Anda di halaman 1dari 9

GENDER DALAM ISLAM

KELOMPOK 7

Suci Ramadani B (10900121086) Nur Alia Idrus


(10900121082)
A. Pengertian Kewarisan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata waris berarti Orang yang berhak
menerima harta pusaka dari orang yang telah meninggal. Di dalam bahasa Arab kata waris berasal dari
kata
‫ورث(ا‬-‫يرث‬-‫ ورث‬yang artinyaadalah Waris. Contoh, ‫ ورث اب(اه‬yang artinya Mewaris harta(ayahnya).
Waris menurut hukum Islam adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang
ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya dan juga berbagai aturan
tentang perpidahan hak milik, hak milik yang dimaksud adalah berupa harta, seorang yang telah
meninggal dunia kepada ahli warisnya. Dalam istilah lain waris disebut juga dengan fara‟id. Yang
artinya bagian tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada semua yang berhak menerimanya dan
yang telah di tetapkan bagianbagiannya. Adapun beberapa istilah tentang waris yaitu :
1. Waris
2. Mawarrits
3. Al-Irts
4. Waratsah
5. Tirkah
Surah An - Nisa Ayat 7 :

‫ۤا‬
‫ِللِّر َج اِل َنِص ْيٌب ِّم َّم ا َتَر َك اْلَو اِلٰد ِن َو اَاْلْقَر ُبْو َۖن َو ِللِّنَس ِء َنِص ْيٌب ِّم َّم ا َتَر َك اْلَو اِلٰد ِن‬
‫َو اَاْلْقَر ُبْو َن ِمَّم ا َقَّل ِم ْنُه َاْو َك ُثَر ۗ َنِص ْيًبا َّم ْفُر ْو ًض ا‬
Terjemahan
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada
hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bagian yang telah ditetapkan.

Ayat di atas menjelaskan bahwa: “bagiseorang laki-laki maupun perempuan ada nasib dariharta peninggalan
orang tuanya atau dari karibkerabatnya, kata nasib dalam ayat tersebut dalamarti saham, bagian atau jatah dari
harta peninggalansipewaris.
Surah An - Nisa ayat 176:

‫َيْسَتْفُتوَنَك ُقِل ٱُهَّلل ُيْفِتيُك ْم ِفى ٱْلَك َٰل َلِةۚ ِإِن ٱْم ُر ٌؤ ۟ا َهَلَك َلْيَس َل ۥُه َو َلٌد َو َل ٓۥُه ُأْخ ٌت َفَلَها ِنْص ُف َم ا َتَر َك ۚ َو ُهَو َيِر ُثَهٓا‬
‫ِإن َّلْم َيُك ن َّلَها َو َلٌد ۚ َفِإن َك اَنَتا ٱْثَنَتْيِن َفَلُهَم ا ٱلُّثُلَثاِن ِمَّم ا َتَر َك ۚ َو ِإن َك اُنٓو ۟ا ِإْخ َو ًة ِّر َج ااًل َو ِنَس ٓاًء َفِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ‬
‫ٱُأْلنَثَيْيِن ۗ ُيَبِّيُن ٱُهَّلل َلُك ْم َأن َتِض ُّلو۟ا ۗ َو ٱُهَّلل ِبُك ِّل َش ْى ٍء َع ِليٌۢم‬

Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu
tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara
perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak;
tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh
yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka
bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan
(hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Orang-orang bertanya kepadamu (wahai rasul), tentang hukum warisan dari kalalah, yaitu orang yang
meninggal tanpa meninggalkan seorang anak atau ayah. Katakanlah, ”Allah akan menerangkan hukum
kepada kalian tentang itu; yaitu apabila ada seorang lelaki meninggal, tanpa memiliki anak atau ayah,
sedangkan dia mempunyai saudara perempuan seayah dan seibu, atau seayah saja, maka baginya
setengah dari harta warisan itu. Dan saudara lelaki sekandungnya atau seayah akan mewarisi seluruh
harta warisannya, bila wanita itu meninggal dalam keadaan tidak memiliki anak dan ayah. Dan jika
orang yang mati dalam keadaan kalalah itu memiliki dua saudara perempuan,maka bagi mereka berdua
bagian dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan apabila ada saudara-saudara laki-laki bersama
saudara-saudara perempuan itu, maka bagi seorang lelaki sebanyak bagian dua perempuan dari saudara-
saudara perempuan nya. Allah menjelaskan bagi kalian pembagian harta warisan dan hukum kalalah,
supaya kalian tidak tersesat dari jalan kebenaran dalam perkara pembagian warisan. Dan Allah Maha
mengetahui kesudahan-kesudahan perkara-perkara dan segala sesuatu yang membawa kebaiakan bagi
hamba-hambaNya.”
Ada beberapa hadits Nabi‫ ﷺ‬yang menjelaskan tentang ketentuan pembagian warisan, di
antaranya adalah sabda beliau ‫ﷺ‬
: ‫َأْلِح ُقْو ا اْلَفَر اِئَض ِبَأْهِلَها َفَم ا َبِقَي َفُهَو َأِلْو َلى َر ُج ٍل َذ َك ٍر‬

“Berikanlah harta warisan kepada orang yang berhak menerimanya, sedangkan sisanya untuk
kerabat laki-laki yang terdekat.”

Dalam hadits ini Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan supaya pembagian warisan dimulai dari
Ashabul Furudh, yaitu ahli waris yang mendapatkan jatah tertentu (setengah, seperempat,
seperdelapan, dua pertiga, sepertiga, atau seperenam), kemudian jika ada sisa maka diberikan
kepada kerabat laki-laki yang terdekat.
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda :
‫اَل َيِر ُث اْلُم ْس ِلُم اْلَك اِفَر َو اَل اْلَك اِفُر اْلُم ْس ِلَم‬

“Seorang muslim tidak mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak mewarisi orang muslim.”

‫ال َيَتواَر ُث َأْهُل ِم َّلَتْيِن‬


“Orang yang berbeda agama tidak saling mewarisi.”

Kedua hadits tersebut merupakan dalil yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan
pewarisan antara dua orang yang berbeda agama. Misalnya seorang muslim tidak bisa menerima
warisan dari kerabatnya yang baragama nasrani, dan orang nasrani pun tidak bisa menerima
warisan dari kerabatnya yang muslim. Demikian pula sesama orang kafir tidak saling mewarisi
jika agamanya berbeda, misalnya seorang nasrani tidak mendapatkan warisan dari kerabatnya
yang yahudi, begitu pula sebaliknya.
Dan beliau ‫ ﷺ‬bersabda :

‫َلْيَس ِلْلَقاِتِل ِم َن اْلِم ْيَر اِث َش ْي ٌء‬

“Si pembunuh tidak berhak mendapatkan warisan (dari orang yang dibunuh) sedikitpun.”

Hadits ini menjelaskan bahwa seorang pembunuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang
yang dibunuhnya, sebagai bentuk hukuman atas perbuatannya tersebut.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai