Pengadaan Portable Data Terminal merk Intermec type CS 40 pada PT POS Indonesia (Persero) – PUTUSAN Nomor 213
PK/PID.SUS/2018
Nomor Perkara : 213 PK/PID.SUS/2018
Terdakwa : Ir. Muhajirin, Manajer Pengujian di Direktorat Teknologi dan Jasa Keuangan di Kantor Pusat PT Pos Indonesia
(Persero) Bandung.
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU
No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU
No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Putusan Nomor 213/PK/PID.SUS/2018 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada kegiatan pengadaan Portable Data
Terminal (PDT) oleh PT Pos Persero. Ir. Muhajirin (Terdakwa), Manager Pengujian di Direktorat Teknologi dan Jasa Keuangan
(Dirtekjaskug) ditunjuk sebagai penanggungjawab Satgas Pemeriksa Barang/Pekerjaan Pengadaan PDT -2013 dan diangkat sebagai
Sekretaris Tim Penilai Teknis Peserta Tender pada Pengadaan PDT-2013.
Bahwa dalam pelaksanaannya Terdakwa bersama rekan lainnya telah melakukan atau turut serta secara melawan hukum
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
dengan melakukan tindakan yang menyimpang.
Proses pelelangan untuk pengadaan PDT, Terdakwa beserta tim penilai teknis lainnya telah secara sengaja memenangkan PT
Datindo Infonet Prima padahal Terdakwa telah mengetahui terdapat ketidaksesuaian spesifikasi teknis pada barang yang ditawarkan
oleh PT Datindo Infonet Prima dengan spesifikasi yang dipersyaratkan oleh PT Pos Indonesia.
Selain itu, dalam pelaksanaannya terjadi keterlambatan penyerahan barang oleh Penyedia Barang dikarenakan terdapat permasalahan
terkait ijin impor. Meskipun demikian, Terdakwa tetap membuat Berita Acara Pemeriksaan Barang tanpa melakukan serah terima
barang terlebih dahulu. Atas perbuatannya, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Subsidair).
Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim
Terdakwa telah melakukan atau turut serta yaitu secara Terdakwa beserta tim penilai teknis lainnya telah Terdakwa selaku Manager Pengujian di Direktorat
melawan hukum telah memperkaya diri sendiri atau dengan sengaja memenangkan PT Datindo Teknologi dan Jasa Keuangan pada Kantor Pusat
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan Infonet Prima meskipun terdapat ketidaksesuaian PT Pos Indonesia (Persero) Bandung telah
keuangan negara atau perekonomian negara, yang spesifikasi teknis antara barang yang disupply melakukan perbuatan secara tidak benar atau tidak
dilakukan dengan cara: dengan rencana. sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sebagai
Bahwa ada gagasan untuk Pengadaan Portable (Melanggar Pasal 2 ayat (1) huruf e PerMen penanggungjawab Satgas Pemeriksa
Data Terminal (PDT) oleh Direktorat Surat dan BUMN No PER-05/MBU/2008 ttg Pengadaan Barang/Pekerjaan Pengadaan PDT -2013 Terdakwa
Paket. Dikarenakan keuangan untuk pengadaan Barang dan Jasa BUMN dan Pasal 4 huruf (5) telah menyimpang dari yang seharusnya dilakukan.
PDT belum dianggarkan, Direktorat Teknologi dan Keputusan Direksi PT Pos Indonesia No
Jasa Keuangan (“Dirtekjaskug”) mengajukan KD.41/DIRUT/0512 ttg Pedoman Pengadaan Terdakwa tidak melakukan pemeriksaan terhadap
permintaan relokasi anggaran RKAP 2012 di Sub Barang dan Jasa3). barang-barang pengadaan yang diterimanya dan
Direktorat Teknologi untuk pengadaan PDT yang tidak sesuai baik spek maupun unjuk kerjanya
kemudian disetujui pada Rapat Direksi tanggal 16 Terdakwa tidak melakukan pemeriksaan barang- dalam uji fungsi serta belum diterima 100%, namun
Oktober 2012. barang pengadaan yang diterimanya yang mana telah dilakukan pembayaran yang seharusnya tidak
barang-barang tersebut tidak sesuai dengan boleh dilakukan.
Pada 4 Oktober 2012, tanpa ditetapkan di RKAP spesifikasi yang direncanakan. Terdakwa
Dirtekjaskug memerintahkan VP Pengadaan Barang membuat Berita Acara Pemeriksaan Barang yang
dan Jasa (“VP PBJ”) untuk segera melakukan tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
pelelangan pengadaan PDT dengan HPS tersebut. (Melanggar Pasal 2 ayat (1) huruf f Permen
Perintah tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh VP BUMN No PER-05/MBU/20084 dan Pasal 16
PBJ dengan melakukan pelelangan sesuai prosedur. angka 3 huruf (a) Kepdir PT Pos Indonesia No
KD.41/DIRUT/05125)
Pada Pelelangan I, ada 3 perusahaan yang
dinyatakan lulus Evaluasi Teknis. Namun
dikarenakan hal tersebut tidak memenuhi
ketentuan pada pasal 36 KD.41/DIRUT/0512
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa PT
Pos Indonesia1 maka pelelangan dinyatakan gagal.
2
Pasal 4 Perjanjian Kerja Pengadaan PDT: Jangka waktu pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan sebagaimana disebutkan pada Pasal 2 perjanjian ini adalah 75 (tujuh puluh
lima) hari kalender sejak dimulai pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK) tanggal 20 Mei 2013 Nomor: SPK.526/DIRUT/0513, PIHAK KEDUA
harus menyelesaikan 100% seluruh pekerjaan dan melakukan serah terima pekerjaan selambat-lambatnya tanggal 2 Agustus 2013.
5
“Pemeriksa Barang/Jasa mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut: Memeriksa barang/jasa yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa dengan
mencocokkan/ membandingkan antara yang seharusnya menurut kontrak/Kerangka Acuan Kerja/Spesifikasi Barang/Jasa dengan kenyataan di lapangan/hasil pekerjaan”
4
“Pengadaan Barang dan Jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: akuntabel, berarti harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari
potensi penyalahgunaan dan penyimpangan”
3
Pasal 4 huruf (5): “Pengadaan Barang dan Jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip adil dan wajar, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia
Barang yang memenuhi syarat”
ketidaksesuaian spesifikasi barang sehingga barang
tidak bisa menjalankan fungsi dengan maksimal.
Meski demikian, Terdakwa tetap membuat Berita
Acara Pemeriksaan tertanggal 30 Juli 2013, yang mana
tidak sesuai dengan fakta. Terdakwa mengetahui pada
saat ditandatanganinya Berita Acara Pemeriksaan
Barang tersebut tidak disertai dengan penyerahan
barang.
2. Pengadaan mobile crane kapasitas 25 dan 65 Ton untuk keperluan cabang Pelabuhan PT. Pelindo II - PUTUSAN Nomor 2605
K/Pid.Sus/2017
Nomor Perkara : 2605K/Pid.Sus/2017
Pengadilan :
Terdakwa : Haryadi Budi Kuncoro sebagai Senior Manager Peralatan di PT Pelindo II
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Subsidair).
Putusan Nomor 2605K/Pid.Sus/2017 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada kegiatan pengadaan mobile crane
dengan kapasitas 25 dan 65 ton yang diperuntukkan bagi keperluan cabang Pelabuhan PT Pelindo II.
Terdakwa selaku Senior Manager Peralatan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) bersama-sama dengan Direktur Operasi dan Teknik
telah melakukan, turut serta melakukan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan secara melawan hukum.
Bahwa Terdakwa berperan dalam meloloskan PT GNCE padahal PT GNCE sebagai peserta lelang saat itu tidak memenuhi
persyaratan administrasi, teknis, maupun keuangan.
