Anda di halaman 1dari 2

Perumahan Ramah Kantong, Solusi Hunian Masyarakat Ekonomi Menengah Ke Bawah

Pada masa sekarang ini pembangunan di sektor perkenomian mulai mengalami perubahan
yang luar biasa. Dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki kebutuhan pokok atau kebutuhan
primer, juga kebutuhan sekunder maupun tersier. Kebutuhan primer sendiri merupakan kebutuhan
pokok paling mendasar dan yang paling utama untuk dipenuhi adalah kebutuhan akan tempat
tinggal atau rumah layak huni. Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Pemukiman, Rumah adalah “Bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal dan hunian bagi pembinaan keluarga”. Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan
akan tempat tinggal juga semakin meningkat. Harga tanah di perkotaan yang melambung tinggi
dan terbatasnya lahan menjadi sebab masyarakat ekonomi menengah ke bawah tidak dapat
memenuhi kebutuhan primernya yaitu rumah layak huni. Tanpa memiliki rumah berarti kebutuhan
primer manusia belum terpenuhi.
Melihat begitu pentingnya kebutuhan rumah bagi kehidupan manusia, namun masih
banyak juga masyarakat yang belum memilikinya, terlebih rumah layak huni. Oleh karena itu
munculah gagasan dari para pengembang dalam usaha properti perumahan (developer) untuk
memanfaatkan lahan non produktif dan kurang strategis sebagai pilihan lokasi lahan baru untuk
membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal karena harga tanahnya yang pasti
juga tidak terlalu tinggi. Lahan non produktif dapat berupa tanah pekarangan di sekitar rumah yang
belum dikelola, lahan atau pekarangan kosong yang belum dimanfaatkan atau lahan yang dibiarkan
begitu saja dan belum menghasilkan apapun. Lahan ini biasanya berada di lokasi yang kurang
strategis seperti di pinggiran kota, lereng bukit atau gunung, dan wilayah yang serupa dengan itu.
Melihat minimnya pemanfaatan lahan tersebut yang diiringi dengan tingginya animo atau
keinginan masyarakat akan kebutuhan pengakuan identitas status sosial kepemilikan rumah
sendiri, maka peluang ini dinilai sangat potensial untuk digarap dan dijadikan sebagai lokasi
pemukiman baru dengan sasaran masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan adanya faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap permintaan rumah. Diantaranya, permintaan akan terjadi apabila seorang individu
mempunyai keinginan (willing) dan kemampuan (ability) untuk membeli suatu barang atau jasa
(Sukirno, 2005). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Taufiq & Eduardus
Tandelilin (2007), bahwa harga rumah dan pendapatan konsumen sangat berpengaruh terhadap
permintaan akan kebutuhan perumahan. Dengan impikasi bahwa harga rumah yang terjangkau
oleh pendapatan yang diperoleh individu maka kebutuhan akan rumah menjadi prioritas utama.
Kebutuhan akan perumahan di Indonesia sendiri terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi.
Tingginya permintaan perumahan tipe 36 tapi bukan subsidi pemerintah di hampir seluruh
kota besar di Indonesia dikarenakan perumahan tipe 36 ini lebih murah harganya, sehingga para
pengembang dalam usaha properti perumahan (developer) berlomba-lomba memberikan dan
menawarkan konsep yang bagus, nyaman, aman dan tentunya terjangkau untuk masyarakat
khususnya dengan ekonomi menengah kebawah. Oleh karena itu, maka peluang memanfaatkan
lahan non produktif ini sudah semestinya dijadikan pertimbangan dalam dunia pengembangan
properti perumahan. Harapannya agar masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan primernya yaitu
memiliki rumah sendiri, karena rumah dengan ukuran minimalis namun milik pribadi sudah pasti
menjadi kebanggan tersendiri bagi sebagian orang daripada harus memilih mengontrak.

DAFTAR PUSTAKA
Kristiandika, Hilus Andri. 2015. Tugas Akhir. Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan
Rumah Sejahtera Tapak di PT Bank Tabungan Negara (PERSERO) Kantor Cabang Gresik.
Rangkuman Tugas Akhir Diploma IV. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.

Rahmayadi, Deka. 2017. Skripsi. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan


Perumahan Tipe 36 Di Wilayah Bandung Timur (Studi Kasus 26 Pengembang di Wilayah
Bandung Timur). Bandung: Universitas Pasundan Bandung.

M, Pancawati. 1999. Skripsi. Penerapan Metode Rekayasa Nilai pada Drainase


Perumahan “Merapi View” Yogyakarta. Sleman: Universitas Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai