Anda di halaman 1dari 31

PETA

KONSEP
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
 Meyakini kebenaran ketentuan waris berdasarkan syariat Islam
 Peduli kepada orang lain sebagai cerminan pelaksanaan ketentuan waris dalam Islam
 Menjelaskan ketentuan waris dalam Islam.
 Menjelaskan dalil-dalil tentang ketentuan waris dalam Islam.
 Mengidentifikasi ketentuan ketentuan waris dalam Islam.
 Mengidentifikasi hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
 Menjelaskan hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
 Menganalisis ketentuan ketentuan waris dalam Islam.
 Mengevaluasi ketentuan waris dalam Islam.
 Menganalisis hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
 Menyajikan paparan tentang ketentuan waris dalam Islam.
 Menyajikan paparan hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
 Mempraktikkan pelaksanaan pembagian waris dalam Islam
 Nabi Muhammad saw.. membawa hukum waris Islam untuk mengubah hukum waris jahiliyah yang
sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur kesukuan yang menurut Islam tidak adil. Dalam hukum waris
Islam, setiap pribadi, apakah dia laki-laki atau perempuan, berhak memiliki harta benda dari harta
peninggalan.
 Ilmu mawaris adalah ilmu yang diberikan status hukum oleh Allah Swt. sebagai ilmu yang sangat
penting, karena ia merupakan ketentuan Allah Swt. dalam firman-Nya yang sudah terinci
sedemikian rupa tentang hukum mawaris, terutama mengenai ketentuan pembagian harta warisan
(al-furud al-muqaddarah)
ً َْ ًْ ُ َ
 Warisan dalam bahasa Arab disebut ‫الميراث‬ ‫ ِميراثا‬, ‫ ِارثا‬, ‫ َي ِرث‬, ‫ َو َرث‬yang berarti berpindahnya
sesuatu dari seseorang kepada orang lain
 Adapun menurut istilah, warisan adalah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal
kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau
apa saja yang berupa hak milik legal secara syar’i.
 Syarat-syarat seseorang mendapatkan warisan (ahli waris) ada 3 hal :
1. Tidak ada penghalang
2. Kematian seseorang yang memebri warisan
3. Ahli waris itu hidup ketika yang memberi waris meninggal

 Sebab-sebab seseorang menerima warisan (ahli waris) ada 3 hal :


1. Karena keturunan
2. Karena pernikahan
3. Karena memerdekakan (Wala’)
 Sebab-sebab seseorang terhalang atau tidak menerima waris ada 3 juga :
1. Karena pembunuhan
2. Karena kekafiran (perbedaan agama)
3. Karena perhambaan
 Ilmu mawaris biasa disebut dengan ilmu fara’idh, yaitu ilmu yang membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
harta warisan, yang mencakup masalah-masalah orang yang berhak menerima warisan, bagian masing-masing dan cara
melaksanakan pembagiannya, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan ketiga masalah berikut ini yang harus ada :
1. Orang mati, yang disebut pewaris atau yang mewariskan,
2. Tirkah yaitu harta milik orang yang mati, dan
3. Ahli Waris yaitu satu atau beberapa orang hidup sebagai keluarga dari orang yang mati.
1 2
َ َّ ُ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ
َّ َ َ َ
َ َّ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ْ
‫ وتعلموا الفر ِائض وع ِلموه الناس‬، ‫تعلموا القرآن وع ِلموه الناس‬ ُ
َّ َ َ ٌ َ َ ْ ُ ٌَ ٌ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ ٌَ ََ ُ ْ ْ
‫ال ِعلم ثلاثة وما ِسوى ذ ِلك فهو فضل آية محكمة‬
َّ َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ ْ ْ َّ َ ٌ ْ ُ ْ َ ٌ ُ ْ َ
ٌ َ َ ٌ َ َ ْ َ ٌ َ َ ٌ َّ ُ ْ
َ
‫ ف ِإني امرؤ مقبوض و ِإن ال ِعلم سيقبض وتظهر ال ِفتن حتى‬،
َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ ِ
َ َْ َ ‫أو سنة ق ِائمة أو ف ِريضة ع ِادلة‬
‫ضي ِبها » « هذا‬ ْ َ ْ
ِ ‫ان من يق‬ ِ ‫ان ِفي الف ِريض ِة لا ِيجد‬ ِ ‫يخت ِلف ال ِاثن‬
ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ٌ ْ َ
‫ح ِديث ص ِحيح ال ِإسن ِاد ولم ْيخ ِرجه‬

