Anda di halaman 1dari 19

BAB VII.

KOMBINASI OPTIMUM PENGGUNAAN


DUA INPUT VARIABEL DENGAN KENDALA

7.1. Pengertian dan Katagori Kendala

Apabila pada bab-bab sebelumnya sudah dibahas tentang maksimisasi

fungsi produksi dan keuntungan dengan mengabaikan keterbatasan

sumberdaya atau menganggap sumberdaya tersedia bebas, maka pada bab

ini maksimisasi dilakukan dengan memperhitungkan adanya keterbatasan

sumberdaya yang digunakan petani atau terdapat kendala.

Keterbatasan/kendala pada dasarnya selalu dihadapi pelaku

usahatani/petani terutama usahatani dengan skala usaha relatif kecil.

Kendala (constraints) yang dihadapi pelaku produksi dapat dikelompokkan

dalam dua kategori yaitu kendala dari dalam (internal constraint) dan kendala

dari luar (external constraint).

Kendala dari dalam (internal constraint) adalah kendala yang terjadi

akibat keterbatasan jumlah dana/modal yang tersedia untuk

membeli/menyediakan input, disebut juga keterbatasan pembiayaan (budget

constraint). Kendala dari luar (external constraint) adalah kendala yang

berasal dari luar lembaga aktivitas usahatani atau pelaku produksi misal:

lembaga pemerintah/lembaga lain yang berwenang. Contoh kendala dari

luar adalah adanya pengaturan jadwal tanam dan skala usahatani atau

penentuan harga jual produk tertentu untuk untuk mencegah surplus produk

dan meredam fluktuasi harga akibat siklus musiman.

91
Pada bab ini pembahasan hanya difokuskan pada kendala dari dalam

perusahaan/usahatani yaitu bagaimana kendala ini mempengaruhi

kemampuan pelaku usahatani/petani untuk mencapai tujuannya yaitu

keuntungan maksimum. Kendala dari luar akan dibahas pada bab lain.

7.2. Kendala Pembiayaan

Kendala modal atau pembiayaan (budget constraint) adalah berupa

keterbatasan uang yang dimiliki petani untuk membeli input yang dikeluarkan

dalam proses produksi. Keterbatasan ini mengakibatkan petani tidak mampu

membeli atau memperoleh input sebanyak yang petani inginkan dalam

rangka meningkatkan keuntungan. Selanjutnya apabila petani menghadapi

keterbatasan pembiayaan atau dana untuk membeli input yang dinyatakan

dengan Mo, maka kendala yang dihadapi petani tersebut dapat ditulis

sebagai berikut:

Mo = X1 Hx1 + X2 Hx2 ................................................................(7.1)

( jika jenis input yang digunakan hanya dua)

Atau: Mo = Σ Xi Hxi ................................................................................(7.2)

(jika jenis input yang digunakan adalah i)

dimana : Hxi = harga input ke i

Xi = input ke i ; ( i = 1, 2 , jika ada 2 input variabel).


Seandainya petani mempunyai dana sebesar Rp 100.000,- yang

digunakan untuk membeli input X 1 dan X2. Harga masing-masing input

setiap satuan adalah Rp 5.000,- dan Rp 3.000,-. Pembelian kedua input

dengan menggunakan dana yang tersedia akan menghasilkan beberapa

92
kemungkinan kombinasi jumlah X1 dan X2 yang digunakan dan dapat

diilustrasikan pada Tabel 7.1 berikut ini.

Tabel tersebut menggambarkan beberapa kemungkinan kombinasi

penggunaan input pertama dan kedua ( X 1 dan X2 ) yang dapat dibeli dengan

tingkat harga tertentu dari anggaran yang tersedia (Mo= Rp 100.000,-).

Sebetulnya bisa diperoleh kombinasi input X 1 dan X2 yang tak terhingga

banyaknya, terutama jika jumlah input X 1 dan X2 dapat dibeli dalam bentuk

bilangan pecahan, misal pembelian pupuk sebanyak 8,33 kilogram. Akan

tetapi apabila input tersebut dibeli dalam jumlah bilangan bulat maka

kombinasi pembelian input tersebut bersifat terbatas. Misalnya pada jenis

input pertama (X1) berupa peralatan (cangkul, parang atau hand sprayer)

maka pembelian input tersebut hanya dapat dibeli, misal sebanyak 2 satuan,

tidak mungkin 2,5 satuan atau 5 satuan bukan 5,8 satuan. Untuk

memudahkan pembahasan maka dalam tulisan ini digunakan asumsi bahwa

input-input tersebut dapat dibeli dalam bentuk pecahan.

Tabel 7.1. Penggunaan dana yang tersedia (Mo) dengan beberapa


kemungkinan kombinasi penggunaan input

Jumlah Pembelian Input (satuan) Total


Kombinasi Input satu (X1), Input dua (X2) Pengeluaran
Hx1= Rp5000 Hx2=Rp3000 (Mo = Rp)
1 20,00 0,00 100.000
2 15,00 8,33 100.000
3 10,00 16,67 100.000
4 8,00 20,00 100.000
5 5,00 25,00 100.000
6 0,00 33,33 100.000

93
Selanjutnya apabila data hipotetis yang ada pada Tabel 7.1 diplotkan pada

sumbu salib, misal X1 pada sumbu datar dan X2 pada sumbu vertikal maka

akan diperoleh kurva atau garis yang disebut garis pembiayaan/garis

anggaran (budget line atau isocost line atau price line).

(input dua)

X2
(0;33,33)B garis anggaran
(budget line, isocost/
outlay line, price line)

(M0/
Hx1)
(input satu)
A X1
0 (20;0)

Gambar 7.1. Garis anggaran untuk pembelian kedua jenis input .

Penentuan garis anggaran tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) Asumsi petani akan menghabiskan seluruh dana yang dimiliki (Mo)

untuk membeli kedua input) (X1 dan X2).

(2) Jika petani menghabiskan seluruh dana yang dimiliki hanya untuk

membeli input satu (X1) maka jumlah X1 yang dapat dibeli adalah

sebesar ,

contoh:

Nilai ini bila diplotkan pada sumbu datar berupa titik A (20 ; 0)

94
(3) Jika petani menghabiskan seluruh dana yang dimiliki hanya untuk

membeli input dua (X2) maka jumlah X2 yang dapat dibeli adalah

sebesar ,

Contoh:

Nilai ini bila diplotkan pada sumbu vertikal berupa titik B (0 ; 33,33). Jika

dihubungan kedua titik (titik A dan titik B), maka diperoleh garis

pembiayaan/garis anggaran AB.

Selanjutnya penentuan fungsi garis anggaran di atas dapat diperoleh:

Mo = X1 Hx1 + X2 Hx2, dinyatakan dalam X2 = f (X1)

sehingga : X2 Hx2 = Mo - X1 Hx1

atau .........................................................................

(7.3)

adalah fungsi garis anggaran dengan slope ( ), dimana slope bernilai

negatif yang dicerminkan oleh arah kurva yang bergerak dari kiri atas ke

kanan bawah (down ward sloping curve). Dari data pada Tabel 7.1 di atas

maka slope garis anggaran adalah:

Pada contoh di atas kemiringan (slope) garis anggaran bernilai

konstan sepanjang kurva sehingga bentuk kurva berupa garis lurus. Selama

dapat dipertahankan asumsi harga input tetap (pada struktur pasar bersaing

murni/sempurna) maka kendala anggaran akan selalu mempunyai

95
kemiringan yang konstan (constant sloping curve). Karakteristik garis

anggaran ini dengan slope konstan dapat dibuktikan dengan cara lain yaitu

jika persamaan garis anggaran: Mo = Hx 1 X1 + Hx2 X2. Asumsi harga

kedua input adalah tetap, maka diferensial total dari garis anggaran tersebut

adalah: d Mo = Hx1 dX1 + Hx2 dX2 .

