PROPOSAL PENELITIAN
TIM PENGUSUL:
Astrida Fitri Nuryani, S.TP., M.Si NIK. 2016078201312001 Ketua Peneliti
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan FISIP Ketua BPPM FISIP
i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
ii
RINGKASAN PENELITIAN
kata kunci:
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................... I
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM......................................................................................II
RINGKASAN PENELITIAN................................................................................................ IV
DAFTAR ISI........................................................................................................................... V
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. VI
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................9
1.3. TUJUAN PENELITIAN.............................................................................................................9
1.4. MANFAAT PENELITIAN.........................................................................................................9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................11
2.1. PENELITIAN TERDAHULU....................................................................................................11
2.2. SIAPA GENERASI MILENIAL?..............................................................................................13
2.3. TINJAUAN SOSIOLOGIS DALAM AKTIVITAS POLITIK DI MEDIA SOSIAL...............................14
2.4. RUANG PUBLIK HABERMASIAN..........................................................................................15
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................................................20
3.1. POSISI WACANA DALAM ANALISIS WACANA SOSIOLOGSI..................................................20
3.2. PENENTUAN SUBYEK PENELITIAN......................................................................................21
3.3. TINGKATAN ANALISIS WACANA SOSIOLOGIS.....................................................................21
3.3.1. Analisis tekstual: Wacana sebagai objek.....................................................................22
3.3.2 Analisis Kontekstual: Wacana sebagai peristiwa tunggal............................................23
3.3.3 Analisis Sosiologis: Wacana sebagai Informasi, Ideologi dan Produk........................24
3.4. FOKUS PENELITIAN.............................................................................................................24
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA.............................................................................................................25
3.6. KEABSAHAN DATA DALAM RISET KUALITATIF..................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 28
RENCANA ANGGARAN BELANJA PENELITIAN...........................................................30
JADWAL KERJA PENELITIAN.........................................................................................31
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................................... 32
LAMPIRAN 1. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENGUSUL............................32
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
BAB I. PENDAHULUAN
Setiap individu yang ada dalam masyarakat tidak bisa terlepas dari wacana
(Foucault, 2002), Wacana menurut (Foucault, 2002) adalah simbol yang
ditunjukan oleh individu yang memiliki kekuasaan terhadap individu yang
dikuasai dengan cara disebarkan dan di “normalisasi”. Sehingga masyarakat
dalam melihat suatu objek dapat terjadi pertarungan wacana. Suatu wacana dapat
dikonstruksikan melalui tahap internalisasi, objektifikasi, dan eksternalisasi
(Berger, 1967), konstruksi sosial dapat dilakukan dari pihak yang berkuasa pada
pihak yang dikuasai, sehingga seseorang yang telah terkonstruksi secara realitas
sosial harus mematuhi simbol dari wacana tersebut. Proses ini pada akhirnya
dapat menghasilkan dua bentuk realitas, yaitu realitas objektif dan realitas
subjektif.
Wacana dapat dikonstruksikan melalui proses interaksi baik itu secara face-
to-face, mediated interaction, & quasi mediated interaction. Seiring berjalannya
waktu perkembangan industrialisasi juga mendorong terjadinya perubahan sosial
dari segi pola komunikasi (Blumer, 1990). Salah satunya adalah munculnya media
massa lama dan baru sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan informasi, serta
bagi generasi Z sudah mengenal yang namanya media sosial sebagai sarana baru
untuk mendapatkan informasi dan hiburan seperti facebook, twitter, Instagram,
dan masih banyak lagi.
Keberadaan media sosial membuat individu dengan individu yang lain lebih
mudah untuk “terkoneksi”, pelayanan media sosial seperti facebook, twitter,
Instagram dan masih banyak lagi bukan lagi sebagai alat pemenuh kebutuhan
akan informasi dan hiburan semata namun sebagai media massa. Semakin lama
para pengguna media sosial menggunakan media sosial sebagai alat untuk
mendapatkan berita tentang kehidupan sosial bahkan politik, hal ini biasanya
ditemui dalam status pengguna lain atau link yang disebarluaskan melalui koneksi
online (Mitchell, 2014). Hal ini membuat media sosial online dapat menjadi media
massa.
1
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Media massa merupakan salah satu unusr penting dalam komunikasi massa,
dimana media massa berpearan sebagai saluran/alat penyebaran suatu informasi
secara massal dan diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi yang
dimuat dalam media massa diperuntukkan kepada massal dan bukan informasi
yang hanya dapat dikonsumsi secara pribadi (Mulyana, 2010). Selain itu media
massa juga dapat berupa sebuah forum yang merepresentasikan berbagai
informasi pada khalayak sehingga memungkinkan terjadinya umpan balik. Lebih
jauh media massa bukan hanya sebagai tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi
juga memungkinkan untuk terjadinya komunikasi yang interaktif (Eriyanto, 2008).