“Pelajarilah al-Qur’an dan ajarkanlah ia kepada manusia, H μ μ a


dan pelajarilah al faraidh dan ajarkanlah ia kepada
manusia. Maka sesungguhnya aku ini manusia yang akan Kandungan ayat :
mati, dan ilmu pun akan diangkat. Hampir saja nanti akan  Kedua hadis tersebut menerangkan tentang
terjadi dua orang yang berselisih tentang pembagian harta hukum mempelajarai ilmu Faraidh
warisan dan masalahnya; maka mereka berdua pun tidak  Ilmu Faraidh adalah salah satu ilmu yang punah
menemukan seseorang yang memberitahukan pemecahan dari tengah-tengah ummat
masalahnya kepada mereka”.
(H.R. Ahmad)
3 4
َّ ٌ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ٰ َ ْ َ َ َ َّ ٌ ْ َ َ
‫لنسا ِۤء ن ِصيب ِّما‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ب‬ ‫ر‬‫ق‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫د‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬‫ال‬ ‫ك‬‫ر‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ّم‬ِ ‫ب‬ ‫ي‬‫ص‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ج‬ ‫لر‬ ‫ِل‬
ِ ِ َۖ ِ ِ ِ ِ ِ ........ ‫ فإن الولا ء لمن اعتق‬.........
ً ْ ُ ْ َّ ً ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َّ َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ٰ َ ْ َ َ َ
٧ ‫ترك الوالِد ِن والاقربون ِّما قل ِمنه او كثرۗ ن ِصيبا مفروًا‬

“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan


)‫(رواه البخارى‬
kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan “Sesungguhnya “wala’ itu milik orang yang
ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua memerdekakannya.”
orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak (QS. an-Nisaa’/4 : 7)
menurut bagian yang telah ditetapkan.”
(QS. an-Nisaa’/4 : 7)
Kandungan ayat : Kandungan ayat :
 Baik laki-laki maupun perempuan memiliki  Apabila ada hamba sahaya meninggal dan ia
bagian masing-masing dari warisan yang meninggalkan harta warisan, maka wala’ (harta
ditinggalkan kedua orang tua atau kerabat. warisan itu) itu milik orang yang
 Sedikit banyaknya harta warisan tidak menjadi memerdekakannya.
alasan untuk mengabaikan hukum waris
5 6
ُ ْ َ َُْ ْ َ ُْ َ َّ ُ َ َ ‫ُْ ْ ُ ُ ه‬
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian
َّ ْ َ ْ ْ ُ
‫ادكم ِللذك ِر ِمثل ح ِظ الانثيي ِنۚ ف ِان كن‬ ِ ‫يو ِصيكم اّٰلل ِف ْ ْٓي اول‬
warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki

َ‫َ ً َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َّ ُ ُ َ ا َما َت َر َكۚ َو ْن َك َان ْت َواح َد ًة َف َلها‬


sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu
‫ِنساۤء فوق اثنتي ِن فلهن ثلث‬
semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian
ِ ِ‫ا‬ mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak
َ َ ْ َ َ َ َّ ُ ُ ُّ َ ُ ْ َ ُ َََْ َ ُ ْ perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah
‫اح ٍد ِمنهما السدس ِّما ترك ِان كان‬ ِ ‫النصفۗ و ِلابوي ِه ِلك ِل و‬ ِ
ْ َ ُ ُ ُّ َ َّ
ُ َ ُ ٰ َ َ ٗ َ َ َّ ٌ َ ٗ ْ ُ َ ْ َّ ْ َ ٌ َ ٗ َ َ (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian
masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia
‫له ولدۚ ف ِان لم يكن له ولد وو ِرث ْٓه ابوه ف ِلا ِم ِه الثلثۚ ف ِان‬
َ َ ُ ُ َ ٌ ْ َ َ َ (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak
ْ ْ َ ْ َ
ُّ ‫كان ل ْٓه اخوة فلام ِه‬ ٗ
‫ن بع ِد َو ِصَّي ٍة ُّيو ِص ْي ِبهآْ ا ْو‬ ْۢ ‫السد ُس ِم‬
mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja),
ِ ِ ِ
َ
maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal)
ُ
ً ْ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ ُ ُّ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ ٰ ْ َ ُ mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
ۗ‫دي ٍنۗ اباۤؤكم وابناۤؤكمۚ لا تدرون ايهم اقرب لكم نفعا‬ (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat
ً ْ َ ً ْ َ َ َ َ ‫َ ْ َ ً َ ه َّ ه‬ yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang)
١١ ‫اّٰللۗ ِان اّٰلل كان ع ِليما ح ِكيما‬ ِ ‫ف ِريضة ِمن‬ orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”
(QS. an-Nisaa’/4 : 11)
7 8
“Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang
َ َ ْ َ ٌ َ َ َّ ُ َّ ْ ُ َ ْ َّ ْ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ ْ ُ َ َ
ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.
‫ولكم ِنصف ما ترك ازواجكم ِان لم يكن لهن ولدۚ ف ِان كان‬ Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu
َ َ َْ ْ ْ َ َّ ُ َ َ ٌَ َ mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah
ْ‫ن َبعد َوصَّية ُّيوصين بهآْ او‬ ْ ْْۢ ‫ُ ُّ ُب ُع ِّما ت َرك َن م‬ َ َّ ُ
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ‫لهن ولد فلكم الر‬ (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar)
ُ َ َ َ ْ َ ٌ َ ُ َّ ْ ُ َّ ْ َ
ْ‫الر ُب ُع َِّّما َت َرك ُت ْم ا ْن ل ْم َيكن لك ْم َولدۚ فان كان لكم‬ َ
utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
ُّ َّ ُ
‫دي ٍنۗ ولهن‬َ ْ
ِ ِ tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai

َْ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َّ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َّ ُ ُ ُّ َّ ُ َ َ ٌ َ َ
anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang
ۗ‫ن بع ِد و ِصي ٍة توصون ِبهآْ او دي ٍن‬ ْۢ ‫ولد فلهن الثمن ِّما تركتم ِم‬ kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau
ُ َ ٌ ْ ُ ْ َ ٌ َ ٗ َ َّ ٌ َ َ ْ َ ً َ ٰ َ ُ َ ْ ُّ ٌ ُ َ َ َ ْ َ (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang meninggal,
‫واِ ن كان رجل يورث كللة ا ِو امراة ول ْٓه اخ او اخت ف ِلك ِل‬ baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah
َ ُ َ َ ٰ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ ُّ َ ُ ْ
dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara
ُ َ ْ ُ ْ َ ْ
‫اح ٍد ِمنهما السدسۚ ف ِان كانوْٓا اكثر ِمن ذ ِلك فهم شركاۤء ِفى‬ ُ َ
‫و‬
ِ laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi
ً َّ َ َ ُ ََْ ْ َ َْ َ ُ ُّ masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.
ٰ ْ ُّ َّ َ ْ َ ْ
‫ن بع ِد و ِصي ٍة يوصى ِبهآْ او دي ٍنٍۙ غير مض ٍاۤرۚ و ِصية‬ ْۢ ‫ث ِم‬ ِ ‫الثل‬
Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka

َ ٌ ْ َ ُ‫َ ه َ ه‬
mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah
ٌ ْ
١٢ ۗ‫اّٰللۗ واّٰلل ع ِليم ح ِليم‬ ِ ‫ِمن‬ (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar)
utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris).
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha
Penyantun”. (QS. an-Nisaa’/4 : 12)
9 10
Kandungan ayat :
 QS. an-Nisaa’/4 : 11 dan 12 menjelaskan
tentang “DZAWIL FURUDH” yaitu orang-orang
yang berhak mendapatkan bagian waris dengan
bagian tertentu.
 Dzawil Furudh adalah ahli waris yang
mendapatkan bagian yang telah ditentukan oleh
Allah
 Bilangan bagian bagi dzawil furudh telah
ditentukan oleh Allah, seperti, (½ ¼ 𝟏⁄𝟖 𝟏⁄𝟑 𝟏⁄𝟔
𝟐⁄𝟑 Ashobah)
 Ada lagi kelompok yang berhak mendapat
bagian belas kasihan “DZAWIL ARHAM”. Mereka
adalah yang mendengar, hadir atau mengetahui
pembagian waris tersebut. Mereka mendapat
bagian sesuai dengan pemberian dari mereka
yang mendapat bagian tertentu. Mareka adalah
orang-orang dekat si mayit, akan tetapi tidak
masuk yang mendapat bagian tertentu. Seperti
pembantu, anak angkat, tetangga yang
membantu selama si mayit hidup dll
4 5

3 Bpk

9
Yang 6 7 8
mati
10
AHLI WARIS PEREMPUAN

Anak
1 Anak 6 Saudara sekandung
1 Laki-laki
2 Cucu dari anak laki-laki 7 Saudara sebapak
3 Ibu 8 Saudara seibu
2
4 Nenek dari Ibu 9 Istri
5 Nenek dari Bapak 10 Yang memerdekakan
4
-
3 10 11

