Anda di halaman 1dari 17

1.

Pengadaan Portable Data Terminal merk Intermec type CS 40 pada PT POS Indonesia (Persero) – PUTUSAN Nomor 213
PK/PID.SUS/2018
Nomor Perkara : 213 PK/PID.SUS/2018
Terdakwa : Ir. Muhajirin, Manajer Pengujian di Direktorat Teknologi dan Jasa Keuangan di Kantor Pusat PT Pos Indonesia
(Persero) Bandung.
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU
No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU
No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

 Putusan Nomor 213/PK/PID.SUS/2018 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada kegiatan pengadaan Portable Data
Terminal (PDT) oleh PT Pos Persero. Ir. Muhajirin (Terdakwa), Manager Pengujian di Direktorat Teknologi dan Jasa Keuangan
(Dirtekjaskug) ditunjuk sebagai penanggungjawab Satgas Pemeriksa Barang/Pekerjaan Pengadaan PDT -2013 dan diangkat sebagai
Sekretaris Tim Penilai Teknis Peserta Tender pada Pengadaan PDT-2013.
 Bahwa dalam pelaksanaannya Terdakwa bersama rekan lainnya telah melakukan atau turut serta secara melawan hukum
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
dengan melakukan tindakan yang menyimpang.
 Proses pelelangan untuk pengadaan PDT, Terdakwa beserta tim penilai teknis lainnya telah secara sengaja memenangkan PT
Datindo Infonet Prima padahal Terdakwa telah mengetahui terdapat ketidaksesuaian spesifikasi teknis pada barang yang ditawarkan
oleh PT Datindo Infonet Prima dengan spesifikasi yang dipersyaratkan oleh PT Pos Indonesia.
 Selain itu, dalam pelaksanaannya terjadi keterlambatan penyerahan barang oleh Penyedia Barang dikarenakan terdapat permasalahan
terkait ijin impor. Meskipun demikian, Terdakwa tetap membuat Berita Acara Pemeriksaan Barang tanpa melakukan serah terima
barang terlebih dahulu. Atas perbuatannya, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Subsidair).
Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim
Terdakwa telah melakukan atau turut serta yaitu secara Terdakwa beserta tim penilai teknis lainnya telah Terdakwa selaku Manager Pengujian di Direktorat
melawan hukum telah memperkaya diri sendiri atau dengan sengaja memenangkan PT Datindo Teknologi dan Jasa Keuangan pada Kantor Pusat
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan Infonet Prima meskipun terdapat ketidaksesuaian PT Pos Indonesia (Persero) Bandung telah
keuangan negara atau perekonomian negara, yang spesifikasi teknis antara barang yang disupply melakukan perbuatan secara tidak benar atau tidak
dilakukan dengan cara: dengan rencana. sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sebagai
Bahwa ada gagasan untuk Pengadaan Portable (Melanggar Pasal 2 ayat (1) huruf e PerMen penanggungjawab Satgas Pemeriksa
Data Terminal (PDT) oleh Direktorat Surat dan BUMN No PER-05/MBU/2008 ttg Pengadaan Barang/Pekerjaan Pengadaan PDT -2013 Terdakwa
Paket. Dikarenakan keuangan untuk pengadaan Barang dan Jasa BUMN dan Pasal 4 huruf (5) telah menyimpang dari yang seharusnya dilakukan.
PDT belum dianggarkan, Direktorat Teknologi dan Keputusan Direksi PT Pos Indonesia No
Jasa Keuangan (“Dirtekjaskug”) mengajukan KD.41/DIRUT/0512 ttg Pedoman Pengadaan Terdakwa tidak melakukan pemeriksaan terhadap
permintaan relokasi anggaran RKAP 2012 di Sub Barang dan Jasa3). barang-barang pengadaan yang diterimanya dan
Direktorat Teknologi untuk pengadaan PDT yang tidak sesuai baik spek maupun unjuk kerjanya
kemudian disetujui pada Rapat Direksi tanggal 16 Terdakwa tidak melakukan pemeriksaan barang- dalam uji fungsi serta belum diterima 100%, namun
Oktober 2012. barang pengadaan yang diterimanya yang mana telah dilakukan pembayaran yang seharusnya tidak
barang-barang tersebut tidak sesuai dengan boleh dilakukan.
Pada 4 Oktober 2012, tanpa ditetapkan di RKAP spesifikasi yang direncanakan. Terdakwa
Dirtekjaskug memerintahkan VP Pengadaan Barang membuat Berita Acara Pemeriksaan Barang yang
dan Jasa (“VP PBJ”) untuk segera melakukan tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
pelelangan pengadaan PDT dengan HPS tersebut. (Melanggar Pasal 2 ayat (1) huruf f Permen
Perintah tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh VP BUMN No PER-05/MBU/20084 dan Pasal 16
PBJ dengan melakukan pelelangan sesuai prosedur. angka 3 huruf (a) Kepdir PT Pos Indonesia No
KD.41/DIRUT/05125)
Pada Pelelangan I, ada 3 perusahaan yang
dinyatakan lulus Evaluasi Teknis. Namun
dikarenakan hal tersebut tidak memenuhi
ketentuan pada pasal 36 KD.41/DIRUT/0512
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa PT
Pos Indonesia1 maka pelelangan dinyatakan gagal.

