OLEH :
KELOMPOK V
KELAS : B
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
1. YOLI NOPITA SARI (2130122160)
2. DINDA ASYSYIFA MEISY (2130122131)
3. WELI HASTUTI (2130122156)
4. M. HIDAYATURRIZKI (2130122138)
5. SONIA SEKARTAJI (2130122149)
6. ARIFAH NASIR (2130122124)
7. FITRIA FIRLIANI PUTRI (2130122134)
KELAS : B
Dosen Pengampu :
Apt. Elmitra, M. Farm
A. TUJUAN:
B. LANDASAN TEORI :
Viskometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu cairan.
Semakin majunya perkembangan zaman dan teknologi, jenis-jenis viskometer pun bervariasi
yang berguna untuk menunjang kehidupan manusia, khususnya di bidang industri.
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang
diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan dari suatu cairan
mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka berarti
viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air).Dan bila cairan itu mengalir lambat, maka
dikatakan cairan itu viskositas tinggi.Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran
cairan yang melalui tabung silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah
dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Menurut poiseulle, jumlah volume cairan
yang mengalir melalui pipa per satuan waktu (Dudgale.1986).
Viskometer Brookfield adalah jenis viskometer putar (rotasi) terdapat dalam berbagai
model berdasarkan rentang viskositasnya yaitu model : LV, RV, HA, dan HB. Viskometer ini
mengukur tenaga putaran (torque) yang diperlukan untuk memutarkan (spindle) yang
dicelupkan dalam cairan. Spindle digerakan oleh motor sinkron melalui pegas yang
terkalibrasi; refleksi pegas di tunjukan jarum penunjuk atau angka (peragaan digital).
Viskositas berbanding lurus dengan kecepatan spindle berotasi dan berkaitan dengan ukuran
dan bentuk (geometri) dari spindle. (Martin, 1993).
Viskometer Brookfield digunakan untuk mengukur tingkat viscositas dalam zat cair
yang memiliki volume kecil. Hanya dengan menggunakan sedikit sampel kecil, Dapat
menentukan laju geser (Shear Rate) dan tekanan geser (Shear stress).Viscometer Brookefield
dapat memberi hasil yang sangat presisi pada zat cair yang diuji. Hal ini yang menjadikan
Viscometer Brookefield sangat banyak dipakai di laboratorium kimia. Selain itu, Viscometer
Brookefield juga dapat menghemat waktu ketika proses mengisinya selama rentang masa
percobaan. Alat ini juga memiliki temperatur yang lebih stabil dibandingkan alat lainnya.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini yaitu sebagai berikut:
1. ukuran sample yang digunakan
2. ukuran partikel, jenis bahan, dan juga tinggi rendahnya tingkat viskositas
3. durasi waktu yang dibutuhkan untuk sampel untuk menstabilkan pada pelat sebelum
terbaca
4. kebersihan kerucut dan plat
5. Dipakai pada cone dan plate
6. tipe cone supaya hasilnya lebih akurat, (cone rentang yang lebih rendah memberikan
akurasi yang lebih tinggi).
7. Rate pada sampel
Prosedur Kerja Viskometer Brookfield
1. Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction Manual
2. Pilih standar viskositas yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10% hingga
100% dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih standard dengan nilai mendekati
10% dari Full Scale Range (FSR).
3. Masukkan sampel ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk mencapai suhu
yang sudah diatur.
4. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya muncul mulai dari cP dan % Torque.
Catatan :
Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil.
Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk
instrument cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
Pengukuran viskometer ini menggunakan pengukuran gaya punter sebuah rotor silinder
yang dicelupkan kedalam fluida. Bahan fluida ini diletakkan di dalam wadah sembari poros
yang direndam dalam fluida tersebut bergerak dan melakukan pengukuran viskositas. Selain
itu, ada pula jenis viskometer brookfield dengan sampel yang diletakkan diatas piringan
papan dan disesuaikan dengan posisi kerucut dibawah rotor.Rotor ini kemudian digerakkan
dengan berbagai macam kecepatan.Sampel fluida tersebut kemudian digeser di dalam ruang
sempit antara papan yang diam sembari rotor berputar.Beberapa hal yang mempengaruhi
akurasi alat ini yaitu ukuran sampel, kebersihan alat, jenis bahan, serta waktu yang
dibutuhkan untuk menstabilkan cairan sampel sebelum dapat terbaca oleh alat.
Brookfield ini adalah semakin kuat putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga
hambatannya semakin besar (Moechtar,1990) atau sampel ditempatkan ditengah-tengah
papan, dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucutdigerakkan oleh motor
denganbermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara papan yang
diam dankemudian kerucut yang berputar.
D. KESIMPULAN
Amir, Syarif.dr, dkk.2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Gaya Baru.
Ansel., 1989., “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”., UI Press., Jakarta.
Atkins., 1997., “Kimia Fisika”., Erlangga., Jakarta.
Basri, S.2003. “Kamus Lengkap Kimia”. Jakarta:Rineka Cipta.
Bird, T. 1994. Kimia Fisik untuk Universitas”. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Daintith, J.1994.” Kamus Lengkap Kimia”. Edisi Baru. Alih Bahasa : Suminar Achmadi,
Ph.D. Jakarta : Erlangga..
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gennaro, A. R., et all., 1990, Remingto’s Pharmaceutical Sciensces, Edisi 18th, Marck
Publishing Company, Easton, Pensylvania
Kosman, R., 2005 “ Farmasi Fisika”., UMI., Makassar
Lachman, Leon. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid III Edisi III. Jakarta: UI-
Press.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 2008. Farmasi Fisika 2 Edisi Ketiga . Jakarta :
UI Press.
Roth, Herman, J. (1988). Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM-Press.
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
1. YOLI NOPITA SARI (2130122160)
2. DINDA ASYSYIFA MEISY (2130122131)
3. WELI HASTUTI (2130122156)
4. M. HIDAYATURRIZKI (2130122138)
5. SONIA SEKARTAJI (2130122149)
6. ARIFAH NASIR (2130122124)
7. FITRIA FIRLIANI PUTRI (2130122134)
KELAS : B
Dosen Pengampu :
Apt. Elmitra, M. Farm
A. TUJUAN
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1 mampu menerangkan arti viskositas,
2 mengetahui cairan non newton,
3 menggunakan alat viskometer stromer.
B. LANDASAN TEORI
Viskositas merupakan ukuran kekentalan zat cair. Penentuan nilai viskositas sangat
diperlukan dalam penentuan sifat fisik cairan. Pengukuran viskositas secara umum
menggunakan hubungan antara viskositas dengan kecepatan aliran fluida dalam kapiler,
kecepatan bola di dalam fluida, dan kecepatan gerak rotary di dalam fluida, sehingga
muncul beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas cairan yaitu
metode bola jatuh, pipa kapiler, dan rotasi (Wilke, 1953).
Viskositas adalah karakteristik dasar dari suatu larutan. Saat suatu larutan
mengalir, larutan itu mempunyai hambatan internal untuk mengalir. Viskositas juga
diistilahkan sebagai sebuah gaya friksi dari suatu larutan. Viskositas ini merupakan
sebuah fungsi suhu dan tekanan. Viskositas dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
viskositas absolut atau dinamik dan viskositas kinematik. Viskositas dinamik adalah
gaya tangensial per satuan luas yang dibutuhkan untuk bergeser dari satu lapisan (A)
berlawanan dengan lapisan lain (B) dengan jarak tertentu. Gaya F menyebabkan lapisan
A dan B bergeser dengan kecepatan v1 dan v2.
x
η = σ
v
x = panjang
v = kecepatan
η
v=
ρ
Unit satuan umum yang digunakan untuk viskositas adalah poise (P) untuk
viskositas dinamik, Stokes (St) untuk viskositas kinematik. Dalam SI, satuan
viskositas dinamik adalah N.s/m2, Pa.s atau kg/m.s dimana N adalah Newton, Pa
adalah Pascal, dan 1 Pa.s = 1 N.s/m2 = 1 kg/m.s (Viswanath et al, 2007).
Koleske, J.V. 1995. Paint and Coating Testing Manual. Philadelphia : Ann Arbor
Martin, Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Edisi 3. Jakarta : UI-Press.
Viswanath, Dabir S., Tushar K. Gosh, Dasika H.L. pasad, Nidamarty V.K. Duth, Kalipatnatu
Y, Rani. 2007. Viscosity of Liquid : Theory, Estimation, Experiment, and Data.
Netherlands : Sphringer.
Wilke, Jurgen, Holger Kryk, Juta Hartmann, dan Dieter Wagner. 1953. Theory and Praxis of
Capillary Viscometry. USA : National Burreau of Standards.
LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI INDUSTRI
“VISKOMETER OSTWALD”
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
1. YOLI NOPITA SARI (2130122160)
2. DINDA ASYSYIFA MEISY (2130122131)
3. WELI HASTUTI (2130122156)
4. M. HIDAYATURRIZKI (2130122138)
5. SONIA SEKARTAJI (2130122149)
6. ARIFAH NASIR (2130122124)
7. FITRIA FIRLIANI PUTRI (2130122134)
KELAS : B
Dosen Pengampu :
Apt. Elmitra, M. Farm
A. Tujuan
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1 mampu menerangkan arti viskositas,
2 faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas
3 prinsip dan cara kerja dari viskometer Ostwald
B. LANDASAN TEORI
Istilah rheologi, berasal dari bahasa yunani rheo (mengalir) dan logos (ilmu), diusulkan
oleh Bingham dan Crawford (seperti dilaporkan oleh 1ischer) untuk menggambarkan aliran-
aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan
dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanan tersebut.
Seperti akan dijelaskan berikutnya, cairan sederhana (biasa) dapat dijelaskan dalam istilah
viskositas absolute. Akan tetapi, sifat-sifat reologi dispersi heterogen lebih kompleks dan
tidak dapat dinyatakan dengan suatu nilai tunggal (Martin, 1993).
Viskositas biasanya diterima sebagai “kekentalan” atau penolakan terhadap penuangan.
Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida kepada aliran dapat dipikir sebagai cara
untuk mengukur gesekan fluid. Prinsip dasar penerapan viskositas digunakan dalam sifat alir
zat cair atau rheologi. Rheologi merupakan ilmu tentang sifat alir suatu zat. Rheologi terlibat
dalam pembuatan, pengemasan atau pemakaian, konsistensi, stabilitas dan ketersediaan
hayati sediaan (Moechtar, 1990).
Viskositas merupakan ukuran kekentalan zat cair. Penentuan nilai viskositas sangat
diperlukan dalam penentuan sifat fisik cairan. Pengukuran viskositas secara umum
menggunakan hubungan antara viskositas dengan kecepatan aliran fluida dalam kapiler,
kecepatan bola di dalam fluida, dan kecepatan gerak rotary di dalam fluida, sehingga muncul
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas cairan yaitu metode bola
jatuh, pipa kapiler, dan rotasi (Wilke, 1953).
Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktu
yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untukmengalir melalui kapiler.
Banyak viskometer tabung kapiler telah dirancang, tatpi viskometer Ostwald dan ubblohde
adalah yang paling sering digunakan. Dalam mengkalibrasi viscometer tipe kapiler, perlu
dihitung konstanta viscometer k dengan rumus : (FI IV, hal 1037)
K = v / d.t
Keterangan :
v = kekentalan cairan yang diketahui (centipoise / cp)
d = bobot jenis cairan uji (gram / liter)
t = waktu alir cairan (detik), dari batas atas hinggabatas bawah dalam tabung
kapiler
a. Air suling
b. Alat Viskometer Ostwald
c. Pipet volume 10 mL
d. Stopwatch
e. Gelas Piala 400 mL
Cara Kerja
Viscometer Oswald untuk mengukur sampel yang encer atau kurang kental.
Berdasarkan persamaan poisseulle, dengan membandingkan wakltu alir cairan sampel
dan cairan pembanding menggunakan alat yang sama.
t aquadest t propilenglikol
0,78 detik 10,13 detik
0,75 detik 15,92 detik
0,68 detik 15,77 detik
Rata-rata: 0,74 detik Rata-rata: 13,94 detik
Tabel 1. Tabel waktu aquadest dan propilenglikol
t.
¿o
¿.o
Ket: air = 0,899cP
1,035 x 13,94
¿ 0,899 x
0,96 x 7,4
14,4279
¿ 0,899 x
7,104
¿ 1,8258 cP
1. Temperatur
Perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap viskositas cairan. Di mana
dengan naiknya suhu maka viskositas akan turun, begitu pula sebaliknya. Hal
tersebut disebabkan karena molekul-molekul zat cair akan memperoleh energi bila
terjadi pemanasan. Di mana molekul-molekul tersebut bergerak sehingga gaya
interaksi antar molekul menjadi melemah.
