Oleh
Hadi Alamdhien, S.Pd, M.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang
panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang
berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar,
membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk
konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhannya.
Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa
yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya.
Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari
orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan
olehnya. Akibatnya muncullah sistem “barter” yaitu barang yang ditukar dengan barang.
Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini.
Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang
yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk
memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran
yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran-
pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar.
Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima
oleh umum (generally accepted) benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh
atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakankebutuhan
primer sehari-hari; misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar
maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat
sampai sekarang: orang Inggris menyebut upah sebagai salaryyang berasal dari bahasa
Latin salarium yang berarti garam. Barang-barang yang dianggap indah dan bernilai,
seperti kerang ini, pernah dijadikan sebagai alat tukar sebelum manusia menemukan uang
logam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-
kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai
pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan
(transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya
tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama. Kemudian
muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar karena
memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak,
mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan.
Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut
adalah emasdan perak. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full
bodied money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya
(nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak
menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas
dalam menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul suatu anggapan kesulitan ketika
perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah
sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam
juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kartal
(Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 1999: 49-61)[1], mula-mula uangkartal
(kertas) yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan perak sebagai
alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada
saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di
pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya.
Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara
langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan“kertas-
bukti” tersebut sebagai alat tukar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KRONOLOGI UANG
Dapat dibayangkan bila dalam kehidupan masyarakat saat ini tidak ada uang ? Apa
yang terjadi bila kita membutuhkan makanan, membutuhkan rumah, membutuhkan alat
transportasi ? Sanggupkan masyarakat bertahan tanpa uang ?
Sarana utama untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari adalah uang. Uang digunakan
masyarakat untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Di dalam ilmu ekonomi, uang termasuk
bagian yang dipelajari dalam Ekonomi Moneter.
Di dalam masyarakat tradisional, uang didefinisikan sebagai alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar tersebut dapat berupa apa saja yang dapat diterimah oleh
masyarakat dalam proses pertukaran. Sedangkan uang dalam ilmu ekonomi modern,
didefinisikan beberapa ahli sebagai berikut (Sidiq, Sahabudin, 2005: 31-41) yaitu ; menurut
(R.G.Thomas 2001)beliau mengemukakan uang dalam suatu benda yang dengan mudah
dan umum diterima masyarakat untuk pembayaran bagi pembelian barang, jasa, dan barang
berharga lainya, serta untuk pembayaran utang. (D.H.Robertson 2001 ) beliau
mengemukan uang adalah sesuatu yang dapat diterima dalam pembayaran untuk
mendapatkan barang-barang.
(A.C.Pigou 1999 ), uang adalah alat tukar. Definisi tersebut itu tercantum dalam
bukunya yang berjudul The Veil Of Money. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
mengenai ciri-ciri uang , yaitu ; dapat diterima umum, dapat digunakan sebagai alat
penukar, dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Tahapan yang dilalui manusia hingga terbentuknya uang. Tahap barter pada awalnya
manusia mampu mencukupi kebutuhan dengan cara menghasilkan sendiri alat pemuas
kebutuhanya. Manusia memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya. Dalam
perkembanganya , manusia mengalami peningkatan kebutuhan. Hal tersebut menyebabkan
manusia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya secara sendiri – sendiri. Manusia akan
membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti pada masyarakat
tradisional mereka menggunakan sistem barter untuk melengkapi kebutuhan hidupnya.
Barter merupakan pertukaran barang dengan barang, kegiatan ini akan terjadi
apabila adanya keinginan diantara kedua belah pihak yang melakukan transaksi tersebut,
misalnya si A membutuhkan garam, sedanngkan si B membutuhkan beras, dengan adanya
kesepakatan maka mereka akan melakukan transaksi atau pertukaran tersebut. Terlepas dari
tahap barter yang kerap memperoleh kesulitan maka munculah sistem uang barang. Uang
barang ini merupakan barang yang seolah – olah berfungsih sebagai uang dengan
pengaplikasian bahwa barang tersebut dapat diterima masyarakat(generally accepted), atau
bisa juga barang terebut memiliki nilai yang tinggi dan di butuhkan sehari – hari misalnya
garam.
