Periodontal Diseases
(KG.13)
Periodontal Diseases
Revisi 1
Penyusun :
Dr. drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc
drg. Hartanti,Sp.Perio
drg. Fitri Yuniawati,MDSc.,Sp.Perio
Editor
drg. Dian Yosi Arinawati,MDSc.,PhD
Kontributor
drg. Erwin Setyawan,Sp.RKG
drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed
drg. Any Setyawati, Sp. KG
GAMBARAN BLOK
Basic Learning and Professionalism merupakan blok tiga belas dari Kurikulum
tahap sarjana (S1) di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY. Capaian pembelajaran blok ini meliputi capaian
pembelajaran sikap, keterampilan umum, pengetahuan dan keterampilan khusus
yang telah disesuaikan dengan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) yang ditetapkan
oleh DIKTI.
Blok ini berisi bahan kajian yang terkait prinsip pembelajaran di perguruan
tinggi, konsep dasar Etika dan Hukum bidang Kesehatan, dasar komunikasi dokter
gigi dengan pasien dan pemanfaatan teknologi informasi bidang kesehatan. Kajian
kritis tentang Evidenced Based Dentistry (EBD) dan Jurnal Reading juga menjadi
salah satu keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran blok. Prinsip kedokteran
gigi dasar dan klinik serta dari sikap, norma dan etika sebagai seorang dokter gigi
yang islami juga diajarkan dalam capaian pembelajaran blok ini sebagai bahan kajian
bermuatan lokal. Standar Kompetensi Dokter Gigi (SKDGI) yang dijadikan acuan
dalam pembelajaran blok ini adalah kompetensi di dalam domain 1, yaitu
profesionalisme.
Diharapkan setelah mengikuti proses pembelajaran blok ini mahasiswa akan
dapat mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi (long life learner) dan
mengembangkan active learning yang menjadi ciri pembelajaran orang dewasa
(adult learning ). Penguasaan kedokteran gigi dasar dan klinis khususnya jaringan
periodontal menjadi tujuan pembelajaran dari blok ini, sehingga kompetensi dari
sikap profesional dan komunikasi dokter pasien akan menjadi bagian tak terpisahkan
dari keterampilan klinik yang dikuasai mahasiswa kedokteran gigi UMY.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Gambaran Blok
Daftar Isi
Topic tree
Area Kompetensi blok
Rancangan Pembelajaran
Petunjuk Tutorial
Petunjuk Praktikum
Petunjuk Skills Lab
Petunjuk Plenary Discussion
TOPIC TREE
FAKTOR ANATOMI
PREDISPOSISI
NON PLAK :
-specific bacterial origin
- Viral origin
- Fungal origin
ETIOLOGI PENYAKIT
- Genetic origin
- Sistemic conditions PERIODONTAL
- Traumatic lesions
- Foreign body reactions
- Not otherwise specified
PLAK : DIAGNOSIS,PROGNOSIS,
• Dental plaque only TREATMENT PLANNING
• modified sistemic factor
• modified medications
ü Comp
ü Adult
PATOFISIOLOGI ü Fema
ü Child
GINGIVITIS
PERIODONTITI
• Gingival enlargement • Periodonta
• Akut pocket
• Kronis • Bone loss
• Deskuamasi • Kronik
• Agresif
• Necrotizing
BEDAH :
gingivektomi
Orthodontik Endodontik
NON BEDAH :
• Plak kontrol
• SRP
• Desensitasi
AREA KOMPETENSI
BLOK PENYAKIT PERIODONTAL
Area kompetensi (Domain) dari Standar Kompetensi Dokter Gigi yang akan dicapai pada
blok ini yaitu :
Domain 1 : Profesionalisme
Mampu melakukan praktik di bidang KG dan mulut sesuai dengan keahlian, tanggung
jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan
RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. Karateristik Mahasiswa
Blok Periodontal Diseases ditujukan bagi mahasiswa kedokteran gigi tahun III yang telah
mendapat dasar-dasar tentang kedokteran gigi, imunitas dan infeksi. Blok Periodontal
Diseases berada pada blok ke 13 kurikulum S-1 kedokteran gigi UMY, blok ini memberikan
dasar pengetahuan tentang etiologi penyakit jaringan pendukung gigi, prinsip perawatan
jaringan pendukung gigi, etiologi dan prinsip perawatan bedah jaringan lunak dalam
kedokteran gigi berdasarkan kasus sesuai indikasi dan kompetensi dokter gigi terutama
sebagai bekal di tahap klinik nantinya.
B. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran blok Periodontal Diseases mahasiswa akan mampu:
Domain 1 : Profesionalisme
Mengetahui dan memahami prinsip perawatan jaringan pendukung gigi dan bedah jaringan
lunak
Menjelaskan tindakan pencegahan penyakit jaringan pendukung gigi
Mampu melakukan praktik di bidang KG dan mulut sesuai dengan keahlian, tanggung jawab,
kesejawatan, etika dan hukum yang relevan
RANAH SIKAP :
LO.11. Mampu menerapkan sikap bertanggung jawab terhadap tugas
LO.12. Mampu menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama
serta pendapat/temuan orisinal orang lain
LO.13. Mampu menerapkan etika KG serta hukum yang berkaitan dengan praktek KG
secara profesional
RANAH KETERAMPILAN UMUM :
LO.14. Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik,
dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja
profesinya (KU1)
LO.15. Mampu mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi (long life learner)
(KU14)
RANAH KETERAMPILAN KHUSUS :
LO.16. Mampu melakukan anamnesis dengan menggali riwayat pasien (riwayat
keluarga dan psikososial ekonomi, riwayat kepenyakitan dan pengobatan, riwayat
perawatan gigi mulut, perilaku) yang relevan dengan keluhan utama melalui metode
komunikasi efektif terhadap pasien/keluarga pasien (KK1)
LO.17. Mampu menegakkan diagnosis awal, diagnosis banding, diagnosis akhir
dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan mulut berdasarkan patogenesis
dengan mempertimbangkan derajat resiko penyakit melalui interpretasi, analisis, dan
sintesis hasil pemeriksaan pasien sesuai standar klasifikasi penyakit secara
internasional (International Classification of Diseases)(KK4)
LO.18. Mampu merencanakan perawatan gigi dan mulut berdasarkan hasil
diagnosis dan prognosis berbasis teori dan konsep kedokteran gigi klinik, kedokteran
gigi pencegahan, kedokteran gigi dasar,kedokteran klinik dan ilmu biomedik yang
relevan (KK5)
RANCANGAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI BLOK
Setelah mengikuti pembelajaran dalam blok ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. menjelaskan faktor initiating dan predisposing penyakit jaringan pendukung gigi,
pengaruh faktor mekanis, kimia, anatomis dan penyakit sistemik terhadap jaringan
pendukung gigi
2. menjelaskan tentang etiologi penyakit periodontal dan penatalaksanaan
3. menjelaskan faktor sistemik yang berpengaruh pada jaringan pendukung gigi