Bahwa selanjutnya diadakan Pelelangan II yang


mana berdasarkan hasil e-auction diperoleh harga
terendah yaitu dari PT Astra Graphia DS. Namun
ternyata sertifikat (ijin) alat dan perangkat
telekomunikasi yang ditawarkan kepada PT Pos
Indonesia masih dalam proses pengurusan dan
tidak dapat dipastikan kapan akan selesai, sehingga
Pelelangan II dinyatakan batal demi hukum.
1
Pasal 36 mensyaratkan harus minimal 5 (lima) peserta yang LULUS Evaluasi Teknis.
Bahwa kemudian dilakukan pelelangan III. Pada
proses pelelangan III, Terdakwa diangkat sebagai
Sekretaris Tim Penilai Teknis Peserta Tender pada
Pengadaan PDT-2013 dan ditunjuk sebagai
Penanggungjawab Satgas Pemeriksa
Barang/Pekerjaan Pengadaan PDT-2013. Di
pelelangan III, Dari 6 peserta hanya 4 peserta yang
memasukkan penawaran dan setelah dilakukan
Evaluasi Teknis oleh Div IT dinyatakan bahwa
terdapat 3 peserta yang lulus. Pada saat dilakukan
pengecekan sertifikat, berdasarkan hasil uji teknis
dibandingkan dengan sertifikat dari
Kemenkominfo terdapat perbedaan merk. Perihal
tersebut selanjutnya dikonfirmasi dengan principal
Intermec Technologi Corp bahwa keduanya adalah
sama sehingga lelang dilanjutkan. Namun saat
dilakukan e-auction, hanya ada satu perusahaan
yang hadir sehingga lelang dinyatakan gagal.

Pada 19 Maret 2013 diadakan Pelelangan IV dan


mengundang 6 peserta yang lulus evaluasi teknis
pada Pelelangan III, namun kemudian hanya 2
peserta yang memasukkan penawaran. Setelah
dilakukan e-auction, penawar terendah adalah PT
Datindo Infonet Prima.
Bahwa pada saat penetapan PT Datindo Infonet Prima
sebagai pelaksana pengadaan PDT-2013, dalam RKAP
PT Pos Indonesia, Pengadaan PDT-2013 tidak
dianggarkan pada Direktorat Teknologi Jasa Keuangan
melainkan dianggarkan pada Direktorat Surat & Paket
Divisi Kolekting & Antaran.

Bahwa Terdakwa beserta tim penilai teknis lainnya


teah secara sengaja memenangkan PT Datindo Infonet
Prima padahal Terdakwa telah mengetahui terdapat
ketidaksesuaian spesifikasi teknis pada barang yang
ditawarkan oleh PT Datindo Infonet Prima dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan oleh PT Pos Indonesia.

Bahwa kemudian PT Pos Indonesia dan PT Datindo


Infonet Prima menandatangani Perjanjian Kerja yang
salah satunya mengatur mengenai Jangka Waktu
Pelaksanaan.2

Bahwa dalam pelaksanaannya PT Datindo Infonet


Prima membeli barang dari importir dan terdapat
masalah terkait sertifikat barang yang menyebabkan
barang tersebut tidak diijinkan masuk ke Indonesia.
Atas dasar tersebut, perlu dilakukan pengajuan
permohonan sertifikat kembali yang kemudian
berdampak pada keterlambatan pengiriman
keseluruhan barang.
Bahwa pengadaan PDT-2013 telah menyimpang dari
kontrak, penyerahan barang yang seharusnya
diselesaikan paling lambat tanggal 2 Agustus 2013
baru bisa diselesaikan pada 21 November 2013.

Selain keterlambatan penyerahan barang, instalasi dan


pengembangan aplikasi pada seluruh PDT juga tidak
terlaksana sesuai kontrak. Bahwa dari 1.725 unit PDT,
hanya 50 unit yang sudah terpakai tetapi tidak
berfungsi maksimal dan 1.675 unit lainnya tidak dapat
digunakan sama sekali.