Setiap sejarah hidup pasti ada kesulitan dan kendala yang dihadapi seperti yang di
jelaskan tadi setelah masyarakat tradisional menggunakan sistem barter pasti mengalami
kesulitan dengan munculnya tahap uang barang, dan begitu juga demikian pada saat uang
barang mulai diterapkan dalam masyarakat, maka lama kelamaan akan timbul juga berbagai
hambatan seperti uang barang tidak memiliki pecahaan, sulit untuk menyimpan( storage)
dan mengangkut (transportation) dalam jumlah yang besar dan kendala yang paling berat
uang barang ini hanya beredar di daerah tertentu dan tidak beredar di daerah lain.
Dari hal tersebut untuk menetralisir kesulitan – kesulitan dalam uang barang maka manusia
berusaha menciptakan uang logam yang terbuat dari emas dan logam, karena masyarakat
menganggap dengan logam dan emas maka akan memperoleh nilai yang
tinggi,langkah,dapat diterima secara umum, tidak mudah susut, dapat diterima secara
umum dan kemungkinan untuk rusak sangat kecil.
Melihat banyaknya manfaat dan faedah dari uang logam ini segelintir masyarakat
menggunakan uang ini bahkan sampai sekarangpun, uang logam ini masih dapat di
gunakan sebagai alat tukar. Dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini lama
kelamaan uang logam ini dapat dikatakan sudah langkah dan sulit untuk di dapatkan lagi
karena emas dan perak di beberapa daerah merupakan barang langkah, sehingga dibatasi
untuk berbelanja, kemudian persediaannya tidak sama pada setiap daerah karena pemilikan
sumber daya alam yang tidak merata dan juga sulit memindahkan dalam jumlah besar dan
tidak aman.
Dampak dari pengaruh zaman yang semakin berkembang dan juga masuknya
dampak dari globalisasi ini sangat dirasakan, sebut saja seperti pembahasan sebelumnya
yaitu uang, dari berbagai bentuk, jenis dan kegunaannya, dan dari setiap perubahan tersebut
muncullah sebuah fase yang di sebut tahap uang kertas dimana uang kertas merupakan
tahap evolusi penting dalam sejarah uang. Uang kertas disebut juga uang kepercayaan atau
uang tunda. Mengapa demikian? Sebut saja uang kertas ini ini tidak dijamin dan tidak
ditukarkan dengan emas, masyarakat tetap menerima sebagai alat tukar.
Berbicara mengenai sebuah kepercayaan bahwa masyarakat tetap menerima karena
ada unsur kepercayaan terhadap negara sebagai pihak yang mengeluarkan uang. Dari
segelitir kepercayaan yang di akui negara terhadap uang kertas tersebut terdapat pula
keuntungan daripada penggunanya uang kertas ini salah satunya pembiayaan pembuatan
lebih murah dibandingkan dengan uang logam, pengiriman dalam jumlah besar menjadi
lebih mudah dan efektif, kemudian penambahan atau pengurangan jumlah uang yang
beredar dapat dilakukan dengan cepat dan dengan adanya uang ini, maka uang logam mulia
seperti emas dan perak dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
Selanjutnya kita mengenal tahap penggunaan uang elektronik Seiring dengan
kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi, mulailah berkembang uang elektronik,
dimana untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, pihak yang melakukan transaksi tidak
perlu membawa uang tunai, namun cukup dengan melakukan pembayaran melalui kartu
kredit, trnasfer antar rekening, yang saat ini bahkan telah dapat dilakukan melalui internet ,
serta sms dan hanphone.
Setelah mengenal berbagai tahapan mengenai uang, selanjutnya kita harus
mengetahui fungsi umum dari pada uang yang dimana sebagai satuan pengukur nilai
dimana fungsi ini, setiap barang atau jasa dapat diukur dan diperbandingkan nilainya.
Sebagai contoh dengan uang Rupiah, sebuah rumah dan mobil dapat diukur nilainya, serta
dapar diperbandingkan nilai keduanya.
