam proses penetralan suhu permukaan air laut. Contoh yang paling
kuat ialah upwelling dan/atau percampuran antara air laut yang dingin dan hangat,
oleh pengaruh photo-thermal. Suhu permukaan air laut mengalami peningkatan secara
perlahan, namun tidak semua terumbu karang akan mengalami bleaching secara
bersamaan. Resiliensi, proses-proses lokal dan jenis spesies karang dominan akan
mempengaruhi terjadinya bleaching karena stress photo-thermal.
6
Selain terumbu karang, SST juga berpengaruh pada habitat lain di laut, terutama
jenis habitat yang menempati wilayah dekat pantai. Peningkatan suhu udara, diduga
akan menurunkan kemampuan pembentukan daun pada jenis tumbuhan bakau.
Habitat padang lamun akan mengalami peristiwa seagrass burning. Dampaknya, laju
metabolisme dan pertumbuhan lamun akan terhambat, dan mekanisme reproduksi
menurun. Sebaliknya, pertumbuhan alga kompetitor (pesaing) lamun akan meningkat
dan merubah komposisi habitat, dari lamun menjadi habitat yang didominasi oleh
alga.
8
Beberapa jenis kapal harus berlabuh dan melemparkan jangkar di luar pelabuhan.
Secara fisik, dia bisa merubah struktur dasar perairan di sekitar pelabuhan.
5. Penangkapan berlebih
Penangkapan berlebih bisa terjadi dalam beberapa bentuk – growth over fishing,
recruitment over-fishing dan ecological over-fishing. Growth over-fishing terlihat dari
gejala ukuran ikan hasil tangkap yang semakin kecil. Ecological over-fishing
menyebabkan perubahan susunan rakitan spesies yang selanjutnya berdampak pada
tidak seimbangnya struktur ekosistem. Recruitment overfishing dicirikan dari
menghilangnya individu baru secara mendadak sebagai dampak dari pengurasan
induk potensial. Ketiga jenis penangkapan berlebih ini tentu saja merupakan ancaman
bagi sumber daya dan keragaman hayati laut.
11
C.Strategi Kebijakan dan Pengelolaan
Wilayah laut yang luas dengan potensi sumberdaya yang menjanjikan,dan banyaknya
masyarakat nelayan yang terlibat, menempatkan perikanan menjadi bidang dengan prospek
yang menantang untuk dikembangkan secara lebih proposional.Pembangunan perikanan
termasuk budidaya laut perlu ditingkatkan,baik sarana, prasarana, maupun sumberdaya
manusianya sehingga potensi biota laut dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan tetap
memperhatikan Kelestarian daya dukungnya.Pembangunan perikanan juga ditujukan untuk
terwujudnya industri perikanan yang mandiri didukung oleh usaha yang mantap dalam
pengelolaan, penangkapan,budidaya laut, pengolahan dan pemasaran hasilnya sesuai dengan
potensi lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup nelayan. Pembangunan perikanan laut
bertujuan untuk dapat memanfaatkan sumber daya secara optimal tanpa mengganggu
kelestariannya serta diharapkan dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat nelayan
melalui tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak pendapatan
dan devisa dari ekspor produknya. Dengan demikian diharapkan pemanfaatan sumber daya
hayati laut akan membuka kesempatan kerja dan bidang usaha baru.Pemanfaatan sumber
daya laut senantiasa didasarkan pada strategi berkelanjutan (sustainable), dimana
pemanfaatan harus memperhatikan aspek pelestarian. Upaya pelestarian dimaksudkan untuk
mengatur pemanfaatan sumber daya laut dengan tetap memperhatikan daya dukungnya secara
optimal. Untuk itu perlu dilakukan pengusahaan yang tepat yang berorientasi pada potensi
lestari sumber kekayaan laut guna mencegah eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan.
