Anda di halaman 1dari 4

ZIYADAH AL ARBAIN AN-NAWAWIYAH

Hadits Ke-43 dari Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab

‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َر ِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬:
‫ َفَم ا َأْبَقِت الَفراِئُض َفَأِلْو لى َر ُج ٍل َذ َك ٍر‬،‫َأْلِح ُقوا الَفراِئَض بَأْهِلها‬.
‫َخَّر َج ُه الُبَخ اِر ُّي َو ُم ْس ِلٌم‬

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Berikan bagian warisan kepada ahli warisnya,
selebihnya adalah milik laki-laki yang paling dekat dengan mayit.” (HR. Bukhari, no.
6746 dan Muslim, no. 1615

Penjelasan hadits
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini mencakup segala hukum waris dan
sudah terhimpun di dalamnya.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:419)
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna hadits “Berikan bagian warisan
kepada ahli warisnya”, ada ulama yang berpendapat makna dari al-faraidh adalah
ashabul furudh yang sudah ditetapkan dalam Al-Qur’an. Apa saja yang sisa setelah
ashabul furudh diberi, maka didahulukan laki-laki yang paling dekat dengan mayit.
Yang dimaksud al-awla dalam hadits adalah al-aqrab, yang lebih dekat. Laki-laki yang
paling dekat, itulah ashabah yang paling dekat. Maka sisanya yang mendapatkan
jatah ‘ashabah. (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:419-420)
Ayat tentang Waris
Surat An Nisa’ Ayat 11, 12, 176.
Ayat pertama dan kedua:
‫ُيوِص يُك ُم ُهَّللا ِفي َأْو اَل ِد ُك ْم ِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ اُأْلْنَثَيْيِن َفِإْن ُك َّن ِنَس اًء َفْو َق اْثَنَتْيِن َفَلُهَّن ُثُلَثا‬
‫َم ا َتَر َك َو ِإْن َكاَنْت َو اِح َد ًة َفَلَها الِّنْص ُف َو َأِلَبَو ْيِه ِلُك ِّل َو اِح ٍد ِم ْنُهَم ا الُّسُد ُس ِمَّم ا َتَر َك‬
‫ِإْن َك اَن َلُه َو َلٌد َفِإْن َلْم َيُك ْن َلُه َو َلٌد َو َو ِر َثُه َأَبَو اُه َفُأِلِّمِه الُّثُلُث َفِإْن َك اَن َلُه ِإْخ َو ٌة َفُأِلِّمِه‬
‫الُّسُد ُس ِم ْن َبْع ِد َو ِص َّيٍة ُيوِص ي ِبَها َأْو َد ْيٍن َآَباُؤ ُك ْم َو َأْبَناُؤ ُك ْم اَل َتْد ُروَن َأُّيُهْم َأْقَر ُب َلُك ْم‬
)11( ‫َنْفًعا َفِر يَض ًة ِم َن ِهَّللا ِإَّن َهَّللا َك اَن َع ِليًم ا َحِكيًم ا‬
‫َو َلُك ْم ِنْص ُف َم ا َتَر َك َأْز َو اُج ُك ْم ِإْن َلْم َيُك ْن َلُهَّن َو َلٌد َفِإْن َك اَن َلُهَّن َو َلٌد َفَلُك ُم الُّر ُبُع ِمَّم ا‬
‫َتَر ْك َن ِم ْن َبْع ِد َو ِص َّيٍة ُيوِص يَن ِبَها َأْو َد ْيٍن َو َلُهَّن الُّر ُبُع ِمَّم ا َتَر ْك ُتْم ِإْن َلْم َيُك ْن َلُك ْم َو َلٌد‬
‫َفِإْن َك اَن َلُك ْم َو َلٌد َفَلُهَّن الُّثُم ُن ِمَّم ا َتَر ْك ُتْم ِم ْن َبْع ِد َو ِص َّيٍة ُتوُصوَن ِبَها َأْو َد ْيٍن َو ِإْن‬
‫َك اَن َر ُجٌل ُيوَر ُث َكاَل َلًة َأِو اْمَر َأٌة َو َلُه َأٌخ َأْو ُأْخ ٌت َفِلُك ِّل َو اِحٍد ِم ْنُهَم ا الُّسُد ُس َفِإْن‬
‫َك اُنوا َأْكَثَر ِم ْن َذ ِلَك َفُهْم ُش َر َك اُء ِفي الُّثُلِث ِم ْن َبْع ِد َوِص َّيٍة ُيوَص ى ِبَها َأْو َد ْيٍن َغْيَر‬
)12( ‫ُمَض اٍّر َو ِص َّيًة ِم َن ِهَّللا َو ُهَّللا َع ِليٌم َح ِليٌم‬

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.


Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang
saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu
mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi
oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-
pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.
Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS. An Nisa’: 11)
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai
anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri
memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)
sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam
harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya
atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli
waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benar-benar
dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (QS. An Nisa’: 12)

Ayat ketiga:
‫َيْسَتْفُتوَنَك ُقِل ُهَّللا ُيْفِتيُك ْم ِفي اْلَكاَل َلِةۚ ِإِن اْم ُر ٌؤ َهَلَك َلْيَس َلُه َو َلٌد َو َلُه ُأْخ ٌت َفَلَها ِنْص ُف‬
‫َم ا َتَر َك ۚ َو ُهَو َيِرُثَها ِإْن َلْم َيُك ْن َلَها َو َلٌد ۚ َفِإْن َك اَنَتا اْثَنَتْيِن َفَلُهَم ا الُّثُلَثاِن ِمَّم ا َتَر َك ۚ َو ِإْن‬
‫َك اُنوا ِإْخ َو ًة ِر َج ااًل َو ِنَس اًء َفِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ اُأْلْنَثَيْيِن ۗ ُيَبِّيُن ُهَّللا َلُك ْم َأْن َتِض ُّلواۗ َو ُهَّللا‬
‫ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم‬
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: “Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang
laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai
anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli
waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang
saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah
menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’: 176)

Faedah hadits
1. Sempurnanya syariat Islam dan mencakup seluruh kaedah sebagaimana
terdapat dalam hadits ini.
2. Didahulukan yang mendapatkan jatah waris dari ashabul furudh, lainnya
mendapatkan sisa waris tanpa ada kadar hitungan.

Sumber https://rumaysho.com/25126-inilah-dalil-penting-untuk-perhitungan-waris-
hadits-jamiul-ulum-wal-hikam-43.html

Anda mungkin juga menyukai