4. menjelaskan dan melakukan penatalaksanaan bedah dan non bedah pada perawatan
penyakit jaringan periodontal
5. menjelaskan etiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan rehabilitasi pasca bedah kasus
bedah dalam mulut
LO2 Periodontologi 3) perubahan jaringan kuliah : drg Fitri Yunia, MDSc.,Sp.Perio 2x 2 jam x 0.0625 sks 0.25
periodonsium (penuaan,
hormonal, metabolisme,
akibat perawatan dan akibat
penyakit)
BK63 PP8: menguasai LO3 IKGM dan 4) epidemiologi peny KULIAH Panel drg Hartanti Sp. Per dan drg 1 x 2 jam x 0.0625 sks, 0.125
konsep dasar dan periodontologi periodontal (faktor resiko dan Sri Utami MPH
konsep penyakit indeks )
LO4 Periodontologi 5) gingiva diseases KULIAH Drg Hartanti SpPerio, 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
SKILL LAB (Scaling manual dan USS) 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
LO5 6) periodontal diseases : KULIAH drg Hartanti SpPerio, 2 x 2 jam x 0.0625 sks, 0.25
etiologi, patogenesis,
diagnosis, treatment planning
LO8 radiologi 8)Pemeriksaan radiografis Kuliah : drg Erwin Styawan, Sp RKG 1x2 jam x 0,0625 0.125
untuk mendeteksi kerusakan
jaringan periodontal
LO9 periodontologi 9) Masticatory system Kuliah: drg Fahmi Yunisa Sp Prostho 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
disorders terhadap jaringan
peridontal (pengaruh kelainan
oklusi, faktor psikomatik)
LO10 periodontologi 10) Dental calculus dan faktor Kuliah: drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc, 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
predisposisi lokal & non
surgical therapy
LO11 oral biologi 11) Periodonto-patogen dan drg Dian Yosi Arinawati, MDSc., PhD 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
biofilm
12) Biologi molekular proses drg Dian Yosi Arinawati, MDSc., PhD (e- 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
kerusakan dan perbaikan learning)
jaringan periodontal
LO12 periodontologi 13) Habit yang mempengaruhi TUGAS MANDIRI 1 x 2 jam x 0.0625 sks
periodontal diseases
LO13 periodontologi 14)surgical teraphy Kuliah drg Ika Andriani, MDSc., Sp. Per 1x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
LO14 periodontologi 15)surgical dan non surgical Kuliah: drg Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc 2 x 2 jam x 0.0625 sks 0.25
teraphy : instrumentasi,
teknik, faktor obat
LO15 periodontologi 16) periodontal treatment in Kuliah: drg Atiek Driana R.,MDSc.,SpKGA 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
childhood
LO16 IRK 17) Pengendalian plak dalam Kuliah Dr. drg Erlina Sih Mahanani., M.Kes 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
konsep Islam
LO17 etika hukum Kuliah drg Iwan Dewanto,MMR.,PhD 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
LO18 komunikasi skills lab komunikasi 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
4.9375
D. Pre-assesment
Proses pembelajaran dalam Blok wajib diikuti oleh mahasiswa sebagai syarat dapat
mengikuti ujian akhir blok, ketentuan peserta ujian blok adalah memenuhi ketentuan sbb:
a. Kehadiran Kuliah = 75%
b. Kehadiran Tutorial = 75%
c. Kehadiran Skills Lab = 100%
d. Kehadiran Praktikum = 100%
Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran 100% karena sesuatu hal, wajib memberikan
ijin kepada penanggungjawab blok, untuk kemudian mengurus proses inhal pada
penanggungjawab kegiatan (praktikum/skills lab)
E. Fasilitas
Fasilitas pendukung pembelajaran di PSPDG FKIK UMY yang dapat dimanfaatkan guna
menempuh blok ini, terdiri dari :
a. 3 ruang kuliah minitheater yang masing-masing dilengkap[i dengan 1 komputer akses
internet, LCD projector, audio recorder, dan AC
b. 8 ruang tutorial untuk kegiatan small group discussion dengan kapasitasa 12-15
mahasiswa, dimana diruang tutorial dilengkapi perlengkapan audivisial, komputer,
mini perpustakaan, loker dan AC
c. 2 ruang skill lab
d. 2 laboratorium (komputer)
e. 1 ruang perpustakaan PBL bersama
f. Hot spot area di lingkungan UMY
F. Evaluasi
Penilaian hasil belajar digunakan penilaian formatif dan sumatif,. Penilaian firmatif adalah
penilaian harian menggunakan chek list kegiatan, laporan, kuis, dll, sedangkan penilain
sumatif menggunakan ujian tertulis (MCQ) dan ujian praktek (OSCE).
Nilai akhir blok akan diambil dari komponen pembelajaran yang ada dalam blok dengan
bobot penilan sbb :
40% hasil MCQ
30% tutorial (proses diskusi 50%, SOCA 30%, tugas mandiri 20%)
20% OSCE
10% Praktikum
Mahasiswa akan dinyatakan lulus blok Keterampilan belajar jika memenuhi evaluasi nilai
akhir sebagai berikut :
Skor minimal MCQ adalah 60
Skor minimal OSCE adalah 60
Skor minimal SOCA adalah 60
Bagi mahasiswa yang belum memenuhi skor minimal pada 3 komponen di atas diwajibkan
mengikuti ujian remediasi blok sesuai jadwal dari bagian akademik.
G. Sumber Belajar
a. Michael Newman, Henry Takei, Perry Klokkevold, Fermin Carranza, Newman and
Carranza's Clinical Periodontology 13th Edition, 17th July 2018,994
b. Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., Silabus Periodonti, Ed. 4, EGC, Jakarta,2005
c. JD Manson & BM Elley, Buku Ajar Periodonti, 1993Hipokates, Jakarta
d. Koerner, KR, Color Atlas of Minor Oral Surgery, Mosby Co., London,1994,
e. Lang, N. P., & Bartold, P. M. Periodontal health. Journal of clinical
periodontology, 2018, 45, S9-16.
f.Pattison, AM, Periodontal Instrumentation, Prentice Hale Int., USA,1992
g. Prayitno, S.W., Periodontal Klinik ; Fondasi KG masa depan, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2003
h.Pedersen, GW, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta,1996
i. Sabiston, DC, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta,1994,
j. Waite, IM, , Atlas Berwarna Bedah Periodontal, Hipokrates, Jakarta,1989
k.Kasule, OH., Islamic of Medicine. 1999,
l.Sahid, A., Islamic of Medicine. 1999
m.PP Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Suara
Muhammadiyah, Yogyakarta, 2000
n.Mulyohadi Ali, dkk., Manual Komunikasi efektif dokter-pasien, Konsil kedokteran
Indonesia, Jakarta. 2006
Pakar
a.Drg. Arya Adiningrat,PhD
b.Drg. Dian Yosi Arinawati, MDSc.,PhD.
c. Dr.drg. Erlina Sih Mahanani, MKes
d.Drg. Fahmi Yunisa.,Sp.Prost
e.Drg. Erwin Setiawan, SpRG.
f.Drg. Hartanti Sp.Perio
g. Drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc.
h. Drg. Atiek Driana R, MDSc.,Sp.KGA
i. Drg.Fitri Yunia,MDSc.,Sp.Perio
SUPLEMEN
BASIC LEARNING AND PROFESSIONALISM
PETUNJUK TUTORIAL
PETUNJUK PRAKTIKUM
PETUNJUK SKILLS LAB
PETUNJUK PLENARY DISCUSSION
SOP TUTORIAL
1. Tutorial BLOK 1 dimulai pukul 07.30 – 09.30
2. 10 menit pertama dimulai dengan menghafal surat Al-Qur’an
3. Bagi mahasiswa yang tidak membawa tugas mandiri yang telah ditetapkan tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial
4. Aturan kehadiran :
a. Hadir tepat waktu sesuai ketentuan
b. Keterlambatan < 15 menit tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan tutorial
c. Keterlambatan > 15 menit dengan alasan yang tidak ditoleransi, tetap harus mengikuti
tutorial tetapi tidak mendapatkan nilai kegiatan dari tutor.
d. Keterlambatan > 30 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial.
e. Keterlambatan dapat ditoleransi jika dikarenakan alasan yang dapat diterima dan
mendapat ijin dari pj blok.
5. Aturan berpakaian :
a. Memakai pakaian yang sopan, tidak ketat, tidak menerawang dan tidak memakai
pakaian berbahan jeans.
b. Untuk mahasiswa perempuan memakai jilbab, memakai rok/ kulot/ celana kain yang
tidak ketat.
c. Untuk mahasiswa laki-laki tidak memakai kaos oblong.
d. Memakai sepatu
6. Minimal kehadiran 75%, sebagai syarat dapat mengikuti ujian CBT Blok.
7. Apabila ketidakhadiran > 25 % tanpa alasan yang ditoleransi maka harus mengulang
kegiatan tutorial pada tahun berikutnya.
8. Pengulangan kegiatan tutorial mengikuti aturan pengulangan Blok yang ditetapkan oleh
bagian akademik.
9. Ijin ketidakhadiran yang mendapat penggantian tugas, apabila ketidakhadiran disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Sakit, dibuktikan dengan surat dokter
b. Berita duka dari keluarga inti
c. Mengalami kecelakaan/halangan di jalan ketika menuju tempat tutorial
d. Mewakili institusi dalam beberapa kegiatan, dibuktikan dengan surat keterangan dari
bagian akademik
e. Menjalani ibadah umroh
10. Mahasiswa wajib mematuhi aturan yang ada dan menjaga sopan satun dalam kegiatan
tutorial
PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL
A. PENDAHULUAN
Kegiatan small group discussion (tutorial) dalam kurikulum tahap sarjana
PSPDG UMY menggunakan pendekatan pada dua metode pembelajaran yaitu
Problem Based Learning (PBL) dan Case Based Learning (CBL). Penggunaan dua
metode ini dimaksudkan untuk memberikan variasi pengalaman belajar kepada
mahasiswa. Untuk pembelajaran di tahun awal, kegiatan diskusi tutorial lebih banyak
menggunakan pendekatan metode PBL. Pada tahun ke tiga dan ke empat bentuk
tutorial lebih banyak menggunakan metode CBL.
Problem-based Learning (PBL) menghadirkan suatu perubahan yang
besar, luas dan kompleks dalam praktek pendidikan khususnya dalam pendidikan
profesional seperti pendidikan kedokteran. Pembelajaran dalam PBL didasarkan pada
empat prinsip modern yang menjadi pengertian pembelajaran yaitu konstruktif,
belajar mandiri, kolaboratif dan pembelajaran kontekstual (Dolmans, et. al., 2005).
Dalam pembelajaran PBL perkuliahan bukanlah sumber utama dalam proses belajar
mahasiswa. Untuk memacu diskusi dan self directed learning, menstimulasi dan
meningkatkan cara berfikir mahasiswa, digunakanlah kasus /problem.
Penggunaan problem/kasus dalam PBL membuat pembelajaran dalam PBL
menjadi konstruktif dan kontekstual. Kasus merupakan titik awal dalam kegiatan
pembelajaran mahasiswa dalam pembelajaran berbasis masalah. Kasus digunakan
untuk menggambarkan fenomena tertentu yang menimbulkan suatu pertanyaan dan
membutuhkan suatu penjelasan. Isu pembelajaran yang muncul selanjutnya menjadi
pemicu mahasiswa dalam proses belajar mandiri (Dolmans 2005, Niemen, et. al.,
2006).
Case based Learning (CBL) merupakan metode pembelajaran yang
interaktif, berpusat pada mahasiswa yang hampir mirip dengan PBL. CBL mendorong
keaktifan mahasiswa dengan menggunakan scenario-scenario kasus klinis yang
nyata, berasal dari pengalaman mahasiswa selama fase klinik. Kasus-kasus tersebut
secara umum ditulis sebagai suatu problem/permasalahan yang dapat memberikan
informasi secara lengkap terkait penggalian riwayat pasien, hasil temuan
pemeriksaan fisik, stomatognasi, laboratorium dari pasien. Pembelajaran aktif terjadi
ketika mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan hubungan interaktif
dengan kasus untuk mendorong mahasiswa mengorganisir keterampilan berbagi
informasi dengan pembelajar lainnya. CBL memiliki beberapa keuntungan
diantaranya mendorong belajar mandiri, pembelajaran yang terus menerus ( long life
learning). CBL juga mendorong kemampuan mahasiswa untuk menghubungkan ilmu
kedokteran dasar yang berkaitan erat dengan ilmu dan permasalahan klinik. CBL
juga dianggap mampu memperkuat penalaran klinik (clinical reasoning),
pembelajaran kolaboratif dan ketrampilan komunikasi mahasiswa. CBL dapat
diterapkan dalam pembelajaran kelas besar (large class) dan di dalam kelompok
diskusi (small group discussion). Banyak variasi dari penerapan metode
pembelajaran CBL. Kasus CBL dapat didskusikan dalam 1 – 3 pertemuan (sesi). Satu
kasus akan didiskusikan oleh mahasiswa pada setiap pertemuan. Penerapan CBL
lebih awal diproses pembelajaran dilakukan dengan membuatkan suatu scenario
kasus yang diambil dari pengalaman klinis yang nyata.
DEFINISI
1. Mengklarifikasi Istilah atau Konsep
Istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau menyebabkan
timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan
bantuan, kamus umum, kamus kedokteran dan tutor.
2. Menetapkan Permasalahan
Masalah-masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan dirumuskan
dengan jelas.
3. Menganalisis Masalah
Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan brainstorming.
Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan
tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat, dll tentang permasalahan.
4. Menarik Kesimpulan dari Langkah 3
Disimpulkan masalah-masalah yang sudah dianalisa pada langkah 3
5. Menetapkan Tujuan Belajar
Pengetahuan atau informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar atau tujuan
instruksional khusus (TIK).
6. Mengumpulkan Informasi Tambahan (Belajar Mandiri)
Kebutuhan pengetahuan yang ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk
memecahkan masalah dicari dalam bentuk belajar mandiri melalui akses informasi
melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.
7. Mensintesis / Menguji Informasi Baru
Mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar
mandiri setiap anggota kelompok.
Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali
pertemuan. Langkah 1 s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6
dilakukan di antara pertemuan pertama dan kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada
pertemuan kedua.
Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan
membantu mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus memberikan
penjelasan atau kuliah mini.
Dalam diskusi tutorial, tujuan instruksional umum atau TIU dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan tujuan belajar. Ketua diskusi memimpin diskusi
dengan memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan
ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi
diskusi serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua
dapat mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa skretaris
apakah semua hal yang penting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris yang
bertugas menulis hasil diskusi dalam white board atau flipchart.
Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning atmosphere disertai iklim
keterbukaan dan kebersamaan yang kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan
pendapatnya tanpa khawatir apakah pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak
bermutu oleh teman yang lain, karena dalam tutorial yang lebih penting adalah
bagaimana mahasiswa berproses memecahkan masalah dan bukan kebenaran
pemecahan masalahnya.
Proses tutorial menuntut mahasiswa agar secara aktif dalam mencari
informasi atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat
dilakukan dengan akses informasi baik melalui internet (journal ilmiah terbaru),
perpustakaan (text book & laporan penelitian), kuliah dan konsultasi pakar.
Salah satu
Kelompok mahasiswa
Tutor memilih ketua membacakan
membuka dan sekretaris kembali
diskusi skenario
STEP 5
STEP 4
Menarik KETUA Menetapkan
Tujuan Belajar
memaparkan
Kesimpulan dari STEP 7
Langkah tujuan belajar
Tutor 3 Setiap mahasiswa
mandiri dari memaparkan hasil
membuka
pertemuan belajar mandiri dari
diskusi
terdahulu step 6
Tutor memberikan
feed back terkait hasil
diskusi
C. CASE BASED LEARNING (CBL)
Langkah-langkah dalam proses diskusi dengan pendekatan Case Based Learning
hampir sama dengan PBL, perbedaan mendasar pada diskusi CBL lebih ditekankan
menetapkan permasalahan dan mencari pemecahan masalahnya. Dalam diskusi CBL
di Blok 1 menggunakan 1 kasus setiap pertemuan. Pada Blok-blok yang lain
dimungkinkan diskusi CBL untuk 1 kasus dilakukan dalam beberapa pertemuan.
Terutama bila kasus tersebut adalah kasus yang panjang.
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
sekitar 10 sampai 13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai
fasilitator. Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan
satu orang sebagai sekretaris, di mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin
diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap
skenarionya agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai
pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran dan
tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan
antara tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor
menyampaikan SOP/aturan pembelajaran secara singkat. Tutor menampilkan pada
layar LCD/monitor deskripsi skenario dan tujuan pembelajaran secara umum. Ketua
diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi dengan menggunakan 3 langkah untuk
mendiskusikan permasalah yang ada dalam skenario dan mencari pemecahannya.
Tutor
memaparkan Salah satu
tujuan Kelompok mahasiswa
Tutor membuka pembelajaran memilih ketua membacakan
diskusi secara umum dan sekretaris kembali
dari scenario skenario
kasus diskusi
melalui monitor
Mahasiswa Ketua
Mahasiswa membuat melakukan memimpin
kesimpulan dengan arahan tutor diskusi/analisis penetapan
terkait permasalahan/ diagnosis kasus secara tujuan belajar
kasus, interpretasi hasil terstruktur yang specifik
pemeriksaan, dan pemecahan berdasarkan dari scenario
masalah. Menetapkan isu hasil self study kasus yang ada
pembelajaran untuk self study dengan
diarahkan oleh
tutor
CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL PBL
Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial PBL sebagai berikut.
Keterangan skor
4 : Very Good (selalu)
Nilai = (total skor /skor max ) x 100
3 : Good (sering)
=
2 : Satisfactory (kadang kadang)
1 : Unsatisfactory (tidak pernah)
Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial CBL sebagai berikut.
Total Skor
NILAI
Keterangan skor
4 : Very Good (selalu)
Nilai = (total skor /skor max ) x 100
3 : Good (sering)
=
2 : Satisfactory (kadang kadang)
1 : Unsatisfactory (tidak pernah)
52 years old man went to the dentist, his anterior teeth was luxation. Intra oral
examination the generalised inflammation, abnormal gingival anatomy owing to tissue
destruction, gingival recession, swelling and inflammation, spontaneous bleeding and
abundant plaque deposits. The periodontal tissues around the lower incisors are particularly
severely affected and bleeding on probing positif. Anterior mandibula teeth were luxation
two degree, probing depth were 8 mm. The dentist adviced him to check his blood to the
medical laboratory. The medical laboratory result was the glucose test 320 mg/dl. Than the
dentist give treatment to him
A 21-year-old male patient, with painful gingival inflammation evolving since 4 days.
The patient reported subjective malaise, chills, and difficulty in eating due to the intensive
pain He had no other significant medical history or known allergies.
He had also a stressful job; he worked as a model and was under a severe diet.. Intra oral
examination revealed a halitosis, erythematous, and swelling gingiva localized at the buccal
side of the upper central, the upper, and lower lateral incisors and canines.
A pseudomembrane formation along the gingival margins and decapitated ulcerated papillae.
Discuss this case in the group with the tutor as facilitator in english !
(tutorial in english just one time)
SCENARIO PBL 3
Penanggungjawab Blok 13 :
Dr. drg. Ika Andriani, MDSc.,Sp.Perio
Penyusun :
Dr. drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc
drg. Hartanti,Sp.Perio
drg. Fitri Yuniawati,MDSc.,Sp.Perio
drg.Erwin Setyawan, Sp.RKG
drg.Indri Kurniasih,M.Med.Ed
PETUNJUK SKILLS LAB
Penanggungjawab Blok 13 :
Dr. drg. Ika Andriani, MDSc.,Sp.Perio
Penyusun :
Dr. drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc
drg. Hartanti,Sp.Perio
drg. Fitri Yuniawati,MDSc.,Sp.Perio
drg.Erwin Setyawan, Sp.RKG
drg.Indri Kurniasih,M.Med.Ed
I. SKILL LAB KOMUNIKASI
Learning objective:
Capaian Pembelajaran Umum:
Melatih mahasiswa berkomunikasi sebagai dokter dengan pasien (komunikasi interpersonal
dokter pasien) dari mulai melakukan anamnesis, menyetujui dilakukan tindakan (informed
consent), memberi saran perubahan gaya hidup sampai dengan menggali riwayat sosial
pasien.
Capaian Pembelajaran Khusus:
1. Memberikan keterampilan pada mahasiswa agar mampu mendapatkan riwayat
penyakit pasien saat ini secara lengkap, akurat dan relevan.
2. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa agar mampu mengidentifikasi penyakit
kesehatan dimasa lalu.
3. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa agar mampu mengidentifikasi keluhan
secara lengkap.
4. Melatih mahaasiswa untuk dapat berkomunikasi dengan pasien saat memberikan
persetujuan tindakan kedokteraan gigi.
5. Melatih mahasiswa untuk dapat memberikan saran kepada pasien agar bersedia
merubah gaya hidup yang tidak mendukung kesehatannya.
