Anda di halaman 1dari 46

Rumpun Ilmu: Sosiologi

PROPOSAL PENELITIAN

Perspektif Keluarga dan Wacana Mengenai


Pandemi Corona Virus (COVID-19)

TIM PENGUSUL:
Astrida Fitri Nuryani, S.TP., M.Si NIK. 2016078201312001 Ketua Peneliti

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Perspektif Keluarga dan Wacana Mengenai


Pandemi Corona Virus (COVID-19)
Rumpun Ilmu : Ilmu Sosial dan Politik (601), Sosiologi (612)
Jenis Penelitian : Penelitian Dasar
Bidang Penelitian
a. Kategori : Social Sciences
b. Bidang Penelitian : Media, Family and Discourse Analysis
Tujuan Sosial Ekonomi
a. Kategori : Advancement of Social Sciences and Humanities
b. TSE : Social sciences (21.01)
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Astrida Fitri Nuryani, S.TP., M.Si
b. NIDN/NIK : 2016078201312001
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Sosiologi
e. Nomor HP : +6281333739660
f. Alamat surel (e-mail) : astridafn@ub.ac.id
Mahasiswa yang terlibat (1)
a. Nama/NIM : Amir William Andal - 185120100111023
Mahasiswa yang terlibat (2)
a. Nama/NIM : Khalida Zainan Fakhira - 185120100111008
Mahasiswa yang terlibat (3)
a. Nama/NIM : Wahyu Maulana - 185120107111005
Fasilitas Penunjang
Lama Penelitian Keseluruhan : 7 (tujuh) bulan
Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp 25.000.000,-

Malang, 23 Maret 2020


Mengetahui, Ketua Peneliti
Ketua Jurusan Sosiologi

Anif Fatma Chawa, Ph.D Astrida Fitri Nuryani, S.TP.,


M.Si
NIP. 197403082005012001 NIK. 2016078201312001

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan FISIP Ketua BPPM FISIP

Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak Dr. M. Lukman Hakim, S.IP.,


M.Si
NIP. 19690814 199402 1 001 NIK. 2016077910241001

i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

Judul Penelitian : Perspektif Keluarga dan Wacana Mengenai


Pandemi Corona Virus (COVID-19)
1. Tim Peneliti :
Alokasi
Waktu
No Nama Jabatan Bidang Keahlian
(jam/minggu
)
Sosiologi Media,
10
1 Astrida Fitri N Anggota Analisis Teks,
jam/minggu
Sosiologi Keluarga
2 Amir William A Asisten P. (1) Media Theory 5 jam/minggu
3 Khalida Zainan F Asisten P. (2) New Family Theory 5 jam/minggu
Analisis Teks
4 Wahyu Maulana Asisten P. (3) 5 jam/minggu
Wacana

3. Objek Penelitian yang diteliti:


4. Masa Pelaksanaan :
Mulai : bulan: April tahun: 2020
Berakhir : bulan: Oktober tahun: 2020
5. Lokasi Penelitian : Malang, Jakarta
6. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontribusinya):
7. Temuan yang ditargetkan:
8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50
kata):
9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala
ilmiah internasional bereputasi, nasional terakreditasi, atau nasional tidak
terakreditasi dan tahun rencana publikasi):
10.Rencana luaran HKI, buku, purwarupa, atau luaran lainnya yang
ditargetkan, tahun rencana perolehan atau penyelesaiannya:

ii
RINGKASAN PENELITIAN

kata kunci:

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................... I
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM......................................................................................II
RINGKASAN PENELITIAN................................................................................................ IV
DAFTAR ISI........................................................................................................................... V
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. VI
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................9
1.3. TUJUAN PENELITIAN.............................................................................................................9
1.4. MANFAAT PENELITIAN.........................................................................................................9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................11
2.1. PENELITIAN TERDAHULU....................................................................................................11
2.2. SIAPA GENERASI MILENIAL?..............................................................................................13
2.3. TINJAUAN SOSIOLOGIS DALAM AKTIVITAS POLITIK DI MEDIA SOSIAL...............................14
2.4. RUANG PUBLIK HABERMASIAN..........................................................................................15
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................................................20
3.1. POSISI WACANA DALAM ANALISIS WACANA SOSIOLOGSI..................................................20
3.2. PENENTUAN SUBYEK PENELITIAN......................................................................................21
3.3. TINGKATAN ANALISIS WACANA SOSIOLOGIS.....................................................................21
3.3.1. Analisis tekstual: Wacana sebagai objek.....................................................................22
3.3.2 Analisis Kontekstual: Wacana sebagai peristiwa tunggal............................................23
3.3.3 Analisis Sosiologis: Wacana sebagai Informasi, Ideologi dan Produk........................24
3.4. FOKUS PENELITIAN.............................................................................................................24
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA.............................................................................................................25
3.6. KEABSAHAN DATA DALAM RISET KUALITATIF..................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 28
RENCANA ANGGARAN BELANJA PENELITIAN...........................................................30
JADWAL KERJA PENELITIAN.........................................................................................31
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................................... 32
LAMPIRAN 1. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENGUSUL............................32

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Pembagian Generasi dari Pew Research Center.........................2


Gambar 2. Komposisi Pengguna Internet dan Penetrasi Pengguna Internet...........4
Gambar 3 Jumlah Pengguna Internet dan Platform Media Sosial Teraktif di
Indonesia (Sumber: Hasil Survei Hootsuite dan WeAreSocial, 2019)....................5
Gambar 4. Grafik Pemanfaatan Internet Bidang Gaya Hidup.................................6
Gambar 5. Persentase Penduduk Milenial di Beberapa Kota..................................7

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ringkasan Tingkat dan Prosedur Analisis................................................24

vi
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap individu yang ada dalam masyarakat tidak bisa terlepas dari wacana
(Foucault, 2002), Wacana menurut (Foucault, 2002) adalah simbol yang
ditunjukan oleh individu yang memiliki kekuasaan terhadap individu yang
dikuasai dengan cara disebarkan dan di “normalisasi”. Sehingga masyarakat
dalam melihat suatu objek dapat terjadi pertarungan wacana. Suatu wacana dapat
dikonstruksikan melalui tahap internalisasi, objektifikasi, dan eksternalisasi
(Berger, 1967), konstruksi sosial dapat dilakukan dari pihak yang berkuasa pada
pihak yang dikuasai, sehingga seseorang yang telah terkonstruksi secara realitas
sosial harus mematuhi simbol dari wacana tersebut. Proses ini pada akhirnya
dapat menghasilkan dua bentuk realitas, yaitu realitas objektif dan realitas
subjektif.
Wacana dapat dikonstruksikan melalui proses interaksi baik itu secara face-
to-face, mediated interaction, & quasi mediated interaction. Seiring berjalannya
waktu perkembangan industrialisasi juga mendorong terjadinya perubahan sosial
dari segi pola komunikasi (Blumer, 1990). Salah satunya adalah munculnya media
massa lama dan baru sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan informasi, serta
bagi generasi Z sudah mengenal yang namanya media sosial sebagai sarana baru
untuk mendapatkan informasi dan hiburan seperti facebook, twitter, Instagram,
dan masih banyak lagi.
Keberadaan media sosial membuat individu dengan individu yang lain lebih
mudah untuk “terkoneksi”, pelayanan media sosial seperti facebook, twitter,
Instagram dan masih banyak lagi bukan lagi sebagai alat pemenuh kebutuhan
akan informasi dan hiburan semata namun sebagai media massa. Semakin lama
para pengguna media sosial menggunakan media sosial sebagai alat untuk
mendapatkan berita tentang kehidupan sosial bahkan politik, hal ini biasanya
ditemui dalam status pengguna lain atau link yang disebarluaskan melalui koneksi
online (Mitchell, 2014). Hal ini membuat media sosial online dapat menjadi media
massa.

1
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Media massa merupakan salah satu unusr penting dalam komunikasi massa,
dimana media massa berpearan sebagai saluran/alat penyebaran suatu informasi
secara massal dan diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi yang
dimuat dalam media massa diperuntukkan kepada massal dan bukan informasi
yang hanya dapat dikonsumsi secara pribadi (Mulyana, 2010). Selain itu media
massa juga dapat berupa sebuah forum yang merepresentasikan berbagai
informasi pada khalayak sehingga memungkinkan terjadinya umpan balik. Lebih
jauh media massa bukan hanya sebagai tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi
juga memungkinkan untuk terjadinya komunikasi yang interaktif (Eriyanto, 2008).
Media massa juga memiliki posisi sebagai alat distribusi informasi dalam ruang
publik yang dimana media massa berperan sebagai perekat kepentingan yang
berjalan dalam ruang publik serta sebagai perpanjangan tangan dari manusia
(Habermas, 1962) .
Dalam beberapa dekade terakhir keberadaan internet secara signifikan
mempengaruhi bagaiamna informasi terdistribusi. Media massa lama seperti
televisi, koran, dan radio bukan lagi sebagai sumber mendapatkan informasi
utama bagi masyarakat. Pada tahun 2014, setengah dari pengguna internet dewasa
dilaporkan mendapatakn informasi mengenai pemerintahan dan poltik melalui
platform media sosial facebook (Mitchell, 2015). Terlebih lagi, media sosial
sekarang telah menempati peran utama masyarakat untuk mendapatkan informasi,
hal ini terbukti dari intensitas penggunaan media sosial dalam mendapatkan
informasi serta penggunaan ruang media sosial yang sama untuk tetap tehubung
baik itu personal chat atau diskusi dalam bentuk grup (Watie, 2016). Konsekunsi
dari perubahan model pendistribusian informasi ini mengakibatkan individu terus
mendapatkan informasi dari bermacam platform media sosial yang bahkan
informasi itu belum tentu benar sumbernya. Dari perspektif penelitian, penting
untung memahami bagaimana media sosial mempengaruhi eksposur dan sikap
seseorang terhadap berita (wacana), hal ini dikarenakan berita dapat menggiring
opini masyarakat serta memungkinkan timbulnya perilaku kolektif (Park, 1940).
Dalam proses internalisasi suatu wacana dalam individu baik secara
langsung ataupun melalui media, keluarga sangat berperan penting dalam
melakukan fungsi pengawasan serta kontroling terhadap wacana yang sedang