Media massa juga memiliki posisi sebagai alat distribusi informasi dalam ruang
publik yang dimana media massa berperan sebagai perekat kepentingan yang
berjalan dalam ruang publik serta sebagai perpanjangan tangan dari manusia
(Habermas, 1962) .
Dalam beberapa dekade terakhir keberadaan internet secara signifikan
mempengaruhi bagaiamna informasi terdistribusi. Media massa lama seperti
televisi, koran, dan radio bukan lagi sebagai sumber mendapatkan informasi
utama bagi masyarakat. Pada tahun 2014, setengah dari pengguna internet dewasa
dilaporkan mendapatakn informasi mengenai pemerintahan dan poltik melalui
platform media sosial facebook (Mitchell, 2015). Terlebih lagi, media sosial
sekarang telah menempati peran utama masyarakat untuk mendapatkan informasi,
hal ini terbukti dari intensitas penggunaan media sosial dalam mendapatkan
informasi serta penggunaan ruang media sosial yang sama untuk tetap tehubung
baik itu personal chat atau diskusi dalam bentuk grup (Watie, 2016). Konsekunsi
dari perubahan model pendistribusian informasi ini mengakibatkan individu terus
mendapatkan informasi dari bermacam platform media sosial yang bahkan
informasi itu belum tentu benar sumbernya. Dari perspektif penelitian, penting
untung memahami bagaimana media sosial mempengaruhi eksposur dan sikap
seseorang terhadap berita (wacana), hal ini dikarenakan berita dapat menggiring
opini masyarakat serta memungkinkan timbulnya perilaku kolektif (Park, 1940).
Dalam proses internalisasi suatu wacana dalam individu baik secara
langsung ataupun melalui media, keluarga sangat berperan penting dalam
melakukan fungsi pengawasan serta kontroling terhadap wacana yang sedang
2
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
dibahas. Secara umum keluarga merupakan organisais sosial yang paling dasar
dalam masyarakat, dimana keluarga merupakan tempat pemenuhan kebutuhan
sosial bagi manusia, seperti kebutuhan akna kasih sayang, kebutuhan akan cinta
dan masih banyak lagi. Keluarga merupakan ikatan kebersaman dan emosional
antara 2 orang atau lebih yang anggota keluarga tersebut mengidentifikasikan
dirinya sebagai individu yang termasuk dalam kelompok tersebut (Friedman,
1998). Selain itu, keluarga merupakan tempat pertama terjadinya proses
internalisasi anata orang tua dan anak, dan proses pertama terbentuknya realitas
subjektif seseorang.
Ada berbagai pendapat dalam pustaka tentang kisaran tahun lahir generasi
Y. Sulit untuk menentukan siapa saja yang termasuk generasi milenial, meskipun
ada stereotip tertentu yang muncul di permukaan. Misalnya, mereka lebih suka
menghabiskan uang untuk berlibur dibanding berinvestasi atau membeli rumah
(https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/milenial-adalah-raja-piknik-di-indonesia).
Sebenarnya, siapakah generasi milenial atau generasi Y itu? Beberapa akademisi,
serta peneliti memberikan batasan tahun kelahiran generasi Y, yang rentang waktu
kelahirannya antara tahun 1980-2000 (Miller dan Washington, 2011: 174), atau
ada juga yang berpendapat bahwa kisaran tanggal lahir adalah 1977-1994 (Kotler,
Armstrong 2004: 465; Bush, 2004: 111).
Namun keterangan berbeda dilansir oleh New York Times pada bulan Maret
2018 lalu. Pew Research Center merilis definisi baru generasi milenial. Generasi
milenial dalam definisi ini memiliki rentang waktu yang sedikit lebih pendek.
Ukuran baru menyatakan mereka yang terlahir antara tahun 1981 sampai 1996
adalah generasi milenial. Selama ini, United States Census Bureau menetapkan
rentang generasi milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1982-2000.
Dalam rilis medianya, Pew Research Center menyebutkan bahwa lembaga itu
telah berkomitmen untuk mengukur perilaku masyarakat umum untuk berbagai
isu penting dan mendokumentasikan perbedaan perilaku tersebut di seluruh
kelompok demografi. Salah satunya yang sering digunakan untuk memahami
perbedaan ini adalah generasi.
Pengelompokan berdasarkan generasi memberi kesempatan untuk melihat
masyarakat baik dari posisi mereka di siklus kehidupan - apakah dewasa muda,
3
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
orang tua paruh baya atau pensiunan - dan dari keanggotaan mereka di dalam
suatu kelompok orang-orang yang lahir di waktu yang hampir bersamaan.
Kelompok generasi memberikan alat untuk mengamati perubahan pandangan dari
waktu ke waktu kepada para peneliti. Mereka dapat menyediakan cara untuk
memahami bagaimana pengalaman formatif yang berbeda, seperti peristiwa dunia
dan perubahan teknologi, ekonomi dan sosial, berinteraksi dengan siklus dan
proses penuaan untuk membentuk cara pandang mereka tentang dunia.
Dikutip dari Time.com (http://time.com/5181677/how-to-know-if-youre-a-
millennial/), Pew Research Center menyatakan bahwa tahun 1996 merupakan
perpotongan yang berarti antara generasi milenial dan generasi sesudahnya karena
beberapa alasan yang menentukan tahun-tahun formatif generasi milenial, seperti
serangan teroris 9/11, perang di Irak dan Afghanistan serta resesi global di tahun
2007. Pew Research Center akhirnya menetapkan tahun 1996 sebagai tahun
kelahiran terakhir generasi milenial. Michael Dimock - dalam wawancaranya
dengan USA Today mengatakan bahwa siapapun yang lahir antara tahun 1981 dan
1996, atau berusia 22 - 37 tahun pada 2018, akan dianggap sebagai generasi
milenial.
Masih mengutip dari hasil riset Pew Research Center (2016) yang
menyebutkan bahwa kehidupan generasi milenial tidak dapat dilepaskan dari
teknologi komunikasi dan informasi, khususnya internet dan juga menyukai
hiburan (budaya pop) yang sudah menjadi kebutuhan pokok mereka. Generasi
4
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
milenial hidup pada era informasi yang diperoleh secara terbuka dari internet, baik
itu untuk kebutuhan fashion hingga preferensi politik. Generasi milenial juga
menghadapi beberapa krisis, mulai dari masalah terorisme domestik hingga resesi
ekonomi. Pengalaman bersejarah yang unik dari para milenial ini telah
membentuk mereka memiliki hubungan dengan politik dan komunitas mereka
(Gilman dan Stokes, 2014).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020
diproyeksikan angkatan milenial Indonesia akan mencapai 34 persen dari total
penduduk. Artinya, wajah Indonesia ke depan ditentukan oleh generasi milenial.
Generasi yang disebut juga dengan generasi Y ini tumbuh seiring berkembangnya
teknologi informasi, khususnya internet dan gawai. Hal inilah yang membedakan
mereka dengan generasi sebelumnya. Selanjutnya, apa beda antara generasi Y
dengan generasi milenial? Perlu peneliti tekankan bahwa generasi milenial dan
generasi Y adalah sama. Generasi Y mengambil namanya dari kata "Mengapa"
dalam bahasa Inggris. Generasi ini mengambil nama ini karena kata "Mengapa"
adalah alofon dari huruf "Y" (Kuyucu: 2014: 58). Dalam pengertian para
pengamat teknologi dan informasi, generasi Y disebut dengan digital native,
bukan digital immigrant (Prensky, 2001). Mereka adalah generasi pertama yang
menghabiskan seluruh hidup mereka di lingkungan digital; teknologi informasi
sangat memengaruhi cara mereka hidup dan bekerja (Bennett et al., 2008; Wesner
dan Miller, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan terminologi generasi
milenial untuk lebh memudahkan dalam mengolah pustaka, mencari contoh kasus,
dan menganalisis sesuai dengan realitas yang ada.
Mengutip hasil penelitian dari Alvara Research Center, ada tiga karakter
utama yang dimiliki oleh generasi milenial ini. Pertama adalah connected,
generasi milenial mengupayakan dirinya selalu terhubung, dalam arti
bersosialisasi dengan teman atau orang lain, baik di dunia nyata maupun dunia
maya. Karakter kedua adalah creative, berpikir out of the box, kaya ide,
multitasking, dan mampu berkomunikasi. Ketiga, confidence, percaya diri dalam
mengemukakan pendapat. Karakter connected (selalu terhubung) memang seolah
menjadi karakter dominan dari generasi milenial. Hal tersebut diperkuat dengan
data survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun
5
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
6
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
7
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
8
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
9
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
lahan bisnis hingga memilih media sosial dibanding media masssa konvensional
sebagai ruang publik alternatif. Budiarjo (2009) menuturkan bentuk-bentuk
partisipasi politik konvensional seperti memberikan suara dalam pemilu,
menghadiri rapat umu, kampanye, menjadi anggota suatu partai atau kelompok
kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan dengan pejabat pemerintah
atau anggota parlemen. Sedangkan partisipasi politik generasi milenial tidak
cukup sampai di situ, salah satu kanal informasi yang hadir diperuntukkan bagi
generasi milenial untuk mendapatkan informasi serta pendidikan politik yang
berkualitas, asumsi.co berupaya menghadirkan ruang diskusi politik, current
affairs dan budaya pop yang sesuai dengan selera generasi milenial. Melalui
laman website, Asumsi menyatakan kepercayaannya dengan peran media sebagai
sarana pendidikan politik masyarakat. Bahkan, Asumsi menyediakan ruang seluas
dan sebebasnya bagi siapapun yang ingin berkomentar di beberapa platform
media sosial mereka yaitu Facebook, Twitter, Instagram dan YouTube. Mereka
sadar bahwa pendidikan politik bagi generasi milenial harus menggunakan
medium yang juga dipakai oleh generasi tersebut supaya informasi cepat diterima
dan muncul diskusi berkelanjutan.
Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana Asumsi, melalui akun twitter
@asumsico mampu menjembatani diskusi hingga perdebatan isu politik di
Indonesia, khususnya menjelang Pemilu tahun 2019 ini. Kami sepakat untuk
fokus mengamati akun twitter @asumsico dengan objek pembahasan berupa
unggahan video dalam rentang waktu bulan September 2018 - Februari 2019
dengan tema besar yaitu pemilu. Meskipun Asumsi memiliki akun media sosial
lain tidak hanya Twitter, namun peneliti mengamati bahwa dengan jumlah
pengikut (follower) sebanyak 28.000 (28.7K), @asumsico dapat hadir sebagai
ruang alternatif bagi netizen yang ingin berdiskusi atau berdebat perihal politik.
Terutama, dengan mengunggah video yang bertemakan ‘pemilu’, peneliti melihat
adanya keterlibatan dari netizen dalam kolom komentar atau retweet.
Pertimbangan lain mengapa kami memfokuskan pada Twitter dibanding
platform media sosial lainnya, meskipun data dari WeAreSocial dan Hootsuite
menunjukkan bahwa Twitter menempati posisi ke-3 lebih rendah dibanding
Facebook dan Instagram, generasi milenial merasa mengakses Twitter lebih
10
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
mudah (tidak membutuhkan bandwidth yang besar), mencakup tulisan, foto, dan
video, serta sirkulasi informasi yang lebih cepat dibanding Facebook dan
Instagram. Terlebih karakter Twitter yang ‘ringan’ (lite) menjadikan platform
favorit bagi kelompok milenial. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana kelompok millenial memanfaatkan media
sosial sebagai ruang publik alternatif untuk membahas isu politik elektoral tahun
2019 ini. Selanjutnya juga untuk melihat sejauh mana keterlibatan netizen pada
akun @asumsico sebagai ruang publik alternatif di kalangan generasi milenial.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti merasa perlu
untuk menyusun rumusan masalah agar mendapatkan hasil penelitian yang
komprehensif dan mendalam. Rumusan masalah terbagi ke dalam dua poin, yaitu:
1. Sejauh mana pengetahuan generasi millenial dalam diskursus politik
elektoral di Indonesia?
2. Bagaimana partisipasi generasi millenial melalui media sosial (twitter)
dalam membentuk ruang publik alternatif
11
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
12
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Bab ini akan menguraikan dengan jelas konsep serta teori apa yang digunakan
untuk menganalisis fenomena penggunaan Twitter di kelompok milenial. Diawali
dengan uraian penelitian terdahulu tentang siapa dan bagaimana kelompok
milenial dalam aktivitas keseharian lalu dilanjutkan dengan melihat sejauhmana
partisipasi politik kelompok milenial terutama yang memanfaatkan media sosial
sebagai medium partisipasi. Poin kedua yaitu menjelaskan bagaimana teori
sosiologi media bekerja dalam memotret fenomena perilaku pengguna media
sosial, khususnya melihat bentuk-bentuk aktivitas yang mencerminkan upaya
pembentukan ruang publik baru melalui platform media sosial. Ketiga, peneliti
menguraikan pandangan ruang publik Habermasian dengan meminjam
intertekstualitas dari Fransico Budi Hardiman, dalam tulisannya yang berjudul
Ruang publik: Melacak partisipasi demokratis dari “polis” hingga “cyberspace”.
Upaya peneliti menguraikan tinjauan pustaka dengan bahasa yang sederhana
bertujuan untuk memudahkan memahami alur penelitian ini.
Penelitian tentang generasi muda dan partisipasi politik sudah pernah dilakukan,
salah satu diantaranya oleh Morissan (2016) dengan judul “Tingkat Partisipasi
Politik dan Sosial Generasi Muda Pengguna Media Sosial”. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 73,2 persen respoden memberikan suara pada Pemilu
legislatif 2014 dan sebagian besar (80%) menunjukkan keinginan besar untuk
memberikan suara pada Pemilu Presiden 2014. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat partisipasi politik di kalangan pemilih pemula adalah tinggi. Selain itu,
bentuk partisipasi politik sebagian besar responden barulah pada level yang paling
ringan konsekuensinya yaitu sekedar membicarakan isu politik dengan teman atau
rekan sejawat sebagai bagian dari kegiatan berbincang untuk menghabiskan
waktu. Bentuk kampanye lain oleh pemilih pemula seperti mempromosikan
kandidat/ parpol, membantu kampanye parpol atau memberikan sumbangan ke
parpol adalah relatif rendah atau tidak intensif.
11
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
12
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
13
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Media digital menurut Folkerts, et al (2008) adalah bentuk-bentuk dari media dan
isi media yang diciptakan dan dibentuk oleh perubahan teknologi. Internet adalah
salah satu dari media digital di abad 21. Sebagai teknologi baru yang canggih,
bentuk media dan teknologi muncul secara bersamaan dan di sebut konvergensi
media. Konvergensi media merupakan kombinasi antara dua atau lebih dari
media-media sebelumnya (media konvensional) yang menjadi suatu proses
dimana dapat membawa kemudahan dan keuntungan bagi penggunanya. Media
sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube merupakan contoh dari
media digital.
Partisipasi politik dapat dilakukan oleh setiap warga di negara demokrasi.
Bourne (2010) mendefenisikan partisipasi politik sebagai kegiatan pribadi warga
negara yang dilakukan untuk memengaruhi keputusan pemerintah. Sedangkan
Dahrendorf (2003) menyatakan bahwa setiap orang yang hidup di negara
demokratis memiliki hak untuk menyatakan pandangan dan sikap mereka
terhadap segala hal yang terjadi di ranah publik atau hal-hal yang terkait dengan
kepentingan mereka agar diketahui pemerintah dan selanjutnya pemerintah
memberikan responnya.
Tipologi partisipasi politik yang lebih luas dikemukakan oleh Teorell,
et.al., (2007) yang mencakup lima dimensi yaitu: 1) Electoral Participation
(partisipasi elektoral) adalah partisipasi warga dengan melakukan pemungutan
suara termasuk memberikan suara pada saat pemilihan umum; 2) Consumer
participation yang mencakup kegiatan memberikan sumbangan untuk amal,
melakukan boikot atau menandatangai petisi dan melakukan konsumsi politik
(political consumption), atau dengan kata lain consumer participation merupakan
tindakan warga masyarakat sebagai konsumen politik yang kritis; 3) Party
14
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
activity, yaitu tindakan menjadi anggota atau pendukung aktif partai politik,
melakukan pekerjaan sukarela atau menyumbangkan uang untuk partai politik; 4)
Protest activity, yang mencakup tindakan seperti turut serta dalam kegiatan
demonstrasi, pemogokan dan kegiatan unjuk rasa lainnya; 5) Contact activity,
yaitu tindakan menghubungi organisasi pemerintah, politisi atau pejabat
pemerintahan.
15
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
2012 & 2014). Menyebut internet sebagai ruang publik baru maka kita perlu
menilik kembali gagasan Jurgen Habermas tentang apa itu ruang publik.
Menurutnya, ruang publik adalah ‘ruang’ yang diciptakan dari kumpulan orang-
orang tertentu yang bertujuan untuk membangun sebuah wacana dan sikap atas
otoritas publik. Atau dengan kata lain, ruang publik mengacu pada “ruang antara”
negara dan pasar di mana segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan
umum dan opini publik dibentuk dengan cara persuasi, konflik, dan didalamnya
terjadi perebutan makna (contested meaning) untuk memenangkan opini publik
(Habermas, 1989).
Dalam tulisan The Structural Transformation of the Public Sphere,
Habermas menyebutkan bahwa salon dan kedai kopi (coffee house) adalah
representasi ruang publik di Eropa pada abad ke-16 dan 17. Ia menggambarkan
bagaimana kelompok borjuis dengan bebas menyampaikan gagasan dan kritiknya
atas kebijakan pemerintah tanpa merasa ditekan atau diawasi. Sebagai
penghubung dengan negara, maka tidak heran apabila ruang publik digunakan
untuk mendiskusikan segala hal yang mungkin dicapai solusi rasionalnya melalui
debat kritis. Konsepsi ruang publik ideal ala Habermas mensyaratkan dua hal.
Pertama, keterbukaan – yang artinya siapapun boleh terlibat dalam pembentukan
‘ruang’ publik tanpa melihat status sosial/latar belakang. Kedua, terdapat debat
rasional/kritis yang setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk saling
memengaruhi melalui kekuatan argumentasi mereka.
Ruang publik memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik tidak hanya sebagai institusi
atau organisasi yang legal, melainkan adalah komunikasi antar
warga itu sendiri (Hardiman, 2009:128). Memasuki abad ke-20, bentuk ruang
publik mulai bergeser, terlebih pasca ditemukannya mesin cetak yang melahirkan
media massa, seperti surat kabar, radio, dan televisi. Beberapa akademisi sempat
merisaukan masifnya perkembangan media massa karena dianggap mengancam
demokrasi dan ruang publik. Ketakutan ini cukup beralasan jika menilik kritik
Horkheimer dan Adorno terhadap budaya massa - bahwa budaya yang dimediasi
dan diproduksi secara massal akan menjadi dominasi ideologis ketimbang sebagai
16
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
ruang publik. Kemampuan propaganda media massa yang bagus akhirnya dapat
mengubahnya menjadi lembaga pemerintah yang berita/informasi akan dikuasai
dan diawasi. Alih-alih bersikap pesimis, Habermas nyatanya mendukung
kehadiran media massa modern berpotensi menjadi ruang publik baru yang
mampu mendukung iklim demokrasi.
Imajinasi ruang publik yang dikemukakan Habermas ternyata tidak hanya
ditemukan di Eropa melalui salon dan coffee house. Salah seorang ahli politik
Amerika yang juga Indonesianis, Benedict Anderson, dalam bukunya Imagined
Communities (2006), menyebutkan bahwa kapitalisme cetak, media cetak
memungkinkan kaum nasionalis menggencarkan konsep persatuan “Indonesia”
sebagai suatu negara-bangsa (state-nation), meski hanya segelintir kecil minoritas
berdaya yang melek huruf dan bisa membacanya. Sejak saat itu, media massa
mainstream menjadi medium yang cukup baik dalam merawat demokrasi di
Indonesia. Namun, kondisi tersebut berubah ketika Internet mulai hadir ke dalam
aktivitas keseharian masyarakat. Menyitir pendapat dari Silih Agung Wasesa
bahwa kehadiran media baru berbasis digital membuat informasi politik tidak
hanya semakin masif, tetapi juga terdistribusi dengan cepat dan bersifat interaktif.
17
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
20
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
wacana spontan dan wacana yang diinduksi . Wacana spontan mengacu pada
wacana yang diproduksi oleh subyek dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Wacana yang diinduksi diproduksi dalam kerangka penelitian, terutama dalam
melakukan analisis. Jenis wacana ini biasanya dihasilkan dalam kerangka
wawancara mendalam atau melalui dinamika kelompok, khususnya dalam bentuk
diskusi kelompok (Ruiz Ruiz, 2009; Soares & Godoi, 2017; Godoi, Mastella &
Uchoa, 2018). Untuk alasan ini, kita akan merujuk terutama pada wacana yang
diinduksi ketika memeriksa metode yang digunakan dalam analisis wacana
sosiologis, sambil mengingat bahwa pendekatan ini juga dapat diterapkan pada
wacana spontan.
21
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Pada tahap awal, analisis wacana berpusat pada tekstualitas. Langkah pertama
yang biasanya diambil dalam analisis tekstual adalah menerjemahkan wacana ke
dalam bentuk tekstual. Terjemahan wacana non-tekstual ke bentuk tekstual ini
merupakan fase pertama dari analisis tekstual dan karenanya harus dilakukan
sesuai dengan kriteria dan prosedur yang ketat. Untuk melakukannya, dua
prosedur digunakan:
a. Deskripsi, yang diterapkan pada wacana non-verbal,
b. Transkripsi ,yang diterapkan untuk wacana verbal.
22
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
23
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Tahap pertama dari analisis ini adalah dilakukannya interpretasi atas realita sosial.
Fakta bahwa subyek terlibat, dan memiliki kontak dengan, realitas sosial yang
diselidiki berarti bahwa mereka akrab dan berpengetahuan tentang hal itu. Wacana
mengandung pengetahuan tentang realitas sosial ini; karenanya analisis harus
memberikan informasi yang relevan tentang hal itu. Jenis interpretasi ini mencoba
menjelaskan wacana dalam hal kompetensi sosial subyek sebagai informan, yaitu
pengetahuan mereka tentang realitas, kapasitas eksposisi mereka, misalnya
dengan meminjam pendekatan grounded theory.(Ruiz Ruiz, 2009).
Langkah kedua adalah, meminjam pendekatan analisis wacana kritis untuk
meninjau wacana sebagai suatu ideologi, terutama cara Van Dijk dalam meninjau
relasi antara ideologi dengan wacana.