Dalam proses pengadaan mobile crane tersebut Terdakwa juga tidak menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan menyimpang
dari aturan-aturan yang berlaku. Terdakwa juga mengesampingkan hasil kajian yang pada pokoknya dinyatakan bahwa saat itu tidak
ada cabang pelabuhan yang memerlukan mobile crane.
Atas perbuatannya bersama-sama dengan rekannya yang lain, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan
diancam pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair).
Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim
Terdakwa selaku Senior Manager Peralatan PT Memasukkan kegiatan pengadaan yang Bahwa Terdakwa termasuk sebagai pengguna
Pelabuhan Indonesia II (Persero) bersama-sama sebenarnya tidak dibutuhkan. barang/jasa dalam pengadaan mobile crane
dengan Direktur Operasi dan Teknik telah melakukan, (Melanggar ketentuan Pasal 3 huruf d Keputusan sebagaimana Keputusan Direksi PT Pelindo II.
turut serta melakukan secara melawan hukum Menteri BUMN No KEP-117/M-MBU/2002
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu tentang Penerapan Praktek Good Corporate Bahwa Terdakwa tetap memasukkan investasi
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau Governance pada BUMN, Pasal 2 ayat (1) mobile crnae ke dalam daftar RKAP walaupun
perekonomian negara yang dilakukan dengan cara: Peraturan Menteri BUMN No semua Cabang Pelindo II tidak membutuhkannya.
Terdakwa diperintahkan untuk membuat kajian PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum
investasi dan menghitung harga satuan mobile crane Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Bahwa Tedakwa secara melawan hukum telah
dalam kegiatan pengadaan mobile crane kapasitas 25 BUMN, BAB V Pasal 6 ayat (3) SK Direksi PT meloloskan PT GNCE selaku penyedia barang,
dan 65 ton untuk keperluan cabang pelabuhan PT Pelindo II No HK.56/3/10/P.I.II-7 tentang meskipun PT GNCE tidak memenuhi persyaratan
Pelindo. Pedoman Investasi, Pasal 3 ayat (1) SK Direksi administrasi, teknis dan keuangan.
PT Pelindo II No HK.56/5/10/P.I.II-09 tentang
Dalam melaksanakan tugasnya, Terdakwa Ketentuan Pokok dan tata cara pengadaan Bahwa perbuatan Terdakwa yang melawan hukum
memerintahkan SALEH dan MASHUDI untuk barang dan jasa di lingkungan PT Pelindo II dan telah mengakibatkan kerugian keuangan Negara
membuat kajian investasi mobile crane, dimana saat itu Huruf (f) poin (ff) Petunjuk Teknis Penyusunan sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK.
Terdakwa memberikan brosur mobile crane dengan RKAP dan KPI Tahun 2011).
merk Harbin Construction Machinery (HCM). Bahwa Bahwa tindakan Terdakwa merupakan tindak
dari hasil kajian, hampir semua cabang Pelabuhan PT Mengusulkan pengurangan mengenai RKS pidana korupsi yang memenuhi unsur-unsur Pasal 3
Pelindo II tidak membutuhkan mobile crane. Terhadap Administrasi. UU TIPIKOR.
hasil kajian tersebut, MASHUDI diminta untuk (Melanggar ketentuan Pasal 3 Keputusan
melaporkan langsung ke Dirut. Menteri BUMN No KEP-117/M-MBU/2002
tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Terdakwa memerintahkan seseorang untuk Governance pada BUMN, Pasal 14 Peraturan
memasukkan Investasi mobile crane kedalam daftar Menteri BUMN No PER-05/MBU/2008 tentang
tambahan usulan RKAP tanpa dilampiri Hasil Kajian Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan
Investasi. Barang dan Jasa BUMN dan SK Direksi PT
Pelindo II No HK.56/5/10/P.I.II-09 tentang
Bahwa meskipun tidak ada cabang yang Ketentuan Pokok dan tata cara pengadaan
membutuhkan dan tidak pernah mengusulkan, barang dan jasa di lingkungan PT Pelindo II).