Bila nilai sebuah rumah adalah Rp 200 juta dan sebuah mobil adalah Rp 100 juta,
maka nilai mobil tersebut adalah ½ dari nilai rumah tersebut, kemudian Sebagai alat tukar-
menukar yang dimana salah satu kelebihan dari uang adalah kemampuannya dalam
menghilangkan syarat kesamaan keinginan dalam transaksi barter, karena saat ini semua
barang dan jasa untuk mendapatkannya dapat ditukar dengan uang, selanjutnya sebagai alat
penyimpan kekayaan maksudnya selain dalam bentuk barang (seperti tanah, emas, rumah,
kendaraan, saham), seseorang dapat menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang berupa
uang kas atau dalam tabungan, dengan kelebihan tidak perlu secara fisik menyimpan
kekayaan tersebut, dan Sebagai alat pembayaran di masa yang akan datang di artikan
sebagai sebuah transaksi ekonomi tidak selalu selesai dalam satu saat, namun seringkali
berlanjut atau ditunda (pembayarannya) hingga waktu yang akan datang, sehingga
memerlukan uang untuk melakukan pembayaran di masa yang akan datang.
3. KONSEP FRIEDMEN
Dalam konsep ini berpangkal otak pada teori tentang permintaan uang sejalan
dengan permintaan barang tahan lama. Definisi uang dalam analisa Friedmen adalah
sebagai berikut:
M2 = Kartal + DD dan TD
Dimana DD = Giro ( Demond Deposit)
TD = Deposito ( Time Deposito)
Friedment mengemukakan bahwa TD mempunyai kaitan erat dengan uang. Beberapa
persamaan friedmen dengan kuantitas klasik, kita uraikan sebagai berikut: M = kY = 1/V.
Y atau Y=1/V. M = V.M
Beliau menegaskan teori fisher lebih canggih, hanya dia memberikan kompromi sedikit.
Dia berbicara tidak lagi tentang nominal interest rate tetapi tantang differential interest rate
antara interest rate money, ekspected inflation, dan lain-lain. Secara sistematis dirumuskan
5. STANDAR MONETER
Dalam pengaplikasiannya standar moneter ini mempunyai berbagai bentuk, sebut
saja Standar Kembar (bimetallism) yang dimana Standar kembar terjadi apabila pemerintah
menggunakan emas dan perak sebagai dasar nilai mata uangnya. Caranya, harga perak
ditetapkan, misalnya sebesar $1,293 per gram dan emas sebesar $19,395 per gram. Dengan
demikian perbandingan niali antara perak dengan emas adalah 15 : 1. Perbandingan ini
disebut Mint Ratio. Artinya, harga emas 15 kali harga perak. Pemerintah bersedia untuk
membuat uang (pada perbandingan tersebut) semua emas dan perak yang ditawarkannya.
Demikian juga masyarakat bebas untuk melebur uang menjadi logam mulia dan sebaliknya.
Namun, standar kembar ini sering menimbulkan masalah.
Selanjutnya Fiat Standar, masalah pokok yang timbul dari standar barang (emas dan atau
perak) adalah kurang praktis apabila transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar. Atas
dasar alasan ini, kemudian beredar surat emas / perak sebagai pengganti emas / perak yanng
disimpan. Surat emas / perak ini semula dijamin 100% dengan emas / perak yang tersimpan
kemudian berangsur–angsur jaminan in i makin berkurang. Semula memang pengeluaran
surat emas ini sebagai bukti atas pemilikan emas yang tersimpan dimana setiap saat si
pemilik dapat mengambil emas tersebut. Oleh karena itu kertas (sertifikat) yang tidak
dijamin dengan 100% emas itu pun apabila memenuhi fungsi–fungsi tersebut diatas dapat
disebut uang.
Standar Uang Giral (Deposit Money)yang dimana Deposito di Bank yang dapat setiap saat
ditarik (dengan cek) dapat dikategorikan sebagai uang. Mengapa? Karena pertama,
depositoini dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Caranya, pembayaran ini dilakukan
dengan menulis cek., yakni transfer deposito dari si penulis / pembayar kepada si penerima
pembayaran. Kedua Deposito ini dapat dipakai sebagai alat penumpuk kekayaan. Seseorang
atau suatu badan usaha dapat mewujudkan kekayaannya dalam bentuk deposito. Ketiga,
deposit dapat dipakai sebagai alat pembayaran tertunda (deffered payment). Seseorang atau
badan usaha dapat membayar utangnya tiap bulan dengan menulis cek atas depositonya di
Bank. Karena deposito dapat memenuhi fungsi – fungsi uang, maka dapat dikategorikan
sebagai uang. Dan bahkan makin maju suatu perekonomian jenis uang giral ini proporsinya
terhadap jumlah total uang beredar makin besar.