Jika diasumsikan modal/dana yang dimiliki petani tetap atau

perubahannya nol maka d Mo = 0, sehingga:

d Mo = 0 = Hx1 dX1 + Hx2 dX2

Atau: - Hx1 dX1 = Hx2 dX2 ...................................................................(7.4)

adalah slope garis anggaran apabila X1 pada sumbu datar

dan X2 pada sumbu vertikal maka nilai slope garis anggaran


adalah sama dengan negatif kebalikan resiko kedua harga
input (negative inverse ratio of input prices)

Apabila jumlah dana/modal yang dimiliki petani berubah (bertambah

atau berkurang) tetapi harga input secara relatif tetap maka akan diperoleh

sekumpulan garis anggaran yang sejajar dengan garis anggaran semula.

Apabila jumlah dana/modal tersedia bertambah maka garis anggaran akan

bergeser ke kanan (menjauhi) titik nol, apabila jumlah modal tersedia

berkurang maka garis anggaran akan bergeser ke kiri (mendekati) titik nol.

Pergeseran garis anggaran ini menghasilkan sejumlah garis anggaran

yang tak terhingga banyaknya, akan tetapi sesama garis anggaran tidak

akan berpotongan satu sama lain karena mempunyai kemiringan (slope)

yang sama yaitu konstan sepanjang kurva sebesar tangen α = .

96
Penjelasan secara kurva dari uraian di atas dapat dilihat pada Gambar 7.2

berikut ini:

X2
(input kedua)
M0 M1 (jika modal bertambah)
M0 M2 (jika modal berkurang)
Slope M0, M1 dan M2 adalah

M2 M0 M1 X1 (input pertama)
0

Gambar 7.2 Pergeseran garis anggaran

7.3. Kombinasi Optimum

Pengertian kombinasi optimum adalah kombinasi penggunaan input

yang memberikan keuntungan maksimum dengan memperhitungkan

keterbatasan modal yang dimiliki. Kombinasi optimum (optimum

combination) dapat dijelaskan secara kurva atau secara matematik.

Pembahasan secara kurva menggunakan kurva isoproduk (isoquant) dan

kurva/garis anggaran (budget line).

Setiap kurva isoproduk menjelaskan beberapa kombinasi penggunaan

input yang menghasilkan tingkat produksi tertentu. Kombinasi pada kurva

iso produk tersebut belum mencerminkan kombinasi terbaik. Garis anggaran

mencerminkan kendala modal yang dimiliki petani dan dapat dibelanjakan

untuk membeli input agar dapat digunakan untuk memproduksi output/

produk.

97
Beberapa kombinasi input dapat dibeli dengan jumlah modal yang sama

tetapi belum mencerminkan kombinasi mana yang terbaik. Apabila kedua

kurva kita gabung maka titik singgung kedua kurva mencerminkan kombinasi

penggunaan input yang akan memproduksi output pada jumlah tertentu

sehingga memberikan keuntungan maksimum. Titik singgung ini disebut juga

titik keuntungan maksimum dengan kendala modal atau kombinasi input

dengan biaya terendah (least cost combination). Untuk lebih jelasnya uraian

di atas perhatikan gambar 7.3 berikut ini.

Pada Gambar 7.3 a) apabila terdapat tiga kemungkinan garis anggaran

dimana Mo < M1 < M2, selanjutnya petani sudah menentukan tingkat

produksi tertentu yang akan dihasilkan (misal : Y 1) yang dicerminkan oleh

kurva isoproduk, maka sesuai dengan kriteria di atas maka hanya titik C

yang merupakan titik singgung kurva isoproduk dengan garis anggaran.