Bahwa setelah dianalisis ternyata terdapat

2
Pasal 4 Perjanjian Kerja Pengadaan PDT: Jangka waktu pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan sebagaimana disebutkan pada Pasal 2 perjanjian ini adalah 75 (tujuh puluh
lima) hari kalender sejak dimulai pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK) tanggal 20 Mei 2013 Nomor: SPK.526/DIRUT/0513, PIHAK KEDUA
harus menyelesaikan 100% seluruh pekerjaan dan melakukan serah terima pekerjaan selambat-lambatnya tanggal 2 Agustus 2013.
5
“Pemeriksa Barang/Jasa mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut: Memeriksa barang/jasa yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa dengan
mencocokkan/ membandingkan antara yang seharusnya menurut kontrak/Kerangka Acuan Kerja/Spesifikasi Barang/Jasa dengan kenyataan di lapangan/hasil pekerjaan”
4
“Pengadaan Barang dan Jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: akuntabel, berarti harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari
potensi penyalahgunaan dan penyimpangan”
3
Pasal 4 huruf (5): “Pengadaan Barang dan Jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip adil dan wajar, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia
Barang yang memenuhi syarat”
ketidaksesuaian spesifikasi barang sehingga barang
tidak bisa menjalankan fungsi dengan maksimal.
Meski demikian, Terdakwa tetap membuat Berita
Acara Pemeriksaan tertanggal 30 Juli 2013, yang mana
tidak sesuai dengan fakta. Terdakwa mengetahui pada
saat ditandatanganinya Berita Acara Pemeriksaan
Barang tersebut tidak disertai dengan penyerahan
barang.
2. Pengadaan mobile crane kapasitas 25 dan 65 Ton untuk keperluan cabang Pelabuhan PT. Pelindo II - PUTUSAN Nomor 2605
K/Pid.Sus/2017
Nomor Perkara : 2605K/Pid.Sus/2017
Pengadilan :
Terdakwa : Haryadi Budi Kuncoro sebagai Senior Manager Peralatan di PT Pelindo II
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Subsidair).

 Putusan Nomor 2605K/Pid.Sus/2017 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada kegiatan pengadaan mobile crane
dengan kapasitas 25 dan 65 ton yang diperuntukkan bagi keperluan cabang Pelabuhan PT Pelindo II.
 Terdakwa selaku Senior Manager Peralatan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) bersama-sama dengan Direktur Operasi dan Teknik
telah melakukan, turut serta melakukan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan secara melawan hukum.
 Bahwa Terdakwa berperan dalam meloloskan PT GNCE padahal PT GNCE sebagai peserta lelang saat itu tidak memenuhi
persyaratan administrasi, teknis, maupun keuangan.
 Dalam proses pengadaan mobile crane tersebut Terdakwa juga tidak menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan menyimpang
dari aturan-aturan yang berlaku. Terdakwa juga mengesampingkan hasil kajian yang pada pokoknya dinyatakan bahwa saat itu tidak
ada cabang pelabuhan yang memerlukan mobile crane.
 Atas perbuatannya bersama-sama dengan rekannya yang lain, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan
diancam pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair).
Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim
Terdakwa selaku Senior Manager Peralatan PT Memasukkan kegiatan pengadaan yang Bahwa Terdakwa termasuk sebagai pengguna
Pelabuhan Indonesia II (Persero) bersama-sama sebenarnya tidak dibutuhkan. barang/jasa dalam pengadaan mobile crane
dengan Direktur Operasi dan Teknik telah melakukan, (Melanggar ketentuan Pasal 3 huruf d Keputusan sebagaimana Keputusan Direksi PT Pelindo II.
turut serta melakukan secara melawan hukum Menteri BUMN No KEP-117/M-MBU/2002
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu tentang Penerapan Praktek Good Corporate Bahwa Terdakwa tetap memasukkan investasi
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau Governance pada BUMN, Pasal 2 ayat (1) mobile crnae ke dalam daftar RKAP walaupun
perekonomian negara yang dilakukan dengan cara: Peraturan Menteri BUMN No semua Cabang Pelindo II tidak membutuhkannya.