6. Memberikan keterampilan pada mahasiswa agar mampu menggali riwayat sosial
pasien.
7. Memberikan informasi tentang diagnosis (Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding).
8. Mahasiswa mengetahui faktor etiologi dan predisposisi.
9. Mahasiswa mampu melakukan rujukan sehubungan dengan penyakitnya.
Skenario
Seorang pasien berusia laki-laki 45 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi depan
bawah goyah dan terasa sakit bila digunakan untuk makan. Hasil anamnesa menunjukkan
pasien menderita penyakit kencing manis hasil pemeriksaan satu tahun yang lalu dan saat ini
belum tahu berapa hasil pemeriksaan gula darahnya. Pasien merasa gigi goyah sejak 5 bulan
lalu dan setiap gosok gigi berdarah. Pasien belum pernah ke dokter gigi. Ayah pasien
menderita penyakit kencing manis dan ibu menderita penyakit darah tinggi. Pemeriksaan intra
oral menunjukkan kalkulus pada permukaan lingual gigi depan bawah (skor OHI 8), rata-rata
kedalaman poket periodontal 5 mm dan gigi goyah derajat 2. Terdapat resesi gingiva sebesar
2 mm. Hasil radiografi menunjukkan adanya resorbsi horizontal alveolar crest.
PERALATAN SKALING
Peralatan untuk skaling adalah skaler. Ada 2 macam yaitu skaler manual dan skaler
ultrasonik.
SKALER MANUAL
Peralatan manual/skaler manual tersedia dalam berbagai macam bentuk, operator
harus menggunakan dan memilih alat yang paling efektif untuk membersihkan secara efektif.
Nama alat mencerminkan cara kerjanya: kuret, hoe, file, sabit, pahat.
Peralatan mempunyai 3 bagian :
a. Pegangan
Pegangan harus cocok dengan tangan sehingga stabil dan tidak terlepas bila
digunakan.
b. shank
c. pisau
Skaler Jaquette
Pisau alat ini mempunyai penampang berbentuk segitiga dengan dua ujung potong.
Pisau yang kecil dapat digunakan untuk skaling subgingiva. Ada 3 bentuk shank yang
mempunyai sudut yang berbeda.
Skaler sabit
Pisau berbentuk sabit yang mempunyai penampang melintang berbentuk segitiga
sehingga terdapat 2 tepi potong. Pisau melengkung pada bidang lateral sehingga dapat
digunakan untuk permukaan gigi.
Hoe
Berbentuk cangkul, mempunyai sudut shank yang berbeda sehingga dapat mencapai
permukaan gigi.
Saat digunakan pisau diinsersikan perlahan ke bawah tepi gingiva dengan menjaga
agar shank sejajar sumbu gigi, pisau kemudian ditekankan ke permukaan gigi di apikal
deposit kalkulus dan ditarik ke arah koronal sehingga kalkulus terlepas.
File
Berbentuk file, kecil, dapat diinsersikan cukup dalam ke dalam leher gingiva atau
poket. Penggunaannya seperti hoe.
Learning objective:
Mampu melakukan skoring Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN),
Kegoyangan gigi, dan resesi gingival
Alat bahan skills lab:
1. Periodontal Probe
2. Diagnostik set
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara skoring Community
Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN), Kegoyangan gigi, dan resesi gingival
(15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba cara skoring Community Periodontal Index of
Treatment Needs (CPITN). Kegoyangan gigi, resesi gingival dan (40 menit)
6. Mahasiswa mengisi worksheet yang disediakan (15 menit)
7. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
8. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback
Landasan Teori:
A. COMMUNITY PERIODONTAL INDEX OF TREATMENT NEED (CPITN)
Adalah indeks resmi yg digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan
periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya dgn menggunakan sonde khusus
(WHO Periodontal Examination Probe).
Indeks ini, meliputi:
1. Ada/ tdk adanya perdarahan gingiva pada probing
2. Ada/ tdk adanya kalkulus supra/ sub-gingival
3. Ada/ tdk adanya saku/ poket periodontal yg terbagi menjadi, poket dangkal dan poket
dalam
4. Mendapatkan data status periodontal masyarakat/ individu
5. Merencanakan program kegiatan penyuluhan/ promotif
6. Menentukan kebutuhan perawatan yg meliputi jenis tindakan, besar beban kerja dan
kebutuhan tenaga
7. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu
CPITN digunakan untuk menilai kriteria dan kategori akan kebutuhan perawatan periodontal.
Digunakan untuk:
1. menilai dengan cepat suatu prevalensi
2. menilai kebutuhan perawatan
3. menilai kebutuhan perawatan berdasarkan status periodontal
Instrumentasi:
- Formulir CPITN
- WHO Periodontal Examination Probe
Pelaksanaan penilaian:
1. Penentuan sekstan
2. Penentuan gigi indeks
3. Pemeriksaan dan penilaian
4. Penentuan skor
5. Pencatatan skor
PENENTUAN SEKSTAN
Gigi Indeks
Gigi yang perlu diperiksa untuk mengukur kondisi jaringan periodontal, jadi tidak perlu
diperiksa semua gigi yang ada dlm rongga mulut (Ramfjord, 1959). Metoda ini mengharuskan
pemeriksaan pada 10 gigi indeks, tetapi yang dicatat hanya skor terburuk dari 6 gigi dari
setiap sekstant.
Gigi indeks untuk usia 20 tahun atau lebih:
17, 16 11 26, 27
47, 46 31 36, 37
Gigi indeks untuk usia 16 tahun sampai 19 tahun:
16 11 26
46 31 36
Usia kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan 16-19 tahun.
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan:
1. Kedua molar pada setiap sekstan posterior merupakan pasangan untuk diperiksa dan
dicatat hanya satu score yang merupakan score tertinggi. Bila gigi indeks (M1/M2)
hilang, dapat diganti gigi lain pada sekstan yg bersangkutan yang mempunyai score
terparah.
2. Bila dlm suatu sekstan tidak terdapat gigi indeks, atau gigi indeks yg ada tdk layak
untuk diperiksa, maka semua gigi yg terdapat dlm sekstan tersebut diperiksa, dan nilai
skor tertinggi/ keadaan gigi yg terparah pada sekstan tersebut yg dicatat.
3. Molar ke 3 tidak diikut sertakan kecuali bila berfungsi sebagai molar ke 2.
4. Subyek berusia < 20 tahun, gigi molar kedua tidak perlu diperiksa, untuk menghindari
false pocket (sulcus yang dalam akibat erupsi gigi yang dicatat sebagai poket
periodontal)
5. Subyek berusia < 15 tahun, pencatatan hanya diperlukan untuk mnegetahui
ada/tidaknya karang gigi dan perdarahan saja.
6. Tiap sektan minimal terdiri dari 2 gigi yang masih berfungsi. Jika hanya 1 gigi maka
diikutsertakan sektan sebelahnya. Misal hanya ada 2 gigi di RA, maka RA tersebut
dihitung 1 sektan dan sektan yang hilang diberi tanda silang (X)
.
Tabel induk dapat dikembangkan menjadi macam-macam tabel berikutnya untuk
mendapatkan info:
- persen orang yang terkena penyakit periodontal
- kebutuhan perawatan
- jumlah sekstan rata-rata yg terkena penyakit periodontal
- distribusi sekstan sehat
- distribusi sekstan dgn perdarahan/ bleeding
- distribusi sekstan dgn karang gigi
- distribusi sekstan dengan poket dangkal
- distribusi sekstan dengan poket dalam
B. KEGOYANGAN GIGI/LUXASI
Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi)
Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai
dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal maupun horisontal. Kegoyangan
dapat disebabkan adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi,trauma dari oklusi, dan
adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan pendukung yang lebih dalam, serta
proses patologik rahang
Menurut Miller (Fedi dkk, 2000) kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat:
Derajat 1. yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal.
Derajat 2. yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan
Derajat 3. yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan ke arah
apikal
Cara melakukan pemeriksaan kegoyangan gigi:
a. Kegoyangan gigi dapat diketahui dengan menggunakan dua tangkai
instrumen atau satu tangkai instrumen dan satu jari.
b. Gigi ditahan dengan salah satu tangan (ujung jari) dan satu tangan yang lain
memegang instrumen one end dan pangkal instrumen di letakan pada gigi
sebelah buccal dan di tekankan ke arah bucal dan lingual
Resesi gingiva adalah terbukanya permukaan akar gigi akibat migrasi gingival margin dan
junctional epithelium ke apikal. Secara klinis ditandai dengan gingival margin berada apikal
dari cemeto-enamel junction (CEJ).
Learning objective:
Mampu melakukan skoring pengukuran kebersihan mulut Oral Hygiene Index (OHI dan
OHIS), Plaque Index (PI), Gingival Index (GI), Bleeding on Probing (BOP), Probing Depth
(PD), dan Clinical Attachment Level (CAL).
Alat bahan skills lab:
1. Diagnostik set
2. Periodontal Probe
3. Disclosing Solution
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara scoring/pengukuran
kebersihan mulut Oral Hygiene Index (OHI), Plaque Index (PI), Gingival Index (GI),
Bleeding on Probing (BOP), Probing Depth (PD) (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba cara skoring skoring pengukuran kebersihan
mulut Oral Hygiene Index (OHI), Plaque Index (PI), Gingival Index (GI), Bleeding on
Probing (BOP), Probing Depth (PD) antar teman (40 menit)
6. Mahasiswa mengisi worksheet yang disediakan (15 menit)
7. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
8. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback
Landasan Teori:
Pengukuran skor kebersihan mulut menggunakan OHI dan OHI-S.
Skor kalkulus:
Skor Kriteria
0 Tidak ada kalkulus
Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3
1
permukaan servikal yang diperiksa
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang
2 dari 2/3 permukaan yang diperiksa, atau ada bercak – bercak
kalkulus subgingiva disekeliling servikal gigi
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan
3 atau ada kalkulus subgingiva yang kontinyu disekeliling
servikal gigi
OHI-S = DI - S + CI – S
Kriteria OHI –S :
baik : 0,0 – 1,2
cukup : 1,3 – 3,0
buruk : 3,1 – 6,0
Gigi dibagi menjadi 4 atau 6 permukaan. Permukaan gigi yang memiliki plak dibagi dengan
jumlah permukaan menghasilkan % angka plak
D. PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified)
Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified) dari
Martin dan Meskin (1972), merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene
Index (PHP) dari Podshadley dan Haley (1968). Indeks PHP ini untuk menilai debris,
sedangkan Indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M
menggunakan gigi indeks dan menggunakan agen disklosing. Gigi indeks yang digunakan
pada metode PHP-M ini adalah sebagai berikut:
1. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.
2. Gigi C| atau c| bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
3. |P1 atau |m1.
4. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kiri bawah.
5. Gigi C kiri bawah atau c kiri bawah, bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior
lainnya.
6. P1 kanan bawah atau m1 kanan bawah
F. GINGIVAL INDEX
Gingival indeks adalah alat ukur untuk menggambarkan tingkat peradangan pada
gingiva, dengan cara melihat warna, konsistensi dan perdarahan pada waktu dilakukan
probing (Loe dan Silness, 1963).
Gingival Index (GI) menurut Loe dan Silness adalah indeks yang menyatakan
penilaian status inflamasi gingiva yang dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan
gingiva sebelum dan sesudah terapi atau sebelum dan sesudah terapi bedah. GI juga dapat
digunakan untuk membandingkan status gingiva saat melakukan visit pertama dan berikutnya.
Pemeriksaan pada gusi atau jaringan periodontal dengan menggunakan alat yang
disebut periodontal probe. Alat ini digunakan untuk mengukur kedalaman sulkus gusi (celah
berbentuk V yang berada di antara gigi dan gusi). Kedalaman sulkus gusi yang normal
berkisar antara 0-3 mm. Gingivitis atau periodontitis akan menyebabkan kedalaman sulkus
bertambah dan membentuk poket. Semakin tinggi derajat keparahan penyakit, semakin dalam
poket yang terbentuk. Periodontal probe juga dapat digunakan dalam menentukan derajat
keparahan perdarahan pada gusi.
Untuk penelitian klinis probe dimasukkan kira-kira kurang lebih 1-2 mm dari margin
gingival dengan tekanan aksial sedang dan dijalankan dari interproksimal ke interproksimal
sepanjang aspek bukal dan lingual gigi dengan skor sebagai berikut:
0: tidak ada peradangan pada gingival (gingival normal)
1: keradangan ringan pada gingiva, sedikit perubahan warna dan tekstur tetapi tidak
ada perdarahan saat probing
2: keradangan sedang pada gingival, kemerahan, edema dan mengkilat, ada perdarahan saat
probing
3: keradangan parah pada gingival, tanda kemerahan, edema dan ulserasi. Cenderung terjadi
perdarahan spontan.
Kriteria Inflamasi Gingiva secara klinis
Skor Indeks Gingiva Kondisi Gingiva
0.1-1.0 Gingivitis Ringan
1.1-2.0 Gingivitis Sedang
2.0-3.0 Gingivitis Parah
Prosedur pengukuran GI
a. Gigi dan gingival harus dalam keadaan kering, dibawah cahaya lampu dengan
menggunakan kaca mulut dan probe
b. Menggunakan probe untuk mengetahui derajat kekenyalan gingiva
c. Menggunakan probe pada dinding gingival sepanjang dinding gingival sampai
gingival sulkus untuk mengetahui adanya perdarahan
GINGIVAL INFLAMMATION
0 normal
D+P+M+B D+P+M+B
distal Palatal mesial buccal elemen distal palatal mesial bucal
4 4
11 21
12 22
13 23
14 24
15 25
16 26
17 27
18 28
A(jumlah) B (juml)
D+L+M+B D+L+M+B
distal Lingual mesial buccal elemen distal lingual mesial bucal
4 4
41 31
42 32
43 33
44 34
45 35
46 36
47 37
48 38
C(jumlah) D (juml)
GI = A + B+C+D
Jumlah gigi
Kriteria
Gingivitis ringan: 0.1 -1.0
Gingivitis sedang: 1.1 - 2.0
Gingivitis berat: 2.1 - 3.0
G. PROBING
Probe adalah alat periodontal yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket.