2
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

dibahas. Secara umum keluarga merupakan organisais sosial yang paling dasar
dalam masyarakat, dimana keluarga merupakan tempat pemenuhan kebutuhan
sosial bagi manusia, seperti kebutuhan akna kasih sayang, kebutuhan akan cinta
dan masih banyak lagi. Keluarga merupakan ikatan kebersaman dan emosional
antara 2 orang atau lebih yang anggota keluarga tersebut mengidentifikasikan
dirinya sebagai individu yang termasuk dalam kelompok tersebut (Friedman,
1998). Selain itu, keluarga merupakan tempat pertama terjadinya proses
internalisasi anata orang tua dan anak, dan proses pertama terbentuknya realitas
subjektif seseorang.
Ada berbagai pendapat dalam pustaka tentang kisaran tahun lahir generasi
Y. Sulit untuk menentukan siapa saja yang termasuk generasi milenial, meskipun
ada stereotip tertentu yang muncul di permukaan. Misalnya, mereka lebih suka
menghabiskan uang untuk berlibur dibanding berinvestasi atau membeli rumah
(https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/milenial-adalah-raja-piknik-di-indonesia).
Sebenarnya, siapakah generasi milenial atau generasi Y itu? Beberapa akademisi,
serta peneliti memberikan batasan tahun kelahiran generasi Y, yang rentang waktu
kelahirannya antara tahun 1980-2000 (Miller dan Washington, 2011: 174), atau
ada juga yang berpendapat bahwa kisaran tanggal lahir adalah 1977-1994 (Kotler,
Armstrong 2004: 465; Bush, 2004: 111).
Namun keterangan berbeda dilansir oleh New York Times pada bulan Maret
2018 lalu. Pew Research Center merilis definisi baru generasi milenial. Generasi
milenial dalam definisi ini memiliki rentang waktu yang sedikit lebih pendek.
Ukuran baru menyatakan mereka yang terlahir antara tahun 1981 sampai 1996
adalah generasi milenial. Selama ini, United States Census Bureau menetapkan
rentang generasi milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1982-2000.
Dalam rilis medianya, Pew Research Center menyebutkan bahwa lembaga itu
telah berkomitmen untuk mengukur perilaku masyarakat umum untuk berbagai
isu penting dan mendokumentasikan perbedaan perilaku tersebut di seluruh
kelompok demografi. Salah satunya yang sering digunakan untuk memahami
perbedaan ini adalah generasi.
Pengelompokan berdasarkan generasi memberi kesempatan untuk melihat
masyarakat baik dari posisi mereka di siklus kehidupan - apakah dewasa muda,

3
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

orang tua paruh baya atau pensiunan - dan dari keanggotaan mereka di dalam
suatu kelompok orang-orang yang lahir di waktu yang hampir bersamaan.
Kelompok generasi memberikan alat untuk mengamati perubahan pandangan dari
waktu ke waktu kepada para peneliti. Mereka dapat menyediakan cara untuk
memahami bagaimana pengalaman formatif yang berbeda, seperti peristiwa dunia
dan perubahan teknologi, ekonomi dan sosial, berinteraksi dengan siklus dan
proses penuaan untuk membentuk cara pandang mereka tentang dunia.
Dikutip dari Time.com (http://time.com/5181677/how-to-know-if-youre-a-
millennial/), Pew Research Center menyatakan bahwa tahun 1996 merupakan
perpotongan yang berarti antara generasi milenial dan generasi sesudahnya karena
beberapa alasan yang menentukan tahun-tahun formatif generasi milenial, seperti
serangan teroris 9/11, perang di Irak dan Afghanistan serta resesi global di tahun
2007. Pew Research Center akhirnya menetapkan tahun 1996 sebagai tahun
kelahiran terakhir generasi milenial. Michael Dimock - dalam wawancaranya
dengan USA Today mengatakan bahwa siapapun yang lahir antara tahun 1981 dan
1996, atau berusia 22 - 37 tahun pada 2018, akan dianggap sebagai generasi
milenial.

Gambar 1. Grafik Pembagian Generasi dari Pew Research Center


Sumber: Pew Research Center, 2019

Masih mengutip dari hasil riset Pew Research Center (2016) yang
menyebutkan bahwa kehidupan generasi milenial tidak dapat dilepaskan dari
teknologi komunikasi dan informasi, khususnya internet dan juga menyukai
hiburan (budaya pop) yang sudah menjadi kebutuhan pokok mereka. Generasi

4
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

milenial hidup pada era informasi yang diperoleh secara terbuka dari internet, baik
itu untuk kebutuhan fashion hingga preferensi politik. Generasi milenial juga
menghadapi beberapa krisis, mulai dari masalah terorisme domestik hingga resesi
ekonomi. Pengalaman bersejarah yang unik dari para milenial ini telah
membentuk mereka memiliki hubungan dengan politik dan komunitas mereka
(Gilman dan Stokes, 2014).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020
diproyeksikan angkatan milenial Indonesia akan mencapai 34 persen dari total
penduduk. Artinya, wajah Indonesia ke depan ditentukan oleh generasi milenial.
Generasi yang disebut juga dengan generasi Y ini tumbuh seiring berkembangnya
teknologi informasi, khususnya internet dan gawai. Hal inilah yang membedakan
mereka dengan generasi sebelumnya. Selanjutnya, apa beda antara generasi Y
dengan generasi milenial? Perlu peneliti tekankan bahwa generasi milenial dan
generasi Y adalah sama. Generasi Y mengambil namanya dari kata "Mengapa"
dalam bahasa Inggris. Generasi ini mengambil nama ini karena kata "Mengapa"
adalah alofon dari huruf "Y" (Kuyucu: 2014: 58). Dalam pengertian para
pengamat teknologi dan informasi, generasi Y disebut dengan digital native,
bukan digital immigrant (Prensky, 2001). Mereka adalah generasi pertama yang
menghabiskan seluruh hidup mereka di lingkungan digital; teknologi informasi
sangat memengaruhi cara mereka hidup dan bekerja (Bennett et al., 2008; Wesner
dan Miller, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan terminologi generasi
milenial untuk lebh memudahkan dalam mengolah pustaka, mencari contoh kasus,
dan menganalisis sesuai dengan realitas yang ada.
Mengutip hasil penelitian dari Alvara Research Center, ada tiga karakter
utama yang dimiliki oleh generasi milenial ini. Pertama adalah connected,
generasi milenial mengupayakan dirinya selalu terhubung, dalam arti
bersosialisasi dengan teman atau orang lain, baik di dunia nyata maupun dunia
maya. Karakter kedua adalah creative, berpikir out of the box, kaya ide,
multitasking, dan mampu berkomunikasi. Ketiga, confidence, percaya diri dalam
mengemukakan pendapat. Karakter connected (selalu terhubung) memang seolah
menjadi karakter dominan dari generasi milenial. Hal tersebut diperkuat dengan
data survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun

5
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

2017 yang menyatakan bahwa jumlah pengguna internet terbanyak didominasi


mereka yang berusia 19-34 tahun (49.5%) dan penetrasi internet pun juga
didominasi oleh pengguna dengan rentang usia yang sama.

Gambar 2. Komposisi Pengguna Internet dan Penetrasi Pengguna Internet


Sumber: Hasil Survei APJII tahun 2017

Dengan melihat komposisi pengguna Internet yang didominasi oleh


kelompok milenial, menjadi tidak aneh apabila dikatakan bahwa generasi tersebut
adalah generasi yang paling melek teknologi. Hidupnya tidak bisa jauh dari
internet. Internet menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup generasi
milenial. Mulai mencari informasi/berita, hiburan/sosialisasi, fashion hingga
pilihan politik. Data dari EACEA (2012) menyebutkan generasi ini relatif sangat
sedikit yang mau bergabung dalam partai politik. Mereka juga cenderung memilih
menjadi warga negara yang tidak ikut menggunakan hak pilih mereka dalam
Pemilu. Pirie dan Worcester (1998) mengatakan generasi ini sering mengalami
putus hubungan dengan komunitasnya serta tidak berminat pada proses dan
persoalan politik. Mereka juga memiliki tingkat kepercayaan yang rendah pada
politisi serta sinis terhadap berbagai lembaga politik dan pemerintahan (Haste dan
Hogan, 2006).
Namun tidak semua generasi milenial memiliki pandangan demikian. Dalam
sebuah artikel populer yang membahas tentang generasi milenial dijelaskan bahwa
pola penggunaan media sosial orang muda dengan status sosial ekonomi tinggi
dan tinggal di negara maju berbeda dengan mereka yang status sosial ekonomi
rendah dan tinggal di negara maju. Oleh karena itu, penggunaan media sosial
generasi Y di Amerika Serikat (AS) sangat berbeda dengan di Korea Selatan,
meskipun sama-sama sebagai negara maju. Perbedaan ini terjadi karena latar
belakang budaya dan infrastruktur teknologi (Bolton, Parasuraman, et.al., 2013).

6
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Bagaimana dengan di Indonesia? Dengan jumlah pengguna dan penetrasi Internet


yang sangat tinggi di generasi milenial, maka bukan tidak mungkin generasi ini
memiliki andil besar dalam menentukan arah pembangunan bangsa.

Gambar 3 Jumlah Pengguna Internet dan Platform Media Sosial Teraktif di


Indonesia (Sumber: Hasil Survei Hootsuite dan WeAreSocial, 2019)
Hasil survei dari Hootsuite dan WeAreSocial di bulan Januari 2019 tersebut
menunjukkan adanya jumlah pengguna Internet yang meningkat cukup signifikan
hingga 150 juta pengguna, yang sebelumnya ‘hanya’ berjumlah 135 juta.
Ditambah lagi dengan informasi terkait platform media sosial yang paling aktif
diakses oleh netizen yaitu YouTube, Facebook, Instagram dan Twitter. Sedangkan
untuk aplikasi pesan berantai, netizen lebih menyukai WhatsApp dibanding LINE
atau Blackberry Messenger. Berdasarkan hasil survei APJII tahun 2017 dan
Hootsuite tahun 2019 terdapat benang merah yang menunjukkan bahwa memang
generasi milenial memiliki karakteristik connected, multitasking dan kaya akan
ide-ide segar. Hal itu ditunjukkan pula dengan grafik dari APJII yang menyoroti
pemanfaatan internet di bidang gaya hidup.