14 12 13
Yang AHLI WARIS LAKI-LAKI
mati 1 Anak 6 Anak saudara sebapak
15 5 6 7 2 Cucu sampai ke bawah 7 Paman sekandung
3 Ayah 8 Paman sebapak
4 Kakek sampai ke atas 9 Anak paman sekandung
1 8 9 5 Saudara sekandung 10 Anak paman sebapak
6 Saudara sebapak 11 Suami
7 Saudara seibu 12 Yang memerdekakan
2 8 Anak saudara sekandung
6 KELOMPOK AHLI WARIS YG MENDAPATKAN BAGIAN TERTENTU
(Rincian menurut bagian-bagian tertentu)
NO. BAGIAN AHLI WARIS SYARAT
Jika tidak ada anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki
Suami
dari anak laki-laki
Anak Perempuan Jika tidak ada saudara laki-laki atau saudara perempuan
𝟏 Cucu perempuan Jika sendiri dan tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki
1 𝟐 Jika sendiri, tdak ada saudara laki-laki, bapak, anak, cucu
Saudara perempuan sekandung
laki-laki dari anak laki-laki
Jika sendiri, tdak ada saudara laki-laki, bapak, atau cucu
Saudara perempuan sebapak
laki-laki dari anak laki-laki
Jika tdak ada anak laki-laki, cucu laki-laki/perempuan dari
Suami
anak laki-laki
2 Jika tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki/perempuan dari
Istri
anak laki-laki
𝟏⁄𝟖 jika suami memiliki anak atau cucu laki-laki/perempuan
3 Istri satu atau lebih
dari anak laki-laki
NO. BAGIAN AHLI WARIS SYARAT
2 anak perempuan atau lebih Jika tidak ada anak laki-laki
2 cucu perempuan atau lebih dr Jika tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung
anak laki-laki
4 𝟐⁄𝟑 2 saudara perempuan Jika tidak ada saudara perempuan sebapak, atau tidak ada
sekandung atau lebih anak laki-laki/perempuan sekdandung atau sebapak
2 saudara prp sebapak atau Jika tdak ada saudara perempuan sekandung, atau tidak
lebih ada anak laki-laki/perempuan sekandung/sebapak
Jika tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki/perempuan dari
ibu anak laki-laki, tidak memiliki dua saudara atau lebih, baik
laki-laki atau perempuan.
Dua saudara seibu atau lebih, Jika tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu laki-
5 𝟏⁄𝟑 baik laki-laki atau perempuan laki atau perempuan dari anak laki-laki.
jika bersama dua orang saudara kandung laki-laki, atau
empat saudara kandung perempuan, atau seorang saudara
Kakek
kandung laki-laki dan dua orang saudara kandung
perempuan
NO. BAGIAN AHLI WARIS SYARAT
Jika memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki, saudara laki-
