Anda di halaman 1dari 98

STUDY GUIDE

Periodontal Diseases
(KG.13)

Tim Blok 13:


Dr. drg. Ika Andriani, Sp.Perio.,MDSc (PJ)
drg. Fitri Yuniawati,MDSc.,Sp.Perio (WPJ)
drg. Hartanti,Sp.Perio (PJ content)

PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
STUDY GUIDE

Periodontal Diseases
Revisi 1

Penyusun :
Dr. drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc
drg. Hartanti,Sp.Perio
drg. Fitri Yuniawati,MDSc.,Sp.Perio

Editor
drg. Dian Yosi Arinawati,MDSc.,PhD

Kontributor
drg. Erwin Setyawan,Sp.RKG
drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed
drg. Any Setyawati, Sp. KG
GAMBARAN BLOK

Basic Learning and Professionalism merupakan blok tiga belas dari Kurikulum
tahap sarjana (S1) di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY. Capaian pembelajaran blok ini meliputi capaian
pembelajaran sikap, keterampilan umum, pengetahuan dan keterampilan khusus
yang telah disesuaikan dengan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) yang ditetapkan
oleh DIKTI.
Blok ini berisi bahan kajian yang terkait prinsip pembelajaran di perguruan
tinggi, konsep dasar Etika dan Hukum bidang Kesehatan, dasar komunikasi dokter
gigi dengan pasien dan pemanfaatan teknologi informasi bidang kesehatan. Kajian
kritis tentang Evidenced Based Dentistry (EBD) dan Jurnal Reading juga menjadi
salah satu keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran blok. Prinsip kedokteran
gigi dasar dan klinik serta dari sikap, norma dan etika sebagai seorang dokter gigi
yang islami juga diajarkan dalam capaian pembelajaran blok ini sebagai bahan kajian
bermuatan lokal. Standar Kompetensi Dokter Gigi (SKDGI) yang dijadikan acuan
dalam pembelajaran blok ini adalah kompetensi di dalam domain 1, yaitu
profesionalisme.
Diharapkan setelah mengikuti proses pembelajaran blok ini mahasiswa akan
dapat mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi (long life learner) dan
mengembangkan active learning yang menjadi ciri pembelajaran orang dewasa
(adult learning ). Penguasaan kedokteran gigi dasar dan klinis khususnya jaringan
periodontal menjadi tujuan pembelajaran dari blok ini, sehingga kompetensi dari
sikap profesional dan komunikasi dokter pasien akan menjadi bagian tak terpisahkan
dari keterampilan klinik yang dikuasai mahasiswa kedokteran gigi UMY.
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul
Gambaran Blok
Daftar Isi
Topic tree
Area Kompetensi blok
Rancangan Pembelajaran
Petunjuk Tutorial
Petunjuk Praktikum
Petunjuk Skills Lab
Petunjuk Plenary Discussion
TOPIC TREE

FAKTOR ANATOMI
PREDISPOSISI
NON PLAK :
-specific bacterial origin
- Viral origin
- Fungal origin
ETIOLOGI PENYAKIT
- Genetic origin
- Sistemic conditions PERIODONTAL
- Traumatic lesions
- Foreign body reactions
- Not otherwise specified

PLAK : DIAGNOSIS,PROGNOSIS,
• Dental plaque only TREATMENT PLANNING
• modified sistemic factor
• modified medications
ü Comp
ü Adult
PATOFISIOLOGI ü Fema
ü Child

GINGIVITIS
PERIODONTITI
• Gingival enlargement • Periodonta
• Akut pocket
• Kronis • Bone loss
• Deskuamasi • Kronik
• Agresif
• Necrotizing

BEDAH :
gingivektomi

Orthodontik Endodontik
NON BEDAH :
• Plak kontrol
• SRP
• Desensitasi
AREA KOMPETENSI
BLOK PENYAKIT PERIODONTAL

Area kompetensi (Domain) dari Standar Kompetensi Dokter Gigi yang akan dicapai pada
blok ini yaitu :

Domain 1 : Profesionalisme
Mampu melakukan praktik di bidang KG dan mulut sesuai dengan keahlian, tanggung
jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan

Domain II : Penguasaan Ilmu Kedokteran dan Kedokteran Gigi


Mampu memahami Ilmu Kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan
kedokteran gigi klinik yang relevan sebagai dasar professional serta pengembangan Ilmu
kedokteran gigi

Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik


Mampu memeriksa, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai
kesehatan gigi dan mulut yang prima melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif

Domain IV. Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik


Mampu melakukan tindakan pemulihan fungsi system stomatognatik melalui
penatalaksanaan klinik

RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. Karateristik Mahasiswa
Blok Periodontal Diseases ditujukan bagi mahasiswa kedokteran gigi tahun III yang telah
mendapat dasar-dasar tentang kedokteran gigi, imunitas dan infeksi. Blok Periodontal
Diseases berada pada blok ke 13 kurikulum S-1 kedokteran gigi UMY, blok ini memberikan
dasar pengetahuan tentang etiologi penyakit jaringan pendukung gigi, prinsip perawatan
jaringan pendukung gigi, etiologi dan prinsip perawatan bedah jaringan lunak dalam
kedokteran gigi berdasarkan kasus sesuai indikasi dan kompetensi dokter gigi terutama
sebagai bekal di tahap klinik nantinya.

B. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran blok Periodontal Diseases mahasiswa akan mampu:
Domain 1 : Profesionalisme
Mengetahui dan memahami prinsip perawatan jaringan pendukung gigi dan bedah jaringan
lunak
Menjelaskan tindakan pencegahan penyakit jaringan pendukung gigi
Mampu melakukan praktik di bidang KG dan mulut sesuai dengan keahlian, tanggung jawab,
kesejawatan, etika dan hukum yang relevan

Domain II : Penguasaan Ilmu Kedokteran dan Kedokteran Gigi


Menjelaskan penyakit jaringan pendukung gigi
Mampu memahami Ilmu Kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan kedokteran
gigi klinik yang relevan sebagai dasar professional serta pengembangan Ilmu kedokteran gigi

Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik


Menjelaskan kelainan penyakit jaringan pendukung gigi
Menjelaskan diagnosa penyakit jaringan pendukung gigi
Menjelaskan perawatan dan seleksi kasus penyakit jaringan pendukung gigi dan kasus-kasus
bedah mulut yang melibatkan jaringan lunak
Mampu memeriksa, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai
kesehatan gigi dan mulut yang prima melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif

Domain IV. Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik


Menjelaskan perawatan dan seleksi kasus penyakit jaringan pendukung gigi
Melakukan perawatan penyakit jaringan pendukung gigi sesuai indikasi, dan pemilihan alat,
bahannya dan kompetensi.
Mampu melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui penatalaksanaan
klinik
C. Capaian Pembelajaran (Learning outcome)
RANAH PENGETAHUAN :
LO.1. Menguasai konsep teoritis secara mendalam Biologi Oral dan imunitas
jaringan periodontal(PP6)
LO.2. Menguasai konsep teoritis secara mendalam Morfologi jaringan periodontal
(PP6)
LO.3 Menguasai teori aplikatif: Ilmu kesehatan gigi masyarakat (PP8)
LO.4. Menguasai pengetahuan prosedural tentang: Berbagai prosedur klinis
perawatan kedokteran gigi (PP2)
LO.5. Menguasai konsep dan prinsip Teknik perawatan klinis di bidang kedokteran
gigi (PP7)
LO.6. Menguasai teori mendalam Berbagai prosedur klinis perawatan kedokteran gigi
(PP2)
LO.7. Menguasai konsep teoritis secara umum farmakologi penyakit periodontal
(PP4)
LO.8. Menguasai teori aplikatif Radiologi penyakit jaringan periodontal (PP8)
LO.9. Menguasai teori aplikatif Ilmu kedokteran gigi klinik untuk memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif (PP8)
LO.10. Menguasai teori mendalam mikrobiologi dan oral biologi mulut (PP8)

RANAH SIKAP :
LO.11. Mampu menerapkan sikap bertanggung jawab terhadap tugas
LO.12. Mampu menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama
serta pendapat/temuan orisinal orang lain
LO.13. Mampu menerapkan etika KG serta hukum yang berkaitan dengan praktek KG
secara profesional
RANAH KETERAMPILAN UMUM :
LO.14. Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik,
dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja
profesinya (KU1)
LO.15. Mampu mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi (long life learner)
(KU14)
RANAH KETERAMPILAN KHUSUS :
LO.16. Mampu melakukan anamnesis dengan menggali riwayat pasien (riwayat
keluarga dan psikososial ekonomi, riwayat kepenyakitan dan pengobatan, riwayat
perawatan gigi mulut, perilaku) yang relevan dengan keluhan utama melalui metode
komunikasi efektif terhadap pasien/keluarga pasien (KK1)
LO.17. Mampu menegakkan diagnosis awal, diagnosis banding, diagnosis akhir
dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan mulut berdasarkan patogenesis
dengan mempertimbangkan derajat resiko penyakit melalui interpretasi, analisis, dan
sintesis hasil pemeriksaan pasien sesuai standar klasifikasi penyakit secara
internasional (International Classification of Diseases)(KK4)
LO.18. Mampu merencanakan perawatan gigi dan mulut berdasarkan hasil
diagnosis dan prognosis berbasis teori dan konsep kedokteran gigi klinik, kedokteran
gigi pencegahan, kedokteran gigi dasar,kedokteran klinik dan ilmu biomedik yang
relevan (KK5)

RANAH PENGETAHUAN (PENCIRI)


LO.19. Menguasai konsep mendalam terkait ilmu pengetahuan dan proses belajar dalam
sudut pandang agama islam

RANCANGAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI BLOK
Setelah mengikuti pembelajaran dalam blok ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. menjelaskan faktor initiating dan predisposing penyakit jaringan pendukung gigi,
pengaruh faktor mekanis, kimia, anatomis dan penyakit sistemik terhadap jaringan
pendukung gigi
2. menjelaskan tentang etiologi penyakit periodontal dan penatalaksanaan
3. menjelaskan faktor sistemik yang berpengaruh pada jaringan pendukung gigi
4. menjelaskan dan melakukan penatalaksanaan bedah dan non bedah pada perawatan
penyakit jaringan periodontal
5. menjelaskan etiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan rehabilitasi pasca bedah kasus
bedah dalam mulut

C. KERANGKA BAHAN KAJIAN DAN TOPIK PEMBELAJARAN BLOK


Kode CP Umum Kode CP khusus Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan Estimasi waktu Jumlah
LO Blok kegiatan SKS
(Learning
Objective)
CAPAIAN PENGETAHUAN
BK 43 PP5: mampu LO1 Biologi oral : Oral biologi 1) jaringan periodonsium kuliah pakar: drg Arya Adhiningrat PhD 1x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
menguasai teoritis oral anatomi, (clinical, mikroskopik dan
secara mendalam dental korelasi clinical mikroskopik )
jaringan anatomi, oral
periodonsium fisiologi,
sistem
imunitas
rongga
mulut,
mikrobiologi Periodontologi 2)Imunitas jaringan kuliah : drg Fitri Yunia, MDSc.,Sp.Perio 1x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
rongga periodontal
mulut,
patologi
mulut,
farmakologi
kedokteran
gigi

LO2 Periodontologi 3) perubahan jaringan kuliah : drg Fitri Yunia, MDSc.,Sp.Perio 2x 2 jam x 0.0625 sks 0.25
periodonsium (penuaan,
hormonal, metabolisme,
akibat perawatan dan akibat
penyakit)
BK63 PP8: menguasai LO3 IKGM dan 4) epidemiologi peny KULIAH Panel drg Hartanti Sp. Per dan drg 1 x 2 jam x 0.0625 sks, 0.125
konsep dasar dan periodontologi periodontal (faktor resiko dan Sri Utami MPH
konsep penyakit indeks )

SKILL LAB ( index Periodontal) : OHI , PI , 2x2 jam x 0.0625 0.25


GI , BOP ( 1x 2 jam), resesi gingiva dan
kegoyahan + PI dan CPITN (1x2 jam)

LO4 Periodontologi 5) gingiva diseases KULIAH Drg Hartanti SpPerio, 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125

TUTORIAL (gingivitis) PBL 2x2 jam x 0,0625 0.25

SKILL LAB (Scaling manual dan USS) 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125

CBL (gingival enlargement) 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125

Plenary Bahasa (gingivitis) 1x2 jam (0,0625) 0.625

LO5 6) periodontal diseases : KULIAH drg Hartanti SpPerio, 2 x 2 jam x 0.0625 sks, 0.25
etiologi, patogenesis,
diagnosis, treatment planning

TUTORIAL (periodontitis) PBL 2x2 jam x 0,0625, 0.25

CBL (Resesi gingiva) 1x2 jam x 0,0625 0.125

SKILL LAB (Kuretase) 1x2 jam x 0,0625 0.125

Plenary Disscusion (Periodontitis) 1x2 jam (0,0625) 0.0625

SKILL LAB (splinting dan oklusal 1x2 jam x 0,0625 0.125


adjusment)
SKILLS LAB (JOURNAL READING) 1x2 jam x 0,0625 0.125

LO6 bhs Inggris tutorial in english 1x2 jam x 0,0625 0.125


LO7 periodontologi 7) Host modulation treatment Kuliah : drg Fitri Yunia, MDSc.,Sp.Perio 1x2 jam x 0,0625
: obat yang berpengaruh
dalam perawatan peny
periodontal