Terdakwa diperintahkan untuk membuat kajian PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum
investasi dan menghitung harga satuan mobile crane Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Bahwa Tedakwa secara melawan hukum telah
dalam kegiatan pengadaan mobile crane kapasitas 25 BUMN, BAB V Pasal 6 ayat (3) SK Direksi PT meloloskan PT GNCE selaku penyedia barang,
dan 65 ton untuk keperluan cabang pelabuhan PT Pelindo II No HK.56/3/10/P.I.II-7 tentang meskipun PT GNCE tidak memenuhi persyaratan
Pelindo. Pedoman Investasi, Pasal 3 ayat (1) SK Direksi administrasi, teknis dan keuangan.
PT Pelindo II No HK.56/5/10/P.I.II-09 tentang
Dalam melaksanakan tugasnya, Terdakwa Ketentuan Pokok dan tata cara pengadaan Bahwa perbuatan Terdakwa yang melawan hukum
memerintahkan SALEH dan MASHUDI untuk barang dan jasa di lingkungan PT Pelindo II dan telah mengakibatkan kerugian keuangan Negara
membuat kajian investasi mobile crane, dimana saat itu Huruf (f) poin (ff) Petunjuk Teknis Penyusunan sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK.
Terdakwa memberikan brosur mobile crane dengan RKAP dan KPI Tahun 2011).
merk Harbin Construction Machinery (HCM). Bahwa Bahwa tindakan Terdakwa merupakan tindak
dari hasil kajian, hampir semua cabang Pelabuhan PT Mengusulkan pengurangan mengenai RKS pidana korupsi yang memenuhi unsur-unsur Pasal 3
Pelindo II tidak membutuhkan mobile crane. Terhadap Administrasi. UU TIPIKOR.
hasil kajian tersebut, MASHUDI diminta untuk (Melanggar ketentuan Pasal 3 Keputusan
melaporkan langsung ke Dirut. Menteri BUMN No KEP-117/M-MBU/2002
tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Terdakwa memerintahkan seseorang untuk Governance pada BUMN, Pasal 14 Peraturan
memasukkan Investasi mobile crane kedalam daftar Menteri BUMN No PER-05/MBU/2008 tentang
tambahan usulan RKAP tanpa dilampiri Hasil Kajian Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan
Investasi. Barang dan Jasa BUMN dan SK Direksi PT
Pelindo II No HK.56/5/10/P.I.II-09 tentang
Bahwa meskipun tidak ada cabang yang Ketentuan Pokok dan tata cara pengadaan
membutuhkan dan tidak pernah mengusulkan, barang dan jasa di lingkungan PT Pelindo II).
pengadaan mobile crane tersebut tetap dimasukkan
dalam RKAP PT Pelindo II 2011 dengan total Memerintahkan untuk meloloskan PT GNCE
anggaran Rp58.922.500.000 yang diperuntukkan bagi yang tidak memenuhi syarat.
cabang Pelabuhan Panjang, Palembang, Pontianak, (Melanggar ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf c
Bengkulu, Teluk Bayur, Banten, Cirebon dan Jambi. Peraturan Menteri BUMN No
Saat rapat penyusunan RKS, Terdakwa mengarahkan PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum
MASHUDI untuk mempergunakan spesifikasi mobile Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
crane sebagaimana diproduksi oleh HCM dan dalam BUMN, Pasal 12 ayat (1) huruf b dan Pasal 26
penyusunan RAB didasarkan pada penawaran 3 ayat (7) huruf b dan SK Direksi PT Pelindo II No
perusahaan yang sudah mengirimkan surat penawaran HK.56/5/10/P.I.II-09 tentang Ketentuan Pokok
kepada Terdakwa. dan tata cara pengadaan barang dan jasa di
lingkungan PT Pelindo II dan RKS Pelelangan
Bahwa selanjutnya disusun draft RKS dan RAB, ulang beserta perubahannya).
dimana RAB disusun dengan mendekati harga yang
ditawarkan oleh PT Narishi Century International
(NCI).
Setelah ditandatangani oleh pihak cabang pelabuhan,
dokumen RKS Teknis, SPPP/SP2B dan RAB/OE
digunakan menjadi RKS Pelelangan.
3. Pengadaan Flame Tube PLTGU DG 10530 GT-12 PT PLN (Persero) KITSBU Sektor Pembangkitan Belawan TA 2007 –
PUTUSAN Nomor 1762K/PID.SUS/2014
Nomor Perkara : 1762 K/PID.SUS/2014
Terdakwa : Ir. Robert Manyuzar, MBA selaku Ketua Panitia Pengadaan Flame Tube PLTGU GT-12
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU
No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU
No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair) atau Pasal 9 UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Lebih Subsidair).