X2 X2

.C
C.
.D
.D Y2
A. B. Y1 A. Y1
.
B Y0
M0 M1 M2 X1 M X1
(a (b)
)

Gambar 7.3. Penentuan Kombinasi Optimum Secara Diagram

98
Hal ini berarti titik C adalah titik kombinasi optimum. Mengapa kita tidak

memilih titik A, B atau titik D, maka penjelasannya adalah sebagai berikut:

(1) Titik A, meskipun memerlukan modal yang lebih kecil (Mo) tetapi
akan menghasilkan tingkat produksi yang lebih rendah karena berada
dibawah (sebelah kiri) kurva isoproduk (Y 1). Berarti kapasitas produksi
yang ditargetkan belum tercapai.

(2) Titik B, meskipun menghabiskan biaya (modal) yang sama dengan


titik C tetapi tingkat produksi yang akan dihasilkan lebih rendah
(sebelah kiri) kurva isoproduk (Y1).

(3) Titik D, akan menghasilkan tingkat produksi yang sama dengan titik C
tetapi harus dikorbankan dengan biaya yang lebih besar, karena
berpotongan dengan garis anggaran M2 ( M2 > M1).

Pada Gambar 7.3 b) apabila terdapat tiga kemungkinan kurva

isoproduk, dimana Yo < Y1 < Y2. Petani memiliki keterbatasan modal yaitu

dicerminkan oleh garis anggaran M 1. berdasarkan kriteria kombinasi optimum

maka hanya titik C yang merupakan titik singgung kurva isoproduk dengan

garis anggaran. Hal ini berarti titik C adalah titik kombinasi optimum yang

menghasilkan tingkat produk sebesar Y1 dengan menggunakan modal yang

tersedia sebesar M1. Titik A, B dan titik D tidak dipilih dengan alasan sebagai

berikut:

(1) Titik A, meskipun penggunaan modal masih bersisa akan tetapi


tingkat produksi yang dihasilkan lebih rendah (Yo < Y 1). Proses
produksi bekerja dibawah kapasitas penuh.

(2) Titik B, meskipun penggunaan modal habis terpakai, tetapi tingkat


produksi yang dihasilkan lebih rendah (Yo < Y 1). Pada tingkat produksi
ini terjadi pemborosan sumberdaya atau proses produksi tidak efisien.

99
(3) Titik C, tingkat produksi yang dihasilkan lebih tinggi (Y 2 > Y1) tetapi

modal yang tersedia tidak mencukupi sehingga tingkat kombinasi ini

tidak bisa dicapai kecuali ada penambahan modal.

Pembahasan kombinasi optimum dapat juga menggunakan

pendekatan matematis. Menurut Teken dan Asnawi (1981) penentu

kombinasi optimum ini memerlukan dua syarat sebagai berikut:

(1) Syarat pertama berupa syarat keharusan (necessary condition) petani

harus mengetahui dengan pasti hubungan antar input yang digunakan

sehingga dapat diketahui bentuk kurva isoproduk sekaligus Daya

Substitusinya (DDM atau DDRx1x2).

(2) Syarat kedua berupa syarat kecukupan (sufficient condition) mencari

tingkat produksi yang memberikan Daya Substitusi sama dengan rasio

harga kedua input tersebut.

Secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut:

Daya Substitusi Marjinal (DSMx1x2) adalah , sedangkan Daya Substitusi

Rata-rata (DSRx1x2) adalah bernilai sama dengan dimana;

PMx1 adalah Produk Marjinal dari input pertama, PMx 2 adalah Produk

Marjinal dari input kedua. DSM atau DSR pada dasarnya mencerminkan

slope kurva isoproduk, sedangkan rasio harga kedua input

mencerminkan slope garis anggaran. Titik kombinasi optimum harus

100
memenuhi syarat bahwa slope kurva isoproduk harus sama dengan slope

garis anggaran, atau DSMx1x2 = - ...................(7.4)

( untuk data kontinyu)

DSRx1x2 = - ...................