2. Tekanan
Tekanan juga dapat mempengaruhi viskositas dari cairan. Apabila tekanan
naik, maka viskositas cairan juga menjadi naik. Begitu pula sebaliknya, viskositas
cairan akan menjadi turun apabila tekanan turun.
3. Berat Dan Ukuran Molekul
Kenaikan viskositas dipengaruhi dengan naiknya ukuran dan berat dari
molekul. Di mana dengan naiknya molekul cairan maka viskositasnya juga menjadi
tinggi. Hal ini akan mempengaruhi laju aliran dari cairan tersebut sehingga menjadi
lambat.
4. Kehadiran Zat Lain
Ternyata dengan adanya penambahan zat lain pada suatu cairan akan
membuat viskositas menjadi naik atau turun. Akan tetapi, hal tersebut tergantung
dari bahan suspensinya apakah akan membuat cairan tersebut menjadi kental atau
menjadi lebih cair. Misalnya saja pada air yang ditambah dengan gula. Gula yang
laut pada air akan membuat air menjadi kental. Ini berarti viskositas air menjadi
naik. Berbeda dengan gliserin ataupun minyak. Apabila ditambahi air maka akan
menjadi encer mengikuti sifat air, yang berarti viskositasnya menjadi turun.
D. KESIMPULAN
1. Viskositas merupakan ukuran kekentalan zat cair, dimana faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya adalah :
2. Temperatur
3. Tekanan
4. Berat dan Ukuran Molekul
5. Kehadiran zat lain
2. Viskometer Ostwald adalah salah satu alat pengukur viskoitas suatu cairan yang berkerja
berdasarkan hukum Poiseuille.
3. Prinsip dan cara kerja dari viskometer Ostwal adalah menentukan Viskositas dari
cairan newton dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat
antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui amperter Ostwald. Waktu alir dari
cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda batas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins PW. 1994. Physical Chemistry. Ed ke-5. England: oxford Univ Pr.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Koleske, J.V. 1995. Paint and Coating Testing Manual. Philadelphia : Ann Arbor
Martin, Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Edisi 3. Jakarta : UI-Press.
Viswanath, Dabir S., Tushar K. Gosh, Dasika H.L. pasad, Nidamarty V.K. Duth, Kalipatnatu
Y, Rani. 2007. Viscosity of Liquid : Theory, Estimation, Experiment, and Data.
Netherlands : Sphringer.
Wilke, Jurgen, Holger Kryk, Juta Hartmann, dan Dieter Wagner. 1953. Theory and Praxis of
Capillary Viscometry. USA : National Burreau of Standards.
LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI INDUSTRI
“VISKOMETER HOOPLER”
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
1. YOLI NOPITA SARI (2130122160)
2. DINDA ASYSYIFA MEISY (2130122131)
3. WELI HASTUTI (2130122156)
4. M. HIDAYATURRIZKI (2130122138)
5. SONIA SEKARTAJI (2130122149)
6. ARIFAH NASIR (2130122124)
7. FITRIA FIRLIANI PUTRI (2130122134)
KELAS : B
Dosen Pengampu :
Apt. Elmitra, M. Farm
A. TUJUAN:
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai viskometer hoopler
2. Untuk mengetahui fungsi dari viskometer hoopler
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian penggunaan viscometer hoopler
4. Untuk mengetahui prinsip kerja viskometer hoopler
5. Untuk mengetahui cara kerja viskometer hoopler
B. LANDASAN TEORI :
Viskositas merupakan ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin besar
resistensi suatu zat cair untuk mengalir, maka semakin besar pula viskositasnya. Oleh
sebab itu, kekentalan suatu cairan sebanding dengan besar gaya yang dibutuhkan untuk
membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu (Martin et al., 2006). Karakteristik dari
viskositas ini sangat penting dalam proses industri untuk menentukan standar dari
kualitas produk. Hal ini tentunya akan membantu konsumen dalam memilih produk
yang kualitasnya terjamin.
Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik
menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul. Faktor utama terjadinya viskositas adalah karena adanya
interaksi antara molekul-molekul cairan. Dengan adanya viskositas, dapat menyebabkan
beberapa hal pada sediaan-sediaan farmasi, contohnya pada sediaan suspensi, tidak
boleh terlalu kental (viskositas tinggi) sehingga menyebabkan distribusi zat aktif tidak
merata pada seluruh cairan dan mengalami kesulitan pada saat penuangan. Selain itu
viskositas juga diterapkan pada sediaan mata, yang mana viskositas dinaikkan untuk
membantu menahan obat pada jaringan sehingga menambah efektivitas terapinya
(Ansel, 2005).
Pada viskometer hoopler yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola
untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi tertentu, dikarenakan adanya gravitasi benda
yang jatuh melalui medium yang berviskositas dengan kecepatan yang semakin besar sampai
mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan dicapai jika gaya gravitasi (g)
sama dengan gaya tahan medium (f) besarnya gaya tahan (frictional resistance) untuk benda
yang berbentuk bola stokes. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga respirok
sampel.
Pertama ukur diameter bola yang akan dijatuhkan ke dalam tabung viskometer
menggunakan mikrometer sekrup. Lalu timbang massa bola, lalu ukur panjang tabung
viskometer dari batas atas sampai batas bawah, setelah itu tentukan massa jenis masing-
masing cairan, lalu ukur temperatur viscometer hoppler, isi tabung dengan cairan sampel dan
dimasukkan bola, nyalakan stopwatch pada saat bola di batas atas lightbarrier. matikan
stopwatch pada saat bola di batas bawah lightbarrier catat waktu bola jatuh dari batas atas
sampai batas bawah, ulangi prosedur 7-9 sebanyak 10 kali berturut-turut, pada temperature
yang berbeda
tentukan viskositasnya dengan rumus lalu kemudian bandingkan nilai viskositas zat cair
dengan adanya perubahan suhu.
Suatu benda yang dijatuhkan bebas dalam suatu fluida kental, kecepatannya makin
besar sampai mencapai suatu kecepatan maksimum yang tetap. Kecepatan maksimum yang
tetap ini dinamakan kecepatan terminal. Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola
maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Bila
kita jatuhkan benda kecil berbentuk bola yang massa jenisnya lebih besar dari pada zat cair
yang diam,maka benda tersebut akan jatuh secara perlahan-lahan ( tenggelam ). Hal ini
disebabkan benda tersebut mendapat gaya gesek yang menentang arah pergerakan arah
tersebut, dimana arah gaya resultan yang ditimbulkannya terhadap benda akan selalu
mengarah ke atas. Besarnya gaya tersebut dapat diperoleh melalui rumus yang dikemukakan
oleh Stokes ( Hukum Stokes )
D. KESIMPULAN
1. Pada viskometer hoppler yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
bola untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi tertentu, dikarenakan adanya
gravitasi benda yang jatuh melalui medium yang berviskositas dengan kecepatan
yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.
2. Prinsip kerja dari viskometer hoppler adalah menggelindingkan bola yang terbuat
dari kaca atau besi melalui tabung gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang
diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
1. YOLI NOPITA SARI (2130122160)
2. DINDA ASYSYIFA MEISY (2130122131)
3. WELI HASTUTI (2130122156)
4. M. HIDAYATURRIZKI (2130122138)
5. SONIA SEKARTAJI (2130122149)
6. ARIFAH NASIR (2130122124)
7. FITRIA FIRLIANI PUTRI (2130122134)
KELAS : B
Dosen Pengampu :
Apt. Elmitra, M. Farm
A. TUJUAN
Untuk menentukan ukuran partikel dengan metode pengayakan.
B. LANDASAN TEORI
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi
koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang
partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop
optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan.
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk
mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-
partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran
ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari
sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab
ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap
efek fisiologisnya (Moehtar, 1990).
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang
kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata,
ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel
adalah ukuran diameter rata-rata. Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil
dari jumlah bahan besar (ditandai dengan jumlah dasar) suatu contoh yang representatif.
Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh
yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah
awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada
jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan
contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigh, 1994).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan
topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan
pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini
(mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970).Ukuran
dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat
ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis
tengah yang berarti.Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya
harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang
menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan,
volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah
suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang
diperiksa.Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel: Metoda optik,
metoda pengayakan dan metode sedimentasi.
Menurut metode U.S.P untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel tertentu
ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik. Nomor mesh menyatakan
banyaknya lubang dalam 1 inchi. Ayakan dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan
yang besar berarti ukuran partikel yang melewatinya juga berukuran besar. Sebaliknya
ayakan dengan nomor mesh besar memiliki lubang ayakan kecil berarti ukuran partikel yang
melewatinya kecil. Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel sesuai dengan
ukuran partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos ayakan pertama akan tersaring
pada ayakan kedua dan seterusnya hingga partikel itu tidak dapat lagi melewati ayakan
dengan nomor mesh tertentu.
Waktu pengayakan dilakukan selama lima menit karena waktu tersebut dianggap
waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila
waktu lebih dari lima menit dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumbukan sehingga
pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika
kurang dari lima menit partikel belum terayak sempurna.
Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika
pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang
seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak
terayak sempurna.
Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit
maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi
tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan demikian
partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili semua unsur
yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah keanekaragaman ukuran
partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang paling kasar.
Metode pengayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel secara
kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang prtikelnya kasar dibandingkan
dengan bahan lain yaitu menggunakan granul. Pada metode pengayakan ini digunakan 4
nomor ayakan yang berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan terendah sampai yang tinggi
diantranya nomor ayakan paling bawah, ayakan 425, 600 dan 710.
Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil
(yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang paling bawah) hal ini
ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan
nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran
partikel kecil.
Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin ini
digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya. Dalam percobaan ini
kecepatan mesin penggerak diatur 500 rpm ditujukan untuk menghindari pemaksaan partikel
besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel
kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intensitas penggoyangan
setengah dari kecepatan maksimum. Pada bagian paling atas ayakan dipasang penutup dari
mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan mesin,
misalnya tekanan udara diatasnya atau faktor lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang
bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya partikel kearah bawah.
Metode yang digunakan merupakan metode yang sangat sederhana karena cukup
singkat. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan ang diperoleh tidaklah seakurat
dengan metode secara mikroskopik. Dari data yang diperoleh zat sisa yang tertahan semakin
tinggi nomor mesh smakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci
semakin kecil lubangnya metode ini merupakan metode untuk mengetahui tingkat kehalusan
dari suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka
semakin kasar zat tersebut.
D. KESIMPULAN
a) Metode paling sedehana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan
pengayak standar menggunakan ayakan.
b) Metode pengayakan digunakan untuk pengukuran partikel diameter 50 nm-500nm.
c) Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran partikel berdasarkan nomor
mesh. Metode ini merupakan metode langsung karena ukuran partikel dapat dilihat
secara dua dan tiga dimensi.
d) Metode pengayakan digunakan untuk partikel yang mempunyai partikel atau ukuran
serbuk lebih besar atau kasar (granul).
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
1. DINDA ASYSFA MEISY (2130122131)
2. M. HIDAYATURRIZKI (2130122138)
3. WELI HASTUTI (2130122156)
4. SONIA SEKARTAJI (2130122149)
5. YOLI NOPITA SARI (2130122160)
6. ARIFAH NASIR (2130122124)
7. FITRIA FIRLIANI PUTRI (2130122134)
KELAS: B
Dosen Pengampu:
Apt. Elmitra, M. Farm
Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel oleh Dalla Valle dinamakan
“Mikromeritika”. Dispersi koloidal mempunyai sifat karakteristik yaitu partikel-partikelnya
tidak dapat dilihat di bawah mikroskop biasa, sedangkan partikel-partikel dari emulsi dan
suspensi farmasi serta serbuk-serbuk halus ukurannya berada dalam jarak panglihatan
mikroskop.
Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat kebanyakan
berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran partikel bahan
obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi
sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut.
Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasannya dari
bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan topikal.
Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik, dan
respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari produk itu.
Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting
dalam mencapai sifat alir yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan
serbuk pembagian system dispersi berdasarkan ukuran partikel serta aplikasi mikromeritik
di bidang Farmasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah
bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu
pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil
berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-
1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang
amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya
dipilih menurut program acak (Voigh, 1994).
2.2 Mikromiretik
Ilmu danteknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle.
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil.
Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran
luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah
ukuran diameter rata-rata.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada
dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar,
granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab
ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap
efek fisiologisnya (Moehtar, 1990).
Adapun pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:
Mikroskopis optik adalah metode yang digunakan untuk mengukur partikel yang
ukurannya berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm. sediaan yang diukur partikelnya
menggunakan metode ini yaitu suspensi dan emulsi. Menurut metode mikroskopis, suatu
emulsi atau suspensi, diencerkan dan dinaikan pada suatu slide. Di bawah mikroskop
tersebut, pada tempat dimana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan
ukuran partikel tersebut. Hasil yang terlihat dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah
layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur (Rudolf,1994).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa pada garis tengah yang diperoleh hanya dari
dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang
bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Untuk
jumlah yang di ukur menggunakan metode ini harus sekitar (300-500) partikel untuk
mendapatkan suatu perkiraan yang baik (Rudolf, 1994). Namun demikian pengujian
mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode
analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu
komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
2.4 Cara Menggunakan Mikrometer Okuler
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Cover glass
4. Pipet
5. Suspensi
3.2 Prosedur Kerja
a. Lakukan penerapan atau kalibrasi micrometer okuler untuk menentukan faktor
kalibrasinya setiap perbesaran yang dipakai
b. Siapkan mikroskop yang telah dilengkapi dengan micrometer okuler
c. Sediakan kertas grafik, sebagai micrometer pentas
d. Letakkan micrometer pentas di bawah lensa obyektif dan geserkan ke tengah
lapangan pandan mikroskop
e. Putar-putarlah okuler dan geserkan micrometer pentas sampai garis nolnya terletak
segaris dengan garis nol micrometer ocular
f. Mulailah dari garis nol sebelah kiri anda, arahkan pengamatan anda ke kanan, dan
carilah garis pada skala micrometer pentas
g. Hitunglah subskala pada kedua micrometer tersebut dimulai dari garis nol sampai
pada titik pertemuan garis micrometer ocular dengan garis micrometer pentas
3.3 Hasil dan Pembahasan Pengukuran Ukuran Partikel Sediaan Suspensi
Setelah dilakukan pengujian ukuran partikel terhadap sediaan suspensi dengan
menggunakan mikroskop didapatkan hasil sebagai berikut:
Berdasarkan gambar diatas diperoleh hasil perhitungan ukuran partikel sebagai berikut :
Series1 Jumlah
Berdasarkan grafik hubungan antara ukuran partikel dengan jumlah ukuran partikel
sediaan suspensi dapat diketahui bahwa jumlah partikel dengan diameter 12,5 µm lebih
banyak dibandingkan dengan diameter 25 µm, 37,5 µm dan 50 µm yaitu sejumlah 284. Hal
ini menunjukan bahwa semakin kecil diameter partikel semakin kecil ukuran partikel suatu
zat, begitu juga sebaliknya semakin besar diameter semakin besar ukuran partikel suatu zat.
Ukuran partikel suatu zat mempengaruhi terhadap jumlah partikel dan kecepatan suatu
partikel tersebut untuk mengendap. Semakin besar ukuran partikel, semakin sedikit jumlah
partikelnya dan semakin cepat partikel tersebut mengendap didalam suatu wadah. Begitu juga
sebaliknya, semakin kecil diameter partikel suatu zat, semakin banyak jumlah partikelnya dan
akan semakin luas permukaannya sehingga daya tekan keatas semakin besar, dan akan
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Mikroskopis optik merupakan metode yang digunakan untuk mengukur partikel yang
ukurannya berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm. sediaan yang diukur
partikelnya menggunakan metode ini yaitu suspensi.
2. Berdasarkan hasil pengukuran ukuran partikel dapat diperoleh hasil bahwa partikel
dengan diameter 12,5 µm (kecil) lebih banyak dibandingkan dengan diameter 50 µm
(besar) hal ini menunjukan bahwa sediaan suspensi tersebut memiliki ukuran partikel
yang baik. Semakin kecil ukuran partikel semakin luas permukaannya sehingga daya
tekan keatas semakin besar, dan akan memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap
4.2 Saran