 Putusan Nomor 1762K/PID.SUS/2014 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada pengadaan flame tube PLTGU DG
10530 GT-12 oleh PT PLN (Persero) KITSBU Sektor Pembangkitan Belawan TA 2007.
 Terdakwa sebagai Ketua Panitia Pengadaan Barang Jasa TA 2007 PT PLN pada tanggal 2 Januari 2007. telah melakukan, turut serta
melakukan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara yang dilakukan secara melawan hukum.
 Bahwa Terdakwa tidak menjalankan tugasnya dengan baik dengan melakukan tindakan yang bertentangan dengan Keputusan
Direksi PT PLN No 100.K/010/DIR/2004 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT PLN dan Keputusan Direksi
No 200.K/010/DIR/2004 tentang Penjelasan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan PT PLN.
 Atas perbuatannya bersama-sama dengan rekannya yang lain, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan
diancam pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair).
Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim
Terdakwa ditunjuk sebagai Ketua Panitia Pengadaan Terdakwa selaku Ketua Panitia Pengadaan tidak
Barang Jasa TA 2007 PT PLN pada tanggal 2 Januari secara tegas menjelaskan spesifikasi barang yang
2007. diadakan saat Aanwijzing.

Selaku Ketua Panitia Terdakwa mengeluarkan Terdakwa tidak melakukan analisis dan survey
dokumen Prakualifikasi pelelangan umum dan barang pabrikan secara langsung mengenai
dilanjutkan dengan Pengumuman Pelelangan spesifikasi dan ketersediaan barang yang akan
melalui Portal e-procurement sebelum memiliki dan diadakan.
menyusun HPS.
Terdakwa tidak melibatkan anggota lain dan
Pada 27 Maret 2007, Terdakwa mengajukan hanya mengacu pada RAB saat membuat HPS.
permintaan informasi harga material dengan
spesifikasi Flame Tube DG 10530 kepada PT (Melanggar BAB 3 Pasal 3.1 ayat 3.1.2 butir
SIEMENS INDONESIA. Kemudian PT SIEMENS 3.1.2.2, Ayat 3.1.5 butir 3.1.5.1 dan butir 3.1.5.2
INDONESIA mengirimkan informasi harga atas Keputusan Direksi PT PLN No
barang tersebut. 100.K/010/DIR/2004 tentang Pedoman
Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan PT PLN
Bahwa kemudian Terdakwa menyusun HPS dan dan BAB 3 Pasal 3.1 ayat 3.1.5 butir 3.1.5.1
membuat Berita Acara HPS hanya berdasarkan huruf c angka 3 Keputusan Direksi No
referensi faksimilie PT SIEMENS INDONESIA. 200.K/010/DIR/2004 tentang Penjelasan
Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
Terdakwa selaku Ketua Panitia saat dilakukan PT PLN).
Aanwijzing tidak menjelaskan secara tegas spesifikasi
barang.

Terdakwa hanya mengacu pada Syarat Teknis yang


sebelumnya sudah disusun dan tidak melakukan survei
lapangan mengenai spesifikasi barang dan apakah
barang masih diproduksi. Saat membuat HPS
Terdakwa juga tidak melibatkan anggota panitia yang
lain. HPS dibuat dengan mengacu pada RAB yang
sebelumnya dibuat.

Bahwa berdasarkan berita acara evaluasi penawaran


dan laporan hasil pelelangan umum terdapat usulan 3
calon pemenang pelelangan umum yang mana
akhirnya panitia menetapkan pemenang lelang, yaitu
CV SRI MAKMUR untuk selanjutnya
menandatangani Kontrak.
Bahwa CV SRI MAKMUR mengirimkan barang
berikut dengan surat pengantar dan diterima oleh
Panitia Pemeriksa Mutu disertai dengan pembuatan
Berita Acara Pemeriksaan Mutu Barang. Dari hasil
pemeriksaan tersebut diketahui barang yang
dikirimkan telah sesuai dan lengkap sehingga disetujui
sesuai dengan Berita Acara Serah Terima Barang
tertanggal 19 Desember 2007.

Bahwa setelah barang diterima di gudang PT PLN


4. Pengadaan sewa pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 oleh PT MNA - PUTUSAN Nomor 417 K/Pid.Sus/2014
Nomor Perkara : 417K/Pid.Sus/2014
Terdakwa : Hotasi D.P. Nababan selaku Mantan Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airline
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Subsidair).

 Putusan Nomor 417K/PID.SUS/2014 merupakan perkara mengenai tindak pidana korupsi pada pengadaan sewa pesawat Boeing
737-400 dan Boeing 737-500 oleh PT Merpati Nusantara Airline (PT MNA).
 Terdakwa selaku Direktur Utama PT MNA berencana untuk melakukan penambahan 2 (dua) unit pesawat Boeing 737 Family.
Rencana tersebut ditindaklanjuti dengan Melangsungkan proses pengadaan sebelum dicantumkan dalam RKAP dan tanpa
melaporkan atau mengajukan perubahan atau persetujuan kembali kepada RUPS.
 Bahwa Terdakwa juga melakukan tindakan-tindakan lainnya yang bertentangan dengan Undang-Undang No 19/2003 tentang BUMN
jo. Pasal 35 ayat (1), (2) dan (3) PP No 45/2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, Surat
Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.116/kmk.01/1991 dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep- 101/MBU/2002 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara.
 Atas perbuatannya bersama-sama dengan rekannya yang lain, Terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair yaitu diatur dan
diancam pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Subsidair).

Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim


Terdakwa merupakan Direktur Utama PT Merpati Melangsungkan proses pengadaan yang Bahwa terdakwa telah memulai proses pengadaan
Nusantara (Persero), orang yang melakukan atau turut sebelumnya tidak dicantumkan dalam RKAP dan sewa dua pesawat Boeing 737-400 dan Boeing
serta melakukan dengan tujuan menguntungkan diri tidak melaporkan atau mengajukan perubahan 737-500 pada bulan Mei 2006 padahal pengadaan
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi atau persetujuan kembali kepada RUPS. sewa pesawat tidak tercantum dalam RKAP tahun
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau (Melanggar Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang- 2006.
sarana yang ada padanya karena jabatan atau Undang No 19/2003 tentang BUMN jo. Pasal 35
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara ayat (1), (2) dan (3) PP No 45/2005 tentang Bahwa Terdakwa selaku Direktur Utama PT. MNA
atau perekonomian negara dengan cara: Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan tidak melaporkan atau tidak mengajukan perubahan
Bahwa untuk mengatasi krisis yang terjadi di PT. Pembubaran BUMN).6 atau tidak mengajukan persetujuan kembali kepada
Merpati Nusantara Airlines selanjutnya disebut PT. RUPS atas RKAP yang telah disetujui sebelumnya
MNA, Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Membayarkan security deposit secara langsung rencana penyewaan 2 (dua) unit pesawat Boeing
Direktur Utama bersama dengan para Direksi lainnya sebelum TALG menandatangani Purchase 737-400 dan Boeing 737-500 yang mana perbuatan
pada bulan Mei tahun 2006 telah berencana untuk Agreement ebagaimana tercantum dalam kontrak. Terdakwa merupakan perbuatan melawan hukum,
melakukan penambahan 2 (dua) unit pesawat Boeing Saat melakukan itu Terdakwa mengetahui perihal karena melanggar Pasal 22 ayat (1) dan (2)
737 Family. Rencana tersebut ditindaklanjuti dengan LO dari Divisi Legal yang menerangkan Undang- Undang No.19 Tahun 2003 tentang
melakukan pemasangan iklan di internet dengan mengenai risiko kerjasama dengan pihak TALG. BUMN jo Pasal 35 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan
mencantumkan persyaratan. (Bertentangan dengan Pasal 5 ayat (3) Undang- Pemerintah No.45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Undang No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, Surat Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN.
Bahwa pada 11 Oktober 2006, Rapat Umum Keputusan Menteri Keuangan No.
Pemegang Saham (RUPS) PT. Merpati Nusantara Kep.116/kmk.01/19917, Pasal 3 huruf e jo Pasal Bahwa perbuatan Terdakwa merupakan perbuatan
Airlines menetapkan Rencana Kerja Anggaran 8 huruf h jo Lampiran Bagian Lain-lain angka 8 melawan hukum, yakni membayarkan Security
Perusahaan (RKAP) tahun 2006, dalam RKAP tersebut Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep- Deposit sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar
salah satunya memuat rencana pengadaan dua pesawat 101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Amerika Serikat) tidak melalui mekanisme Letter
Boeing 737-200 dengan cara sewa. Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha of Credit atau Escrow Account tetapi secara cash
Milik Negara). ke Rekening Hume Associates. Bahwa dana
Bahwa walaupun RKAP disahkan pada Oktober 2006, pengadaan sewa pesawat tersebut menggunakan
proses pengadaan sewa Boeing 737-400 dan Boeing dana yang bersumber dari dana operasional dan
737-500 berlangsung sejak Mei 2006. bukan dari dana yang telah ditetapkan dalam
RKAP.
Terdakwa tidak melaporkan atau mengajukan
perubahan atau persetujuan kembali kepada RUPS atas
RKAP yang sebelumnya disetujui agar pengadaan
sewa tersebut masuk ke dalam RKAP. Padahal
Terdakwa selaku Dirut wajib menyampaikan
Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan.

Bahwa tanpa memperoleh pengesahan, Terdakwa tetap


melanjutkan kerjasama dengan pihak ketiga, yaitu
melakukan penyewaan 2 unit pesawat Boeing 737-400
dan Boeing 737-500.

6
Terdakwa selaku Direktur Utama wajib menyampaikan Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan.
7
Dalam melaksanakan tugasnya anggota direksi harus memenuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip
profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran.
Bahwa kemudian terdapat perusahaan yang
mengajukan proposal untuk pengadaan sewa pesawat,
yaitu Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG)
TONY SUDJIARTO tetap membuat kesepakatan
dengan TALG melalui kesepakatan back to back yang
maksudnya adalah TALG bersedia membeli kedua
pesawat tersebut dari Lehman Brothers dengan syarat
PT. MNA berjanji akan menyewa pesawat dari TALG,
dan sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut,
maka pada tanggal 17 Desember 2006, TONY
SUDJIARTO menerima tembusan Surat melalui faks
yang dikirim oleh ALANMESNER (TALG) kepada
Hume & Associates tertanggal 15 Desember 2006,
yang isinya surat adalah menunjuk Hume & Associates
P.C untuk menerima Security Deposite dari Merpati
sekitar tanggal 17, 18 Desember 2006 dan selanjutnya
diberikan kuasa untuk mendistribusikan dana tersebut
secara langsung kepada Bristol sebagai uang jaminan
pembelian pesawat.

Bahwa kemudian berdasarkan Surat Kuasa dari


Terdakwa, TONY SUDJIARTO menandatangani
LASOT dengan TALG. Dalam LASOT tersebut
diantaranya disepakati untuk PT MNA menempatkan
dana Security Deposit sebesar 1000 USD secara
langsung ke rekening Pengacara Hume Associates
yang mana pembayaran tersebut dilakukan 1 hari
setelah Purchasing Agreement antara TALG dengan
East Dover ditandatangani.

Setelah penandatanganan LASOT, Draft Lease


Agreement diserahkan kepada Divisi Legal untuk
dilakukan pendapat hukum atas sewa pesawat. Hasil
pemeriksaan tim legal menyatakan bahwa pembayaran
deposit kepada TALG mengandung resiko sehingga
perlu dilakukan dengan alternatif yaitu dilakukan
dengan cara LC atau Escrow Account. Bila alternatif
tersebut tidak dilakukan, maka perlu melakukan LDD
atas Lessor dan meminta pertimbangan KBRI di AS.

Corporate Finance Division menyiapkan form


Instruksi Direksi (Circular Board) untuk melakukan
transfer sebesar US$ 1.000.000 yang ditandatangani
oleh masing-masing Direksi dan Terdakwa yang telah
mengetahui bahwa uang Security Deposit tersebut
akan digunakan untuk jaminan pembelian pesawat
oleh TALG. Terdakwa tidak memberitahukan kepada
Anggota Direksi lainnya, akan tetapi tetap memberikan
persetujuan atas pembayaran tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari LASOT Terdakwa


menandatangani Lease Agreement untuk pesawat
Boeing 737-500, sementara untuk Boeing 737-400
belum dibuatkan Lease Agreement. Bahwa saat
penandatanganan, Terdakwa mengetahui pesawat yang
akan disewa oleh PT MNA belum dimiliki oleh TALG
karena belum ada Purchase Agreement dengan East
Dover.

Terdakwa juga menandatangani surat perihal transfer


ke rekening Hume Associates untuk membayarkan
deposit yang seharusnya dibayarkan setelah TALG dan
East Dover menandatangani Purchase Agreement.
5. Pengadaan Jasa Manajemen Proyek Pemboran Terpadu Blok Alas Dara Kemuning 2014 - PUTUSAN Nomor
39/Pid.Sus-TPK/2020/PT.DKI
Nomor Perkara : 39/Pid.Sus-TPK/2020/PT.DKI
Terdakwa : Perry Widyananda selaku Direktur PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu Alas Dara Kemuning.
Pasal Dakwaan : Pasal 2 Ayat (1) UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Primair) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Subsidair).

Ulasan dakwaan Penyimpangan yang dilakukan Pertimbangan hakim


Terdakwa bersama-sama dengan rekannya yang lain Menyusun HPS tanpa dikalkulasikan secara Bahwa perbuatan Terdakwa amat tidak terpuji
telah menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau profesional dan dengan cara tidak cermat tanpa karena sudah dari sejak awal telah berniat untuk
sarana yang ada padanya karena jabatan atau mengacu pada harga pasar yang sewajarnya. korupsi dan menciptakan peluang untuk korupsi
kedudukan, yaitu telah melakukan prosedur (Bertentangan Pedoman Tata Kerja BP Migas dengan bekerjasama dengan Andy Rieke Lam
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan proses Nomor 007 Revisi-II/PTK/I/2011 tentang selaku Direktur PT.ABS agar tender dimenangkan
pelelangan pengadaan jasa MPPT Blok ADK untuk Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor oleh PT.ABS untuk memuluskan persekongkolan
memenangkan PT. ABS di PT. Pertamina EPC ADK, Kontrak Kerja Sama Buku II Pedoman jahatnya.
melanggar PTK-007 tentang Pedoman Pengelolaan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, Bab VII
Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama, yakni Harga Perhitungan Sendiri (HPS)/ Owner Bahwa dari fakta-fakta yang terungkap
dalam melaksanakan proses pengadaan atau Estimate (OE))8. dipersidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi
menjalankan prosedur pengadaan yang mengarah dan keterangan Terdakwa serta dengan adanya
untuk memberikan keuntungan tertentu kepada 1 (satu) Terdakwa telah menentukan pemenang lelang barang-barang bukti tersebut dalam hubungannya
calon Penyedia Barang/Jasa untuk melakukan kerja untuk pengadaan Jasa Manajemen Proyek. satu sama lain, ternyata dapat dibuktikan perbuatan
sama yang tidak sesuai aturan lainnya. (Melanggar Pedoman Tata Kerja (PTK) BP- Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak
MIGAS Nomor 007 Revisi II tentang Pedoman pidana Pasal 3 Jo Pasal 18 ayat (1) huruf b
Terdakwa selaku Direktur PT. Pertamina EPC ADK Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah
mengajukan usulan pekerjaan re-entry ke Satuan Kerja Kerja Sama, pada Buku I Ketentuan Umum, Bab diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan I Umum, Angka 6 Etika Pengelolaan Rantai 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Gas Bumi (“SKK Migas”) sebanyak 4 (empat) Suplai, Angka 6.2, Angka 6.3 dan Angka 6.6). Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
kemudian diubah menjadi 5 (lima) sumur.
Terdakwa mengumumkan lelang pekerjaan
Terdakwa PERRY WIDYANANDA menyusun Harga MPPT Blok ADK dengan perintah menggunakan
8
Bahwa dalam setiap pengadaan barang/jasa, kontraktor KKS harus mempersiapkan HPS atau OE yang dikalkulasikan secara profesional; HPS/OE dibuat dengan mengacu
pada harga pasar yang sewajarnya berlaku pada saat penyusunan HPS/OE; HPS/OE disusun dan ditandatangani oleh fungsi yang merencanakan pengadaan barang/jasa dan
disahkan oleh Pejabat berwenang.
Perkiraan Sendiri (HPS) tanpa melibatkan fungsi yang metoda pelelangan terbatas dan tidak diumumkan
merencanakan pengadaan barang/jasa, hanya melalui media cetak, padahal seharusnya
dilakukan dengan cara menyalin Authority for pelelangan tersebut dilakukan dengan metode
Expenditure (AFE) ke dalam HPS dengan pelalangan umum dan diumumkan secara terbuka
mengurangkan nilai Overhead serta tanpa melalui media cetak.
dikalkulasikan secara keahlian (profesional) dan dibuat (Melanggar Pedoman Tata Kerja (PTK) BP.
secara tidak cermat serta tanpa mengacu harga pasar MIGAS Nomor 007 Revisi II tentang Pedoman
yang sewajarnya berlaku pada saat penyusunan HPS. Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak
Kerja Sama pada Buku II Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa, Bab XI Tatacara
Pelelangan Umum, Angka 1.1).