Untuk maksud tersebut, informasi yang berkaitan dengan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (JTB) dan potensi (MSY) mempunyai peran penting dalam perencanaan
pembangunan perikanan. Jumlah kapal ikan yang boleh beroperai di suatu perairan harus
dihubungkan dengan keberadaan nilai JTB dan potensinya (DAHURI et al., 1996). Jumlah
JTB adalah sekitar 70-90% dari total potensinya sesuai dengan kemampuan reproduksi jenis
yang ditangkap. Untuk beberapa jenis yang kemampuan reproduksinya rendah, seperti ikan
kerapu dll., maka nilai JTB nya akan lebih rendah daripada angka tersebut. Pembangunan
disektor kelautan terutama dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya
hayati laut sampai saat ini masih berorientasi pada peningkatan produksi hasil dari eksploitasi
potensi sumber daya perikanan laut maupun budidaya untuk mengejar target pertumbuhan
sektoral. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut selama ini kurang memperhatikan
peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
12
Eksploitasi itu tidak memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat pesisir (nelayan dan
petani ikan kecil) serta kurang menyediakan lapangan kerja baru yang sangat penting dalam
mengurangi problem pengangguran, apalagi bagi penerimaan negara. Masyarakat nelayan
masih tergolong masyarakat miskin yang bermukim di desa- desa pesisir.Masalah yang
dihadapi adalah pengetahuan nelayan yang masih rendah, kurangnya prasarana sosial, serta
belum adanya alternatif mata pencaharian nelayan pada saat paceklik.Hal demikian
merupakan tantangan untuk meningkatkan harkat dan taraf hidup masyarakat nelayan sebagai
bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Dalam upaya meningkatkan harkat dan taraf
hidup masyarakat nelayan dan desa-desa pesisir, beberapa hal perlu dilakukan, antara lain :
a) mendorong usah peningkatan hasil tangkap nelayan kecil melalui penyediaan wilayah
penangkapan yang bebas dari persaingan dengan kapal penangkap ikan berteknologi canggih,
b) meningkatkan produksi usaha nelayan kecil dan membina industri kecil pengolahan hasil
laut,
Budidaya laut yang masih terbuka peluang pengembangannya, merupakan kegiatan yang
akan melestarikan sumber daya berbagai komoditas perikanan ekonomis penting dan
menjamin keberlangsungan. produksinya, juga membuka peluang angkatan kerja bagi
masyarakat (khususnya nelayan) maupun bidang usaha. Komoditas penting perikanan bisa
sebagai bahan pangan maupun bahan dasar (raw material) suatu industri. Kita tidak bisa
mengandalkan sumber daya alam secara terus menerus, karena stok alam adalah terbatas.
Rekayasa budidaya laut adalah tumpuan kedepan, untuk bisa diwujudkan secepat mungkin.
Produksinya, juga membuka peluang angkatan kerja bagi masyarakat (khususnya nelayan)
maupun bidang usaha. Komoditas penting perikanan bisa sebagai bahan pangan maupun
bahan dasar (raw material) suatu industri. Kita tidak bisa mengandalkan sumber daya alam
secara terus menerus, karena stok alam adalah terbatas. Rekayasa budidaya laut adalah
tumpuan kedepan, untuk bisa diwujudkan secepat mungkin.
13
C. Dialektika Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Pesisir
14
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Sumber daya hayati (habitat dan spesies) di laut mengalami ancaman serius
oleh berbagai aktifitas manusia di darat.Ada ancaman secara langsung dan ada juga
ancaman secara tidak langsung,yang akhirnya berpengaruh pada penurunan sumber
daya hayati. Keberadaan flora dan fauna terancam akibat fragmentasi habitat,
pemanfaatan berlebihan, perburuan dan perdagangan ilegal. Ancaman terhadap
kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia menggugah pemerintah untuk
melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
secara lestari, selaras, serasi dan seimbang untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia
pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. Wilayah laut yang luas dengan
potensi sumberdaya yang menjanjikan,dan banyaknya masyarakat nelayan yang
terlibat, menempatkan perikanan menjadi bidang dengan prospek yang menantang
untuk dikembangkan secara lebih proposional.Pembangunan perikanan termasuk
budidaya laut perlu ditingkatkan,baik sarana, prasarana, maupun sumberdaya
manusianya sehingga potensi biota laut dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan
tetap memperhatikan Kelestarian daya dukungnya. Perkembangan pengelolaan
wilayah laut dimulai pada saat diadakannya United Nations Conference on
Environment and Development (UNCED) pada tahun 1992. UNCED menghasilkan
Deklarasi Rio (Rio Declaration) berisi tentang prinsip-prinsip pengaturan serta
pengelolaan wilayah laut modern, dimana diakui adanya pendekatan baru yang
mengedepankan prinsip keterpaduan (integrated) dan keberlangsungan (sustainability)
dalam pengelolaan wilayah laut.
B.SARAN
Dalam pembuatan makalah ini,tentunya masih ada kekurangan yang terdapat
didalamnya.
Kami berharap kritik dan saran membangun yang diberikan dapat kami jadikan acuan
untuk perubahan yang lebih baik kedepannya.Adapun saran dari factor luar,mungkin
ada baiknya semakin banyak referensi atau bahan bacaan maupun kajian yang dapa
diterbitkan dan dipublikasikan agar dapat mempermudah dalam mencari sumber-
sumber bacaan yang terpercaya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16