Ibu laki atau perempuan lebih dari dua yang sekandung atau
sebapak atau seibu.
Jika tidak memiliki ibu dan hanya ia yang mewarisinya. Jika
Nenek
neneknya lebih dari satu, maka bagiannya dibagi rata
bapak Mutlak tanpa syarat
Kakek jika tidak ada bapak.
6 𝟏⁄𝟔
Saudara seibu, baik laki-laki Jika tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu
atau perempuan perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki
Cucu perempuan dari anak jika bersama dengan anak perempuan tunggal; tidak ada
laki-laki saudara laki-laki, tidak ada anak laki-laki paman dari bapak.
jika ada satu saudara perempuan sekandung, tidak memiliki
Saudara perempuan sebapak saudara laki-laki sebapak, tidak ada ibu, tidak ada kakek,
tidak ada anak laki-laki
(Rincian dari 6 kelompok di atas bukan menurut bagian)
No.
NAMA BAGIAN KETERANGAN No. DALIL TERHALANG oleh
URUT
𝟏 bila Seorang
𝟐
Anak 𝟐 bila
1. 𝟑 Dua orang/lebih Tidak ada
Perempuan
A bila Dengan anak laki-laki
𝟏 bila Seorang
𝟐
𝟐 bila Dua orang/lebih Anak laki-
Cucu 𝟑
2. laki/perempuan
Perempuan 𝟏 bila Dengan seorang anak perempuan
𝟔 dua orang/lebih
A bila Dengan cucu laki-laki
𝟏
𝟑 harta bila Tidak ada anak/cucu
𝟏 sisa
𝟑 bila Dengan ayah, suami/istri
3. Ibu Tidak ada
𝟏 bila Ada anak atau cucu
𝟔
𝟏 bila Dengan saudara dua orang/lebih
𝟔
No. No. TERHALANG
NAMA BAGIAN KETERANGAN
Urut DALIL oleh
4. Nenek dari Ibu 𝟏 bila Ibu
𝟔
Ada anak cucu/tidak
5. Nenek dari Ayah 𝟏 bila Ibu/Ayah
𝟔
𝟏 bila Seorang
𝟐
𝟐 bila Dua orang/lebih
Saudara 𝟑
A bila
Anak laki-
6. Perempuan Dengan saudara laki-laki sekandung
laki/ayah
sekandung A bila Dengan anak perempuan
A bila Dengan kakek
𝟏 bila Seorang
𝟐 Anak laki-
𝟐 bila Dua orang/lebih laki/ayah/sauda
𝟑
ra laki-laki
Saudara 𝟏 bila Dengan seorang saudara perempuan sekandung
𝟔 sekandung/sau
7. Perempuan
A bila Dengan saudara laki-laki sebapak dara
sebapak perempuan
A bila Dengan anak perempuan sekandung dua
A bila Dengan kakek orang/lebih
No. No. TERHALANG
NAMA BAGIAN KETERANGAN
Urut DALIL oleh
Saudara laki-laki 𝟏 bila Seorang
𝟔 Ayah/kakek/an
8. atau perempuan
seibu
𝟏
𝟑 bila Dua orang/lebih ak/cucu
𝟏 bila Tidak ada anak/cucu
𝟐
9. Suami Tidak ada
𝟏 bila Ada anak/cucu
𝟒
𝟏 bila Tidak ada anak/cucu
Istri 𝟒
10. Tidak ada
seorang/lebih 𝟏
𝟖 bila Ada anak/cucu
𝟏 bila
11. Ayah 𝟔 A Tidak ada
𝟏
Ada anak/cucu
12. Kakek dari ayah 𝟔 A bila Ayah

Catatan :
a. Ayah/ kakek mendapat bagian 1/6 + Ashabah bila masih ada sisa
b. Ahli waris yang terhalang maka tidak mendapat warisan
c. Ashabah adalah sisa harta warisan (tirkah), setelah pembagian terhadap yang mendapat bagian tertentu selesai
SUSUNAN ASHABAH
1. Anak laki-laki 8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
2. Cucu laki-laki 9. Paman sekandung
3. Ayah 10. Paman sebapak
4. Kakek dari ayah 11. Anak paman sekandung
5. Saudara laki-laki sekandung 12. Anak paman sebapak
6. Saudara laki-laki sebapak 13. Laki-laki/ perempuan yang memerdekakan
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
Catatan :
a. Ahli waris ashabah adalah perolehan bagian dari harta warisan yang tidak ditetapkan bagiannya dalam furμd yang enam
(1/2, 1/4, 1/3, 2/3, 1/6, 1/8), tetapi mengambil sisa warisan setelah dzawil furμd mengambil bagiannya. Ahli waris ashabah
bisa mendapatkan seluruh harta warisan jika ia sendirian, atau mendapatkan sisa warisan jika ada ahli waris lainnya, atau
tidak mendapatkan apa-apa jika harta warisan tidak tersisa
b. Dalil HR. Bukhari : َ َ َ َ َ
ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
َ َ َ
‫ فما ب ِق َي ف ِه َي ِلأ ْولى َرج ٍل ذك ٍر‬،‫أ ِلحق ْوا الف َر ِائض ِبأه ِل َها‬
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berikanlah bagian fara’idh (warisan yang telah
ditetapkan) kepada yang berhak, maka bagian yang tersisa bagi pewaris lelaki yang paling dekat (nasabnya).” (H.R. Bukhari)
c. Ashabah yang paling dekat yang mendapat, sedangkan yang lain terhalang (mahjub) Misalkan bila ada ashabah nomor satu,
maka secara otomatis ashabah nomor dua tidak mendapat (terhalang), dan seterusnya.
d. Kecuali ayah dan kakek, bila ada anak atau cucu, mereka mendapat 1/6 (tidak mahjub). Begitu pula kakek, apabila bersama
saudara sekandung atau saudara sebapak, maka kakek boleh memilih yang pada dasarnya menguntungkan pihak kakek :
 Sama derajatnya dengan saudara laki-laki sekandung atau sebapak
 Kakek mengambil bagian 1/6
e. Bila salah seorang di antara ahli waris didapati seorang diri, maka berhak mendapatkan semua harta warisan, namun bila
bersama aºh±bul furμd, ia menerima sisa bagian dari mereka. Dan bila harta warisan habis terbagi oleh aºh±bul furμd, maka
ia tidak mendapatkan apa-apa dari harta warisan tersebut.
f. Contoh-contoh kasus ASHABAH
 Ahli waris ‘ashabah mengambil seluruh harta warisan, jika ia sendiri atau tidak ada ahli waris lain. Seseorang wafat
meninggalkan seorang anak laki-laki maka seorang anak laki-laki memperoleh seluruh harta ashabah
 Ahli waris ‘ashabah mengambil sisa warisan setelah ahli waris furμd. Contohnya Seorang wafat meninggalkan istri, anak
perempuan, ibu dan paman. Istri memperoleh 1/8 berdasarkan ketentuan furμd. Anak Perempuan memperoleh 1/2
berdasarkan ketentuan furμd. Ibu memperoleh 1/6 berdasarkan ketentuan furμd. Paman memperoleh sisanya secara
‘ashabah. Jika harta warisan tidak tersisa, ahli waris ‘ashabah tidak mendapatkan apa-apa.
g. Ahli waris ‘ashabah terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
 Ashabah binnasab (hubungan nasab), terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
 Ashabah bi an-nafsi, yaitu semua ahli waris laki-laki (kecuali suami, saudara laki-laki seibu, dan mu’tiq yang
memerdekakan budak), mereka adalah sebagai berikut.
PEMBAGIAN KELOMPOK ASHABAH
1. Ashabah binnasab (hubungan nasab)
Ashabah bi an-nafsi, yaitu semua ahli waris laki-laki (kecuali suami, saudara laki-laki seibu, dan mu’tiq
a.
yang memerdekakan budak).
1) Arah anak, mencakup seluruh anak laki-laki keturunan anak lakilaki,mulai cucu, cicit dan seterusnya.
2) Arah bapak, mencakup ayah, kakek dan seterusnya dari pihak laki-laki, misalnya ayah dari bapak, ayah dari
kakek, dan seterusnya.
3) Arah saudara laki-laki, mencakup saudara kandung laki-laki, saudara laki-laki seayah, termasuk keturunan
mereka, namun hanya yang laki-laki. Adapun saudara laki-laki seibu tidak termasuk, karena termasuk aŝhabul
furūd.
4) Arah paman, mencakup paman kandung dan paman seayah, termasuk keturunan mereka dan seterusnya.
Ashabah bil ghair, hak ‘ashabah bukanlah karena kedekatan kekerabatan mereka dengan pewaris,
b.
tetapi karena adanya ‘ashabah lain (‘ashabah bin nafsih). Ini ada 4 golongan semuanya perempuan
1) Anak perempuan bisa menjadi ‘a£abah bila bersama dengan saudara laki-lakinya.
Cucu perempuan keturunan anak laki-laki bisa menjadi ‘a£abah bila bersama dengan saudara laki-lakinya
2)
atau anak laki-laki pamannya (cucu laki-laki dari anak laki-laki), baik yang sederajat dengannya atau bahkan
lebih di bawahnya.
3) Saudara kandung perempuan akan menjadi ‘a£abah bila bersama dengan saudara kandung laki-laki.
4) Saudara perempuan seayah akan menjadi ‘a£abah bila bersama dengan saudara laki-laki.
b. Ashabah ma’al gair, ashabah bersama yang lain
Saudara perempuan sekandung satu orang atau lebih berada bersama dengan anak perempuan satu atau
1) lebih atau bersama putri dari anak laki-laki satu atau lebih atau bersama dengan keduanya.
2) Saudara perempuan seayah satu orang atau lebih bersama dengan anak perempuan satu atau lebih atau
bersama putri dari anak laki-laki satu atau lebih atau bersama dengan keduanya.