LO8 radiologi 8)Pemeriksaan radiografis Kuliah : drg Erwin Styawan, Sp RKG 1x2 jam x 0,0625 0.125
untuk mendeteksi kerusakan
jaringan periodontal

SKILL LAB (interpretasi radiologi pada 1x2 jam x 0,0625 0.125


kerusakan/kelainan jaringan periodontal)

LO9 periodontologi 9) Masticatory system Kuliah: drg Fahmi Yunisa Sp Prostho 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
disorders terhadap jaringan
peridontal (pengaruh kelainan
oklusi, faktor psikomatik)

LO10 periodontologi 10) Dental calculus dan faktor Kuliah: drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc, 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
predisposisi lokal & non
surgical therapy

LO11 oral biologi 11) Periodonto-patogen dan drg Dian Yosi Arinawati, MDSc., PhD 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
biofilm

12) Biologi molekular proses drg Dian Yosi Arinawati, MDSc., PhD (e- 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
kerusakan dan perbaikan learning)
jaringan periodontal

LO12 periodontologi 13) Habit yang mempengaruhi TUGAS MANDIRI 1 x 2 jam x 0.0625 sks
periodontal diseases

LO13 periodontologi 14)surgical teraphy Kuliah drg Ika Andriani, MDSc., Sp. Per 1x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
LO14 periodontologi 15)surgical dan non surgical Kuliah: drg Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc 2 x 2 jam x 0.0625 sks 0.25
teraphy : instrumentasi,
teknik, faktor obat

LO15 periodontologi 16) periodontal treatment in Kuliah: drg Atiek Driana R.,MDSc.,SpKGA 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
childhood

LO16 IRK 17) Pengendalian plak dalam Kuliah Dr. drg Erlina Sih Mahanani., M.Kes 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
konsep Islam

LO17 etika hukum Kuliah drg Iwan Dewanto,MMR.,PhD 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
LO18 komunikasi skills lab komunikasi 1 x 2 jam x 0.0625 sks 0.125
4.9375
D. Pre-assesment
Proses pembelajaran dalam Blok wajib diikuti oleh mahasiswa sebagai syarat dapat
mengikuti ujian akhir blok, ketentuan peserta ujian blok adalah memenuhi ketentuan sbb:
a. Kehadiran Kuliah = 75%
b. Kehadiran Tutorial = 75%
c. Kehadiran Skills Lab = 100%
d. Kehadiran Praktikum = 100%
Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran 100% karena sesuatu hal, wajib memberikan
ijin kepada penanggungjawab blok, untuk kemudian mengurus proses inhal pada
penanggungjawab kegiatan (praktikum/skills lab)
E. Fasilitas
Fasilitas pendukung pembelajaran di PSPDG FKIK UMY yang dapat dimanfaatkan guna
menempuh blok ini, terdiri dari :
a. 3 ruang kuliah minitheater yang masing-masing dilengkap[i dengan 1 komputer akses
internet, LCD projector, audio recorder, dan AC
b. 8 ruang tutorial untuk kegiatan small group discussion dengan kapasitasa 12-15
mahasiswa, dimana diruang tutorial dilengkapi perlengkapan audivisial, komputer,
mini perpustakaan, loker dan AC
c. 2 ruang skill lab
d. 2 laboratorium (komputer)
e. 1 ruang perpustakaan PBL bersama
f. Hot spot area di lingkungan UMY

F. Evaluasi
Penilaian hasil belajar digunakan penilaian formatif dan sumatif,. Penilaian firmatif adalah
penilaian harian menggunakan chek list kegiatan, laporan, kuis, dll, sedangkan penilain
sumatif menggunakan ujian tertulis (MCQ) dan ujian praktek (OSCE).
Nilai akhir blok akan diambil dari komponen pembelajaran yang ada dalam blok dengan
bobot penilan sbb :
40% hasil MCQ
30% tutorial (proses diskusi 50%, SOCA 30%, tugas mandiri 20%)
20% OSCE
10% Praktikum

Mahasiswa akan dinyatakan lulus blok Keterampilan belajar jika memenuhi evaluasi nilai
akhir sebagai berikut :
Skor minimal MCQ adalah 60
Skor minimal OSCE adalah 60
Skor minimal SOCA adalah 60
Bagi mahasiswa yang belum memenuhi skor minimal pada 3 komponen di atas diwajibkan
mengikuti ujian remediasi blok sesuai jadwal dari bagian akademik.
G. Sumber Belajar
a. Michael Newman, Henry Takei, Perry Klokkevold, Fermin Carranza, Newman and
Carranza's Clinical Periodontology 13th Edition, 17th July 2018,994
b. Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., Silabus Periodonti, Ed. 4, EGC, Jakarta,2005
c. JD Manson & BM Elley, Buku Ajar Periodonti, 1993Hipokates, Jakarta
d. Koerner, KR, Color Atlas of Minor Oral Surgery, Mosby Co., London,1994,
e. Lang, N. P., & Bartold, P. M. Periodontal health. Journal of clinical
periodontology, 2018, 45, S9-16.
f.Pattison, AM, Periodontal Instrumentation, Prentice Hale Int., USA,1992
g. Prayitno, S.W., Periodontal Klinik ; Fondasi KG masa depan, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2003
h.Pedersen, GW, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta,1996
i. Sabiston, DC, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta,1994,
j. Waite, IM, , Atlas Berwarna Bedah Periodontal, Hipokrates, Jakarta,1989
k.Kasule, OH., Islamic of Medicine. 1999,
l.Sahid, A., Islamic of Medicine. 1999
m.PP Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Suara
Muhammadiyah, Yogyakarta, 2000
n.Mulyohadi Ali, dkk., Manual Komunikasi efektif dokter-pasien, Konsil kedokteran
Indonesia, Jakarta. 2006

Pakar
a.Drg. Arya Adiningrat,PhD
b.Drg. Dian Yosi Arinawati, MDSc.,PhD.
c. Dr.drg. Erlina Sih Mahanani, MKes
d.Drg. Fahmi Yunisa.,Sp.Prost
e.Drg. Erwin Setiawan, SpRG.
f.Drg. Hartanti Sp.Perio
g. Drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc.
h. Drg. Atiek Driana R, MDSc.,Sp.KGA
i. Drg.Fitri Yunia,MDSc.,Sp.Perio
SUPLEMEN
BASIC LEARNING AND PROFESSIONALISM

PETUNJUK TUTORIAL
PETUNJUK PRAKTIKUM
PETUNJUK SKILLS LAB
PETUNJUK PLENARY DISCUSSION
SOP TUTORIAL
1. Tutorial BLOK 1 dimulai pukul 07.30 – 09.30
2. 10 menit pertama dimulai dengan menghafal surat Al-Qur’an
3. Bagi mahasiswa yang tidak membawa tugas mandiri yang telah ditetapkan tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial
4. Aturan kehadiran :
a. Hadir tepat waktu sesuai ketentuan
b. Keterlambatan < 15 menit tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan tutorial
c. Keterlambatan > 15 menit dengan alasan yang tidak ditoleransi, tetap harus mengikuti
tutorial tetapi tidak mendapatkan nilai kegiatan dari tutor.
d. Keterlambatan > 30 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial.
e. Keterlambatan dapat ditoleransi jika dikarenakan alasan yang dapat diterima dan
mendapat ijin dari pj blok.
5. Aturan berpakaian :
a. Memakai pakaian yang sopan, tidak ketat, tidak menerawang dan tidak memakai
pakaian berbahan jeans.
b. Untuk mahasiswa perempuan memakai jilbab, memakai rok/ kulot/ celana kain yang
tidak ketat.
c. Untuk mahasiswa laki-laki tidak memakai kaos oblong.
d. Memakai sepatu
6. Minimal kehadiran 75%, sebagai syarat dapat mengikuti ujian CBT Blok.
7. Apabila ketidakhadiran > 25 % tanpa alasan yang ditoleransi maka harus mengulang
kegiatan tutorial pada tahun berikutnya.
8. Pengulangan kegiatan tutorial mengikuti aturan pengulangan Blok yang ditetapkan oleh
bagian akademik.
9. Ijin ketidakhadiran yang mendapat penggantian tugas, apabila ketidakhadiran disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Sakit, dibuktikan dengan surat dokter
b. Berita duka dari keluarga inti
c. Mengalami kecelakaan/halangan di jalan ketika menuju tempat tutorial
d. Mewakili institusi dalam beberapa kegiatan, dibuktikan dengan surat keterangan dari
bagian akademik
e. Menjalani ibadah umroh
10. Mahasiswa wajib mematuhi aturan yang ada dan menjaga sopan satun dalam kegiatan
tutorial
PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL
A. PENDAHULUAN
Kegiatan small group discussion (tutorial) dalam kurikulum tahap sarjana
PSPDG UMY menggunakan pendekatan pada dua metode pembelajaran yaitu
Problem Based Learning (PBL) dan Case Based Learning (CBL). Penggunaan dua
metode ini dimaksudkan untuk memberikan variasi pengalaman belajar kepada
mahasiswa. Untuk pembelajaran di tahun awal, kegiatan diskusi tutorial lebih banyak
menggunakan pendekatan metode PBL. Pada tahun ke tiga dan ke empat bentuk
tutorial lebih banyak menggunakan metode CBL.
Problem-based Learning (PBL) menghadirkan suatu perubahan yang
besar, luas dan kompleks dalam praktek pendidikan khususnya dalam pendidikan
profesional seperti pendidikan kedokteran. Pembelajaran dalam PBL didasarkan pada
empat prinsip modern yang menjadi pengertian pembelajaran yaitu konstruktif,
belajar mandiri, kolaboratif dan pembelajaran kontekstual (Dolmans, et. al., 2005).
Dalam pembelajaran PBL perkuliahan bukanlah sumber utama dalam proses belajar
mahasiswa. Untuk memacu diskusi dan self directed learning, menstimulasi dan
meningkatkan cara berfikir mahasiswa, digunakanlah kasus /problem.
Penggunaan problem/kasus dalam PBL membuat pembelajaran dalam PBL
menjadi konstruktif dan kontekstual. Kasus merupakan titik awal dalam kegiatan
pembelajaran mahasiswa dalam pembelajaran berbasis masalah. Kasus digunakan
untuk menggambarkan fenomena tertentu yang menimbulkan suatu pertanyaan dan
membutuhkan suatu penjelasan. Isu pembelajaran yang muncul selanjutnya menjadi
pemicu mahasiswa dalam proses belajar mandiri (Dolmans 2005, Niemen, et. al.,
2006).
Case based Learning (CBL) merupakan metode pembelajaran yang
interaktif, berpusat pada mahasiswa yang hampir mirip dengan PBL. CBL mendorong
keaktifan mahasiswa dengan menggunakan scenario-scenario kasus klinis yang
nyata, berasal dari pengalaman mahasiswa selama fase klinik. Kasus-kasus tersebut
secara umum ditulis sebagai suatu problem/permasalahan yang dapat memberikan
informasi secara lengkap terkait penggalian riwayat pasien, hasil temuan
pemeriksaan fisik, stomatognasi, laboratorium dari pasien. Pembelajaran aktif terjadi
ketika mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan hubungan interaktif
dengan kasus untuk mendorong mahasiswa mengorganisir keterampilan berbagi
informasi dengan pembelajar lainnya. CBL memiliki beberapa keuntungan
diantaranya mendorong belajar mandiri, pembelajaran yang terus menerus ( long life
learning). CBL juga mendorong kemampuan mahasiswa untuk menghubungkan ilmu
kedokteran dasar yang berkaitan erat dengan ilmu dan permasalahan klinik. CBL
juga dianggap mampu memperkuat penalaran klinik (clinical reasoning),
pembelajaran kolaboratif dan ketrampilan komunikasi mahasiswa. CBL dapat
diterapkan dalam pembelajaran kelas besar (large class) dan di dalam kelompok
diskusi (small group discussion). Banyak variasi dari penerapan metode
pembelajaran CBL. Kasus CBL dapat didskusikan dalam 1 – 3 pertemuan (sesi). Satu
kasus akan didiskusikan oleh mahasiswa pada setiap pertemuan. Penerapan CBL
lebih awal diproses pembelajaran dilakukan dengan membuatkan suatu scenario
kasus yang diambil dari pengalaman klinis yang nyata.

B. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


Dalam modul Basic Learning and Professionalism ini terdapat 4 skenario
terdiri dari 1 skenario dalam bahasa Indonesia untuk diskusi dengan pendekatan PBL
(2X pertemuan), 2 skenario dalam bahasa indonesia untuk diskusi dengan
pendekatan CBL (setiap skenario 1X pertemuan), dan 1 skenario dalam bahasa
Inggris (1X pertemuan).
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
sekitar 10 sampai 13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai
fasilitator. Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan
satu orang sebagai sekretaris, di mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin
diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap
skenarionya agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai
pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran dan
tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan
antara tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor
menyampaikan aturan dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi
dibantu sekretaris memimpin diskusi dengan menggunakan 7 langkah atau seven
jumps untuk mendiskusikan masalah yang ada dalam skenario. Seven jumps
meliputi :
1. mengklarifikasi istilah atau konsep.
2. menetapkan permasalahan.
3. menganalisis masalah.
4. menarik kesimpulan dari langkah 3.
5. menetapkan Tujuan Belajar.
6. mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)
7. mensintesis / menguji informasi baru.

DEFINISI
1. Mengklarifikasi Istilah atau Konsep
Istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau menyebabkan
timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan
bantuan, kamus umum, kamus kedokteran dan tutor.

2. Menetapkan Permasalahan
Masalah-masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan dirumuskan
dengan jelas.
3. Menganalisis Masalah
Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan brainstorming.
Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan
tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat, dll tentang permasalahan.
4. Menarik Kesimpulan dari Langkah 3
Disimpulkan masalah-masalah yang sudah dianalisa pada langkah 3
5. Menetapkan Tujuan Belajar
Pengetahuan atau informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar atau tujuan
instruksional khusus (TIK).
6. Mengumpulkan Informasi Tambahan (Belajar Mandiri)
Kebutuhan pengetahuan yang ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk
memecahkan masalah dicari dalam bentuk belajar mandiri melalui akses informasi
melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.
7. Mensintesis / Menguji Informasi Baru
Mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar
mandiri setiap anggota kelompok.
Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali
pertemuan. Langkah 1 s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6
dilakukan di antara pertemuan pertama dan kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada
pertemuan kedua.
Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan
membantu mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus memberikan
penjelasan atau kuliah mini.
Dalam diskusi tutorial, tujuan instruksional umum atau TIU dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan tujuan belajar. Ketua diskusi memimpin diskusi
dengan memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan
ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi
diskusi serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua
dapat mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa skretaris
apakah semua hal yang penting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris yang
bertugas menulis hasil diskusi dalam white board atau flipchart.
Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning atmosphere disertai iklim
keterbukaan dan kebersamaan yang kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan
pendapatnya tanpa khawatir apakah pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak
bermutu oleh teman yang lain, karena dalam tutorial yang lebih penting adalah
bagaimana mahasiswa berproses memecahkan masalah dan bukan kebenaran
pemecahan masalahnya.
Proses tutorial menuntut mahasiswa agar secara aktif dalam mencari
informasi atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat
dilakukan dengan akses informasi baik melalui internet (journal ilmiah terbaru),
perpustakaan (text book & laporan penelitian), kuliah dan konsultasi pakar.

Bagan 1. Step 1-5 dari seven jumps tutorial PBL

Salah satu
Kelompok mahasiswa
Tutor memilih ketua membacakan
membuka dan sekretaris kembali
diskusi skenario

STEP 3 STEP 2 STEP 1


Menganalisis Menetapkan Mengklarifikasi
Masalah Permasalahan Istilah atau
Konsep
Bagan 2. Step 7 dari seven jump

STEP 5
STEP 4
Menarik KETUA Menetapkan
Tujuan Belajar
memaparkan
Kesimpulan dari STEP 7
Langkah tujuan belajar
Tutor 3 Setiap mahasiswa
mandiri dari memaparkan hasil
membuka
pertemuan belajar mandiri dari
diskusi
terdahulu step 6

Tutor memberikan
feed back terkait hasil
diskusi
C. CASE BASED LEARNING (CBL)
Langkah-langkah dalam proses diskusi dengan pendekatan Case Based Learning
hampir sama dengan PBL, perbedaan mendasar pada diskusi CBL lebih ditekankan
menetapkan permasalahan dan mencari pemecahan masalahnya. Dalam diskusi CBL
di Blok 1 menggunakan 1 kasus setiap pertemuan. Pada Blok-blok yang lain
dimungkinkan diskusi CBL untuk 1 kasus dilakukan dalam beberapa pertemuan.
Terutama bila kasus tersebut adalah kasus yang panjang.
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
sekitar 10 sampai 13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai
fasilitator. Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan
satu orang sebagai sekretaris, di mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin
diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap
skenarionya agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai
pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran dan
tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan
antara tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor
menyampaikan SOP/aturan pembelajaran secara singkat. Tutor menampilkan pada
layar LCD/monitor deskripsi skenario dan tujuan pembelajaran secara umum. Ketua
diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi dengan menggunakan 3 langkah untuk
mendiskusikan permasalah yang ada dalam skenario dan mencari pemecahannya.

Langkah dalam diskusi CBL tersebut meliputi :


1. Menetapkan permasalahan/tujuan pembelajaran yang spesifik
Setiap mahasiswa menyampaikan penetapan permasalahan yang bisa menjadi isu
pembelajaran dari kasus yang dipaparkan. Jika isu pembelajaran spesifik yang
ditetapkan oleh mahasiswa kurang lengkap, maka fasilitator/tutor akan
menambahkan penetapan permasalahan agar tujuan diskusi tercapai.
2. Menganalisis masalah (berdasarkan brainstorming dan self study
sebelum tutorial berlangsung)
Setiap mahasiswa harus sudah membaca dan mempelajari kasus yang diberikan
sebagai pemicu (trigger) sebelum diskusi CBL. Saat melakukan analisis tidak
diperkenankan membuka catatan dan membacanya. Mahasiswa harus sudah siap
dengan materi yang akan didiskusikan.
3. Membuat kesimpulan/pemecahan masalah dari kasus.
Mahasiswa secara bersama-sama membuat kesimpulan dari pemecahan kasus
dengan difasilitasi oleh tutor. Mahasiswa membuat kesimpulan tentang isu
pembelajaran yang masih perlu dipelajari kembali dalam self study ( belajar
mandiri) setelah diskusi.

Bagan 3. Step CBL (1 x pertemuan)

Tutor
memaparkan Salah satu
tujuan Kelompok mahasiswa
Tutor membuka pembelajaran memilih ketua membacakan
diskusi secara umum dan sekretaris kembali
dari scenario skenario
kasus diskusi
melalui monitor
Mahasiswa Ketua
Mahasiswa membuat melakukan memimpin
kesimpulan dengan arahan tutor diskusi/analisis penetapan
terkait permasalahan/ diagnosis kasus secara tujuan belajar
kasus, interpretasi hasil terstruktur yang specifik
pemeriksaan, dan pemecahan berdasarkan dari scenario
masalah. Menetapkan isu hasil self study kasus yang ada
pembelajaran untuk self study dengan
diarahkan oleh
tutor
CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL PBL

Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial PBL sebagai berikut.

No Komponen penilaian (1) (2) (3) (4)


PENGUASAAN MATERI
1 Persiapan materi
2 Kemampuan menyampaian pengetahuan yang sudah dimiliki
(brainstorming) atau menyampaikan informasi baru hasil self study
sesuai EBD
3 Kemampuan berfikir kritis terhadap problem/case
4 Keaktifan individu dalam diskusi kelompok
KEMAMPUAN BEKERJASAMA DALAM GRUP
5 Kerjasama dalam grup (bertanggung jawab sesuai dengan peran
masing-masing)
6 Kemampuan mendengar secara aktif/perhatian pada kegiatan
diskusi
7 Membuat kesimpulan hasil analisis kasus
KEMAMPUAN TIAP INDIVIDU BERINTERAKSI DENGAN ORANG
LAIN
8 Kemampuan sikap dan komunikasi
9 Perhatian penuh pada proses diskusi
10* Datang tepat waktu
TOTAL SKOR

Keterangan skor
4 : Very Good (selalu)
Nilai = (total skor /skor max ) x 100
3 : Good (sering)
=
2 : Satisfactory (kadang kadang)
1 : Unsatisfactory (tidak pernah)

Keterangan poin 10*


1 : terlambat < 15 menit
2 : terlambat < 10 menit
4 : tepat waktu
CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL CBL

Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial CBL sebagai berikut.

NO Komponen penilaian Skor nilai


I Akuisisi Pengetahuan 1 2 3 4
1 Menyampaikan informasi yang ilmiah dan relevan dengan topik dalam diskusi
2 Memberikan informasi menggunakan bahasa/istilah yang sesuai dalam diskusi
ilmiah
3 Mengaplikasikan hasil belajar mandiri (self study) untuk menjelaskan
permasalahan yang ada
4 Mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya (brain stroming) dengan
pengetahuan baru dalam setiap analisa tujuan belajar (LO)
II Pemecahan masalah dan keterampilan berpikir analitis
5 Menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah dipahami menggunakan kata-
katanya sendiri (bukan melihat catatan)
6 Aktif mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menstimulasi diskusi.
7 Aktif menganalisis dan mengklarifikasi isu pembelajaran yang sulit (critical
thinking)
8 Memberikan kesimpulan/pemecahan masalah yang sesuai dengan topik diskusi
berdasarkan bukti ilmiah (EBD) yang ada
III Pengembangan diri dalam diskusi
9 Berkomunikasi dengan baik dan tidak mendominasi proses diskusi
10 Bertanggung jawab sesuai dengan peran masing-masing dalam diskusi (ketua,
sekretaris, dan anggota)
11 Memberikan perhatian serius pada proses diskusi
12* Datang tepat waktu

Total Skor

NILAI

Keterangan skor
4 : Very Good (selalu)
Nilai = (total skor /skor max ) x 100
3 : Good (sering)
=
2 : Satisfactory (kadang kadang)
1 : Unsatisfactory (tidak pernah)

Keterangan poin 12*


1 : terlambat < 15 menit
2 : terlambat < 10 menit
4 : tepat waktu
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)
SCENARIO PBL1
A 30 years old male patient went to dental hospital because he felt
uncomfortable due to his gingival bleeding when brushing his tooth.
He felt the roughness of his tooth although he brush his tooth
frequently and never visit the dentist before. Patient consumed coffee
routinely every morning and smoked cigarette one box everyday. Intra
oral examination showed gingival generalised oedema, erythema and
heavy calculus located on teeth all region. Oral Hygiene Index is 8,7 ,
Plak Index is 80%, bleeding on probing positif.

Discuss the above case with Seven Jumps!


SCENARIO PBL 2

52 years old man went to the dentist, his anterior teeth was luxation. Intra oral
examination the generalised inflammation, abnormal gingival anatomy owing to tissue
destruction, gingival recession, swelling and inflammation, spontaneous bleeding and
abundant plaque deposits. The periodontal tissues around the lower incisors are particularly
severely affected and bleeding on probing positif. Anterior mandibula teeth were luxation
two degree, probing depth were 8 mm. The dentist adviced him to check his blood to the
medical laboratory. The medical laboratory result was the glucose test 320 mg/dl. Than the
dentist give treatment to him

Discuss the above case with Seven Jumps!


CASE BASED LEARNING (CBL)

A 21-year-old male patient, with painful gingival inflammation evolving since 4 days.
The patient reported subjective malaise, chills, and difficulty in eating due to the intensive
pain He had no other significant medical history or known allergies.
He had also a stressful job; he worked as a model and was under a severe diet.. Intra oral
examination revealed a halitosis, erythematous, and swelling gingiva localized at the buccal
side of the upper central, the upper, and lower lateral incisors and canines.
A pseudomembrane formation along the gingival margins and decapitated ulcerated papillae.

Discuss this case in the group with the tutor as facilitator in english !
(tutorial in english just one time)
SCENARIO PBL 3

A 24 year old female patient suffered from unusual unilateral gingival


enlargement on left side. The enlarged gingiva covered more than 2/3 of the
crown surfaces. Her complaint of unilateral swelling of gingiva since one year.
The patient gave history of gradual enlargement of the swelling which was
initially red and spongy with spontaneous bleeding. She stopped chewing food
from the affected side because of discomfort, pain and bleeding. Intra oral
examination showed that OHI 7,5 , BOP (+), PD 6mm. Radiograf examination
showed that no bone lose. After initial therapy, at the time of control there was
still gingival enlargement with PD 4 mm, hard consistency.

Discuss the above case with Seven Jumps!


SCENARIO IN ENGLISH
Young man 25 years old felt sensitivity of his tooth when he eat acid food and cold
drink. He did not have caries dentis. His front teeth felt extruded. At night and in the
morning his teeth are very sensitive and pain. He went to the dentist and during
evaluation the dentist found resession on his central incisivus mandibular teeth and
high frenulum. The dentist told him that he should have spesific treatment for the
ressesion. He need initial therapy before spesific treatment for sensitivity of his
tooth.
PETUNJUK SKILLS LAB

BLOK PERIODONTAL DISEASES

Penanggungjawab Blok 13 :
Dr. drg. Ika Andriani, MDSc.,Sp.Perio

Penyusun :
Dr. drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc
drg. Hartanti,Sp.Perio
drg. Fitri Yuniawati,MDSc.,Sp.Perio
drg.Erwin Setyawan, Sp.RKG
drg.Indri Kurniasih,M.Med.Ed
PETUNJUK SKILLS LAB

BLOK PERIODONTAL DISEASES

Penanggungjawab Blok 13 :
Dr. drg. Ika Andriani, MDSc.,Sp.Perio

Penyusun :
Dr. drg. Ika Andriani,Sp.Perio.,MDSc
drg. Hartanti,Sp.Perio
drg. Fitri Yuniawati,MDSc.,Sp.Perio
drg.Erwin Setyawan, Sp.RKG
drg.Indri Kurniasih,M.Med.Ed
I. SKILL LAB KOMUNIKASI

Learning objective:
Capaian Pembelajaran Umum:
Melatih mahasiswa berkomunikasi sebagai dokter dengan pasien (komunikasi interpersonal
dokter pasien) dari mulai melakukan anamnesis, menyetujui dilakukan tindakan (informed
consent), memberi saran perubahan gaya hidup sampai dengan menggali riwayat sosial
pasien.
Capaian Pembelajaran Khusus:
1. Memberikan keterampilan pada mahasiswa agar mampu mendapatkan riwayat
penyakit pasien saat ini secara lengkap, akurat dan relevan.
2. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa agar mampu mengidentifikasi penyakit
kesehatan dimasa lalu.
3. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa agar mampu mengidentifikasi keluhan
secara lengkap.
4. Melatih mahaasiswa untuk dapat berkomunikasi dengan pasien saat memberikan
persetujuan tindakan kedokteraan gigi.
5. Melatih mahasiswa untuk dapat memberikan saran kepada pasien agar bersedia
merubah gaya hidup yang tidak mendukung kesehatannya.
6. Memberikan keterampilan pada mahasiswa agar mampu menggali riwayat sosial
pasien.
7. Memberikan informasi tentang diagnosis (Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding).
8. Mahasiswa mengetahui faktor etiologi dan predisposisi.
9. Mahasiswa mampu melakukan rujukan sehubungan dengan penyakitnya.