Di Amerika Serikat pada tahun 1983 jumlah uang giral meliputi kurang lebih ¾ dari
jumlah uang beredar., sisanya (yang ¼) berupauang kartal (uang kertas dan logam).
Selanjutnya Standar Uang Kuasi yaitu Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan
tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik. Apabila kriteria uang
didasarkan pada fungsinya, maka sebenarnya tabungan ini tidak masuk dalam pengertian
uang. Namun, ada yang berpendapat bahwa seseorang itu dapat mewujudkan kekayaannya
dalam bervagai bentuk seperti : tanah, rumah, uang, perhiasan, dan bahkan berbentuk
tabungan. Maka memasukan tabungan kedalam pengertian uang dapat
dimengerti.Argumentasi lain untuk memasukan tabungan kedalam pengertian uang dengan
melihat apakah ada kemungkinan saling mengganti (substitutability) antara tabungan
dengan uang giral (demand deposit). Apabila ada maka tabungan dapat dimasukan kedalam
pengertian uang.Karena kriteria ini pun belum jelas, yakni sampai seberapa besar angka
substitutability ini dapat diterimanya tabungan sebagai uang, maka hingga kini masalah
tersebut selalu diperdebatkan.
BAB III
KESIMPULAN
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima saecara umum. Alat tukar itu berupa benda apa saja yang dapat diterima oleh
setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Semua aspek
kehidupan manusia dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan ditopang
sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satupun peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan
menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti
stagnan dan tidak berkembang. Peran uang dalam perekonomian dapat diibaratkan darah
yang mengalir dalam tubuh manusia. Tanpa darah, manusia seakan-akan hendak mati.
Kekurangan uang bagaikan kekurangan darah yang mengakibatkan gairah hidup menurun
dan lemah, yang pada akhirnya manusia menjadi sakit-sakitan.
Uang memang benda mati. Namun ternyata ia bisa mengendalikan hidup manusia.
Ini bisa terjadi jika manusia lupa akan fungsi dan peran uang yang sesungguhnya. Dengan
uang – yang notabene adalah benda mati – napas hidup perekonomian suatu negara dapat
terlihat. Dengan uang manusia bisa membeli rasa “aman, bersosialisasi, dihargai dan
dihormati. Dengan uang manusia dapat mengaktualisasikan dirinya.
Sebagai pada analisis ekonomi pada umumnya, selalu diketengahkan masalah
keseimbangan antara permintaan uang dengan melibatkan satu atau beberapa varianbel
yang mempunyai permintaan. Dari pendapat tersebut di atas dapat dikatakan jumlah dan
nilai uang mempunyai hubungan timbal balik, dan apabila pendapat ini dihubungkan
dengan harga maka bila jumlah uang dua kali lipat harga pun akan naik dua kali lipat
demikian pula sebaliknya.Melihat berbagai perbedaan pendapat mengenai Permintaan
Uang dari beberapa pandangan tokoh memang membawa dampak dalam prekonomian
terutama dalam keberadaan uang itu sendiri. Perbedaan pandangan memang sudah
harusnya terjadi dikarenakan setiap orang melihat sesuatu pasti mempunyai pendapat atau
asumsi yang berbeda – beda, namun hal tersebut tergantung bagaiman cara kita
menyikapinya sesuai dengan keadaan dan situasi.Aktivitas moneter merupakan salah satu
kegiatan ekonomi dalam suatu negara.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan pemerintah sebagai pelaku sekaligus sebagai
pengatur ekonomi, tetapi juga masyarakat pada umumnya. Di dalam kehidupan sehari –
hari, aktifitas moneter berkaitan dengan penggunaan uang dalam perekonomian. Kegiatan
ini berimplikasi pada kondisi perekonomian negara secara makro. Untuk itu , di perlukan
kontrol pemerintah agar tidak terjadi kegoncangan dalam perekonomian negara.