Tindakan melakukan pengukuran poket menggunakan probe disebut probing.
Digunakan untuk mengungkapkan :
a. Kedalaman poket periodontal
b. Ketinggian keratin gingiva
c. Ketinggian perlekatan gingiva (attached gingiva)
d. Kwantitas attachment loss
e. Kedalaman dan lebar resesi ngingiva
f. Adanya bleeding (BOP)
Setiap gigi di lakukan pemeriksaan pada 6 titik probing yaitu 3 titik di sebelah
bukal/labial dan 3 titik di palatal/lingual. Titik tersebut adalah 1). Mesial, 2) intermedia, dan
3) distal
Teknik melakukan BOP ---> ditunggu terjadi perdarahan setelah penarikan probe sampai 30
detik. Bila terjadi perdarahan (+), bila tidak ada perdarahan (-).
Teknik mengukur Indeks Perdarahan Gingiva (PBI / Papillary Bleeding Index)
Yaitu dengan memeriksa perdarahan gingiva pada pemeriksaan periodontal.
Skor:
0: tidak ada perdarahan
1: perdarahan berupa titik
2: perdarahan berupa garis di bukal/palatal/lingual
3: perdarahan berupa segitiga atau garis di area proksimal
4: perdarahan spontan atau menyebar
Skor = jumlah skor : jumlah gigi
Learning objective:
Mampu melakukan splinting dan oclusal adjusmant
Alat bahan skills lab:
1.diagnostik set
2.brush
3. etsa
4.bonding
5.composit
6. Light curing
7. kawat/ fiber
8. articulating paper
9. bur pita kuning
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara splinting dan
oclusal adjustment (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri melakukan splinting dan oklusal adjustment di
pantom/model (40 menit)
6. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
7. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback
Landasan Teori
SPLINT adalah alat stabilisasi & immobilisasi gigi goyah, fraktur tulang atau
kombinasi keduanya karena suatu lesi, trauma atau peny. periodontal utk mencegah
pergerakan, perpindahan gigi , atau dislokasi bag. yg mengalami fraktur.
Keberhasilan Perawatan
1. Mengontrol jumlah beban yg terjadi pd temporomandibular.
2. Mengontrol beban yg diterima gigi shg periodonsium tdk tertekan
3. Pasien & dokter harus berkomitmen utk pemeliharaan periodontal secara teratur.
TUJUAN SPLINTING
1. Stabilisasi & immobilisasi gigi yg goyah
2. Membantu penyembuhan setelah operasi
3. Mengurangi trauma
4. Mengurangi ketidaknyamanan
INDIKASI SPLINTING
1. Gigi goyah
2. Trauma jangka pendek sesudah bedah periodontal
3. Estetis
Learning objective:
Mampu melakukan identifikasi bagian-bagian jaringan periodontal yang mengalami
kerusakan pada kasus penyakit periodontal
Alat bahan skills lab:
1. Laptop (dibawa oleh masing-masing mahasiswa)
2. Radiograf (disiapkan dalam flashdisk oleh tim skills lab)
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan 10 radiograf kepada
mahasiswa untuk ditampilkan pada laptop masing masing (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba mengidentifikasi bagian jaringan periodontal
yang terlihat mengalami kerusakan (ada kelainan) secara radiografis. (40 menit)
6. Mahasiswa mengisi worksheet yang disediakan (15 menit)
7. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
8. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback
LANDASAN TEORI
Gambaran radiograf periodonsium normal :
• Kadang terlihat ada/tidak korteks (lamina dura) pada margin alveolar crest
• Terlihat selapis tipis ruang ligamen periodontal mengelilingi seluruh akar
• Ketinggian alveolar 0,5-2 mm; 2-3 mm
• Pada gigi posterior bentuk alveolar crest sejajar dgn garis antar CEJ
• Pada gigi anterior berbentuk lancip dgn batas yang jelas
A Normal.
B Early apical change – widening of the radiolucent periodontal ligament space (acute apical
periodontitis) (arrowed).
C Early apical change – loss of the radiopaque lamina dura (early periapical abscess)
(arrowed).
Macam cara radiografi untuk jaringan Periodontal beserta Kekurangan dan kelebihan
tehnik radiologi sebagai pemeriksaan penunjang penyakit periodontal
Periapical - - M
udah dilakukan dan eparahan kerusakan
praktis tulang akibat penyakit
- periodontal terkadang
T
elah banyak tersedia kurang diterlihat pada
radiologi periapical
-
ehilangan tulang
interdental terkadang
tidak terdieksi karena
kepadatan tulang pada
bagian bukal dan
lingual
-
eakuratan kurang dapat
diandalkan
-
ingkat tulang buccal,
lingual, dan furkasi
sulit dievaluasi dalam
radiografi
konvensional
Bite-wing - - b
ite wing menjadi urang terlihatnya
pilihan alternative bagian periapical dan
yang baik yang dapat ujung akar
memproyeksikan level
tulang dan jaringan
periodontal.
- p
royeksi film bite-wing
memungkinkan
evaluasi hubungan
antara puncak alveolar
interproksimal dan
CEJ tanpa distorsi.
- P
uncak tulang alveolar
mampu terlihat jelas.
CBCT - - M
emberikan gambaran asih jarang tersedia,
yang jauh lebih akurat jarang digunakan dan
tentang kerusakan mahal
tulang periodontal
- D
apat dilihat dari
berbagai arah
- M
engurangi risiko
superimposisi dan
perbesaran yang tidak
dapat dipresiksi
Worksheet identifikasi gambaran radiograf
Nama mahasiswa:
NIM:
Kelompok:
*jika ada kelainan: deskripsikan gambaran radiografis yang tampak, detilkan lokasi adanya
kelainan
Learning objective:
Mampu melakukan tindakan gimgivektomi
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara melakukan
gingivectomi dan gingivoplasti (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba melakukan gingivektomi dan gingivoplasti (40
menit)
6. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
7. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback
Landasan Teori:
Prosedur operasi periodontal yang digunakan untuk merawat periodontitis kronis dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok:
1. prosedur yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi poket.
a. gingivektomi
b. gingivektomi bevel terbalik
c. reposisi flap apikal
2. prosedur yang ditujukan untuk mendapat ‘perlekatan ulang’, dengan atau tanpa
kondisioner asam sitrat.
Perlekatan ulang yang dimaksud adalah perlekatan epithelium jungsional yang panjang
terhadap akar gigi, bukan perlekatan jaringan ikat yang tidak dapat diperoleh dengan prosedur
perawatan bedah tersebut diatas.
Poket supraboni sederhana dapat dirawat dengan kedua prosedur tersebut (no 1 dan 2),
tergantung pada kasusnya. Poket infraboni kompoun perlu dirawat dengan cara prosedur flap.
Masalah kerusakan mukogingiva yang berhubungan dengan poket periodontal yang meluas ke
dekat atau ke bawah pertautan mukogingiva harus dirawat dengan flap reposisi apikal untuk
dapat memperbesar daerah perlekatan gingiva.
4. Insisi eksternal bevel dengan sudut angulasi alat 45° pisau kirkland untuk daerah
vestibular
5. Insisi eksternal bevel dengan sudut angulasi 45° menggunakan pisau orban untuk
daerahinterdental
KELEBIHAN:
Mudah dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan pada sebagian besar kasus.
PERIODONTAL DRESSING
Periodontal dressing adalah suatu bahan yang digunakan untuk menutupi luka pasca
operasi periodontal.
Fungsi :
1. untuk melindungi luka dari iritasi
2. untuk menjaga agar daerah luka tetap dalam keadaan bersih
1. untuk mengontrol perdarahan
2. untuk mengontrol produksi jaringan granulasi yang berlebihan.
Dressing dapat mempercepat pemulihan dam menberikan kenyamanan pasca operasi.
Coe- pak
Coe pak yang digunakan adalah jenis regular. Siap digunakan setelah diaduk dalam waktu 3
menit. Konsistensi pengadukan adalah menyerupai pasta. Working time 10 – 15 menit,
menjadi keras dalam waktu 30 menit.
Skaling adalah usaha untuk membersihkan semua deposit pada gigi, kalkulus
subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan noda warna gigi (stain). Skaling harus dilakukan
secara menyeluruh pada semua rahang sehingga gigi benar-benar dalam keadaan bersih bebas
dari kalkulus baik supragingiva, subgingiva, plak dan stain. Stain yang dapat dibersihkan
dengan skaling adalah stain ekstrinsik misalnya pewarnaan gigi karena merokok. Bila skaling
tidak dilakukan secara menyeluruh maka inflamasi akan menetap karena deposit gigi tidak
dibersihkan seluruhnya.
Teknik skaling hanya dapat dikuasai dengan latihan yang teratur. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk dapat melakukan teknik skaling secara efektif :
1. skaling harus dilakukan secara sistematis, pada seluruh regio gigi secara berurutan
sehingga tidak ada gigi yang terlewatkan.
2. Peralatan skaling atau scaler harus menggunakan jenis scaler yang tepat yaitu sesuai
dengan permukaan gigi yang akan dibersihkan, misalnya alat dengan mata pisau yang
besar dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus supragingiva, sedangkan alat
dengan mata pisau yang lebih kecil dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus
subgingiva.
3. Setiap gerakan alat harus bermakna dan efektif. Penggunaan alat yang tidak tepat
dapat menimbulkan luka goresan atau kerusakan pada gigi dan gingiva.
Pemolesan gigi
Melakukan polishing dengan rubber cup dan pasta poles, dengan cara:
Aplikasikan pasta poles ke permukaan gigi dengan rubber cup, setelah itu rubber cup
digerakan memutar pada permukaan gigi menggunakan contra angle low speed.
Mahasiswa berpasangan melakukan pengukuran skor OHI, setelah skor OHI diperiksakan ke
dosen pembimbing kemudian dilakukan disclosing. Setelah itu mahasiswa melakukan skaling
ultrasonic antar teman. Setelah selesai skaling, dilakukan brushing sampai bersih.
XI. KURETASE
Kuretase adalah suatu perawatan penyakit periodontal dengan cara pengambilan atau
pengerokan jaringan nekrosis pada poket periodontal
Indikasi kuretase:
a. Poket dangkal – moderat (3-5mm)
b. Oedematous, inflamasi, non fibrotik
c. Kontur ginggiva relatif baik
d. Kontraindikasi bedah perio
e. Recall visit maintenance poket rekuren
f. Ditandai terbentuknya poket periodontal, resorpsi tulang alveolar, kogoyahan gigi
Kontra indikasi kuretase:
a. Dinding poket fibrotic
b. Poket yang dalam
c. Asessibilitas sulit
keterangan :
a.gambar dengan kode 1, 2,3 dan 4 untuk anterio
b.gambar dengan kode 5 dan 6 untuk anterior dan premolar
c.gambar dengan kode 7,8,9 dan 10 untuk posterior permukaan facial dan lingual
c.gambar dengan kode 11 dan 12 untuk posterior peermukaan mesial
d.gambar dengan kode 13 dan 14 untuk posterior permukaan distal
Istilah kuretase dalam periodontik berarti mengerok dinding gingiva pada poket
periodontal untuk menghilangkan jaringan lunak yang sakit. Kuretase meliputi kuretase
gingiva dan kuretase subgingiva. Kuretase gingiva terdiri dari pembersihan jaringan lunak
yang terinflamasi pada lateral dinding poket dan epitel junctional. Kuretase subgingiva
merupakan prosedur yang dilakukan pada apikal epitel junctional dan memotong perlekatan
jaringan ikat di bawah puncak tulang. 1,5
Segera setelah kuretase, jendalan darah mengisi area poket dimana lapisan epitel
sudah hilang seluruhnya atau sebagian. Hemorrhagetampak pada jaringan dengan kapiler
yang dilatasi dan banyak PMNs pada permukaan luka. Kemudian diikuti dengan proliferasi
cepat jaringan granulasi dengan penurunan jumlah pembuluh darah kecil.
Studi menyatakan bahwa penyembuhan lapisan epitel poket diperkirakan berlangsung
dalam 5-12 hari, sementara penelitian lain menyatakan bahwa pemulihan dan epitelisasi
sulkus biasanya membutuhkan waktu 2-7 hari.
Setelah 1 minggu, gingiva tampak berkurang tingginya karena adanya pergerakan
margin gingiva ke apikal. Gingiva juga tampak lebih merah gelap dibanding normal tetapi
berkurang daripada sebelumnya. Setelah 2 minggu, dan dengan kebersihan mulut yang baik,
warna, konsistensi, tekstur permukaan dan kontur normal gingiva didapat dan margin gingiva
beradaptasi baik dengan gigi.
CARA KURETASE
Tahap Kuretase
1. Melakukan tindakan asepsis (berkumur/mengoles) intra dan ekstraoral
2. Melakukan tindakan anestesi infiltrasi
3. Scaling dan penghalusan akar
4. Alat kuret dimasukan kedalam poket sampai ke dasar poket, sisi tajam dihadapkan ke
jaringan lunak
5. Permukaan luar gingiva ditahan ringan mengunakan jari tangan yang tidak memegang
instrumen
6. Dilakukan kuretase dengan gerakan horizontal stroke pada dinding lateral poket
7. Pembersihan jaringan nekrotik pada JE dengan menempatkan kuret di apikal dari JE
(antara dasar poket dan puncak tulang alveolar) dengan gerakan menyekop
8. Ulangi beberapa kali, hingga jaringan granulasi terangkat ditandai dengan keluarnya
darah segar
9. Irigasi menggunakan larutan saline/aquadest
10. Kontrol pendarahan
11. Adaptasi jaringan gingiva ke permukaan gigi dengan menggunakan jari dengan
tekanan ringan
Pedersen, GW, 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta
Ward, A.L., Simring, M., 1988, Manual of Clonical Priodontic, C.V. Mosby
Company, London