(7.5)

(untuk data diskrit)

Persamaan di atas ternyata sesuai dengan kriteria kombinasi optimum

melalui pendekatan secara kurva yaitu berupa titik singgung kedua kurva.

Sedangkan titik singgung tersebut mencerminkan slope kedua kurva sama

nilainya. Perhatikan juga bahwa slope kedua kurva bernilai negatif hal ini

berarti kedua kurva dimulai dari kiri atas turun ke kanan bawah (downward

sloping curves).

Penentuan kombinasi optimum dengan pendekatan matematis dapat

juga dilakukan dengan memakai pertolongan “La Grange Multiplier”.

Misalkan fungsi produksi : Y = f (X 1,X2), dan harga kedua input tersebut

adalah Hx1 dan Hx2 sedangkan tingkat produksi yang akan dicapai Yo maka

X1 dan X2 harus dikombinasikan agar biaya yang dikeluarkan minimum. Hal

ini berarti kita akan mencari kombinasi penggunaan input X 1 dan X2 yang

memerlukan biaya terendah (Least cost combination). Mula-muka rumuskan

fungsi tujuan (objective function) sebagai berikut:

Minimum M = Hx1 . X1 + Hx2 . X2 - λ (f (X1, X2) – Y0) ...................(7.6)

101
Agar fungsi M menjadi minimum maka derivatif pertama terhadap X 1, X2 dan

harus sama dengan nol. Perhatikan karena hanya ada tiga variabel (X 1, X2

dan λ) maka derivatif pertama dilakukan terhadap ketiga variabel tersebut.

= Hx1 - λ . f1 = 0  λ = ...................................................

(7.7)

= Hx2 - λ . f2 = 0  λ = ................................................

(7.8)

= f (X1, X2) – Y0 = 0  f (X1, X2) = Y0 .............................................

(7.9)

...............................................(7.10)

( f1 = PMx1 ; f2 = PMx2)

maka adalah persamaan ( 1 )

Y0 = f (X1, X2) adalah persamaan ( 2).

Dengan menggunakan dua persamaan diatas ( persamaan (1) dan (2))

dapat dicari nilai dua variabel (X 1 dan X2 ), selanjutnya nilai M yang minimum

dicari dengan menggunakan persamaan M = Hx1 . X1 + Hx2 . X2 .

Penentuan kombinasi optimum dengan pertolongan “La Grange

Multiplier” dapat juga dilakukan bila jumlah modal yang tersedia sudah

ditentukan lebih dahulu (ditetapkan sebagai kendala). Misalkan fungsi

produksi : Y = f (X1, X2) dan harga kedua input adalah Hx 1 dan Hx2, modal

102
yang tersedia sebesar M0. Berapakan tingkat produksi optimum yang akan

dicari melalui kombinasi penggunaan input X 1 dan X2 dengan memperhati-

kan kendala Modal yang tersedia (M = M 0). Tahap-tahap yang harus

dilakukan adalah, mula-mula rumuskan fungsi tujuan sebagai berikut:

Maks Penerimaan = Hy . Y + λ (M0 – X1 Hx1 – X2 Hx2) ...................(7.11)

Max Penerimaan (R)= Hy . f (X1, X2) + λ(M0 – X1 Hx1 – X2 Hx2)

Agar fungsi R menjadi maksimum maka derivatif pertama terhadap X 1, X2

dan λ harus sama dengan nol. Perhatikan karena hanya ada 3 variabel

maka derivatif pertama dilakukan terhadap ketiga variabel tersebut:

= Hy . f1 - λ Hx1 = 0  λ = .........................

(7.12)

= Hy . f2 - λ Hx2 = 0  λ = ......................

(7.13)

=M0 – X1 Hx1 – X2 Hx2 = 0  M0 = X1 Hx1 + X2 Hx ................(7.14)

Dari hasil turunan pertama secara parsial di atasi diperoleh tiga persamaan :

NPM1 = Hx1 adalah persamaan (1)

NPM2 = Hx2 adalah persamaan (2)

M0 = X1 Hx1 + X2 Hx2 adalah persamaan (3)

Dengan menggunakan tiga persamaan di atas dapat dicari besarnya

penggunaan input X1 dan X2. Selanjutnya dapat dicari besarnya tingkat

produksi optimum (Y) atau tingkat produksi yang memberikan keuntungan

maksimum. Nilai keuntungan maksimum yang diperoleh dengan

103
menggunakan kombinasi optimum kedua input X1 dan X2 dapat

menggunakan persamaan berikut ini:

Keuntungan = Penerimaan - Biaya Total

π = NPT – BTF

π = Hy . Y - (X1 Hx1 + X2 Hx2)

Keterangan: Hy, Hx1 dan Hx2 diketahui atau sudah ditentukan

X1, X2 dan Y hasil menggunakan persamaan di atas

7.4. Jalan Perluasan Usaha

Apabila seorang pengusaha pertanian/petani akan mengembangkan

usahanya melalui peningkatan produksi atau skala usaha, maka kurva

isoproduk yang digunakannya adalah kurva isoproduk yang berada

disebelah kanan/menjauhi titik nol. Makin besar skala usaha yang

dikembangkan makin jauh letak kurva isoproduk dari titik nol.

Setiap perubahan tingkat produksi akan menghasilkan kurva isoproduk

baru/berbeda sehingga diperoleh sekumpulan kurva isoproduk (a family of

isoquant). Kombinasi optimum masing-masing tingkat produksi dicerminkan

oleh titik singgung masing-masing kurva isoproduk dengan garis

anggarannya. Apabila terdapat empat kurva isoproduk maka didapat empat

garis anggaran yang berbeda dan empat tingkat produksi optimum

(kombinasi penggunaan input yang optimum) yang juga berbeda. Misal titik

kombinasi optimum yang diperoleh tersebut adalah titik A, B, C dan D. Jika

kita hubungkan keempat titik-titik tersebut maka akan diperoleh suatu garis

yang mewakili jalan/jalur perluasan usaha (expansion path) (Gambar 7.4).

104
Jalur Perluasan Usaha (JPU) adalah garis yang menghubungkan titik-

titik yang mempunyai slope yang sama pada sekumpulan isoproduk dimana

jalur ini dipilih karena penggunaan inputnya memerlukan biaya terendah

untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Besarnya slope dari masing-

masing titik adalah sama dengan slope garis anggaran yaitu sebesar rasio

kedua harga input tersebut. Beberapa catatan tentang kemiringan (slope)

kurva jalur perrlusan usaha (JPU):

(1) Slope JPU bernilai Hx1/Hx2 jika sumbu tegak berupa X2 dan sumbu

datar berupa X1.

(2) Slope JPU bernilai Hx2/Hx1 jika sumbu tegak berupa X1 dan sumbu

datar berupa X2.

= X2

Slope titik
A, B, C dan D

JPU
.
D
C.
.
. B
A
X1 =
g1 g2 g3 g4

Gambar 7.4. Penentuan Jalur Perluasan Usaha (JPU).

Garis JPU sebetulnya mirip dengan garis punggung (ridge line) yang

sudah dibahas pada Bab VI sebelumnya. Perbedaannya terletak pada nilai

slope dari titik-titik yang dihubungkannya. Jika garis punggung hanya

menghubungkan titik-titik dengan slope bernilai nol (disebut Garis Punggung

105
satu atau RL1) dan slope bernilai tak berhingga (disebut Garis Punggung

dua atau RL2), maka Garis JPU hanya menghubungkan titik-titik dengan

slope sama dengan rasio kedua harga input tersebut. Titik-titik pada Garis

JPU mencerminkan nilai slope garis anggaran dan slope kurva isoproduk

sekaligus (karena pada titik tersebut kedua kurva bersinggungan).

Sedangkan titik-titik pada Garis Punggung (RL1 dan RL2 ) hanya

mencerminkan nilai slope dari kurva-kurva isoproduknya.