Hasil pengujian terhadap nilai HPS tersebut diketahui


bahwa terdapat perhitungan komponen biaya yang Terdakwa selaku Direktur PT. Pertamina EPC
tidak wajar, setelah dihitung ulang terdapat selisih ADK dan Saksi Andy Rikie Lam selaku Direktur
sebesar US$4.381.415,00. PT. ABS menandatangani surat perjanjian
(kontrak). (Bertentangan dengan Pedoman
Bahwa Terdakwa selaku Direktur PT. Pertamina EPC Investasi PT. Pertamina (Persero) Nomor A-
ADK sebelum dilakukan pelelangan didahului dengan 001/R10000/2013-S9 Bab II Kebijakan Investasi
cara melakukan pertemuan-pertemuaan dengan pihak A. Kebijakan Umum Angka 9).9
PT ABS.

Bahwa sebelum dilakukan pelelangan, Terdakwa


sudah mengatakan kepada Saksi Dodi Jatnika (Ketua
Panitia Pengdaan), bahwa kegiatan Proyek MPPT Blok
ADK tersebut akan dikerjakan oleh PT. ABS dan sejak
bulan Januari 2014Pihak dari PT. ABS, telah
melakukan kunjungan di sumur-sumur yang akan
dilakukan re-entry di Alas Dara Kemuning Blora.

Terdakwa melakukan perubahan surat keputusan


tentang Panitia Pengadaan berdasarkan surat keputusan
Nomor KPTS-005/CPA000/2014-SO tanggal 11 Juli
2014 yang ditetapkan berlaku mundur terhitung mulai
tanggal 1 Mei 2014 s.d 30 April 2015.

9
menyatakan persiapan dan kegiatan tender dalam rangka pelaksanaan investasi dapat dilaksanakan pada tahap Pra Proyek dan menjadi tanggung jawab Direktur terkait bila
estimasi biaya sudah final, namun untuk penetapan pemenang tender hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Komite Investasi.
Bahwa pada tanggal 8 April 2014 Terdakwa
memerintahkan kepada Panitia Lelang, yaitu Saksi
Dody Jatnika dan Saksi Dicky Irawan, untuk
melaksanakan pengumuman lelang pekerjaan MPPT
Blok ADK dengan perintah menggunakan metoda
pelelangan terbatas dan tidak diumumkan melalui
media cetak.

Atas undangan lelang tersebut dari PT. Pertamina


Drilling Service Indonesia, PT. Carana Bunga Persada
dan PT. Elnusa Tbk tidak mengikuti pelelangan,
karena Terdakwa tidak pernah menghubungi PT.
Pertamina Drilling Service Indonesia maupun PT.
Elnusa dalam rangka pelaksanaan lelang MPPT Blok
ADK, dan aktualnya Terdakwa hanya berkordinasi
dengan PT. ABS sebelum undangan lelang terbatas
disampaikan.

Terdakwa mengetahui sejak dari tahapan penyusunan


dan penetapan HPS tanggal 2 April 2014 sampai
dengan penetapan pemenang lelang tanggal 22 Mei
2014, tidak sepenuhnya melibatkan Panitia Lelang.

Setelah PT ABS dinyatakan sebagai pemenang lelang


pada tanggal 22 Mei 2014, Terdakwa selaku Direktur
PT. Pertamina EPC ADK dan Saksi Andy Rikie Lam
selaku Direktur PT. ABS menandatangani surat
perjanjian (kontrak).

Anda mungkin juga menyukai