2 Ashabah bissabab (karena Sebab) orang-orang yang membebaskan budak, baik laki-laki atau perempuan.
Jika semua ahli waris laki-laki berkumpul, maka yang berhak mendapatkan warisan hanyalah 3 orang yaitu: ayah,
a. anak-laki-laki dan suami, dengan pembagian ayah 1/6, suami 1/4 dan sisanya adalah anak laki-laki (‘ashabah).
Jika semua ahli waris perempuan berkumpul, maka yang berhak mendapatkan warisan adalah 5 orang yaitu: istri
b. 1/8, ibu 1/6, anak perempuan ½, dan sisanya saudara perempuan sekandung sebagai ‘ashabah.
Jika terkumpul semua ahli waris laki-laki dan perempuan, maka yang berhak mendapatkan warisan lima orang: ibu,
c. bapak, anak laki-laki, anak perempuan, suami/istri
Jika pada ahli waris tersebut ada istri, maka bagian ayah 1/6, ibu 1/6, istri 1/8, dan sisanya anak laki-laki dan
1)
perempuan sebagai ‘ashabah (ketentuan anak laki-laki dua kali lipat)
Jika pada ahli waris tersebut ada suami, maka bagian ayah 1/6, ibu 1/6, suami 1/4 dan sisanya anak laki-laki
2)
dan perempuan sebagai ‘ashabah (ketentuan anak laki-laki dua kali lipat)
1. Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp.180.000.000,00.
2. Ahli warisnya terdiri atas istri, ibu dan 2 anak laki-laki.
3. Pembagian bagian Isteri 1/8, Ibu 1/6 dan 2 anak laki-laki ‘a£abah.
4. Asal masalahnya dari 1/8 dan 1/6 (KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan
penyebut 8 dan 6) adalah 24.
5. Maka pembagiannya adalah:
a. Istri : 1/8 x 24 x Rp. 180.000.000,00 = Rp. 22.500.000,00
b. Ibu : 1/6 x 24 x Rp. 180.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
c. Dua anak laki-laki : Rp. 180.000.000,00 – Rp. 52.500.000,- = Rp.127.500.000,00
Masing-masing anak laki-laki memperoleh mawaris sebesar = Rp. 127.500.000,00 : 2 =
Rp.63.750.000,00
1. Penghitungan dengan menggunakan ‘aul.
2. Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp. 42.000.000.
3. Ahli warisnya terdiri atas suami dan 2 saudara perempuan sekandung.
4. Pembagian hasilnya adalah sebagai berikut.
a. Bagian suami 1/2 dan bagian dua saudara perempuan sekandung 2/3.
b. Asal masalahnya dari 1/2 dan 2/3 (KPK= Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut
2 dan 3) adalah 6, sementara pembilangnya adalah 7, maka terjadi 7/6.
c. Untuk penghitungan dalam kasus ini harus menggunakan ‘aul, yaitu dengan menyamakan
penyebut dengan pembilangnya. (aulnya:1), sehingga masing-masing bagian menjadi.
d. Suami mendapatkan : 3/7 × Rp. 42.000.000=Rp.18.000.000,00
e. Dua saudara perempuan sekandung : 4/7 × Rp. 42.000.000=Rp.24.000.000,00
1. Penghitungan dengan menggunakan rad.
2. Seorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar 120.000.000.
3. Ahli warisnya terdiri dari ibu dan seorang anak perempuan.
4. Pembagian hasilnya adalah sebagai berikut.
a. Bagian ibu 1/6 dan bagian satu anak perempuan adalah 1/2.
b. Asal masalahnya dari 1/6 dan 1/2 (KPK dari bilangan penyebut 6 dan 2) adalah 6.
c. Maka bagian masing-masing adalah 1/6 dan 3/6. \
d. Dalam hal ini masih tersisa harta waris sebanyak 2/6.
e. Untuk penghitungan dalam kasus ini harus menggunakan rad, yaitu membagikan kembali harta waris yang tersisa
kepada ahli warisnya.
f. Jika dilihat bagian ibu 1/6 dan satu anak perempuan 3/6, maka perbandingannya adalah 1:3, maka 1/6 + 3/6 = 4/6,
dijadikan 4/4 dengan perbandingan 1:3, maka hasilnya adalah.
g. Ibu mendapatkan : 1/4 × Rp.120.000.000,00 = Rp.30.000.000,00
h. Satu anak perempuan mendapatkan : 3/4 × Rp.120.000.000,00 = Rp.90.000.000,00
CARA NORMAL
No. NAMA PEWARIS KPK/Pokok Masalah 12
1 Istri 1/4 3 24.000/12 x 3 bagian Rp. 6.000.-
2 1 saudara seibu 1/6 2 24.000/12 x 2 bagian Rp. 4.000,-
3 Ibu 1/3 4 24.000/12 x 4 bagian Rp. 8.000,-
4 Paman sekandung A 3 24.000/12 x 3 bagian Rp. 6.000.-
Jumlah 12 Jumlah Rp. 24.000,-

Anda mungkin juga menyukai