7
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Gambar 4. Grafik Pemanfaatan Internet Bidang Gaya Hidup


Sumber: Hasil Survei APJII tahun 2017

Tampak dari grafik di atas, sejumlah 87.13 persen netizen menggunakan


internet untuk berkomunikasi melalui media sosial, sisanya untuk mengunduh
film dan menikmati hiburan/gosip. Berkomunikasi melalui media sosial ini bisa
juga diartikan bersosialisasi (mencari teman) atau mungkin mencari
informasi/berita baik itu bertemakan politik, sosial maupun budaya. Namun
ternyata netizen mengakses informasi politik tidak berbanding lurus dengan
jumlah pengguna media sosial. Ini yang menjadi salah satu faktor juga mengapa
literasi politik generasi milenial kurang dan dirasa perlu dibangun melalui saluran
yang bernama media sosial.
Perlu diketahui bahwa generasi milenial secara geografis tidak selalu
mendiami kawasan urban (perkotaan), khususnya kota besar, namun juga mereka
ada di daerah rural/urban yang ternyata jumlahnya juga cukup tinggi. Merujuk
hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah kembali oleh
Beritagar/Lokadata menunjukkan bahwa populasi generasi milenial masih
mendominasi di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali. Artinya, penetrasi internet saat
ini tidak lagi dikuasai di struktur masyarakat Jawa saja sehingga transfer
informasi dan pengetahuan semakin tersebar lebih luas. Begitu juga dengan
pembahasan isu politik elektoral tahun 2019 ini. Pasangan calon presiden dan

8
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

calon wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga


Uno beradu strategi untuk menggaet suara dari generasi milenial.

Gambar 5. Persentase Penduduk Milenial di Beberapa Kota


Sumber: Diolah dari data BPS dan Lokadata, 2016

Lantas bagaimana keterkaitan generasi milenial, media sosial dan politik?


Ross Tapsell, peneliti dari Australian National University (ANU) yang lama
meneliti di Indonesia menguraikan bahwa keriuhan di media sosial menjelang
Pemilu 2019 tidak mencerminkan suara kaum milenial Indonesia secara
keseluruhan. Memasuki masa kampanye politik di negara ini, media sosial juga
dipandang kurang efektif dalam memengaruhi pilihan politik generasi milenial.
Lebih mendalam lagi, Tapsell menjelaskan bahwa tidak semua milenial memakai
media sosial dan media sosial sendiri juga tidak merepresentasikan semua
milenial. Menurutnya, aktivisme milenial yang tampak di media sosial memiliki
pola yang berbeda. Kelompok milenial lebih tertarik dengan pekerjaan sebagai
buzzer (penggaung, penyebar informasi yang dibayar melalui unggahannya),
sehingga aktivisme politik di kalangan milenial Indonesia mengarah menjadi
lahan bisnis. Pola aktivisme ini berbeda dengan milenial tahun 1997-an yang pada
saat itu kelompok milenial bertindak sebagai agen reformasi melalui demonstrasi
di jalan.
Perlu diketahui bahwa aktivisme politik generasi milenial memiliki pola
yang berbeda, seperti misalnya lebih senang berdiskusi secara daring
dibandingkan bertatap muka langsung, memanfaatkan fenomena politik sebagai

9
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

lahan bisnis hingga memilih media sosial dibanding media masssa konvensional
sebagai ruang publik alternatif. Budiarjo (2009) menuturkan bentuk-bentuk
partisipasi politik konvensional seperti memberikan suara dalam pemilu,
menghadiri rapat umu, kampanye, menjadi anggota suatu partai atau kelompok
kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan dengan pejabat pemerintah
atau anggota parlemen. Sedangkan partisipasi politik generasi milenial tidak
cukup sampai di situ, salah satu kanal informasi yang hadir diperuntukkan bagi
generasi milenial untuk mendapatkan informasi serta pendidikan politik yang
berkualitas, asumsi.co berupaya menghadirkan ruang diskusi politik, current
affairs dan budaya pop yang sesuai dengan selera generasi milenial. Melalui
laman website, Asumsi menyatakan kepercayaannya dengan peran media sebagai
sarana pendidikan politik masyarakat. Bahkan, Asumsi menyediakan ruang seluas
dan sebebasnya bagi siapapun yang ingin berkomentar di beberapa platform
media sosial mereka yaitu Facebook, Twitter, Instagram dan YouTube. Mereka
sadar bahwa pendidikan politik bagi generasi milenial harus menggunakan
medium yang juga dipakai oleh generasi tersebut supaya informasi cepat diterima
dan muncul diskusi berkelanjutan.
Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana Asumsi, melalui akun twitter
@asumsico mampu menjembatani diskusi hingga perdebatan isu politik di
Indonesia, khususnya menjelang Pemilu tahun 2019 ini. Kami sepakat untuk
fokus mengamati akun twitter @asumsico dengan objek pembahasan berupa
unggahan video dalam rentang waktu bulan September 2018 - Februari 2019
dengan tema besar yaitu pemilu. Meskipun Asumsi memiliki akun media sosial
lain tidak hanya Twitter, namun peneliti mengamati bahwa dengan jumlah
pengikut (follower) sebanyak 28.000 (28.7K), @asumsico dapat hadir sebagai
ruang alternatif bagi netizen yang ingin berdiskusi atau berdebat perihal politik.
Terutama, dengan mengunggah video yang bertemakan ‘pemilu’, peneliti melihat
adanya keterlibatan dari netizen dalam kolom komentar atau retweet.
Pertimbangan lain mengapa kami memfokuskan pada Twitter dibanding
platform media sosial lainnya, meskipun data dari WeAreSocial dan Hootsuite
menunjukkan bahwa Twitter menempati posisi ke-3 lebih rendah dibanding
Facebook dan Instagram, generasi milenial merasa mengakses Twitter lebih

10
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

mudah (tidak membutuhkan bandwidth yang besar), mencakup tulisan, foto, dan
video, serta sirkulasi informasi yang lebih cepat dibanding Facebook dan
Instagram. Terlebih karakter Twitter yang ‘ringan’ (lite) menjadikan platform
favorit bagi kelompok milenial. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana kelompok millenial memanfaatkan media
sosial sebagai ruang publik alternatif untuk membahas isu politik elektoral tahun
2019 ini. Selanjutnya juga untuk melihat sejauh mana keterlibatan netizen pada
akun @asumsico sebagai ruang publik alternatif di kalangan generasi milenial.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti merasa perlu
untuk menyusun rumusan masalah agar mendapatkan hasil penelitian yang
komprehensif dan mendalam. Rumusan masalah terbagi ke dalam dua poin, yaitu:
1. Sejauh mana pengetahuan generasi millenial dalam diskursus politik
elektoral di Indonesia?
2. Bagaimana partisipasi generasi millenial melalui media sosial (twitter)
dalam membentuk ruang publik alternatif

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana


pengetahuan politik generasi millenial serta bentuk partisipasi politik mereka
dalam media sosial (twitter). Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan sejauh mana pengetahuan generasi


millenial dalam diskursus politik elektoral di Indonesia, khususnya
menjelang Pemilu 2019;
2. Mengetahui dan mendeksripsikan bentuk-bentuk partisipasi generasi
millenial melalui twitter dalam membentuk ruang publik alternatif;

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang sosiologi


politik dan sosiologi media khususnya, terutama yang menyoroti fenomena
demokrasi digital generasi millenial. Secara khusus, manfaat penelitian ini yaitu:

11
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

1. Memberikan wawasan tentang sejauh mana pengetahuan generasi


millenial tentang diskursus politik elektoral, khususnya dalam rangka
Pemilu tahun 2019 ini;
2. Memberikan wawasan dan narasi mendalam tentang bagaimana peran
media sosial, dalam konteks ini yaitu twitter sebagai ruang publik
alternatif bagi generasi millenial;
3. Memperkaya khazanah literasi dalam bidang kajian sosiologi media,
khususnya yang membahas tentang bagaimana teknologi digunakan dalam
mendukung terciptanya ruang publik ideal.

12
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan dengan jelas konsep serta teori apa yang digunakan
untuk menganalisis fenomena penggunaan Twitter di kelompok milenial. Diawali
dengan uraian penelitian terdahulu tentang siapa dan bagaimana kelompok
milenial dalam aktivitas keseharian lalu dilanjutkan dengan melihat sejauhmana
partisipasi politik kelompok milenial terutama yang memanfaatkan media sosial
sebagai medium partisipasi. Poin kedua yaitu menjelaskan bagaimana teori
sosiologi media bekerja dalam memotret fenomena perilaku pengguna media
sosial, khususnya melihat bentuk-bentuk aktivitas yang mencerminkan upaya
pembentukan ruang publik baru melalui platform media sosial. Ketiga, peneliti
menguraikan pandangan ruang publik Habermasian dengan meminjam
intertekstualitas dari Fransico Budi Hardiman, dalam tulisannya yang berjudul
Ruang publik: Melacak partisipasi demokratis dari “polis” hingga “cyberspace”.
Upaya peneliti menguraikan tinjauan pustaka dengan bahasa yang sederhana
bertujuan untuk memudahkan memahami alur penelitian ini.