7.5. Contoh perhitungan:

(1) Jika diketahui : Y = X10,5 X20,3

Harga input pertama (Hx1) sebesar Rp 200/satuan

Harga input kedua (Hx2) sebesar Rp 300/satuan

Tingkat produksi yang ditentukan adalah 100 satuan

(a) Berapakah kombinasi penggunaan input optimum

(b) Berapakah besarnya biaya yang dikeluarkan pada tingkat

penggunaan input kombinasi optimum tersebut.

Penyelesaian:

Apabila soal ini menggunakan rumus yang diturunkan dari persamaan

mengan memakai “La Grange Multiplier” maka persamaan yang digunakan:

Persamaan (1) :

Persamaan (2) : Y0 = f (X1, X2)

f1 = = 0,5 X1-0,5 X20,3 =

106
f2 = = 0,3 X10,5 X2-0,7 =

Persamaan (1) menjadi:

 30 X2 = 6 X1

X2 = 0,2 X1
Persamaan (2) :

Y = X1 0,5 X2 0,3

100 = X10,5 (0,2 X1)0,3  100 = 0,26 X1 0,8

= (161,3) 1,25 = 574,8

X2 = 0,2 X1 = 0,2 (574,8) = 114,96.

Biaya yang dikeluarkan untuk kombinasi penggunaan input optimum adalah

M = X1 Hx1 + X2 Hx2

= (574,8) (200) + (114,96) (300)

M = 114.960 + 34.488 = 149.448

(a) Kombinasi optimum penggunaan input adalah X 1 sebesar 574,8

satuan dan X2 sebesar 114,96 satuan.

(b) Untuk mencapai kombinasi input optimum diperlukan biaya

minimum sebesar 149.448 rupiah.

(2) Jika diketahui : Y = X1 X2

107
Harga input pertama (Hx1) sebesar Rp 200/satuan

Harga input kedua (Hx2) sebesar Rp 500/satuan

Jumlah modal yang tersedia = (M0) = Rp 2500,- ; Hy = 1000

a) Berapakan kombinasi penggunaan input yang optimum

b) Berapakah tingkat produksi optimum dan besarnya keuntungan

maksimum

Penyelesaian:

Penyelesaian soal ini dapat dilakukan dengan memakai pertolongan “La

Grange Multiplier” atau langsung menggunakan 3 persamaan yang

diturunkan dari fungsi tujuan maksimisasi penerimaan di atas:

Persamaan (1) : NPM1 = Hx1 Hy (PM1) = Hx1

(2) : NPM2 = Hx2 Hy (PM2) = Hx2

(3) : M0 = X1 Hx1 + X2 Hx2

Jika = X2 maka NPM1 = Hy X2

= X1 maka NPM2 = Hy X1

maka : Hy X2 = 200 

Hy X1 = 500 

M0 = X1 Hx1 + X2 Hx2

x Hy
2500 Hy = 100.000 + 100.000

108
Hy =

Tingkat produksi optimum : Y = X2 X2 = (6,25) (2,5) = 15,625 satuan

(a) Jadi kombinasi penggunaan input yang optimum adalah X 1 sebesar

6,25 satuan dan X2 sebesar 2,5 satuan.

Tingkat produksi optimum = 15,625 satuan

(b) Keuntungan maksimum adalah:

π = Penerimaan - Modal yang tersedia = NPT - BTF

π = Y (Hy) – M0 = 15,625 (80) - 2500 = - 1250

Jadi tingkat produksi optimum memberikan keuntungan yang negatif atau

kerugian sebesar Rp1250,-

 Berarti nilai Rp1250,- mencerminkan kerugian yang minimum

apabila menggunakan input kombinasi sebesar X 1 = 6,25 satuan

dan X2 = 2,5 satuan dengan tingkat produksi sebesar 15,625

satuan.

109

Anda mungkin juga menyukai