Mahasiswa mampu melakukan anamnesis secara urut dan lengkap, meliputi:


1. Seting wawancara
2. Memanggil pasien dengan nama dan tersenyum ramah
3. Meminta pasien masuk ruangan
4. Salam
5. Mempersilahkan pasien untuk duduk
6. Memperkenalkan diri
7. Mengklarifikasi nama, usia, alamat, pekerjaan dan status keluarga pada pasien.
8. Menjelaskan peran dokter dan menegaskan kerahasiaan wawancara
9. Riwayat keluhan utama (contoh: gusi mudah berdarah,ada pus di interdental, gigi terasa
goyang)
10. Menanyakan lokasi keluhan (Where)
11. Menanyakan kapan terjadinya (When)
12. Menanyakan apa yang terjadi saat awal terjadi keluhan (Why)
13. Menanyakan seberapa berat (Severity) (Contoh: sangat nyeri/nyeri/agak nyeri)
14. Menanyakan sifat keluhan (Character) (Contoh: senut-senut kalau tersentuh)
15. Menanyakan progresifitas keluhan (progressivity) (Contoh: dalam 2 hari nyeri bertambah
hebat)
16. Menanyakan penyebaran atau penjalaran (radiation) (Contoh: Menjalar dari rongga mulut
sampai kepala)
17.Menanyakakan faktor pencetus (memperberat) dan faktor yang meringankan (Agravating
dan alleviating factors) (Contoh: nyeri bertambah jika digunakan untuk mengunyah makanan
yang agak keras )
18. Akhir nyeri /End (contoh: berkurang bila minum obat analgesic)
19. Efek lain apa yang mengganggu kualitas hidup (contoh: bau mulut tidak sedap)
20. Riwayat perjalanan penyakit,
21. Riwayat perawatan gigi sebelumnya, trauma, alergi
24. Riwayat pemeriksaan kesehatan gigi secara rutin
25. Riwayat Kesehatan umum
25. Memperkirakan diagnosis sementara

Skenario
Seorang pasien berusia laki-laki 45 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi depan
bawah goyah dan terasa sakit bila digunakan untuk makan. Hasil anamnesa menunjukkan
pasien menderita penyakit kencing manis hasil pemeriksaan satu tahun yang lalu dan saat ini
belum tahu berapa hasil pemeriksaan gula darahnya. Pasien merasa gigi goyah sejak 5 bulan
lalu dan setiap gosok gigi berdarah. Pasien belum pernah ke dokter gigi. Ayah pasien
menderita penyakit kencing manis dan ibu menderita penyakit darah tinggi. Pemeriksaan intra
oral menunjukkan kalkulus pada permukaan lingual gigi depan bawah (skor OHI 8), rata-rata
kedalaman poket periodontal 5 mm dan gigi goyah derajat 2. Terdapat resesi gingiva sebesar
2 mm. Hasil radiografi menunjukkan adanya resorbsi horizontal alveolar crest.

II. ALAT SCALING, KURETASE DAN BEDAH PERIO


Learning objective:
Mampu melakukan pengenalan alat untuk scaling manual, Ultra Sonic, kuretase, dan
gingivectomy
Alat bahan skills lab:
1. Diagnostik set
2. Periodontal Probe
3. Curret Gracy
4. Tip scaler ultra sonic
5. Alat skaling manual
6. Alat gingivectomy
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh pengenalan alat untuk
scaling manual, Ultra Sonic dan kuretase (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri contoh pengenalan alat untuk scaling manual, Ultra Sonic
kuretase dan alat gingivectomy mencoba cara skaling antar teman (40 menit)
6. Mahasiswa mengisi worksheet yang disediakan (15 menit)
7. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
8. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback
Landasan Teori
PERIODONTAL PROBE
Fungsinya:
1. Alat untuk menentukan lokasi poket/ menandai poket
2. Mengukur kedalaman poket
3. Memeriksa atau menandai perdarahan (BOP)
4. Determinasi kondisi permukaan gigi
Menurut standar WHO, probe harus memiliki tanda milimeter dan round ball pada ujungnya.
Idealnya, probe harus tipis, tangkainya bersudut sehingga memudahkan insersi pada poket,
sedangkan area furkasi akan lebih mudah dievaluasi menggunakan probe Nabers yang tumpul
dan berbetuk curved.

Probe WHO Probe Nabers

PERALATAN SKALING
Peralatan untuk skaling adalah skaler. Ada 2 macam yaitu skaler manual dan skaler
ultrasonik.

SKALER MANUAL
Peralatan manual/skaler manual tersedia dalam berbagai macam bentuk, operator
harus menggunakan dan memilih alat yang paling efektif untuk membersihkan secara efektif.
Nama alat mencerminkan cara kerjanya: kuret, hoe, file, sabit, pahat.
Peralatan mempunyai 3 bagian :
a. Pegangan
Pegangan harus cocok dengan tangan sehingga stabil dan tidak terlepas bila
digunakan.
b. shank
c. pisau

Macam skaler manual :


Kuret
Kuret mempunyai tepi ganda, pisau berbentuk sendok yang membelok sesuai dengan
bentuk permukaan gigi.
Sebagian besar permukaan dapat dijangkau dengan sepasang kuret (kanan dan kiri),
dapat dimasukkan ke bawah tepi gingiva dan dapat digunakan untuk membersihkan
permukaan gigi dan mengkuret jaringan lunak gingiva secara bergantian.

Skaler Jaquette
Pisau alat ini mempunyai penampang berbentuk segitiga dengan dua ujung potong.
Pisau yang kecil dapat digunakan untuk skaling subgingiva. Ada 3 bentuk shank yang
mempunyai sudut yang berbeda.
Skaler sabit
Pisau berbentuk sabit yang mempunyai penampang melintang berbentuk segitiga
sehingga terdapat 2 tepi potong. Pisau melengkung pada bidang lateral sehingga dapat
digunakan untuk permukaan gigi.

Hoe
Berbentuk cangkul, mempunyai sudut shank yang berbeda sehingga dapat mencapai
permukaan gigi.
Saat digunakan pisau diinsersikan perlahan ke bawah tepi gingiva dengan menjaga
agar shank sejajar sumbu gigi, pisau kemudian ditekankan ke permukaan gigi di apikal
deposit kalkulus dan ditarik ke arah koronal sehingga kalkulus terlepas.
File
Berbentuk file, kecil, dapat diinsersikan cukup dalam ke dalam leher gingiva atau
poket. Penggunaannya seperti hoe.

Pahat (watch-spring, push atau Zerfing scaler).


Untuk menghilangkan deposit interproksimal, terutama region anterior.

Gerakan ada bermacam-macam :


KURET (CURRETAGE)
ALAT CURRETAGE:
untuk melakukan root planning dan
curettage

ALAT BEDAH (GINGIVECTOMY)


1. Periodontal Pocket Marker.
Periodontal pocket marker digunakan untuk menentukan kedalaman jaringan lunak poket
dan kontur dari resorpsi tulang dari sebuah gigi. Setelah dilakukan anestesi, bleeding
point dibuat untuk mempermudah identifikasi oleh dokter gigi.

2. Kirkland and Orban Knive

A. Kirkland knife: untuk memotong gingiva di facial


B. Orban knife: untuk memotong di bagian interdental
Macam-macam blade:

A. Surgical blade no 15C, 15, dan 12


B. Blade bila dipasang pada sebuah scalpel
Scalpel handle
III. SKORING COMMUNITY PERIODONTAL INDEX OF TREATMENT NEED
(CPITN), KEGOYANGAN GIGI, DAN RESESI GINGIVA

Learning objective:
Mampu melakukan skoring Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN),
Kegoyangan gigi, dan resesi gingival
Alat bahan skills lab:
1. Periodontal Probe
2. Diagnostik set
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara skoring Community
Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN), Kegoyangan gigi, dan resesi gingival
(15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba cara skoring Community Periodontal Index of
Treatment Needs (CPITN). Kegoyangan gigi, resesi gingival dan (40 menit)
6. Mahasiswa mengisi worksheet yang disediakan (15 menit)
7. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
8. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback

Landasan Teori:
A. COMMUNITY PERIODONTAL INDEX OF TREATMENT NEED (CPITN)
Adalah indeks resmi yg digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan
periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya dgn menggunakan sonde khusus
(WHO Periodontal Examination Probe).
Indeks ini, meliputi:
1. Ada/ tdk adanya perdarahan gingiva pada probing
2. Ada/ tdk adanya kalkulus supra/ sub-gingival
3. Ada/ tdk adanya saku/ poket periodontal yg terbagi menjadi, poket dangkal dan poket
dalam
4. Mendapatkan data status periodontal masyarakat/ individu
5. Merencanakan program kegiatan penyuluhan/ promotif
6. Menentukan kebutuhan perawatan yg meliputi jenis tindakan, besar beban kerja dan
kebutuhan tenaga
7. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu

CPITN digunakan untuk menilai kriteria dan kategori akan kebutuhan perawatan periodontal.
Digunakan untuk:
1. menilai dengan cepat suatu prevalensi
2. menilai kebutuhan perawatan
3. menilai kebutuhan perawatan berdasarkan status periodontal

CPITN tidak didesain untuk:


1. mengukur pengalaman penyakit periodontal yang lalu
2. mencatat derajat resesi
3. mengukur tinggi tulang alveolar

Instrumentasi:
- Formulir CPITN
- WHO Periodontal Examination Probe

Pelaksanaan penilaian:
1. Penentuan sekstan
2. Penentuan gigi indeks
3. Pemeriksaan dan penilaian
4. Penentuan skor
5. Pencatatan skor
PENENTUAN SEKSTAN

Syarat- syarat sekstan:


1. Dalam satu sekstan harus ada 2 atau lebih gigi yg tidak indikasi exo atau luksasi dengan
mobilitas vertikal krn penyakit periodontal.
2. Bila hanya ada 1 gigi pada suatu sekstan, digabungkan dengan sekstan sebelah.
Misal: di RA hanya ada 2 gigi dicatat sebagai 1 sekstant.

PENENTUAN GIGI INDEKS


Dalam CPITN, skoring dilakukan berdasarkan:
1. Gigi indeks, atau;
2. Gigi terburuk (gigi dengan skor terburuk). Dipakai bila pemakaian gigi indeks tampak
kurang memuaskan, misalnya pada comprehensive-adult-high caries prevalence

Gigi Indeks
Gigi yang perlu diperiksa untuk mengukur kondisi jaringan periodontal, jadi tidak perlu
diperiksa semua gigi yang ada dlm rongga mulut (Ramfjord, 1959). Metoda ini mengharuskan
pemeriksaan pada 10 gigi indeks, tetapi yang dicatat hanya skor terburuk dari 6 gigi dari
setiap sekstant.
Gigi indeks untuk usia 20 tahun atau lebih:
17, 16 11 26, 27
47, 46 31 36, 37
Gigi indeks untuk usia 16 tahun sampai 19 tahun:
16 11 26
46 31 36
Usia kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan 16-19 tahun.
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan:
1. Kedua molar pada setiap sekstan posterior merupakan pasangan untuk diperiksa dan
dicatat hanya satu score yang merupakan score tertinggi. Bila gigi indeks (M1/M2)
hilang, dapat diganti gigi lain pada sekstan yg bersangkutan yang mempunyai score
terparah.
2. Bila dlm suatu sekstan tidak terdapat gigi indeks, atau gigi indeks yg ada tdk layak
untuk diperiksa, maka semua gigi yg terdapat dlm sekstan tersebut diperiksa, dan nilai
skor tertinggi/ keadaan gigi yg terparah pada sekstan tersebut yg dicatat.
3. Molar ke 3 tidak diikut sertakan kecuali bila berfungsi sebagai molar ke 2.
4. Subyek berusia < 20 tahun, gigi molar kedua tidak perlu diperiksa, untuk menghindari
false pocket (sulcus yang dalam akibat erupsi gigi yang dicatat sebagai poket
periodontal)
5. Subyek berusia < 15 tahun, pencatatan hanya diperlukan untuk mnegetahui
ada/tidaknya karang gigi dan perdarahan saja.
6. Tiap sektan minimal terdiri dari 2 gigi yang masih berfungsi. Jika hanya 1 gigi maka
diikutsertakan sektan sebelahnya. Misal hanya ada 2 gigi di RA, maka RA tersebut
dihitung 1 sektan dan sektan yang hilang diberi tanda silang (X)

PEMERIKSAAN DAN PENILAIAN


Untuk mendapatkan skor dari tiap sekstan dilakukan probing. Probe yang digunakan adalah
probe periodontal WHO dengan ujung bulat 0,5 mm (standar WHO).
Tujuan probing:
1. Menentukan kedalaman poket
2. Mendeteksi ada/tidaknya kalulus supra/sub gingiva
3. Menilai bleeding response
Pelaksanaan:
1. Pasien dalam posisi pemeriksaan
2. Dalam penggunaan probe, dipergunakan tekanan ringan, sebagai patokan, coba
masukkan ujung probe di bawah kuku ibu jari tangan dgn tdk menimbulkan rasa sakit,
bila timbul rasa sakit, berarti tekanan terlalu besar
3. Letakkan ujung probe pd CEJ, lalu digeser dgn gerakan naik turun mengikuti kontur
gigi
4. Hasil dr probing dilihat, apakah:
- berdarah atau tidak
- ada karang gigi atau tidak
- ada poket atau tidak

.
Tabel induk dapat dikembangkan menjadi macam-macam tabel berikutnya untuk
mendapatkan info:
- persen orang yang terkena penyakit periodontal
- kebutuhan perawatan
- jumlah sekstan rata-rata yg terkena penyakit periodontal
- distribusi sekstan sehat
- distribusi sekstan dgn perdarahan/ bleeding
- distribusi sekstan dgn karang gigi
- distribusi sekstan dengan poket dangkal
- distribusi sekstan dengan poket dalam

B. KEGOYANGAN GIGI/LUXASI
Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi)
Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai
dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal maupun horisontal. Kegoyangan
dapat disebabkan adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi,trauma dari oklusi, dan
adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan pendukung yang lebih dalam, serta
proses patologik rahang
Menurut Miller (Fedi dkk, 2000) kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat:
Derajat 1. yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal.
Derajat 2. yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan
Derajat 3. yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan ke arah
apikal
Cara melakukan pemeriksaan kegoyangan gigi:
a. Kegoyangan gigi dapat diketahui dengan menggunakan dua tangkai
instrumen atau satu tangkai instrumen dan satu jari.
b. Gigi ditahan dengan salah satu tangan (ujung jari) dan satu tangan yang lain
memegang instrumen one end dan pangkal instrumen di letakan pada gigi
sebelah buccal dan di tekankan ke arah bucal dan lingual

C. PENGUKURAN RESESI GINGIVA


Resesi gingiva sering merupakan masalah, umumnya penderita mengeluh giginya
terlihat lebih panjang. Hal ini terjadi karena posisi marginal gingival bergeser menjauhi
cemento enamel junction (CEJ), sehingga permukaan akar yang semula tertutup menjadi
terbuka.Pada proses penuaan (aging), insidens resesi gingiva semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya usia.

Resesi gingiva adalah terbukanya permukaan akar gigi akibat migrasi gingival margin dan
junctional epithelium ke apikal. Secara klinis ditandai dengan gingival margin berada apikal
dari cemeto-enamel junction (CEJ).

KLASIFIKASI MENURUT MILLER


Kelas I: resesi gingiva belum meluas sampai mucogingival junction dan belum disertai
kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental.
Kelas II: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan belum disertai
kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental.
Kelas III: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan sudah disertai
kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental, bisa disertai malposisi gigi
maupun tidak.
Kelas IV: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction, disertai kehilangan
tulang yang parah pada daerah interdental, dan atau disertai malposisi gigi yang parah.
Cara mengukur resesi probe dipegang secara pens grap , ujung probe sejajar dengan axis gigi,
diukur di bagian mid buccal dan lakukan pengukuran dari CEJ ke margin gingiva.
IV. PENGUKURAN KEBERSIHAN MULUT, PLAK INDEKS, GINGIVAL INDEKS,
BLEEDING ON PROBING, PROBING DEPTH & CLINICAL ATTACHMENT
LEVEL

Learning objective:
Mampu melakukan skoring pengukuran kebersihan mulut Oral Hygiene Index (OHI dan
OHIS), Plaque Index (PI), Gingival Index (GI), Bleeding on Probing (BOP), Probing Depth
(PD), dan Clinical Attachment Level (CAL).
Alat bahan skills lab:
1. Diagnostik set
2. Periodontal Probe
3. Disclosing Solution
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara scoring/pengukuran
kebersihan mulut Oral Hygiene Index (OHI), Plaque Index (PI), Gingival Index (GI),
Bleeding on Probing (BOP), Probing Depth (PD) (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba cara skoring skoring pengukuran kebersihan
mulut Oral Hygiene Index (OHI), Plaque Index (PI), Gingival Index (GI), Bleeding on
Probing (BOP), Probing Depth (PD) antar teman (40 menit)
6. Mahasiswa mengisi worksheet yang disediakan (15 menit)
7. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
8. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback

Landasan Teori:
Pengukuran skor kebersihan mulut menggunakan OHI dan OHI-S.

A. OHI (ORAL HYGIENE INDEX)


OHI digunakan untuk mengukur permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus
dengan menjumlahkan debris index (DI) dan calculus index (CI).
Skor debris:
0 Tidak ada debris atau stain
Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan
1 servikal, atau terdapat stain ekstrinsik di permukaan
yang diperiksa
Debris menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
2
permukaan yang di periksa
Debris menutup lebih dari 2/3 permukaan yang
3
diperiksa

Skor kalkulus:
Skor Kriteria
0 Tidak ada kalkulus
Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3
1
permukaan servikal yang diperiksa
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang
2 dari 2/3 permukaan yang diperiksa, atau ada bercak – bercak
kalkulus subgingiva disekeliling servikal gigi
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan
3 atau ada kalkulus subgingiva yang kontinyu disekeliling
servikal gigi

Gigi dibagi menjadi 3 segmen :


1. Distal C kanan
2. Distal C kiri
3. Antara C kanan dan kiri
Tiap segmen dipilih gigi yang paling banyak debris dan kalkulusnya, baik di
bukal/labial dan lingual/palatinal.
DI:
KA ANT KI JML
RA / / / /
RB / / / /
JML / / /
CI:
KA ANT KI JML
RA / / / /
RB / / / /
JML / / /

Skor debris index = jumlah seluruh skor gigi


Jumlah gigi yang diperiksa
Skor Calculus inedx = jumlah seluruh skor
Jumlah gigi yang diperiksa
OHI = DI + CI
Kriteria OHI :
baik : 0,0 – 2,4
cukup : 2,5 – 6,0
buruk : 6,1 – 12

B. OHI-S (ORAL HYGIENE INDEX SIMPLIFIED)


OHIS digunakan untuk mengukur permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus.
Pengukuran dengan menjumlahkan debris index simplified (DI-S) dan calculus index
simplified (CI-S). Skor 0 sampai 3.
Gigi yang diukur :
6 bukal 1 labial 6 bukal
6 lingual 1 labial 6 lingual

Bila gigi indeks tidak ada/telah dicabut:


Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian dilakukan
sebagai berikut :
a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua
atas atau bawah.
b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada molar ketiga atas atau bawah.
c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dilakukan
penilaian.
d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kiri atas.
e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kanan bawah.
g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dilakukan penilaian.
Bila salah satu dari gigi indeks tersebut tidak ada maka masih dapat dilakukan penilaian bila
terdapat minimal 2 gigi indeks yang dapat dinilai.

OHI-S = DI - S + CI – S
Kriteria OHI –S :
baik : 0,0 – 1,2
cukup : 1,3 – 3,0
buruk : 3,1 – 6,0

C. PLAQUE INDEX (O’ Learry)


Plaque index adalah metode pengukuran luasnya keberadaan plak. Index ini bertujuan
untuk mengukur skor plak berdasar lokasi dan kwantitas plak. Penilaian PI dilakukan dengan
kaca mulut dan sonde setelah gigi dikeringkan.
Tahapan:
1. Pasien sudah menggosok gigi
2. Warnai seluruh permukaan gigi dengan disclosing solution
3. Pasien berkumur, lakukan pemeriksaan di permukaan mesial, distal, facial, lingual
4. Sesudah semua gigi diperiksa dan diskor, maka index plak dapat dihitung.

Gigi dibagi menjadi 4 atau 6 permukaan. Permukaan gigi yang memiliki plak dibagi dengan
jumlah permukaan menghasilkan % angka plak
D. PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified)
Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified) dari
Martin dan Meskin (1972), merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene
Index (PHP) dari Podshadley dan Haley (1968). Indeks PHP ini untuk menilai debris,
sedangkan Indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M
menggunakan gigi indeks dan menggunakan agen disklosing. Gigi indeks yang digunakan
pada metode PHP-M ini adalah sebagai berikut:
1. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.
2. Gigi C| atau c| bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
3. |P1 atau |m1.
4. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kiri bawah.
5. Gigi C kiri bawah atau c kiri bawah, bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior
lainnya.
6. P1 kanan bawah atau m1 kanan bawah

Cara Penilaian dengan PHP-M:


Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal/incisal ke gingival, garis imajiner ini akan
membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke gingival. Masing-masing 1/3
bagian dari panjang garis imajiner tadi, yang akhirnya akan membagi gigi menjadi 5 area (A,
B, C, D, dan E). Pengertian area:
A. Area 1/3 gingival dari area tengah
B. Area 1/3 tengah dari area tengah
C. Area 1/3 incisal atau oklusal dari area tengah
D. Area distal
E. Area mesial
Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1 (atau tanda v), jika tidak
ada plak bisa diberi skor 0 atau tanda (-).
Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan
gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi indeks bisaberkisar antara 0-10.
Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks bisa berkisar antara 0-60

Cara menghitung score: jumlah score plak X 100 %


60
Tidak ada kriteria hasil penghitungan

E. PENILAIAN KONDISI GINGIVA


Untuk mengecek gingiva, gingiva harus dalam keadaan kering agar observasi akurat.
Refleksi cahaya dari gingiva yang masih banyak mengandung saliva akan sulit
memperlihatkan detail dari gingiva. Selain pemeriksaan dengan instrumentasi, dapat juga
dilakukan palpasi ringan untuk mendeteksi adanya perubahan patologis dari tekstur gingiva.
Yang harus dilihat dari gingiva adalah:
1. Warna
2. Ukuran (Size)
3. Kontur
4. Konsistensi
5. Tekstur permukaan
6. Posisi
7. Ease of bleeding
8. Pain
Adanya kelainan dari hal-hal tersebut diatas harus dievaluasi oleh dokter gigi dan tidak
diabaikan.
Secara klinis, inflamasi gingiva dapat memberikan dua macam tipe respon jaringan, yaitu
edema dan fibrotik.
Pada edematous tissue response, karakteristiknya adalah smooth, glossy, lembut, dan
gingiva berwarna kemerahan, sedangkan pada fibrotic tissue response, karakteristik gingiva
seperti keadaan normal namun lebih tebal, keras, dan tepian gingiva membulat.

F. GINGIVAL INDEX
Gingival indeks adalah alat ukur untuk menggambarkan tingkat peradangan pada
gingiva, dengan cara melihat warna, konsistensi dan perdarahan pada waktu dilakukan
probing (Loe dan Silness, 1963).
Gingival Index (GI) menurut Loe dan Silness adalah indeks yang menyatakan
penilaian status inflamasi gingiva yang dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan
gingiva sebelum dan sesudah terapi atau sebelum dan sesudah terapi bedah. GI juga dapat
digunakan untuk membandingkan status gingiva saat melakukan visit pertama dan berikutnya.
Pemeriksaan pada gusi atau jaringan periodontal dengan menggunakan alat yang
disebut periodontal probe. Alat ini digunakan untuk mengukur kedalaman sulkus gusi (celah
berbentuk V yang berada di antara gigi dan gusi). Kedalaman sulkus gusi yang normal
berkisar antara 0-3 mm. Gingivitis atau periodontitis akan menyebabkan kedalaman sulkus
bertambah dan membentuk poket. Semakin tinggi derajat keparahan penyakit, semakin dalam
poket yang terbentuk. Periodontal probe juga dapat digunakan dalam menentukan derajat
keparahan perdarahan pada gusi.
Untuk penelitian klinis probe dimasukkan kira-kira kurang lebih 1-2 mm dari margin
gingival dengan tekanan aksial sedang dan dijalankan dari interproksimal ke interproksimal
sepanjang aspek bukal dan lingual gigi dengan skor sebagai berikut:
0: tidak ada peradangan pada gingival (gingival normal)
1: keradangan ringan pada gingiva, sedikit perubahan warna dan tekstur tetapi tidak
ada perdarahan saat probing
2: keradangan sedang pada gingival, kemerahan, edema dan mengkilat, ada perdarahan saat
probing
3: keradangan parah pada gingival, tanda kemerahan, edema dan ulserasi. Cenderung terjadi
perdarahan spontan.
Kriteria Inflamasi Gingiva secara klinis
Skor Indeks Gingiva Kondisi Gingiva
0.1-1.0 Gingivitis Ringan
1.1-2.0 Gingivitis Sedang
2.0-3.0 Gingivitis Parah

Prosedur pengukuran GI
a. Gigi dan gingival harus dalam keadaan kering, dibawah cahaya lampu dengan
menggunakan kaca mulut dan probe
b. Menggunakan probe untuk mengetahui derajat kekenyalan gingiva
c. Menggunakan probe pada dinding gingival sepanjang dinding gingival sampai
gingival sulkus untuk mengetahui adanya perdarahan

Gigi indeks dan permukaan gingival yang diukur


Gigi indeks: 16, 21, 24, 36, 41, 44
Area gigi yang diukur: bagian mesial, facial/labial, distal, lingual/palatal dengan skor 0 – 3
Bisa juga seluruh gigi diperiksa