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang generasi muda dan partisipasi politik sudah pernah dilakukan,
salah satu diantaranya oleh Morissan (2016) dengan judul “Tingkat Partisipasi
Politik dan Sosial Generasi Muda Pengguna Media Sosial”. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 73,2 persen respoden memberikan suara pada Pemilu
legislatif 2014 dan sebagian besar (80%) menunjukkan keinginan besar untuk
memberikan suara pada Pemilu Presiden 2014. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat partisipasi politik di kalangan pemilih pemula adalah tinggi. Selain itu,
bentuk partisipasi politik sebagian besar responden barulah pada level yang paling
ringan konsekuensinya yaitu sekedar membicarakan isu politik dengan teman atau
rekan sejawat sebagai bagian dari kegiatan berbincang untuk menghabiskan
waktu. Bentuk kampanye lain oleh pemilih pemula seperti mempromosikan
kandidat/ parpol, membantu kampanye parpol atau memberikan sumbangan ke
parpol adalah relatif rendah atau tidak intensif.

11
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

“The Millennial Generation and Politics” merupakan judul penelitian yang


dilakukan Little (2009). Artikel ini menggambarkan kekhususan generasi milenial
di Inggris. Berbeda dengan deskripsi kelompok usia yang sama di Amerika
Serikat, kaum milenial Inggris kurang tertarik berpartisipasi dalam organisasi
relawan. Mereka juga umumnya kurang terlibat secara sosial dan politik,
meskipun politisi yang aktif mewakili kepentingan mereka menjadi lebih umum.
Penulis membandingkan pemilihan Barack Obama dan Boris Johnson dan
menjelaskan bagaimana masing-masing kandidat dapat berhasil memenangkan
suara dari generasi milenial di Amerika Serikat dan Inggris.
Namun, pemuda di AS memilih Obama karena platform perubahan dan
reformasi penuh harapan, sedangkan pemuda di Inggris memilih Johnson sebagai
cara memprotes walikota London sebelumnya, Ken Livingston. Tidak seperti
pendukung Obama, pendukung Johnson cenderung kurang aktif berkampanye
untuk kandidat mereka. Penelitian ini mengusulkan bahwa penekanan yang
berbeda pada layanan masyarakat di kedua negara sebagian besar bertanggung
jawab atas sikap yang berbeda antara kelompok-kelompok pemuda yang terpisah.
Para politisi sebaiknya menumbuhkan lebih banyak hubungan akar rumput
dengan kaum muda jika mereka ingin mendorong keterlibatan politik mereka.
Gagnier (2008) juga melakukan penelitian dengan judul “Democracy 2.0:
Millennial-Generated Change to American Governance”. Hasil penelitian
menemukan bahwa generasi milenial mencari bentuk-bentuk definisi diri dan
saluran dimana mereka dapat menghasilkan solusi mereka sendiri untuk masalah-
masalah masyarakat, organisasi (terutama yang dipimpin oleh generasi milenial)
dengan memanfaatkan afinitas generasi ini melalui teknologi dan jejaring sosial.
Dengan tidak adanya batas-batas sosial yang ada, Demokrasi 2.0 memungkinkan
warga untuk membangun demokrasi.
Sebagai generasi yang haus perubahan, sayangnya sampai saat ini tidak
banyak partai politik yang memiliki strategi jitu menggaet suara generasi milenial
dengan program dan bahasa yang mampu menyapa mereka. Partai politik masih
cenderung beranggapan bahwa yang disebut rakyat pemilih adalah semua rakyat
yang selama ini sudah memberikan hak suaranya. Oleh karena itu, pendidikan
politik kepada generasi milenial adalah penting. Sebab, bukan tidak mungkin

12
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, generasi milenial tidak


memberikan suaranya karena merasa program partai tidak menyentuh atau terlalu
banyak janji yang sulit terpenuhi. Bisa jadi mereka tidak berpartisipasi dalam
perhelatan politik ketika mereka tidak mendapatkan pencerahan politik. Literasi
politik dapat diberikan baik melalui media sosial maupun internet yang
bersinggungan langsung dengan kaum milenial. Mereka adalah pengawal
perubahan. Mencerdaskan mereka dalam berpolitik merupakan investasi yang
berharga untuk perubahan di masa depan.

2.2. Siapa Generasi Milenial?

Konsep generasi menurut Kupperschmidt’s (2000) adalah sekelompok individu


yang mengidentifikasi kelompoknya berdasarkan kesamaan tahun kelahiran,
umur, lokasi, dan kejadian-kejadian dalam kehidupan kelompok individu tersebut
yang memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka. Howe &
Strauss (1991, 2000) membagi generasi berdasarkan kesamaan rentang waktu
kelahiran dan kesamaan kejadian-kejadian historis (Putra, 2016).
Gerenasi milenial menurut Dimitriou dan Blum (2015) adalah generasi yang
juga disebut sebagai generasi Y atau net generation, echo boomers, n-geners,
nexters, internet generation generation me, dan digital natives (Schullery, 2013).
Sedangkan Young et al. (2013) secara spesifik menyatakan bahwa generasi
milenial merupakan generasi yang lahir pada kisaran tahun 1981-2000. Generasi
ini bahkan dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk melakukan komunikasi
di samping melalui tatap muka, seperti melalui pengirim email dan media sosial.
Aktivitas ini pula yang memungkinkan mereka memiliki pergaulan yang luas
dengan beragam orang dari seluruh dunia (Roebuck, Smith & Haddaoui, 2013).
Generasi ini bahkan dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk
melakukan komunikasi disamping melalui tatap muka, seperti melalui pengirim
email dan media sosial (Young, et al., 2013). Aktivitas ini pula yang
memungkinkan mereka memiliki pergaulan yang luas dengan beragam orang dari
seluruh dunia (Roebuck, Smith & Haddaoui, 2013). Generasi milenial menurut
Young, et al. (2013) dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk melakukan
komunikasi di samping melalui tatap muka, seperti melalui pengirim pesan atau

13
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

email dan melalui berbagai media sosial, sehingga memungkinkan mereka


memiliki pergaulan yang luas dengan beragam orang dari seluruh dunia
(Roebuck, Smith & Haddaoui, 2013). Oleh karena itu pula generasi ini memiliki
toleransi keberagaman manusia yang lebih tinggi dibanding generasi lainnya
(Domitriou, 2015). batas.

2.3. Tinjauan Sosiologis dalam Aktivitas Politik di Media Sosial

Media digital menurut Folkerts, et al (2008) adalah bentuk-bentuk dari media dan
isi media yang diciptakan dan dibentuk oleh perubahan teknologi. Internet adalah
salah satu dari media digital di abad 21. Sebagai teknologi baru yang canggih,
bentuk media dan teknologi muncul secara bersamaan dan di sebut konvergensi
media. Konvergensi media merupakan kombinasi antara dua atau lebih dari
media-media sebelumnya (media konvensional) yang menjadi suatu proses
dimana dapat membawa kemudahan dan keuntungan bagi penggunanya. Media
sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube merupakan contoh dari
media digital.
Partisipasi politik dapat dilakukan oleh setiap warga di negara demokrasi.
Bourne (2010) mendefenisikan partisipasi politik sebagai kegiatan pribadi warga
negara yang dilakukan untuk memengaruhi keputusan pemerintah. Sedangkan
Dahrendorf (2003) menyatakan bahwa setiap orang yang hidup di negara
demokratis memiliki hak untuk menyatakan pandangan dan sikap mereka
terhadap segala hal yang terjadi di ranah publik atau hal-hal yang terkait dengan
kepentingan mereka agar diketahui pemerintah dan selanjutnya pemerintah
memberikan responnya.
Tipologi partisipasi politik yang lebih luas dikemukakan oleh Teorell,
et.al., (2007) yang mencakup lima dimensi yaitu: 1) Electoral Participation
(partisipasi elektoral) adalah partisipasi warga dengan melakukan pemungutan
suara termasuk memberikan suara pada saat pemilihan umum; 2) Consumer
participation yang mencakup kegiatan memberikan sumbangan untuk amal,
melakukan boikot atau menandatangai petisi dan melakukan konsumsi politik
(political consumption), atau dengan kata lain consumer participation merupakan
tindakan warga masyarakat sebagai konsumen politik yang kritis; 3) Party

14
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

activity, yaitu tindakan menjadi anggota atau pendukung aktif partai politik,
melakukan pekerjaan sukarela atau menyumbangkan uang untuk partai politik; 4)
Protest activity, yang mencakup tindakan seperti turut serta dalam kegiatan
demonstrasi, pemogokan dan kegiatan unjuk rasa lainnya; 5) Contact activity,
yaitu tindakan menghubungi organisasi pemerintah, politisi atau pejabat
pemerintahan.

2.4. Ruang Publik Habermasian

Sejarah panjang mengawali perkembangan Internet di Indonesia yang awalnya


hanya dapat diakses oleh segelintir orang dengan akses yang terbatas. Seiring
waktu, kehadiran internet mulai mendapat perhatian ketika peristiwa jatuhnya
rezim Soeharto tahun 1998. Pada rezim Soeharto, Internet dan atribut penghubung
(warung internet/warnet) telah menjadi ruang bagi masyarakat kelas menengah
Indonesia yang sebelumnya tidak dapat menyuarakan opini/gagasan melalui
media mainstream (Lim, 2003) dan akhirnya Internet mampu menghadirkan ruang
bebas bagi masyarakat sipil untuk menentang kekuasaan negara (Hill & Sen,
2005; Lim, 2006). Dalam sejarah politik Indonesia, Internet telah berperan
sebagai “ruang maya sipil” di mana individu dan grup menghasilkan aktivisme
online secara kolektif dan menerjemahkannya menjadi pergerakan dunia nyata di
ranah offline (Lim, 2006). Beberapa sifat Internet seperti konvergen, hemat biaya,
memiliki ketahanan terhadap upaya kontrol dan sensor, Lim (2003) menyebutkan
bahwa Internet adalah ‘medium yang ramah’ (convival medium). Dengan
demikian, sebagaimana dinyatakan oleh Lim dan Kann bahwa Internet
menawarkan ruang luas tak terbatas bagi kebebasan, kemandirian dan kreativitas
dibanding dengan media-media sebelumnya (2008, h.82).
Melalui penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa peran Internet dinilai
cukup signifikan bagi dinamika politik di Indonesia, khususnya membangun iklim
demokrasi yang semakin baik. Ruang yang tak bersekat, akses yang mudah serta
murah menjadi keunggulan bagi Internet dibanding media mainstream seperti
radio, surat kabar, dan televisi. Bahkan, beberapa pengamat media pun
menyebutkan bahwa Internet dianggap sebagai ruang publik baru yang fleksibel
dan benar-benar bebas dari kekuasaan dominan (Fuchs, 2014; Jati, 2016; Lim,

15
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

2012 & 2014). Menyebut internet sebagai ruang publik baru maka kita perlu
menilik kembali gagasan Jurgen Habermas tentang apa itu ruang publik.
Menurutnya, ruang publik adalah ‘ruang’ yang diciptakan dari kumpulan orang-
orang tertentu yang bertujuan untuk membangun sebuah wacana dan sikap atas
otoritas publik. Atau dengan kata lain, ruang publik mengacu pada “ruang antara”
negara dan pasar di mana segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan
umum dan opini publik dibentuk dengan cara persuasi, konflik, dan didalamnya
terjadi perebutan makna (contested meaning) untuk memenangkan opini publik
(Habermas, 1989).
Dalam tulisan The Structural Transformation of the Public Sphere,
Habermas menyebutkan bahwa salon dan kedai kopi (coffee house) adalah
representasi ruang publik di Eropa pada abad ke-16 dan 17. Ia menggambarkan
bagaimana kelompok borjuis dengan bebas menyampaikan gagasan dan kritiknya
atas kebijakan pemerintah tanpa merasa ditekan atau diawasi. Sebagai
penghubung dengan negara, maka tidak heran apabila ruang publik digunakan
untuk mendiskusikan segala hal yang mungkin dicapai solusi rasionalnya melalui
debat kritis. Konsepsi ruang publik ideal ala Habermas mensyaratkan dua hal.
Pertama, keterbukaan – yang artinya siapapun boleh terlibat dalam pembentukan
‘ruang’ publik tanpa melihat status sosial/latar belakang. Kedua, terdapat debat
rasional/kritis yang setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk saling
memengaruhi melalui kekuatan argumentasi mereka.
Ruang publik memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik tidak hanya sebagai institusi
atau organisasi yang legal, melainkan adalah komunikasi antar
warga itu sendiri (Hardiman, 2009:128). Memasuki abad ke-20, bentuk ruang
publik mulai bergeser, terlebih pasca ditemukannya mesin cetak yang melahirkan
media massa, seperti surat kabar, radio, dan televisi. Beberapa akademisi sempat
merisaukan masifnya perkembangan media massa karena dianggap mengancam
demokrasi dan ruang publik. Ketakutan ini cukup beralasan jika menilik kritik
Horkheimer dan Adorno terhadap budaya massa - bahwa budaya yang dimediasi
dan diproduksi secara massal akan menjadi dominasi ideologis ketimbang sebagai

16
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

ruang publik. Kemampuan propaganda media massa yang bagus akhirnya dapat
mengubahnya menjadi lembaga pemerintah yang berita/informasi akan dikuasai
dan diawasi. Alih-alih bersikap pesimis, Habermas nyatanya mendukung
kehadiran media massa modern berpotensi menjadi ruang publik baru yang
mampu mendukung iklim demokrasi.
Imajinasi ruang publik yang dikemukakan Habermas ternyata tidak hanya
ditemukan di Eropa melalui salon dan coffee house. Salah seorang ahli politik
Amerika yang juga Indonesianis, Benedict Anderson, dalam bukunya Imagined
Communities (2006), menyebutkan bahwa kapitalisme cetak, media cetak
memungkinkan kaum nasionalis menggencarkan konsep persatuan “Indonesia”
sebagai suatu negara-bangsa (state-nation), meski hanya segelintir kecil minoritas
berdaya yang melek huruf dan bisa membacanya. Sejak saat itu, media massa
mainstream menjadi medium yang cukup baik dalam merawat demokrasi di
Indonesia. Namun, kondisi tersebut berubah ketika Internet mulai hadir ke dalam
aktivitas keseharian masyarakat. Menyitir pendapat dari Silih Agung Wasesa
bahwa kehadiran media baru berbasis digital membuat informasi politik tidak
hanya semakin masif, tetapi juga terdistribusi dengan cepat dan bersifat interaktif.

17
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

BAB III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi


kualitatif, atau dikenal dengan analisis tematik (thematic analysis). Bogdan &
Taylor (1992) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, namun
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan thematic
analysis yaitu seperangkat model analisis isi kualitatif yang memfokuskan pada
analisis teks baik secara visual maupun gramatikal. Thematic analysis menurut
Vaismoradi, Turunen, dan Bondas (2013) memiliki beberapa persamaan dengan
analisis isi kualitatif, yaitu landasan filosofis, perhatian atas data, penentuan tema,
dan pentingnya memfokuskan pada deskripsi dan interpretasi data.
Pendekatan yang digagas oleh Jose Ruiz Ruiz (2009) dan Fernando Conde
(2010) ini bertumpu pada gagasan bahwa sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang
memandang wacana secara unik, yaitu tidak saja secara tekstual melainkan juga
secara kontekstual dan interpretif, sehingga wacana dianggap sebagai suatu
produk sosial. Pandangan semacam ini berasal dari tradisi sosiologi Eropa
Selatan, khususnya Spanyol, yang memandang wacana sebagai suatu produk
sosial. Keberagaman masyarakat Spanyol yang didasari oleh akar historis dan
kultural yang berbeda, menyebabkan timbulnya tradisi akademik tertentu dalam
bidang sosiologi, dan situasi yang serupa di Indonesialah yang menjadikan
metode ini berpotensi untuk dikembangkan dalam konteks Indonesia.

3.1. Posisi Wacana dalam Analisis Wacana Sosiologsi

Dalam Analisis Wacana Sosiologis, wacana didefinisikan sebagai “praktik apa


pun yang digunakan individu untuk menjiwai realitas dengan makna” (Ruiz Ruiz,
2009; Conde 2010). Penekanan terutama diberikan pada wacana yang berbentuk
verbal, baik itu yang berupa tulisan maupun ucapan, karena bahkan wacana visual
pun menjadi wacana yang harus ditransmisikan secara verbal sebelum dapat
diinterpretasikan. Perbedaan mendasar lainnya terletak pada perbedaan antara

20
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

wacana spontan dan wacana yang diinduksi . Wacana spontan mengacu pada
wacana yang diproduksi oleh subyek dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Wacana yang diinduksi diproduksi dalam kerangka penelitian, terutama dalam
melakukan analisis. Jenis wacana ini biasanya dihasilkan dalam kerangka
wawancara mendalam atau melalui dinamika kelompok, khususnya dalam bentuk
diskusi kelompok (Ruiz Ruiz, 2009; Soares & Godoi, 2017; Godoi, Mastella &
Uchoa, 2018). Untuk alasan ini, kita akan merujuk terutama pada wacana yang
diinduksi ketika memeriksa metode yang digunakan dalam analisis wacana
sosiologis, sambil mengingat bahwa pendekatan ini juga dapat diterapkan pada
wacana spontan.

3.2. Penentuan Subyek Penelitian

Untuk memudahkan melakukan analisis, langkah selanjutnya yaitu menentukan


subyek penelitian, atau dalam pandangan kualitatif disebut dengan Informan.
Sehubungan dengan keputusan peneliti menggunakan analisis tematik sebagai
metode penelitian, dimana analisis ini mengandalkan pada keragaman teks (baik
teks maupun visual) yang berhasil dihimpun oleh peneliti, maka subyek penelitian
ini yaitu akun resmi (official account) Instagram kedua pasangan calon
gubernur/wakil gubernur Jawa Timur tahun 2018, @jatimsedulur (Gus Ipul –
Mbak Puti) dan @khofifahemil (Khofifah – Emil). Seperti yang telah dijelaskan
dalam paragraf sebelumnya, peneliti mengikuti (follow) kedua akun tersebut sejak
resmi didaftarkan ke KPU yaitu Bulan Maret 2018. Rentang waktu pengamatan
kurang lebih selama empat bulan (Maret – Juni 2018) dengan harapan kedua akun
tersebut tetap aktif mengunggah konten politik hingga proses penghitungan suara
oleh KPU dan penetapan pemenang pemilihan gubernur selesai.

3.3. Tingkatan Analisis Wacana Sosiologis

Untuk menafsirkan wacana dari sudut pandang sosiologis, wacana pertama-tama


harus dianalisis dari pendekatan tekstual dan kontekstual. Oleh karena itu, ada tiga
tingkat analisis yang berbeda, yaitu (a) tingkat tekstual, yang memungkinkan
peneliti melakukan karakterisasi wacana dengan berfokus pada pemaparan, di
mana wacana adalah obyek studi; (b) tingkat kontekstual, yang memungkinkan

21
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

peneliti memahami wacana dengan jalan memaknai penyampaian, di mana


wacana dipandang sebagai suatu tindakan atau kejadian, dan (c) tingkat
interpretatif, di mana penjelasan sosiologis atas wacana diberikan, dan wacana
dianggap sebagai informasi, ideologi dan produk sosial. Ketiga level ini dapat
dianggap sebagai proses linear yang bergerak dari analisis tekstual ke analisis
kontekstual dan akhirnya ke interpretasi; yang terakhir dipahami sebagai tujuan
akhir dari analisis, namun lebih banyak dilakukan dalam gerak maju-mundur
sebagai suatu proses dialogis. Analisis tekstual dilakukan tanpa melepaskan diri
dari analisis atas konteks (kontekstual).

Gambar 6 Proses analisis wacana sosiologis (Ruiz Ruiz, 2009)

3.3.1. Analisis tekstual: Wacana sebagai objek

Pada tahap awal, analisis wacana berpusat pada tekstualitas. Langkah pertama
yang biasanya diambil dalam analisis tekstual adalah menerjemahkan wacana ke
dalam bentuk tekstual. Terjemahan wacana non-tekstual ke bentuk tekstual ini
merupakan fase pertama dari analisis tekstual dan karenanya harus dilakukan
sesuai dengan kriteria dan prosedur yang ketat. Untuk melakukannya, dua
prosedur digunakan:
a. Deskripsi, yang diterapkan pada wacana non-verbal,
b. Transkripsi ,yang diterapkan untuk wacana verbal.

22
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Kriteria mendasar untuk penerjemahan kedua jenis ini adalah bahwa


terjemahan itu dilakukan secara literal dan terperinci untuk memulihkan
semua nuansa wacana dengan cara yang sebaik mungkin.
Karena terjemahan wacana ke dalam bentuk teks tidak hanya penting untuk
analisis tingkat pertama ini, tetapi juga mendasar untuk analisis kontekstual dan
untuk interpretasi wacana, maka. deskripsi dan transkripsi harus mencakup semua
elemen teks yang dibutuhkan untuk tahap interpretasi Jadi, transkripsi harus
mencakup semua peristiwa verbal (jeda dalam percakapan, modulasi, penekanan,
gerakan dan ekspresi bermakna, dll.) maupun non-verbal (deskripsi tarian atau
ritual, harus detil dan mencakup semua konteks).
Aspek dalam analisis tekstual terdiri atas (a) Analisis Konten, yaitu
membuat fragmen-fragmen ke dalam unit-unit, untuk selanjutkan dilakukan
coding bergantung pada tujuan teoritis penelitian (dari aspek interest maupun nilai
teks bagi peneliti), misalnya dengan analisis tematik; (b) Semiotika formal, yaitu
untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh wacana dari segi pengucapan
(di mana wacana diproduksi dan tindakan apa yang dilakukan), mulai dari
penggunaan kata ganti, keterangan, modalitas, dan lain-lain, dan (c) Semiotika
strukturalis, yaitu untuk melihat logika internal di balik reproduksi teks.

3.3.2 Analisis Kontekstual: Wacana sebagai peristiwa tunggal

Analisis wacana situasional, di mana situasi yang terjadi di balik diproduksinya


wacana maupun subyek yang memproduksi wacana sama-sama ditinjau dengan
seksama. Apakah wacana itu bersifat individual atau kolektif, adakah hubungan
antara subyek dengan peneliti, sumberdaya yang ada dari aspek kapasitas, waktu,
diskresi dan kebijaksanaan, untuk memahami makna lokal dari wacana.
Jenis analisis yang dilakukan pada tahapan ini misalnya
a. Analisis framing dapat digunakan, misalnya pandangan Goffman
mengenai dramaturgi.
b. Analisis percakapan, di mana peristiwa komunikatif ditinjau sebagai
pertukaran makna.
c. Analisis intertekstualitas, untuk memahami hubungan antar wacana dalam
suatu ruang sosial

23
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

3.3.3 Analisis Sosiologis: Wacana sebagai Informasi, Ideologi dan Produk

Tahap pertama dari analisis ini adalah dilakukannya interpretasi atas realita sosial.
Fakta bahwa subyek terlibat, dan memiliki kontak dengan, realitas sosial yang
diselidiki berarti bahwa mereka akrab dan berpengetahuan tentang hal itu. Wacana
mengandung pengetahuan tentang realitas sosial ini; karenanya analisis harus
memberikan informasi yang relevan tentang hal itu. Jenis interpretasi ini mencoba
menjelaskan wacana dalam hal kompetensi sosial subyek sebagai informan, yaitu
pengetahuan mereka tentang realitas, kapasitas eksposisi mereka, misalnya
dengan meminjam pendekatan grounded theory.(Ruiz Ruiz, 2009).
Langkah kedua adalah, meminjam pendekatan analisis wacana kritis untuk
meninjau wacana sebagai suatu ideologi, terutama cara Van Dijk dalam meninjau
relasi antara ideologi dengan wacana.
Tabel 1 Ringkasan Tingkat dan Prosedur Analisis

Sumber: Ruiz Ruiz (2009)

Dalam praktiknya, analisis wacana sosiologis dilakukan secara bersamaan pada


tiga tingkat yang dijelaskan di atas (tekstual, kontekstual dan interpretatif) dalam
proses melingkar yang sedang berlangsung antara masing-masing tingkat sampai
tujuan penelitian tercapai.

3.4. Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada unggahan pada akun Twiiter @asumsico


terutama yang berupa video. Rentang waktu unggahan yang diamati yaitu bulan

24
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

September 2018 hingga Februari 2019, kurang lebih sejumlah 2-3 video dengan
fokus pembahasan yaitu tentang politik elektoral atau Pemilu 2019.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan
langsung dengan objek penelitian yang diperoleh melalui teknik etnografi digital
(Postill & Pink, 2012). Adapun langkah-langkah dalam teknik etnografi digital
yaitu (1) menentukan medium digital yang digunakan dalam penelitian; (2)
melakukan observasi digital dengan cara mengikuti (follow) akun-akun yang
sesuai dengan fokus penelitian; (3) mendokumentasikan setiap unggahan (posting)
dari akun-akun media sosial melalui teknik cuplikan layar (screen capture) untuk
disimpan di gawai pintar maupun di komputer; (4) menentukan tema dari masing-
masing data yang dikumpulkan; (5) membuat tabel coding dan mulai
mendistribusikan data ke dalam tabel tersebut; (6) melakukan analisis data dengan
model analisi tematik dan visual.

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam metode analisi isi kualitatif atau dalam penelitian ini disebut dengan
thematic analysis mempertimbangkan aspek kekuatan peneliti sebagai instrumen
penelitian untuk menginterpretasikan teks baik secara gramatikal maupun visual.
Pembacaan atas teks dalam thematic analysis memang berbeda dengan model
analisis isi kuantitatif pada umumnya yang membaca sisi manifes dalam sebuah
teks. Hal ini berbeda dengan model thematic analysis, peneliti dituntut untuk
memiliki kemampuan analisis yang cermat, detail dan holistik karena pembacaan
atas teks melibatkan unsur konteks sebagai dasar terbentuknya sebuah teks itu
sendiri. Sebagai ilustrasi bagaimana tahapan analisis teks disajikan dalam bagan di
bawah:

25
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Gambar 7. Tahapan Analisis Data Model Thematic Analysis


Sumber: Vaismoradi, et.al. (2013)

Gambar 8. Teknik Analisi Data Thematic Analysis


Sumber: Bengtsson (2016)

3.6. Keabsahan Data dalam Riset Kualitatif

Untuk melihat keakuratan penelitian kualitatif, peneliti memilih menggunakan


teknik triangulasi (pengujian) sumber data. Triangulasi sumber data yang harus

26
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

dilakukan adalah (1) membandinkan data hasil pengamatan dengan hasil


wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang
dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan non-informan; (5) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Patton, 2009).

27
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

DAFTAR PUSTAKA

Abril, P.S., Levin, A. and Del Riego, A. (2012), “Blurred boundaries: social media
privacy and the twenty-first century employee”, American Business Law Journal,
Vol. 49 No. 1, pp. 63-124.
Alhabash, S., Park, H., Kononova, A., Chian, Y. and Wise, K. (2012), “Exploring the
motivation of Facebook use in Taiwan”, Cyberpsychology, Behavior and Social
Networking, Vol. 15 No. 6, pp. 304-311.
Bengston, Mariette. (2016). How to plan and perform a qualitative study using content
analysis. NursingPlus Open, 2, 8-14.
Baum, T. (2010), “Demographic changes and the labour market in the international
tourism industry”, in Yeoman, I., Hsu, C., Smith, K. and Watson, S. (Eds),
Tourism and Demography, Goodfellow, London.
Bennett, S., Maton, K. and Kervin, L. (2008), “The ‘digital natives’ debate: a critical
review of the evidence”, British Journal of Educational Technology, Vol. 39 No.
5, pp. 775-786.
Bennett, W.L. and Segerberg, A. (2012), “The logic of connective action”,
Communication and Society, Vol. 15 No. 5, pp. 739-768.
Boyd, D.M. and Ellison, N.B. (2008), “Social network sites: definition, history and
scholarship”, Journal of Computer-Mediated Communication, Vol. 13, pp. 210-
230.
Cates, S. V. (2014). The Young and The Restless: Why Don’t Millennials Join Unions?
International Journal of Business and Public Administration, 11(2), 2014, 107-
119.
Chung, J. (2012), “Comparing online activities in China and South Korea, the internet
and the political regime”, Asian Survey, Vol. 48 No. 5, pp. 727-751.
EACEA (Education, Audiovisual and Culture Executive Agency) (2012). Political
participation and EU citizenship: Perceptions and behaviors of young people.
Evidence from Eurobarometer.
Eisner, S. (2005), “Managing Generation Y”, SAM Advanced Management Journal,
Vol. 1 No. 9, pp. 34-42.
Elo, Satu., & Kyngas, Helvi. (2008). The qualitative content analysis process. The
Journal of Advanced Nursing (JAN), 62(1), 107-115.
Gagnier, Christina. (2008). Democracy 2.0: Millennial-Generated Change to American
Governance. National Civic Review, Fall 2008, Vol.97(3), p.32.
Hanna, R., Rohm, A. and Crittenden, V.L. (2011), “We’re all connected: the power of
the social media ecosystem”, Business Horizons, Vol. 54, pp. 265-273.
Hargittai, E. and Hinnant, A. (2008), “Digital inequality: differences in young adults’
use of the internet”, Communication Research, Vol. 35 No. 5, pp. 602-621.

28
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Haste, H. & Hogan, A. (2006). Beyond conventional civic participation, beyond the
moral-political divide: Young people and contemporary debates about citizenship.
Journal of Moral Education, 35(4), 2006, 473-493.
Hsieh, Hsiu-Fang., & Shannon, Sarah E. (2005). Three approaches to qualitative content
analysis. Qualitative Health Research, 15(9), 1277-1288.
Kim, Y., Sohn, D. and Choi, S. (2011), “Cultural differences in motivations for using
social network sites: a comparitive study of American and Korean college
students”, Computers in Human Behavior, Vol. 27 No. 1, pp. 365-372.
Morissan. (2016). Tingkat Partisipasi Politik dan Sosial Generasi Muda. Jurnal Visi
Komunikasi, Volume 15, No.01, Mei 2016: 96 – 113 102.
Pew Research Center. (2014). Millennials in Adulthood: Detached from Institutions,
Networked with Friends.
Tapscott, Don. (2013). Grown Up Digital: Yang Muda yang Mengubah Dunia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Vaismoradi, M., Turunen, H., & Bondas, T. (2013). Content analysis and thematic
analysis: Implications for conducting a qualitative descriptive study. Nursing &
Health Sciences, 15: 398–405.
Sumber Daring:
Alvara Research Centre. (2014). Generasi Millennial Indonesia: Tantangan dan
Peluang Pemuda Indonesia. Diakses dari website: http://alvara-strategic.com/generasi-
millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia/, pada 5 April 2019.

29
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Rencana Anggaran Belanja Penelitian


Honorarium
Jumlah Honor Total anggaran
No Bahan/Kegiatan Waktu (jam) Minggu
personel
1. Asisten Peneliti 1 30.000 4 jam 8 minggu 960.000
2. Tenaga Pengumpul Data 2 25.000 4 jam 5 minggu 1.000.000
3. Tenaga Analis Data 1 24.500 4 jam 5 minggu 490.000
Sub-total Rp 2.500.000
Pembelian Habis Pakai
Justifikasi Kuantitas Harga Total anggaran
No Bahan/Kegiatan Keterangan
Pembelian satuan (Rp)
1. Kertas A4 6 pack 59.000 OK 354.000
2. Alat Tulis (ATK) Penunjang 1 paket 500.000 OK 500.000
3. Cartridge Printer kegiatan 2 paket 350.000 OK 700.000
Biaya telekomunikasi: administratif
1. Pulsa HP & keperluan
4. 6 paket 250.000 OK 1.500.000
2. Paket Data penelitian
3. Surat menyurat
5. Pembelian buku Pengkayaan 4 paket 350.000 OK 1.400.000
pustaka literature
6. Transportasi 3 paket 2.000.000 OK 6.000.000
pengumpulan data Trans &
7. Akomodasi Akom. 3 paket 1.250.000 OK 3.750.000
pengumpulan data
8. Biaya fotocopy Penunjang 1 paket 796.000 OK 796.000
bahan/kuesioner
Sub-total Rp 15.000.000

Biaya Preparasi Penerbitan Artikel


Total
Justifikasi Kuantitas Harga satuan
No Bahan/Kegiatan Keterangan anggaran
Anggaran (Rp)
1. Pengerjaan artikel Output 1 1.000.000 OK 1.000.000
3. Biaya submit jurnal utama 1 2.000.000 OK 2.000.000
4. Biaya Proofread Jurnal penelitian 1 1.500.000 OK 1.500.000
Sub-total Rp 4.500.000

Biaya Penyusunan Laporan


Justifikasi Kuantitas Harga Total anggaran
No Bahan/Kegiatan Keterangan
Anggaran satuan (Rp)
1. Pengerjaan Laporan
1 600.000 OK 600.000
Penelitian
Pemenuha
2. Pengerjaan laporan
n 1 600.000 OK 600.000
keuangan
kewajiban
3. Cetak Laporan 4 250.000 OK 1.000.000
penerima
Penelitian
hibah
4. Cetak Laporan 4 200.000 OK 800.000
Keuangan
Sub-total Rp 3.000.000
GRAND TOTAL Rp 25.000.000

30
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Jadwal Kerja Penelitian

Proses penelitian Twitter dan Ruang Publik Millenial: Analisis Wacana Sosiologis Peran Media Sosial dalam Demokrasi Digital dijadwalkan sebagai
berikut:
No. Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Desain
1.
Penelitian
2. Studi Literatur
3. Observasi lapang 1
Penulisan report lapang
4.
1
5. Observasi lapang 2
Penulisan report lapang
6.
2
7. Pengolahan Data
8. Analisis Data
Penyusunan laporan
9. kemajuan penelitian &
lap. keuangan
Penyusunan artikel
10.
jurnal
Review dan
11.
proofreading
12. Pengiriman artikel jurnal
13. Seminar/konferensi
Penyusunan lap. akhir &
14.
lap.keungan

31
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata ketua dan anggota Tim Pengusul


Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) I Wayan Suyadnya, SP., M.Sos (L)
2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3 Jabatan Struktural -
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 1981021020060410001
5 NIDN 0010028104
6 Tempat dan Tanggal Lahir Br. Munduk, 10 Februari 1981
7 Alamat Rumah Serenity 65 Surabaya
9 Nomor Telepon/Faks/ HP +62 81802444 802
10 Alamat Kantor Jurusan Sosiologi, FISIP, Universitas Brawijaya,
Malang - 65145
11 Nomor Telepon/Faks +62 341 575755
12 Alamat e-mail iway.s@ub.ac.id
13 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= 12 orang; S-2= 0 orang; S3= 0 orang
14 Mata Kuliah yang diampu 1. Isu-isu Globalisasi
2. Metodologi Penelitian Kualitatif
3. Cultural Studies
4. Perencanaan Sosial dan Social Impact Assessmennt
5. Pariwisata dan Globalisasi

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Universitas Georg-August
Brawijaya Brawijaya Universität
Goettingen, Jerman
Bidang Ilmu Sosiologi Sosiologi Ethnologie (Cultural
Pembangunan Anthropology)
Tahun Masuk-Lulus 1999-2003 2003-2005 2009-
Judul Dinamika Kelompok Strategi dan Adaptasi Local culture and
Skripsi/Tesis/Disertasi Subak dalam Budaya Masyarakat globalization
Pengelolaan Bali Aga
Jaringan Irigasi
Nama Dr. Kusnadi Prof. Dr. Sanggar Prof. Dr. Brigitta
Pembimbing/Promotor Kanto Hauser-Schublin
Prof. Dr. I Nyoman
Nurjaya

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber
(Juta Rp)
1 2018 Pemetaan Dampak Merkuri terhadap KLKH 1.300

32
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

(per Lingkungan. Kesehatan dan Sosial Ekonomi


Mei) Masyarakat Sekitar Lokasi Pertambangan
Emas Skala Kecil di Desa Tatelu Kabupaten
Minahasa Utara, Poboya Kota Palu,
Taliwang Sumbawa Barat dan Sekotong
Lombok Barat
2 2018 Pengembangan Geowisata Kawasan Karst PPUPT 425
Malang Selatan: Pendekatan Inovasi Menuju
Geopark (Tahun I)
3 2018 Pola Konsumsi dan Estimasi Permintaan PDUPT 370
Beras pada Tingkat Rumah Tangga di
Indonesia: Penerapan Model Almost Ideal
Demand System (AIDS)
4 2018 Tourism gentrification in Bali, Indonesia: Australia & 450
Causes and socio-spatial consequences International
Via. Monash University Tourism
Research Unit
5 2018 Kolaborasi JEMARIS-Akademisi untuk Tata USAID 58
Kelola Sanitasi dan Air Bersih yang
Berkelanjutan di Pasuruan
6 2017 Penyusunan Detail Engineering Desig KLKH 600
Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka
Bekas Tambang Pasir Wajak, Jawa Rimur
7 2017 Penyusunan Rencana Pengurangan Resiko BPBD Kota 260
Bencana Kota Probolinggo Probolinggo

8 2017 Studi pemulihan BPBD Kota 160


sosial, ekonomi, budaya, dan psikologis Malang
pasca bencana di kelurahan Kotalama, Kota
Malang
9 2017 Krisis Masyarakat Sub-Urban: Reproduksi BOPTN FIB 15
Identitas Kultural Melalui Gerakan Kampung UB
Budaya di Malang
10 2017 Amstirdam sebagai ikon destinasi wisata: HPP 29
merancang jaringan agrowisata kampung kopi TEMATIK
(jako) berbasis kerakyatan di kabupaten LPPM 2017
malang
11 2017 Eksplorasi Aspek Sosio-kultural Kopi Amstirdam HPP 29
sebagai persiapan destinasi wisata baru di TEMATIK
Kabupaten Malang LPPM 2017

12 2016 Boekhandel Tan Khoen Swie, Pergerakan Pers BOPTN FIB 20


Dan Ruang Publik Orang Jawa (Studi Genealogi UB
Sejarah Pers Jawa Timur Masa Kolonial 1915-
1950)

33
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

D. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir

Judul Artikel Nama Jurnal Tahun Terbit

New Look of Activism: How Indonesian’s


Fall 2018
Activists Used Digital Media For A Protest Bloomsbury New York
(forthcoming)
Expression (Book Chapter)
Olah Tubuh Politisi dalam Bingkai Media: Jurnal Komunikasi Indonesia
Analisis Komunikasi Non-Verbal Surya Paloh Volume V, No.1 Tahun 2017. 2017
dalam Membangun Citra Politik DOI 10.7454/jki.v6i1.8911
Asian Journal of Tourism
Research Vol. 2, No. 2,
A Tale of Two Disasters: How is Disaster as a
September 2017, pp. 33-64 2017
Tourist Destination in Indonesia
DOI 10.12982
AJTR.2017.0009
Jurnal Masyarakat,
Boekhandel Tan Khoen Swie, press movement,
Kebudayaan dan Politik Vol.
and Javanese public sphere in the colonial age 2017
30, Number 4, 2017, page
1915-1950
389-405
When Javanese Drinking Qahwa and Wedang
Atlantic Press – Proceeding
Kopi -The Quest of Arabian Influenced on 2017
ICCLAS 2017
Drinking Coffee Culture in Java
Koneksi Global-Lokal: Pandangan melalui Yayasan Pustaka Obor
2016
Indigenisasi Wisata Pusaka Budaya Indonesia (YOI)
Meme Politisi: Humor, Kritik atau Kekerasan
Proceeding ICSSH LIPI 2016
Politik
Twitter dan Masa Depan Komunikasi Politik Jurnal IPTEK-KOM BPPKI
Indonesia: Analisis Perkembangan Komunikasi Volume 16, edisi 1, tahun 2014
Politik Lokal Melalui Internet 2014
Mengolah Tubuh, Menjual Kata: Pabrikasi Buku “Membaca Gaya
Teks dan Co-Branding Melalui Media Digital Komunikasi Politik Pemimpin 2014
Sebagai Strategi Komunikasi Politik Kita” - ASPIKOM
Tourism and Disaster: Managing Emotion and
Proceeding INTACT UGM 2014
Turbulent Hearts In Lapindo Mudflow

E. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


No Nama Temu Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
1 International Seminar on Clicking Hysteria and New Space of November 2017
Social and Political Political Behavior During Information
Sciences – UGM War in Indonesian Democracy
2 Asian Media and Discovering Communication Ethics September 2017
Information Center Through Ancient Javanese
(AMIC) Manuscripts: An Exploration Study
from Serat Kalatidha
3 International Conference Meme Politisi: Humor, Kritik atau 18-20 Oktober 2016
on Social Sciences and Kekerasan Politik
Humanities – LIPI
4 Asian Congress for Media Questioning Indonesian’s Online Juni 2016

34
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

and Communication Journalism Ethics in Reporting


(ACMC) Disaster: A Preliminary Debate
5 National Conference and Mengolah Tubuh, Menjual Kata: 11-12 Juni 2014,
Research “Membaca Pabrikasi Teks dan Co-Branding Political
Gaya Komunikasi Sebagai Strategi Komunikasi Politik Communication
Pemimpin Kita” Pada Pemilu 2014 (co.author I Wayan Institute & Pusat
Suyadnya) Komunikasi dan Bisnis
(Puskombis), Surabaya
6 International Academic Tourism and Disaster: Managing 15-17 September 2014
Conference on Tourism Emotion and Turbulent Hearts in di Center for Tourism
(INTACT) 2014 Tourism Lapindo Mudflow” (co.author I Wayan Studies, Universitas
and Disaster: “Managing Suyadnya) Gadjah Mada,
Tourism in Disaster Risk Yogyakarta Indonesia.
Areas”
7 Post Graduate e-Protest: Gerakan Sosial, Aktivisme 6 Desember 2014 di
Roundtable - Netizen dan Kebijakan Pro-poor di Universitas Airlangga
Presentation 2014 Indonesia (co. author I Wayan
“Paradigma Baru Kajian Suyadnya)
Media dan Komunikasi
Profesional terhadap
Isu-isu Kontemporer”,
8 Konferensi Nasional Konvergensi Media dan Masa Depan 13-14 November 2013
Komunikasi Komunikasi Politik Indonesia dalam di Universitas Indonesia
Sistem Media Digital

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Malang, 20 Maret 2019


Pengusul,

I Wayan Suyadnya, SP., M.Sos

35
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

A. Biodata Anggota Penelitian (1)


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Astrida Fitri Nuryani
2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3 Jabatan Struktural -
4 NIK 2016078201312001
5 Tempat dan Tanggal Lahir Malang, 31 Januari 1982
6 Alamat Rumah Bukit Cemara Tujuh F-15 Kota Malang
7 Nomor Telepon/Faks/HP 081333739660
8 Alamat Kantor Jalan Veteran
9 Nomor Telepon/Faks 0341 575755
10 Alamat Email astridafn@ub.ac.id
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S1= 30 orang          S2=0 orang S3=0 orang
12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Pengantar Sosiologi
2. Kewirausahaan
3. Sosiologi Keluarga
4. Sosiologi Komunikasi dan Media
5. Isu-Isu Globalisasi

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya -
Bidang Ilmu Teknologi Hasil Pertanian Sosiologi Pembangunan -
Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 2009-2013 -
Judul Pengaruh Penambahan Asam Kesintasan Warung Makanan -
Skripsi/Tesis/Disertasi Terhadap Rebung Bali Tradisional Jawa
Nama Dr. Ir. Sudarminto Prof. Dr. Keppi Sukesi -
Pembimbing/Promotor

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
(juta Rp)
1 2015 Studi Atas Fungsi dan Peran Media Massa di Kota Malang DPP/SPP 8
2 2015 Studi Atas Fungsi dan Peran Media Massa di Kota Malang BOPTN 8
di Bidang Ketahanan Pangan
3 2015 Pemahaman Akan Korupsi di Kalangan Mahasiswa Pribadi 2
melalui Pembelajaran Berbasis Media Video
5 2015 Framing Entman atas Berita Keterlibatan Pemuda Islam DPP/SPP 5
dalam Terorisme
6 2016 Kebiasaan Menonton Televisi Ibu Rumah Tangga di DPP/SPP 20
Wilayah Kel Jatimulyo Kota Malang
7 2016 Gerakan Sosial Perempuan Difabel di Kota Yogyakarta DPP/SPP 10
8 2018 Digital Literacy Tingkat ASEAN DPP/SPP 18,5

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah (juta
Rp)
1 2015 Sosialisasi Pemanfaatan Media Massa serta Fungsi dan DPP/SPP 5
Peran Media Massa
2 2015 Pemahaman Dasar Mengenai Korupsi Rumah 2
Zakat

36
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

3 2016 Financial Literacy bagi Perempuan Difabel DPP/SPP 6


4 2017 Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga DPP/SPP 5
5 2018 Upaya Menumbuhkan Nilai-Nilai Kebhinekaan DPP/SPP 9

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama
Jurnal
1 Survival of Traditional Javanese Food Stalls Vol 5/2014 IOSR-
JHSS
2 Strategi Paguyuban Pencak Silat Tradisional Bintang Vol 2 No 1/2018 JKRSB
Timur Dalam Melestarikan Kesenian Can Macanan
Kadduk

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/Seminar Ilmiah Dalam 5


Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Ilmiah/Seminar Tempat
1 ICPEU Quo Vadis Jokowinomics in Foreign Fast Food 2015 -
Policy Malang
2 ICESS But It Isn’t Corruption Isn’t It 2015-
Semarang
3 International Conference on Rethinking Islamist: Framing of News on 2015 -
Social and Political Sciences Terrorism Jakarta
4 Kongres Nasional Sosiologi Kemandirian Pangan Berbasis Kebhinekaan: 2018-
VII Studi atas Fungsi dan Peran Media Massa di Mataram
Kota Malang
5 ISJD Retelling Rape: Sara Mills’ Critical Discourse 2018-Malang
Analysis on Rakyatku News’ Article about The
Rape of Agni

G.Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit


Halaman
1 Metode Penelitian Kualitatif: Berbagi 2018 452 Raja Grafindo Persada,
Pengalaman dari Lapang Jakarta
Bab: Critical Discourse Analysis

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan
kenyataan saya sanggup menerima resikonya.

Malang, 20 Maret 2019


                                                                                                                   
Ttd
Astrida Fitri Nuryani

37
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

B. Biodata Asisten Peneliti (1)


A. Nama                              : Nirwana Happy
Jenis Kelamin                 : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir    : Simpang Empat Selatan, 29 April 1994
Kewarganegaraan           :  Indonesia
Agama                            : Islam
Alamat                            :  Batang Toman Jorong Simpang Ampek, Kab. Pasaman Barat,

Sumatera Barat
Telp/HP                   : 082337666772
Email                               : nirwanahappyy@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan 

2000-2006 : SDN 18 Badarejo (Sekarang: SDN 07 Pasaman)


2006-2009 : SMP N 1 Pasaman
2009-2012 : SMA N 1 Pasaman
2012- Sekarang : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Brawijaya

C. Pengalaman Penelitian

- Asisten Peneliti Respons Masyarakat Lokal Atas Bencana: Studi Ethno Science
Pemanfaatan Nilai-nilai Lokal sebagai Strategi Mitigasi, Hibah Peneliti Pemula
Tahun 2017 LPPM Universitas Brawijaya

- Penelitian Marosok sebagai Komunikasi (Studi Etnografi Aktivitas Marosok di


Pasar Ternak Simpang Tigo Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)

D. Pengalaman Organisasi

- 2009 – 2012 : Pramuka Gudep 01.001-01.002 SMA Negeri 1 Pasaman

- 2012 – sekarang : Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Bundo Kanduang


Malang

- 2017 – sekarang : Asisten Peneliti Center for Culture and Frontier Studies
LPPM Universitas Brawijaya

38
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)

C. Biodata Asisten Peneliti (2)

A. Data Pribadi
Nama                              : Nirwana Happy
Jenis Kelamin                 : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir    : Simpang Empat Selatan, 29 April 1994
Kewarganegaraan           :  Indonesia
Agama                            : Islam
Alamat                            :  Batang Toman Jorong Simpang Ampek, Sumatera Barat
Telp/HP                   : 082337666772
Email                               : nirwanahappyy@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
 2000-2006 : SDN 18 Badarejo (Sekarang: SDN 07 Pasaman)
 2006-2009 : SMP N 1 Pasaman
 2009-2012 : SMA N 1 Pasaman
 2012- Sekarang : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Brawijaya

C. Pengalaman Penelitian

1) Asisten Peneliti Respons Masyarakat Lokal Atas Bencana: Studi Ethno Science
Pemanfaatan Nilai-nilai Lokal sebagai Strategi Mitigasi, Hibah Peneliti Pemula
Tahun 2017 LPPM Universitas Brawijaya;

2) Penelitian Marosok sebagai Komunikasi (Studi Etnografi Aktivitas Marosok di


Pasar Ternak Simpang Tigo Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat)

D. Pengalaman Organisasi

 2009 – 2012 : Pramuka Gudep 01.001-01.002 SMA Negeri 1 Pasaman


 2012 – sekarang : Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Bundo Kanduang
Malang
 2017 – sekarang : Asisten Peneliti Center for Culture and Frontier Studies
LPPM Universitas Brawijaya

39

Anda mungkin juga menyukai