Tabel 1 Ringkasan Tingkat dan Prosedur Analisis
24
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
September 2018 hingga Februari 2019, kurang lebih sejumlah 2-3 video dengan
fokus pembahasan yaitu tentang politik elektoral atau Pemilu 2019.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan
langsung dengan objek penelitian yang diperoleh melalui teknik etnografi digital
(Postill & Pink, 2012). Adapun langkah-langkah dalam teknik etnografi digital
yaitu (1) menentukan medium digital yang digunakan dalam penelitian; (2)
melakukan observasi digital dengan cara mengikuti (follow) akun-akun yang
sesuai dengan fokus penelitian; (3) mendokumentasikan setiap unggahan (posting)
dari akun-akun media sosial melalui teknik cuplikan layar (screen capture) untuk
disimpan di gawai pintar maupun di komputer; (4) menentukan tema dari masing-
masing data yang dikumpulkan; (5) membuat tabel coding dan mulai
mendistribusikan data ke dalam tabel tersebut; (6) melakukan analisis data dengan
model analisi tematik dan visual.
Dalam metode analisi isi kualitatif atau dalam penelitian ini disebut dengan
thematic analysis mempertimbangkan aspek kekuatan peneliti sebagai instrumen
penelitian untuk menginterpretasikan teks baik secara gramatikal maupun visual.
Pembacaan atas teks dalam thematic analysis memang berbeda dengan model
analisis isi kuantitatif pada umumnya yang membaca sisi manifes dalam sebuah
teks. Hal ini berbeda dengan model thematic analysis, peneliti dituntut untuk
memiliki kemampuan analisis yang cermat, detail dan holistik karena pembacaan
atas teks melibatkan unsur konteks sebagai dasar terbentuknya sebuah teks itu
sendiri. Sebagai ilustrasi bagaimana tahapan analisis teks disajikan dalam bagan di
bawah:
25
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
26
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
27
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
DAFTAR PUSTAKA
Abril, P.S., Levin, A. and Del Riego, A. (2012), “Blurred boundaries: social media
privacy and the twenty-first century employee”, American Business Law Journal,
Vol. 49 No. 1, pp. 63-124.
Alhabash, S., Park, H., Kononova, A., Chian, Y. and Wise, K. (2012), “Exploring the
motivation of Facebook use in Taiwan”, Cyberpsychology, Behavior and Social
Networking, Vol. 15 No. 6, pp. 304-311.
Bengston, Mariette. (2016). How to plan and perform a qualitative study using content
analysis. NursingPlus Open, 2, 8-14.
Baum, T. (2010), “Demographic changes and the labour market in the international
tourism industry”, in Yeoman, I., Hsu, C., Smith, K. and Watson, S. (Eds),
Tourism and Demography, Goodfellow, London.
Bennett, S., Maton, K. and Kervin, L. (2008), “The ‘digital natives’ debate: a critical
review of the evidence”, British Journal of Educational Technology, Vol. 39 No.
5, pp. 775-786.
Bennett, W.L. and Segerberg, A. (2012), “The logic of connective action”,
Communication and Society, Vol. 15 No. 5, pp. 739-768.
Boyd, D.M. and Ellison, N.B. (2008), “Social network sites: definition, history and
scholarship”, Journal of Computer-Mediated Communication, Vol. 13, pp. 210-
230.
Cates, S. V. (2014). The Young and The Restless: Why Don’t Millennials Join Unions?
International Journal of Business and Public Administration, 11(2), 2014, 107-
119.
Chung, J. (2012), “Comparing online activities in China and South Korea, the internet
and the political regime”, Asian Survey, Vol. 48 No. 5, pp. 727-751.
EACEA (Education, Audiovisual and Culture Executive Agency) (2012). Political
participation and EU citizenship: Perceptions and behaviors of young people.
Evidence from Eurobarometer.
Eisner, S. (2005), “Managing Generation Y”, SAM Advanced Management Journal,
Vol. 1 No. 9, pp. 34-42.
Elo, Satu., & Kyngas, Helvi. (2008). The qualitative content analysis process. The
Journal of Advanced Nursing (JAN), 62(1), 107-115.
Gagnier, Christina. (2008). Democracy 2.0: Millennial-Generated Change to American
Governance. National Civic Review, Fall 2008, Vol.97(3), p.32.
Hanna, R., Rohm, A. and Crittenden, V.L. (2011), “We’re all connected: the power of
the social media ecosystem”, Business Horizons, Vol. 54, pp. 265-273.
Hargittai, E. and Hinnant, A. (2008), “Digital inequality: differences in young adults’
use of the internet”, Communication Research, Vol. 35 No. 5, pp. 602-621.
28
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Haste, H. & Hogan, A. (2006). Beyond conventional civic participation, beyond the
moral-political divide: Young people and contemporary debates about citizenship.
Journal of Moral Education, 35(4), 2006, 473-493.
Hsieh, Hsiu-Fang., & Shannon, Sarah E. (2005). Three approaches to qualitative content
analysis. Qualitative Health Research, 15(9), 1277-1288.