pengadaan mobile crane tersebut tetap dimasukkan
dalam RKAP PT Pelindo II 2011 dengan total Memerintahkan untuk meloloskan PT GNCE
anggaran Rp58.922.500.000 yang diperuntukkan bagi yang tidak memenuhi syarat.
cabang Pelabuhan Panjang, Palembang, Pontianak, (Melanggar ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf c
Bengkulu, Teluk Bayur, Banten, Cirebon dan Jambi. Peraturan Menteri BUMN No
Saat rapat penyusunan RKS, Terdakwa mengarahkan PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum
MASHUDI untuk mempergunakan spesifikasi mobile Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
crane sebagaimana diproduksi oleh HCM dan dalam BUMN, Pasal 12 ayat (1) huruf b dan Pasal 26
penyusunan RAB didasarkan pada penawaran 3 ayat (7) huruf b dan SK Direksi PT Pelindo II No
perusahaan yang sudah mengirimkan surat penawaran HK.56/5/10/P.I.II-09 tentang Ketentuan Pokok
kepada Terdakwa. dan tata cara pengadaan barang dan jasa di
lingkungan PT Pelindo II dan RKS Pelelangan
Bahwa selanjutnya disusun draft RKS dan RAB, ulang beserta perubahannya).
dimana RAB disusun dengan mendekati harga yang
ditawarkan oleh PT Narishi Century International
(NCI).
Setelah ditandatangani oleh pihak cabang pelabuhan,
dokumen RKS Teknis, SPPP/SP2B dan RAB/OE
digunakan menjadi RKS Pelelangan.
3. Pengadaan Flame Tube PLTGU DG 10530 GT-12 PT PLN (Persero) KITSBU Sektor Pembangkitan Belawan TA 2007 –
PUTUSAN Nomor 1762K/PID.SUS/2014
Nomor Perkara : 1762 K/PID.SUS/2014
Terdakwa : Ir. Robert Manyuzar, MBA selaku Ketua Panitia Pengadaan Flame Tube PLTGU GT-12
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU
No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU
No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair) atau Pasal 9 UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Lebih Subsidair).
Putusan Nomor 1762K/PID.SUS/2014 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada pengadaan flame tube PLTGU DG
10530 GT-12 oleh PT PLN (Persero) KITSBU Sektor Pembangkitan Belawan TA 2007.
Terdakwa sebagai Ketua Panitia Pengadaan Barang Jasa TA 2007 PT PLN pada tanggal 2 Januari 2007. telah melakukan, turut serta
melakukan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara yang dilakukan secara melawan hukum.
Bahwa Terdakwa tidak menjalankan tugasnya dengan baik dengan melakukan tindakan yang bertentangan dengan Keputusan
Direksi PT PLN No 100.K/010/DIR/2004 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT PLN dan Keputusan Direksi
No 200.K/010/DIR/2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan PT PLN.
Atas perbuatannya bersama-sama dengan rekannya yang lain, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan
diancam pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair).
Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim
Terdakwa ditunjuk sebagai Ketua Panitia Pengadaan Terdakwa selaku Ketua Panitia Pengadaan tidak
Barang Jasa TA 2007 PT PLN pada tanggal 2 Januari secara tegas menjelaskan spesifikasi barang yang
2007. diadakan saat Aanwijzing.
Selaku Ketua Panitia Terdakwa mengeluarkan Terdakwa tidak melakukan analisis dan survey
dokumen Prakualifikasi pelelangan umum dan barang pabrikan secara langsung mengenai
dilanjutkan dengan Pengumuman Pelelangan spesifikasi dan ketersediaan barang yang akan
melalui Portal e-procurement sebelum memiliki dan diadakan.
menyusun HPS.
Terdakwa tidak melibatkan anggota lain dan
Pada 27 Maret 2007, Terdakwa mengajukan hanya mengacu pada RAB saat membuat HPS.
permintaan informasi harga material dengan
spesifikasi Flame Tube DG 10530 kepada PT (Melanggar BAB 3 Pasal 3.1 ayat 3.1.2 butir
SIEMENS INDONESIA. Kemudian PT SIEMENS 3.1.2.2, Ayat 3.1.5 butir 3.1.5.1 dan butir 3.1.5.2
INDONESIA mengirimkan informasi harga atas Keputusan Direksi PT PLN No
barang tersebut. 100.K/010/DIR/2004 tentang Pedoman
Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT PLN
Bahwa kemudian Terdakwa menyusun HPS dan dan BAB 3 Pasal 3.1 ayat 3.1.5 butir 3.1.5.1
membuat Berita Acara HPS hanya berdasarkan huruf c angka 3 Keputusan Direksi No
referensi faksimilie PT SIEMENS INDONESIA. 200.K/010/DIR/2004 tentang Penjelasan
Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
Terdakwa selaku Ketua Panitia saat dilakukan PT PLN).
Aanwijzing tidak menjelaskan secara tegas spesifikasi
barang.
Putusan Nomor 417K/PID.SUS/2014 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada pengadaan sewa pesawat Boeing
737-400 dan Boeing 737-500 oleh PT Merpati Nusantara Airline (PT MNA).
Terdakwa selaku Direktur Utama PT MNA berencana untuk melakukan penambahan 2 (dua) unit pesawat Boeing 737 Family.
Rencana tersebut ditindaklanjuti dengan Melangsungkan proses pengadaan sebelum dicantumkan dalam RKAP dan tanpa
melaporkan atau mengajukan perubahan atau persetujuan kembali kepada RUPS.
Bahwa Terdakwa juga melakukan tindakan-tindakan lainnya yang bertentangan dengan Undang-Undang No 19/2003 tentang BUMN
jo. Pasal 35 ayat (1), (2) dan (3) PP No 45/2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, Surat
Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.116/kmk.01/1991 dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep- 101/MBU/2002 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara.
Atas perbuatannya bersama-sama dengan rekannya yang lain, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan
diancam pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair).
6
Terdakwa selaku Direktur Utama wajib menyampaikan Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan.
7
Dalam melaksanakan tugasnya anggota direksi harus memenuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip
profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran.
Bahwa kemudian terdapat perusahaan yang
mengajukan proposal untuk pengadaan sewa pesawat,
yaitu Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG)
TONY SUDJIARTO tetap membuat kesepakatan
dengan TALG melalui kesepakatan back to back yang
maksudnya adalah TALG bersedia membeli kedua
pesawat tersebut dari Lehman Brothers dengan syarat
PT. MNA berjanji akan menyewa pesawat dari TALG,
dan sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut,
maka pada tanggal 17 Desember 2006, TONY
SUDJIARTO menerima tembusan Surat melalui faks
yang dikirim oleh ALANMESNER (TALG) kepada
Hume & Associates tertanggal 15 Desember 2006,
yang isinya surat adalah menunjuk Hume & Associates
P.C untuk menerima Security Deposite dari Merpati
sekitar tanggal 17, 18 Desember 2006 dan selanjutnya
diberikan kuasa untuk mendistribusikan dana tersebut
secara langsung kepada Bristol sebagai uang jaminan
pembelian pesawat.
9
menyatakan persiapan dan kegiatan tender dalam rangka pelaksanaan investasi dapat dilaksanakan pada tahap Pra Proyek dan menjadi tanggung jawab Direktur terkait bila
estimasi biaya sudah final, namun untuk penetapan pemenang tender hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Komite Investasi.
Bahwa pada tanggal 8 April 2014 Terdakwa
memerintahkan kepada Panitia Lelang, yaitu Saksi
Dody Jatnika dan Saksi Dicky Irawan, untuk
melaksanakan pengumuman lelang pekerjaan MPPT
Blok ADK dengan perintah menggunakan metoda
pelelangan terbatas dan tidak diumumkan melalui
media cetak.