GINGIVAL INFLAMMATION

Gingival Index Assesses severity of gingivitis


(GI) based on color, consistency & bleeding
Loe and Silness

0 normal

1 mild inflamation, slight color change and edema, no bleeding


2 moderate inflamation, redness, edema, bleeds on probing

3 severe inflamation, marked redness and edema, ulceration,


spontaneous bleeding

D+P+M+B D+P+M+B
distal Palatal mesial buccal elemen distal palatal mesial bucal
4 4
11 21
12 22
13 23
14 24
15 25
16 26
17 27
18 28
A(jumlah) B (juml)

D+L+M+B D+L+M+B
distal Lingual mesial buccal elemen distal lingual mesial bucal
4 4
41 31
42 32
43 33
44 34
45 35
46 36
47 37
48 38
C(jumlah) D (juml)

GI = A + B+C+D
Jumlah gigi
Kriteria
Gingivitis ringan: 0.1 -1.0
Gingivitis sedang: 1.1 - 2.0
Gingivitis berat: 2.1 - 3.0

G. PROBING
Probe adalah alat periodontal yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket.
Tindakan melakukan pengukuran poket menggunakan probe disebut probing.
Digunakan untuk mengungkapkan :
a. Kedalaman poket periodontal
b. Ketinggian keratin gingiva
c. Ketinggian perlekatan gingiva (attached gingiva)
d. Kwantitas attachment loss
e. Kedalaman dan lebar resesi ngingiva
f. Adanya bleeding (BOP)

Setiap gigi di lakukan pemeriksaan pada 6 titik probing yaitu 3 titik di sebelah
bukal/labial dan 3 titik di palatal/lingual. Titik tersebut adalah 1). Mesial, 2) intermedia, dan
3) distal

Tekanan pada probing mempunyai 2 tujuan yaitu :


1. mencari kedalaman dan letak dasar poket
2. perabaan untuk deteksi karang gigi
Cara probing :
1. latihan dengan cara menyisipkan ujung probe, atau ball tip (pada probe berujung
bulat/bola) dibawah kuku ibu jari.
2. hindarilah rasa kurang enak atau sakit.
3. awal rasa sakit menunjukkan tekanan antara 20-25 gram (tekanan probing tidak
boleh melebihi ini).
4. untuk mengetahui kedalaman poket, ujung probe atau ball tip (pada probe berujung
bulat/bola) dilakukan dengan menyusuri bentuk anatomi sampai menyentuh dasar
poket.
5. perabaan kalkulus dengan menggerakkan ujung probe atau ball tip (pada probe
berujung bulat/bola) pada permukaan kasar kalkulus.
Teknik pengukuran Probing depth
Probe dipegang secara pens grap lalu ujung probe dimasukkan ke dalam sulcus dengan
tekanan ringan berjalan menyusuri (teknik walking through) dari permukaan distobukal ke
mesiobukal lalu bagian mesiolingual sampai distolingual dan cari ukuran terdalam.
Pengukuran dimulai dari dasar poket ke margin gingiva.

Teknik melakukan BOP ---> ditunggu terjadi perdarahan setelah penarikan probe sampai 30
detik. Bila terjadi perdarahan (+), bila tidak ada perdarahan (-).
Teknik mengukur Indeks Perdarahan Gingiva (PBI / Papillary Bleeding Index)
Yaitu dengan memeriksa perdarahan gingiva pada pemeriksaan periodontal.
Skor:
0: tidak ada perdarahan
1: perdarahan berupa titik
2: perdarahan berupa garis di bukal/palatal/lingual
3: perdarahan berupa segitiga atau garis di area proksimal
4: perdarahan spontan atau menyebar
Skor = jumlah skor : jumlah gigi

PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN KERUSAKAN JARINGAN PERIODONTAL


1. Mengukur probing depth (PD).
Probe dimasukkan poket/sulkus pararel dengan axis gigi dan berjalan menyusuri dari
mesial ke arah distal utk mencari penetrasi terdalam. Diukur dari margin gingiva sampai
dasar sulkus/poket
2. Mengukur Clinical attachment level (CAL)
Diukur dari Cemento Enamel Junction (CEJ) sampai dasar poket
3. Mengukur/ memeriksa Bleeding on Probing (BOP):
Probe dimasukkan ke dasar poket dan berpindah sepanjang dinding poket. Perdarahan
muncul setelah penarikan probe ditunggu sekitar 30 detik

1. SPLINTING DAN OCCLUSAL ADJUSTMENT

Learning objective:
Mampu melakukan splinting dan oclusal adjusmant
Alat bahan skills lab:
1.diagnostik set
2.brush
3. etsa
4.bonding
5.composit
6. Light curing
7. kawat/ fiber
8. articulating paper
9. bur pita kuning
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara splinting dan
oclusal adjustment (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri melakukan splinting dan oklusal adjustment di
pantom/model (40 menit)
6. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
7. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback

Landasan Teori
SPLINT adalah alat stabilisasi & immobilisasi gigi goyah, fraktur tulang atau
kombinasi keduanya karena suatu lesi, trauma atau peny. periodontal utk mencegah
pergerakan, perpindahan gigi , atau dislokasi bag. yg mengalami fraktur.

Etiologi Kegoyangan Gigi:


1. Trauma
2. Penyakit sistemik
3. Abses
4. Kehilangan jaringan pendukung gigi karena penyakit periodontal

Faktor-Faktor yg Menyebabkan Meningkatnya Mobilitas Gigi:


1. Hilangnya dukungan thdp gigi karena kehilangan tulang.
2. Trauma karena oklusi.
3. Penjalaran inflamasi dari gingiva atau dari periapikal ke lig. Periodontal.
4. Bedah periodontal.
5. Kehamilan, menstruasi & kontrasepsi hormonal
6. Proses patologis pd rahang yg merusak tl. alveolar &/ akar gigi.
Derajat Kegoyangan Gigi Berdasarkan Miller
1. Derajat 1 gigi bergerak 0.5 - 1.0 mm.
2. Derajat 2 gigi bergerak > 1 mm arah horizontal.
3. Derajat 3 gigi bergerak tdk hanya ke fasial lingual tetapi juga ke arah apikal

Keberhasilan Perawatan
1. Mengontrol jumlah beban yg terjadi pd temporomandibular.
2. Mengontrol beban yg diterima gigi shg periodonsium tdk tertekan
3. Pasien & dokter harus berkomitmen utk pemeliharaan periodontal secara teratur.

TUJUAN SPLINTING
1. Stabilisasi & immobilisasi gigi yg goyah
2. Membantu penyembuhan setelah operasi
3. Mengurangi trauma
4. Mengurangi ketidaknyamanan

INDIKASI SPLINTING
1. Gigi goyah
2. Trauma jangka pendek sesudah bedah periodontal
3. Estetis

PENGAPLIKASIAN SPLINT HARUS MEMPERTIMBANGKAN:


1. Jaringan pendukung gigi.
2. Estetis & oklusi tidak terganggu
3. Mudah diaplikasikan
4. Stabil
5. Ditempatkan pasif tanpa mendorong gigi.
6. Tdk mengiritasi gingiva
7. Mudah dibersihkan.
PRINSIP BIOLOGIS SPLINT:
1. Mengurangi tekanan pada jaringan periodontium.
2. Merubah tekanan yang diterima oleh gigi yang sebelumnya bersifat patologis 
fisiologis.

Indikasi splinting untuk mahasiswa S1


1. Splinting wire (harus diajarkan), boleh ditambahkan splinting fiber
2. Splinting ekstra koronal
3. Gigi tidak berdesakan dan tidak terpisah oleh area edentulous

PROSEDUR SPLINTING DENGAN WIRE LIGATURE


1. Lakukan brushing dan Polishing pada gigi yg akan dilakukan splinting
2. Pengukuran panjang kerja menggunakan dengan dental floss (2x panjang tempat
kerja)
3. Memotong wire sesuai panjang dental floss. Wire dibuat dalam bentuk twist
4. Pengolesan bahan etsa dan bonding
5. Aplikasi wire setinggi titik kontak
6. Aplikasi komposit pada pertengahan mesio-distal gigi
7. Dilakukan light curing
8. Cek oklusi
9. Polishing permukaan komposit
PROSEDUR SPLINTING FIBER
Resin fiber reinforced adalah fiber berbentuk pita berkekutan tinggi, tipis, mudah berikatan,
biokompatible, estetis baik, mudah dimanipulasi, tidak berwarna yang apat dilekatkan dalam
struktur resin
1. Skaling & polishing.
2. Reposisi gigi ke tempat seharusnya.
3. Oklusikan  Dicek dengan articulating paper apakah ada traumatik oklusi atau tidak.
4. Jika ada yg traumatik oklusi kemudian gigi di grinding.
5. Fiksasi sementara dgn memberi sedikit komposit di sepanjang interdental gigi/ yang
akan dilakukan splinting (gigi-gigi tetangganya yg kuat juga diaplikasikan komposit
utk retensi & stabilisasi).
6. Aplikasikan etsa bonding terlebih dahulu di sepanjang gigi yg akan dilakukan
splinting kemudian lakukan penyinaran menggunakan light cure.
7. Potong fiber sesuai kebutuhan sepanjang gigi yg akan dilakukan splinting.
8. Aplikasikan/ basahi fiber menggunakan bonding.
9. Aplikasikan komposit flow sepanjang gigi yg akan dilakukan splint membentuk garis
lurus tidak terputus/ menyambung secara tipis.
10. Aplikasikan fiber yg sudah dibonding ke atas komposit tsb kemudian dilakukan
penyinaran menggunakan light cure.
11. Lapisi fiber dgn menggunakan komposit flow kembali kemudian dilakukan
penyinaran menggunakan light cure.
12. Kemudian haluskan menggunakan bur pita kuning atau bur white alpind
OCCLUSAL ADJUSMENT
Adalah pengasahan permukaan oklusal secara selektif dengan tujuan menetapkan suatu
keadaan oklusi yang non traumatik, stabil.
Cara melakukan oklusaladjustment ada 2 tahap yaitu,
1. melihat ada tidaknya trauma oklusi
2. melakukan grinding trauma oklusi
Perawatan trauma from occlusion dengan melakukan grinding yaitu:
1. Artikulating paper diletakkan di oklusal pada gigi yang mengalami traumatic
2. Pasien diinstruksikan oklusi dan melkukan gerakan mengunyah serta menggerakkan
mandibula ke kanan dan ke kiri
3. Jika terdapat tanda warna pada gigi maka dilakukan pengurangan dengan bor polish
pada daerah gigi yang ada warnanya
4. Ulang lagi tindakan no a, b dan c sampai tidak ada lagi warna pada permukaan giginya
VI. INTERPRETASI RADIOLOGI PADA JARINGAN PERIODONTAL

INTERPRETASI RADIOGRAF PERIAPIKAL KERUSAKAN JARINGAN


PERIODONTAL
Penyusun: drg Erwin Setyawan, Sp. RKG., drg Hartanti , Sp. Perio., drg. Ika Andriani,
Sp. Perio., MDSc., drg Indri Kurniasih, M.Med.Ed

Learning objective:
Mampu melakukan identifikasi bagian-bagian jaringan periodontal yang mengalami
kerusakan pada kasus penyakit periodontal
Alat bahan skills lab:
1. Laptop (dibawa oleh masing-masing mahasiswa)
2. Radiograf (disiapkan dalam flashdisk oleh tim skills lab)
Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan 10 radiograf kepada
mahasiswa untuk ditampilkan pada laptop masing masing (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba mengidentifikasi bagian jaringan periodontal
yang terlihat mengalami kerusakan (ada kelainan) secara radiografis. (40 menit)
6. Mahasiswa mengisi worksheet yang disediakan (15 menit)
7. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
8. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback

LANDASAN TEORI
Gambaran radiograf periodonsium normal :
• Kadang terlihat ada/tidak korteks (lamina dura) pada margin alveolar crest
• Terlihat selapis tipis ruang ligamen periodontal mengelilingi seluruh akar
• Ketinggian alveolar 0,5-2 mm; 2-3 mm
• Pada gigi posterior bentuk alveolar crest sejajar dgn garis antar CEJ
• Pada gigi anterior berbentuk lancip dgn batas yang jelas
A Normal.
B Early apical change – widening of the radiolucent periodontal ligament space (acute apical
periodontitis) (arrowed).
C Early apical change – loss of the radiopaque lamina dura (early periapical abscess)
(arrowed).

Gambaran radiograf yang bisa terjadi pada kondisi periodontitis adalah:


A. Periodontitis ringan; kehilangan korteks alveolar crest, pelebaran ligamen periodontal.
B. Periodontitis sedang dan terjadi kehilangan tulang alveolar secara horizontal.
C. Periodontitis berat dan terjadi kehilangan tulang alveolar secara horizontal dan
menyeluruh disertai keterlibatan furkasi.
D. Jika terjadi periodontitis berat yang disertai dengan kehilangan tulang alveolar sampai
apeks gigi disebut perio-endo lesion

Klasifikasi periodontitis secara radiograf


Early stage (I) : kehilangan tulang alveolar sampai 15% dari panjang akar, Probing
depth (PD) kurang atau sama dengan 4 mm
Stage II : kehilangan tulang alveolar 15-33% dari panjang akar, PD sampai 5
mm.
Stages III dan IV : kehilangan tulang alveolar sampai 2/3 dari panjang akar, PD 6 mm
atau lebih
Contoh ilustrasi periodontitis sebagai berikut:
Adanya pelebaran ligamen periodontal Adanya resorbsi tulang alveolar
Adanya keterlibatan tulang alveolar pada furkasi

Angular bone loss pada molar pertama dengan keterlibatan furkasi

Macam cara radiografi untuk jaringan Periodontal beserta Kekurangan dan kelebihan
tehnik radiologi sebagai pemeriksaan penunjang penyakit periodontal

Jenis ronsen Kelebihan Kekurangan

Periapical - - M
udah dilakukan dan eparahan kerusakan
praktis tulang akibat penyakit
- periodontal terkadang
T
elah banyak tersedia kurang diterlihat pada
radiologi periapical
-
ehilangan tulang
interdental terkadang
tidak terdieksi karena
kepadatan tulang pada
bagian bukal dan
lingual
-
eakuratan kurang dapat
diandalkan
-
ingkat tulang buccal,
lingual, dan furkasi
sulit dievaluasi dalam
radiografi
konvensional

Bite-wing - - b
ite wing menjadi urang terlihatnya
pilihan alternative bagian periapical dan
yang baik yang dapat ujung akar
memproyeksikan level
tulang dan jaringan
periodontal.
- p
royeksi film bite-wing
memungkinkan
evaluasi hubungan
antara puncak alveolar
interproksimal dan
CEJ tanpa distorsi.
- P
uncak tulang alveolar
mampu terlihat jelas.
CBCT - - M
emberikan gambaran asih jarang tersedia,
yang jauh lebih akurat jarang digunakan dan
tentang kerusakan mahal
tulang periodontal
- D
apat dilihat dari
berbagai arah
- M
engurangi risiko
superimposisi dan
perbesaran yang tidak
dapat dipresiksi
Worksheet identifikasi gambaran radiograf
Nama mahasiswa:
NIM:
Kelompok:

1. Radiograf 1 (nama kasus:


……………………………………………………………….)
Kerusakan /kelainan yang ditemukan:
a. Tulang alveolar: ada / tidak ada kelainan *
…………………………………………………………………………………………
……
…………………………………………………………………………………………
……
b. Ligament periodontal: ada / tidak ada kelainan *
…………………………………………………………………………………………
……
…………………………………………………………………………………………
……
c. Sementum: ada / tidak ada kelainan*
…………………………………………………………………………………………
……
…………………………………………………………………………………………
……
d. Lamina dura: ada / tidak ada kelainan*
…………………………………………………………………………………………
……
…………………………………………………………………………………………
……

*jika ada kelainan: deskripsikan gambaran radiografis yang tampak, detilkan lokasi adanya
kelainan

 Tiap Individu mahasiswa mengisi 10 worksheet identifikasi


VII. GINGIVEKTOMI

Learning objective:
Mampu melakukan tindakan gimgivektomi

Alat bahan skills lab:


1. Alat diagnosa
2. Probe periodontal
3. Pisau Kirkland
4. Pisau Orban
5. Pocket marker
6. Ultra sonic scaler (USS)
7. Semen spatule
8. Paper pad/ glass plate
9. Spuit/citoject dan pehacain
10. Larutan irigasi NaCL 0,9%
11. Pack periodontal
12. Vaselin/gliserin
13. Kassa
14. Povidon iodine

Langkah kegiatan:
1. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Mahasiswa duduk sesuai kelompok masing-masing dibimbing oleh 1 instruktur
3. Pretest (10 menit)
4. Instruktur menjelaskan alur kegiatan dan memberikan contoh cara melakukan
gingivectomi dan gingivoplasti (15 menit)
5. Mahasiswa secara mandiri mencoba melakukan gingivektomi dan gingivoplasti (40
menit)
6. Instruktur membimbing mahasiswa mendiskusikan hasil identifikasinya bersama
anggota kelompok skills lab yang lain
7. Instruktur mengklarifikasi hasil identifikasi mahasiswa dan memberikan feedback
Landasan Teori:
Prosedur operasi periodontal yang digunakan untuk merawat periodontitis kronis dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok:
1. prosedur yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi poket.
a. gingivektomi
b. gingivektomi bevel terbalik
c. reposisi flap apikal
2. prosedur yang ditujukan untuk mendapat ‘perlekatan ulang’, dengan atau tanpa
kondisioner asam sitrat.
Perlekatan ulang yang dimaksud adalah perlekatan epithelium jungsional yang panjang
terhadap akar gigi, bukan perlekatan jaringan ikat yang tidak dapat diperoleh dengan prosedur
perawatan bedah tersebut diatas.
Poket supraboni sederhana dapat dirawat dengan kedua prosedur tersebut (no 1 dan 2),
tergantung pada kasusnya. Poket infraboni kompoun perlu dirawat dengan cara prosedur flap.
Masalah kerusakan mukogingiva yang berhubungan dengan poket periodontal yang meluas ke
dekat atau ke bawah pertautan mukogingiva harus dirawat dengan flap reposisi apikal untuk
dapat memperbesar daerah perlekatan gingiva.

Gingivektomi yaitu memotong atau eksisi/incise gingiya enlargement


Indikasi:
1. adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang tetap ada walaupun
sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat berkali-kali, dan keadaan
di mana prosedur gingivektomi akan menghasilkan daerah perlekatan ginguva yang
adekuat.
2. adanya pembengkakan gingiva yang menetap di mana poket ‘sesungguhnya’ dangkal
namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva yang cukup besar. Bila jaringan
gingiva merupakan jaringan fibrosa, maka gingivektomi merupakan cara perawatan
yang paling cocok dan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
3. adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) di mana terdapat daerah
perlekatan gingiva yang cukup lebar.
4. flap perikoronal
Prosedur Gingivektomi:
1. Asepsis daerah kerja dengan Povidone Iodine
2. Anestesi tehnik infiltrasi lokasi pada lipatan mukosa bukal dan sublingual
3. Melakukan Bleeding Point atau Menandai poket dengan poket marker

4. Insisi eksternal bevel dengan sudut angulasi alat 45° pisau kirkland untuk daerah
vestibular

5. Insisi eksternal bevel dengan sudut angulasi 45° menggunakan pisau orban untuk
daerahinterdental

6. Melakukan Skaling dan Root Planning ataupun kuretase


Permukaan akar harus diperiksa untuk melihat adanya sisa deposit kalkulus
dengan cara alat kuret bagian yang tajam menghadap ke permukaan akar dan
permukaan akar dihaluskan (root planning).
7. Gingiva dapat dirampingkan dan dibentuk ulang kembali menggunakan skapel dan
gunting kecil (Gingiovoplasty)
8. Kasa steril dapat ditempatkan di atas luka untuk mengontrol perdarahan sehingga
dapat dipasang dressing periodontal pada daerah luka yang relatif sudah cukup kering.
9. Dressing periodontal
Dressing dibuka setelah 1 minggu. Luka diirigasi dengan air salin. Bila luka belum
terepitelisasi dengan baik dan masih rentan, maka dressing yang baru dipasang selama 1
minggu lagi.

PEMULIHAN SETELAH GINGIVEKTOMI


Luka jaringan ikat tertutup beku darah. Sel akan menutupi luka dalam waktu 7-14 hari
dan terkeratinisasi setelah 2-3 minggu. Pembentukan perlekatan epitel yang baru berlangsung
selama 4 minggu. Kebersihan mulut yang baik sangat diperlukan selama periode pemulihan
ini.

KETERBATASAN DAN KEKURANGAN GINGIVEKTOMI


1. Menimbulkan luka terbuka yang pulih melalui fase sekunder
2. Jaringan yang terbuang sebenarnya dapat digunakan untuk menutupi luka dan
pemulihan terjadi melalui proses primea
3. cacat tulang alveolar tidak terlihat, sehingga tidak dapat diperbaiki sepenuhnya
4. daerah perlekatan gingiva hilang
5. mahkota klinis memanjang, pada bagian anterior menimbulkan estetik yang buruk dan
kurang dapat diterima pasien. Pasien perlu diberitau sebelum operasi bahwa gigi geligi
setelah operasi akan terlihat lebih panjang
6. akar yang terbuka sangat sensitif yang sifatnya sementara

KELEBIHAN:
Mudah dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan pada sebagian besar kasus.
PERIODONTAL DRESSING
Periodontal dressing adalah suatu bahan yang digunakan untuk menutupi luka pasca
operasi periodontal.
Fungsi :
1. untuk melindungi luka dari iritasi
2. untuk menjaga agar daerah luka tetap dalam keadaan bersih
1. untuk mengontrol perdarahan
2. untuk mengontrol produksi jaringan granulasi yang berlebihan.
Dressing dapat mempercepat pemulihan dam menberikan kenyamanan pasca operasi.

Syarat Periodontal dressing :


1. tidak mengiritasi dan tidak merangsang terjadinya reaksi alergi
2. harus dapat dipasang cekat pada gigi-gigi dan jaringan
3. dapat tertahan cukup kuat
4. waktu pengerasan memungkinkan dressing dimanipulasi dengan mudah
5. dapat m,encegah akumulasi sisa makanan dan saliva
6. mempunyai sifat anti bakteri sehibngga dapat mencegah pertumbuhan bakteri
7. harus cukup keras sehingga tidak mudah bergeser
8. tidak mengganggu kenyamanan dan bicara
Dressing harus dipasang hati-hati sehingga dapat menutupi daerah luka dan mengisi
seluruh ruang intredental. Dressing harus dimuscle trimming dengan cara menggerakkan bibir,
pipi dan lidah, serta semua kelebihan dressing pada permukaan oklusal harus dibersihkan.

Macam periodontal dressing :


Ada 2 macam bahan yaitu berbahan dasar :
1. Eugenol pack (berbahan dasar eugenol): zinc-oxide eugenol
Powder: Zinc oxide, Rosin, Tannic
Liquid: minyak kacang 1 bagian dan eugenol 2 bagian

2. Non Eugenol pack (bebas eugenol):


Powder: Zinc oxide, Rosin, Zinc bacitracin
Liquid: Zinc oxid,Hydrogenated fat
misal :
a. Coe- pack (pack yg mengandung antimikrobia)
Tube 1: Mettalic oxide dan Lorothidol.
Tube 2: Non ionizing carboxylic acide dan Chlorothymol.
b. Peripak, Septopak
c. Cyanoacrylate pack
Terdiri atas N-butylcyanoacrylate dan dipakai dgn cara spray
atau drops. Polimerisasinya dari temperature yang hangat dan
tekanan.

Coe- pak

Coe pak yang digunakan adalah jenis regular. Siap digunakan setelah diaduk dalam waktu 3
menit. Konsistensi pengadukan adalah menyerupai pasta. Working time 10 – 15 menit,
menjadi keras dalam waktu 30 menit.

Aplikasi bukal Aplikasi bukal dan lingual


IX. SCALING MANUAL

Instrumen scaling dan kuretase diklasifikasikan sebagai berikut:


- Sickle scaler : untuk menghilangkan kalkulus supragingiva
- Kuret : untuk scaling subgingiva, root planing, dan mengambil lapisan jaringan
lunak pada poket
- Hoe, chisel, dan file scaler : untuk mengambil kalkulus subgingiva dan root
planing. Penggunaannya terbatas dibandingkan dengan kuret.
- Instrumen ultrasonic dan sonic : digunakan untuk scaling dan membersihkan
permukaan gigi, dan kuretase jaringan lunak pada dinding poket.
Terdapat 2 macam gerakan dasar dalam scaling dan root planing:
1) Gerakan eksplorasi : gerakan ini ditujukan untuk mencari letak deposit
subginginva. Mata pisau instrumen dilewatkan sepanjang permukaan akar atau
deposit kalkulus ke arah apikal hingga ke dasar poket.
2) Gerakan menarik : setelak kalkulus atau permukaan yang kasar ditemukan, sudut
instrumen dibuat 80 derajat terhadap permukaan alat dan kalkulus, dan dengan
hati-hati instrumen digerakkan ke arah oklusal sepanjang permukaan akar untuk
melepas kalkulus tersebut. Pengerokan ini terus dilakukan sampai permukaan akar
benar-benar halus.

Skaling adalah usaha untuk membersihkan semua deposit pada gigi, kalkulus
subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan noda warna gigi (stain). Skaling harus dilakukan
secara menyeluruh pada semua rahang sehingga gigi benar-benar dalam keadaan bersih bebas
dari kalkulus baik supragingiva, subgingiva, plak dan stain. Stain yang dapat dibersihkan
dengan skaling adalah stain ekstrinsik misalnya pewarnaan gigi karena merokok. Bila skaling
tidak dilakukan secara menyeluruh maka inflamasi akan menetap karena deposit gigi tidak
dibersihkan seluruhnya.
Teknik skaling hanya dapat dikuasai dengan latihan yang teratur. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk dapat melakukan teknik skaling secara efektif :
1. skaling harus dilakukan secara sistematis, pada seluruh regio gigi secara berurutan
sehingga tidak ada gigi yang terlewatkan.
2. Peralatan skaling atau scaler harus menggunakan jenis scaler yang tepat yaitu sesuai
dengan permukaan gigi yang akan dibersihkan, misalnya alat dengan mata pisau yang
besar dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus supragingiva, sedangkan alat
dengan mata pisau yang lebih kecil dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus
subgingiva.
3. Setiap gerakan alat harus bermakna dan efektif. Penggunaan alat yang tidak tepat
dapat menimbulkan luka goresan atau kerusakan pada gigi dan gingiva.

Gambar angulasi pisau kuret terhadap permukaan gigi.


Posisi yang kurang akurat dapat menyebabkan alat menjadi tidak efektif dalam
menghilangkan deposit. Posisi yang tidak tepat dapat melukai gingiva.
Jari-jari harus bertumpu pada gigi dengan kuat agar penggunaan alat dapat terkontrol.
Gerakan alat dapat dibagi menjadi dua fase :
a. Eksplorasi di mana batas apikal deposit dapat ditentukan.
Dalam membersihkan kalkulus subgingiva, prosedur ini adalah ini adalah
perkiraan dan hanya dapat dilakukan dengan berdasarkan pada sensasi tactile.
Gerakan eksplorasi harus dilakukan harus dilakukan dengan hati-hati namun
cukup kuat sehingga tidak merusak jaringan baik jaringan keras maupun
jaringan lunak.
b. Pencukilan untuk membersihkan deposit.
Gerakan ini dilakukan dengan ujung alat yang tajam akan tertekan pada
permukaan gigi dan alat digerakkan perlahan ke arah koronal dengan
membawa serta deposit bersamanya.
4. Permukaan gigi harus dibersihkan sehingga benar-benar bersih dan halus. Permukaan
dapat diperiksa dengan sonde untuk mendeteksi adanya sisa deposit.
Mahasiswa berpasangan melakukan pengukuran skor OHI-S, kemudian melakukan skaling
manual antar teman.
Tidak dilakukan disclosing dengan tujuan mahasiswa bisa membedakan debris dan kalkulus.

POSISI PADA PASIEN DAN MODEL GIGI

POSTERIOR BUKAL POSTERIOR PALATINAL


(SISI MESIAL) (SISI MESIAL)
POSTERIOR BUKAL POSTERIOR LINGUAL
(SISI DISTAL) (SISI DISTAL)

POSTERIOR BUKAL KIRI ANTERIOR


(SISI DISTAL)
X. SKALER ULTRASONIC
Skaler ultrasonik
Vibrasi ultrasonik, digunakan untuk membersihkan deposit gigi dan mengkuret
jaringan lunak. Vibrasi sekitar 25.000 Hz. Ujung khusus biasanya berbentuk seperti kuret,
digunakan bersama semprotan air dingin karena vibrasi dapat menimbulkan panas. Semprotan
air juga memberi efek deterjen yang membantu pembersihan.
Alat diaplikasikan pada gigi dengan gerak menyapu ringan. Berbeda dengan sensasi
tactile, sehingga perlu dijaga agat tidak terjadi tekanan yang terlalu besar. Dapat digunakan
untuk membersihkan stain dan kalkulus. Digunakan untuk membersihkan deposit
supragingiva dan subgingiva dan untuk menyempurnakan skaling yang dilakukan dengan alat
manual.

Persiapan alat dan bahan:


Alat USS: Ultrasonic scaler portable + tip universal, rubber cup/ brush
Pasta poles, povidone iodine, saliva ejector

Persiapan operator: APD level 3, cuci tangan 6 langkah WHO

Persiapan alat USS:


1. Menghidupkan ultrasonic scaler (alat keadaan on)
2. Memasang tip pada handpiece ultrasonic
3. Mengecek besar aliran air dan besar getaran alat yang diperlukan

Persiapan dan penatalaksanaan Scaling USS:


1. Berkumur povidone iodine / chlorhexidine
2. Alat scaler dipegang secara pens grap dengan tumpuan dan sandaran jari (sesuai regio)
3. Sisi samping tip scaler berkontak ringan tanpa tekanan pada permukaan gigi dan
kalkulus dengan gerakan horisontal , vertikal dan oblique dilakukan berulng-ulang
sampai bersih atau daerah gigi halus.
4. Tip scaler tidak boleh berada pada 1 titik terlalu lama
5. Eksplorasi menggunakan sonde untuk mengecek masih ada atau tidaknya kalkulus

Pemolesan gigi
Melakukan polishing dengan rubber cup dan pasta poles, dengan cara:
Aplikasikan pasta poles ke permukaan gigi dengan rubber cup, setelah itu rubber cup
digerakan memutar pada permukaan gigi menggunakan contra angle low speed.

Mahasiswa berpasangan melakukan pengukuran skor OHI, setelah skor OHI diperiksakan ke
dosen pembimbing kemudian dilakukan disclosing. Setelah itu mahasiswa melakukan skaling
ultrasonic antar teman. Setelah selesai skaling, dilakukan brushing sampai bersih.
XI. KURETASE

Kuretase adalah suatu perawatan penyakit periodontal dengan cara pengambilan atau
pengerokan jaringan nekrosis pada poket periodontal
Indikasi kuretase:
a. Poket dangkal – moderat (3-5mm)
b. Oedematous, inflamasi, non fibrotik
c. Kontur ginggiva relatif baik
d. Kontraindikasi bedah perio
e. Recall visit maintenance poket rekuren
f. Ditandai terbentuknya poket periodontal, resorpsi tulang alveolar, kogoyahan gigi
Kontra indikasi kuretase:
a. Dinding poket fibrotic
b. Poket yang dalam
c. Asessibilitas sulit

Persiapan Alat dan bahan:


Alat kuret gracey (nomor disesuaikan), alat diagnostik standar dan probe,
Bahan: spuit, anestesi, povidone iodine/chlorhexidine, cotton pellet, saline, aquadest

keterangan :
a.gambar dengan kode 1, 2,3 dan 4 untuk anterio
b.gambar dengan kode 5 dan 6 untuk anterior dan premolar
c.gambar dengan kode 7,8,9 dan 10 untuk posterior permukaan facial dan lingual
c.gambar dengan kode 11 dan 12 untuk posterior peermukaan mesial
d.gambar dengan kode 13 dan 14 untuk posterior permukaan distal

Istilah kuretase dalam periodontik berarti mengerok dinding gingiva pada poket
periodontal untuk menghilangkan jaringan lunak yang sakit. Kuretase meliputi kuretase
gingiva dan kuretase subgingiva. Kuretase gingiva terdiri dari pembersihan jaringan lunak
yang terinflamasi pada lateral dinding poket dan epitel junctional. Kuretase subgingiva
merupakan prosedur yang dilakukan pada apikal epitel junctional dan memotong perlekatan
jaringan ikat di bawah puncak tulang. 1,5

Kuretase menghilangkan jaringan granulasi terinflamasi kronis yang terbentuk pada


dinding lateral poket periodontal. Jaringan ini, selain terdiri dari komponen jaringan granulasi
(proliferasi fibroblastik dan angioblastik), juga terdiri dari area yang terinflamasi kronis dan
mungkin juga terdapat potongan-potongan kalkulus dan koloni bakteri yang dapat
menghambat proses penyembuhan.Jaringan granulasi terinflamasi ini dilapisi oleh epitelium
yang berpenetrasi ke dalam jaringan. Adanya epitelium ini diduga sebagai penghalang
perlekatan yang baru. Kuretase dibutuhkan untuk mengurangi attachment loss dengan
pembentukan perlekatan jaringan ikat yang baru.
Indikasi kuretase sangat terbatas. Kuretase dapat dilakukan setelah scaling dan root
planing untuk tujuan berikut:
1. Kuretase dapat dilakukan sebagai bagian dari usaha untuk membuat perlekatan baru
pada poket intraboni dengan kedalaman sedang yang berada pada lokasi yang dapat
dicapai.
2. Kuretase dapat dilakukan sebagai prosedur nondefinitif untuk mengurangi inflamasi
ketika teknik bedah (misalnya, flap) kontraindikasi pada pasien karena faktor usia,
sistemik, psikologis, atau faktor lainnya. Perlu dipahami bahwa pada pasien tersebut
tujuan untuk mengeliminasi poket dikompromiskan dan prognosisnya buruk.
3. Kuretase juga sering dilakukan pada kunjungan ulang, sebagai metode untuk
perawatan pemeliharaan pada area yang mengalami inflamasi dan poket yang rekuren,
terutama ketika tindakan bedah untuk mengurangi poket telah dilakukan sebelumnya.
Kuretase tidak menghilangkan penyebab inflamasi (yaitu plak bakteri dan deposit).
Kuretase harus selalu didahului dengan scaling dan root planing yang merupakan prosedur
dasar terapi periodontal. Penggunaan anastesi lokal untuk scaling dan root planing opsional,
namun kuretase gingiva selalu membutuhkan beberapa tipe anastesi lokal.
Kuretase dapat dilakukan dengan menggunakan kuret Gracey atau kuret
universal.Perbedaan kuret Gracey dan kuret universal yaitu:

Kuret Gracey Kuret Universal


- Bagian tajam hanya pada satu sisi - Bagian tajam pada kedua sisi
- Tersedia dalam satu set yang - Didesain agar dapat digunakan
masing-masing didesain untuk universal pada semua area dan
digunakan pada permukaan gigi permukaan gigi
tertentu: - Bagian yang tajam 90 o
#1-2 dan #3-4 untuk gigi anterior, terhadap pegangannya
#5-6 untuk gigi anterior dan
premolar, #7-8 dan #9-10 untuk
gigi posterior bagian fasial dan
lingual, #11-12 untuk gigi
posterior bagian mesial, #13-14
untuk gigi posterior bagian distal
- Bagian yang tajam dibevel 60-
70oterhadap pegangannya
Teknik dasar: Kuret dipilih dengan bagian yang tajam menghadap ke jaringan gingiva.
Instrumen dimasukkan ke lapisan dalam dinding poket, dan dibawa sepanjang jaringan lunak,
biasanya dengan gerakan horizontal. Dinding poket dapat didukung dengan tekanan ringan
menggunakan jari pada permukaan luarnya. Kemudian kuret diletakkan di bawah junctional
epitelium untuk mengeroknya. Pada kuretase subgingiva, jaringan yang melekat di antara
dasar poket dan alveolar crest dihilangkan dengan gerakan menyendok kuret terhadap
permukaan gigi. Area tersebut diirigasi untuk menghilangkan debris, dan jaringan diadaptasi
pada gigi dengan tekanan ringan menggunakan jari. Pada beberapa kasus, suturing pada
papilla yang terpisah dan aplikasi periodontal pack mungkin dibutuhkan.

Segera setelah kuretase, jendalan darah mengisi area poket dimana lapisan epitel
sudah hilang seluruhnya atau sebagian. Hemorrhagetampak pada jaringan dengan kapiler
yang dilatasi dan banyak PMNs pada permukaan luka. Kemudian diikuti dengan proliferasi
cepat jaringan granulasi dengan penurunan jumlah pembuluh darah kecil.
Studi menyatakan bahwa penyembuhan lapisan epitel poket diperkirakan berlangsung
dalam 5-12 hari, sementara penelitian lain menyatakan bahwa pemulihan dan epitelisasi
sulkus biasanya membutuhkan waktu 2-7 hari.
Setelah 1 minggu, gingiva tampak berkurang tingginya karena adanya pergerakan
margin gingiva ke apikal. Gingiva juga tampak lebih merah gelap dibanding normal tetapi
berkurang daripada sebelumnya. Setelah 2 minggu, dan dengan kebersihan mulut yang baik,
warna, konsistensi, tekstur permukaan dan kontur normal gingiva didapat dan margin gingiva
beradaptasi baik dengan gigi.
CARA KURETASE
Tahap Kuretase
1. Melakukan tindakan asepsis (berkumur/mengoles) intra dan ekstraoral
2. Melakukan tindakan anestesi infiltrasi
3. Scaling dan penghalusan akar
4. Alat kuret dimasukan kedalam poket sampai ke dasar poket, sisi tajam dihadapkan ke
jaringan lunak
5. Permukaan luar gingiva ditahan ringan mengunakan jari tangan yang tidak memegang
instrumen
6. Dilakukan kuretase dengan gerakan horizontal stroke pada dinding lateral poket
7. Pembersihan jaringan nekrotik pada JE dengan menempatkan kuret di apikal dari JE
(antara dasar poket dan puncak tulang alveolar) dengan gerakan menyekop
8. Ulangi beberapa kali, hingga jaringan granulasi terangkat ditandai dengan keluarnya
darah segar
9. Irigasi menggunakan larutan saline/aquadest
10. Kontrol pendarahan
11. Adaptasi jaringan gingiva ke permukaan gigi dengan menggunakan jari dengan
tekanan ringan

Letakkan jari untuk mendukung/menahan dinding poket dari permukaaan luar.


DAFTAR PUSTAKA
Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2005, Silabus Periodonti, Ed. 4, EGC,
Jakarta

JD Manson & BM Elley, 1993, Buku Ajar Periodonti, Hipokates, Jakarta

Nabers, CL, 1990, Periodontal Therapy, Decker Inc., Toronto Philadelphia

Newman, Takei, Klokkevold, Carranza, 2018, Carranza’s Clinical Periodontology 11 th


edition, Singapore

Pattison, AM, 1992, Periodontal Instrumentation, Prentice Hale Int., USA

Prayitno, S.W., 2003, Periodontal Klinik ; Fondasi KG masa depan, Balai


Penerbit FKUI, Jakarta.

Pedersen, GW, 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta

Soetomo, N., 1997, Kedokteran Gigi Pencegahan Bidang Studi Periodontologi,


Fakultas Pasca Sarjana, UGM, Yogyakarta

Waite, IM, 1989, Atlas Berwarna Bedah Periodontal, Hipokrates, Jakarta

Ward, A.L., Simring, M., 1988, Manual of Clonical Priodontic, C.V. Mosby
Company, London

Anda mungkin juga menyukai