Kim, Y., Sohn, D. and Choi, S. (2011), “Cultural differences in motivations for using
social network sites: a comparitive study of American and Korean college
students”, Computers in Human Behavior, Vol. 27 No. 1, pp. 365-372.
Morissan. (2016). Tingkat Partisipasi Politik dan Sosial Generasi Muda. Jurnal Visi
Komunikasi, Volume 15, No.01, Mei 2016: 96 – 113 102.
Pew Research Center. (2014). Millennials in Adulthood: Detached from Institutions,
Networked with Friends.
Tapscott, Don. (2013). Grown Up Digital: Yang Muda yang Mengubah Dunia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Vaismoradi, M., Turunen, H., & Bondas, T. (2013). Content analysis and thematic
analysis: Implications for conducting a qualitative descriptive study. Nursing &
Health Sciences, 15: 398–405.
Sumber Daring:
Alvara Research Centre. (2014). Generasi Millennial Indonesia: Tantangan dan
Peluang Pemuda Indonesia. Diakses dari website: http://alvara-strategic.com/generasi-
millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia/, pada 5 April 2019.
29
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
30
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Proses penelitian Twitter dan Ruang Publik Millenial: Analisis Wacana Sosiologis Peran Media Sosial dalam Demokrasi Digital dijadwalkan sebagai
berikut:
No. Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Desain
1.
Penelitian
2. Studi Literatur
3. Observasi lapang 1
Penulisan report lapang
4.
1
5. Observasi lapang 2
Penulisan report lapang
6.
2
7. Pengolahan Data
8. Analisis Data
Penyusunan laporan
9. kemajuan penelitian &
lap. keuangan
Penyusunan artikel
10.
jurnal
Review dan
11.
proofreading
12. Pengiriman artikel jurnal
13. Seminar/konferensi
Penyusunan lap. akhir &
14.
lap.keungan
31
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Universitas Georg-August
Brawijaya Brawijaya Universität
Goettingen, Jerman
Bidang Ilmu Sosiologi Sosiologi Ethnologie (Cultural
Pembangunan Anthropology)
Tahun Masuk-Lulus 1999-2003 2003-2005 2009-
Judul Dinamika Kelompok Strategi dan Adaptasi Local culture and
Skripsi/Tesis/Disertasi Subak dalam Budaya Masyarakat globalization
Pengelolaan Bali Aga
Jaringan Irigasi
Nama Dr. Kusnadi Prof. Dr. Sanggar Prof. Dr. Brigitta
Pembimbing/Promotor Kanto Hauser-Schublin
Prof. Dr. I Nyoman
Nurjaya
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber
(Juta Rp)
1 2018 Pemetaan Dampak Merkuri terhadap KLKH 1.300
32
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
33
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
34
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
35
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya -
Bidang Ilmu Teknologi Hasil Pertanian Sosiologi Pembangunan -
Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 2009-2013 -
Judul Pengaruh Penambahan Asam Kesintasan Warung Makanan -
Skripsi/Tesis/Disertasi Terhadap Rebung Bali Tradisional Jawa
Nama Dr. Ir. Sudarminto Prof. Dr. Keppi Sukesi -
Pembimbing/Promotor
36
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan
kenyataan saya sanggup menerima resikonya.
37
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Sumatera Barat
Telp/HP : 082337666772
Email : nirwanahappyy@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
C. Pengalaman Penelitian
- Asisten Peneliti Respons Masyarakat Lokal Atas Bencana: Studi Ethno Science
Pemanfaatan Nilai-nilai Lokal sebagai Strategi Mitigasi, Hibah Peneliti Pemula
Tahun 2017 LPPM Universitas Brawijaya
D. Pengalaman Organisasi
- 2017 – sekarang : Asisten Peneliti Center for Culture and Frontier Studies
LPPM Universitas Brawijaya
38
Perspektif Keluarga dan Wacana
Mengenai Pandemi Virus Corona (COVID-19)
A. Data Pribadi
Nama : Nirwana Happy
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Simpang Empat Selatan, 29 April 1994
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Batang Toman Jorong Simpang Ampek, Sumatera Barat
Telp/HP : 082337666772
Email : nirwanahappyy@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
2000-2006 : SDN 18 Badarejo (Sekarang: SDN 07 Pasaman)
2006-2009 : SMP N 1 Pasaman
2009-2012 : SMA N 1 Pasaman
2012- Sekarang : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Brawijaya
C. Pengalaman Penelitian
1) Asisten Peneliti Respons Masyarakat Lokal Atas Bencana: Studi Ethno Science
Pemanfaatan Nilai-nilai Lokal sebagai Strategi Mitigasi, Hibah Peneliti Pemula
Tahun 2017 LPPM Universitas Brawijaya;
D. Pengalaman Organisasi
39