A. LATAR BELAKANG
B. KAJIAN TEORI
C. KATA WARIS DALAM AL QUR’AN
Waris dalam al-qur’an ditulis dengan berbagai model kata (sighat) ,dalam kata ورث
tertulis di Al-qur’an yaitu terdapat pada surat An-Naml (27) : 16, namun juga memiliki
beberapa bentuk kata (sighat) lainnya seperti kata ورثهyang terdapat di surat An-Nisa (4) : 11,
ada juga ورثواyang terletak di surat Al-A’raf (7) : 169, lalu ada juga ترثواyang ada di surat An-
Nisa ayat (4) : 19. Dalam kata نرثdi surat Maryam (19) ; 40, kata نرثهterdapat juga dalam
surat Maryam (19) : 80, sedangkan kata يرثوdan kata يرثونيjuga terdapat dalam surat Maryam
(19) ; 6. Lalu pada kata يرثهاterdapat dalam Alqur’an surat An-Nisa (4) : 176 dan juga pada
surat Al-Anbiya (21) : 105, sedangkan pada kata يرثونterdapat 2 surat yaitu surat Al-A’raf (7)
: 100 dan Al-Mu’minun (23) : 11, ada juga pada kata أورثناterdapat pada surat Al-Ahzab (23)
: 27. Pada kata أورثناditemukan dalam 4 surat, yaitu surat Al-A’raf (7) : 137, surat Fatir (33) :
32, surat Az-Zumar (39) : 74, dan terakhir pada surat Ghafir (40) : 53. Dalam surat Asy-Syu’ara
(26) : 59 dan surat Ad-Dukhan (44) : 28 terdapat kata أورثناها, lalu pada kata نورثdapat
ditemukan di surat Maryam (19) : 63, dan pada surat Al-A’raf (7) : 128. Dalam kata أورثتموها
terdapat pada surat Al-A’raf (7) : 43 dan juga pada surat Az-Zukhruf (43) : 72, selain itu ada
juga kata أورثواterdapat pada surat Asy-Syura (42) : 14. Lalu terdapat juga pada kata يورثdi
surat An-Nisa (4) : 12. Sedangkan pada kata الوارثterdapat pada surat Al-Baqoroh (2) : 233,
lalu pada kata الورثونterdapat pada surat Al-Hijr (15) : 23 dan pada surat Al-Mu’minun (23) :
10, dan juga pada kata الوارثينterdapat pada surat Al-Anbiya (21) : 89 dan juga surat Al-Qasas
(28) : 5 dan Al-Qasas (28) : 58. Dalam kata ورثةada pada surat Asy-Syu’ara (26) : 85, lalu
dilanjut pada kata التراثdalam surat Al-Fajr (89) : 19. Dan terakhir pada kata ميراثterdapat
pada surat Ali-Imran (3) : 180 dan surat Al-Hadid (58) : 10.ssWaris dalam al-qur’an di tulis
dengan berbagai model kata (sighat) ,dalam kata ورثtertulis di Al-qur’an yaitu terdapat pada
surat An-Naml (27) : 16, namun juga memiliki beberapa bentuk kata (sighat) lainnya seperti
kata ورثهyang terdapat di surat An-Nisa (4) : 11, ada juga ورثواyang terletak di surat Al-A’raf
(7) : 169, lalu ada juga ترثواyang ada di surat An-Nisa ayat (4) : 19. Dalam kata نرثdi surat
Maryam (19) ; 40, kata نرثهterdapat juga dalam surat Maryam (19) : 80, sedangkan kata يرثو
dan kata يرثونيjuga terdapat dalam surat Maryam (19) ; 6. Lalu pada kata يرثهاterdapat dalam
Alqur’an surat An-Nisa (4) : 176 dan juga pada surat Al-Anbiya (21) : 105, sedangkan pada
kata يرثونterdapat 2 surat yaitu surat Al-A’raf (7) : 100 dan Al-Mu’minun (23) : 11, ada juga
pada kata أورثناterdapat pada surat Al-Ahzab (23) : 27. Pada kata أورثناditemukan dalam 4
surat, yaitu surat Al-A’raf (7) : 137, surat Fatir (33) : 32, surat Az-Zumar (39) : 74, dan terakhir
pada surat Ghafir (40) : 53. Dalam surat Asy-Syu’ara (26) : 59 dan surat Ad-Dukhan (44) : 28
terdapat kata أورثناها, lalu pada kata نورثdapat ditemukan di surat Maryam (19) : 63, dan pada
surat Al-A’raf (7) : 128. Dalam kata أورثتموهاterdapat pada surat Al-A’raf (7) : 43 dan juga
pada surat Az-Zukhruf (43) : 72, selain itu ada juga kata أورثواterdapat pada surat Asy-Syura
(42) : 14. Lalu terdapat juga pada kata يورثdi surat An-Nisa (4) : 12. Sedangkan pada kata
الوارثterdapat pada surat Al-Baqoroh (2) : 233, lalu pada kata الورثونterdapat pada surat Al-
Hijr (15) : 23 dan pada surat Al-Mu’minun (23) : 10, dan juga pada kata الوارثينterdapat pada
surat Al-Anbiya (21) : 89 dan juga surat Al-Qasas (28) : 5 dan Al-Qasas (28) : 58. Dalam kata
ورثةada pada surat Asy-Syu’ara (26) : 85, lalu dilanjut pada kata التراثdalam surat Al-Fajr
(89) : 19. Dan terakhir pada kata ميراثterdapat pada surat Ali-Imran (3) : 180 dan surat Al-
Hadid (58) : 10.ss
1. Fokus Ayat
َف َما ت ََر َۚك ُ ص ْ ْس لَهٗ َولَدٌ َّولَهٗ ٓٗ ا ُ ْختٌ فَلَ َها ِن َ ّٰللاُ يُ ْف ِت ْي ُك ْم فِى ْال َك ٰللَ ِة َۗ ا ِِن ا ْم ُرؤٌا َهلَكَ لَيَي ْستَ ْفت ُ ْون ََۗكَ قُ ِل ه
َوه َُو َي ِرث ُ َها ٓٗ ا ِْن لَّ ْم َي ُك ْن لَّ َها َولَدٌ َۚ فَا ِْن َكا َنتَا ْاث َنتَي ِْن فَلَ ُه َما الثُّلُ ٰث ِن ِم َّما ت ََركَ ََۗوا ِْن َكانُ ْٓٗوا ا ِْخ َوة ً ِر َج ًاًل
ࣖ
ع ِل ْي ٌم
َ ٍش ْيء َضلُّ ْوا َۗ َو ه
َ ّٰللاُ ِب ُك ِل س ۤا ًء فَ ِللذَّ َك ِر ِم ْث ُل َح ِظ ْاًلُ ْنثَ َيي َۗ ِْن يُ َب ِي ُن ه
ِ ّٰللاُ لَ ُك ْم ا َ ْن ت َ َّو ِن
Artinya
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi
mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua
dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta
saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu
dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka
(ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang
saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum
ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS An-
Nisa Ayat 176)
Kata kunci dalam fokus ayat di atas, yang memiliki hubungan dengan tema yang diangkat yaitu:
ٌٌٌٌٌٌَولَد
ٌٌٌٌٌٌا ُ ْخت
Kata ا ِْخ َوة menurut Al-Mu’jam Al- Mufahras Li Al-Fadhil Qur’anil Karim digunakan
dalam Al Qur’an sebanyak 4 kali, yakni pada surat An-Nisa’ (4) Ayat 11 & 176, Yusuf
(12) Ayat 58, dan Al- Hujurat (49) Ayat 10.
QS An-Nisa ayat 11
َس ۤاء فَ ْوقَ ْاث َنتَي ِْن فَلَ ُهن ثُلُثَا َما ت ََرك
َ ّللاُ فِ ْي ا َ ْو َْل ِد ُك ْم ِللذ َك ِر ِم ْث ُل َح ِظ ْاْلُ ْنثَ َيي ِْن ۚ فَا ِْن ُكن ِن
ٰ ص ْي ُك ُم
ِ ۚي ُْو
ُس ِمما ت ََركَ ا ِْن َكانَ لَه َولَد ۚ فَا ِْن ُ سد ِ ف ۗ َو ِْلَ َب َو ْي ِه ِل ُك ِل َو
ُّ احد ِم ْن ُه َما ال ُ ص
ْ الن ِ احدَة فَلَ َها ْ َوا ِْن َكان
ِ َت َو
صية ِ ُس ِم ْن َب ْع ِد َو
ُ سد ُّ ث ۚ فَا ِْن َكانَ لَه ا ِْخ َوة فَ ِِلُ ِم ِه ال ُ ُل ْم َي ُك ْن له َولَد و َو ِرثَه ا َ َب ٰوهُ فَ ِِلُ ِم ِه الثُّل
َّللا
ٰ ّللا ۗ اِن
ِ ٰ َضة ِمن ُ ص ْي ِب َها ا َ ْو دَيْن ۗ ٰا َب ۤا ُؤ ُك ْم َوا َ ْبن َۤا ُؤ ُك ۚ ْم َْل تَد ُْر ْونَ ا َ ُّي ُه ْم ا َ ْق َر
َ ب لَ ُك ْم َن ْفعا ۗ فَ ِر ْي ِ ي ُّْو
َ ََكان
ع ِليْما َح ِكيْما
Pada QS An-Nisa ayat 11, memberi penjelasan mengenai informasi dari arti ا ِْخ َوةadalah
ibu mendapat bagian warisan seperenam dari harta waris yang ditinggalkan, jika dia yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara dua atau lebih, baik saudara seibu dan
sebapak, maupun saudara seibu atau sebapak saja, lelaki atau perempuan, dan yang
meninggal tidak mempunyai anak.
QS An-Nisa ayat 176
ف َما ت ََر َۚكَ َوه َُو ُ ص ْ ْس لَهٗ َولَدٌ َّولَهٗ ٓٗ ا ُ ْختٌ َف َل َها ِن َ ّٰللاُ ُي ْف ِت ْي ُك ْم ِفى ْال َك ٰللَ ِة َۗا ِِن ا ْم ُرؤٌا َهلَكَ لَي َي ْستَ ْفت ُ ْون ََۗكَ قُ ِل ه
َ َي ِرث ُ َها ٓٗ ا ِْن لَّ ْم َي ُك ْن لَّ َها َولَدٌ َۚ فَا ِْن َكا َنتَا ْاث َنتَي ِْن فَلَ ُه َما الثُّلُ ٰث ِن ِم َّما ت ََركَ ََۗوا ِْن َكانُ ْٓٗوا ا ِْخ َوة ً ِر َج ًاًل َّو ِن
س ۤا ًء
ࣖ
ع ِل ْي ٌم َضلُّ ْوا َۗ َو ه
َ ّٰللاُ ِب ُك ِل
َ ٍش ْيء فَ ِللذَّ َك ِر ِم ْث ُل َح ِظ ْاًلُ ْنثَ َيي َۗ ِْن يُ َب ِي ُن ه
ِ ّٰللاُ لَ ُك ْم ا َ ْن ت
ْ اadalah
Pada QS An-Nisa ayat 176, memberi penjelasan mengenai informasi dari arti ِخ َوة
jika mereka, ahli waris itu, terdiri atas saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka
bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan.
QS Yusuf ayat 58
QS Al-Hujurat Ayat 10
َّللا لَعَل ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون ْ َ اِن َما ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ ا ِْخ َوة فَا
َ ٰ ص ِل ُح ْوا َبيْنَ اَخ ََو ْي ُك ْم َواتقُوا
ْ اadalah
Pada QS Al-Hujurat Ayat 10 memberi penjelasan mengenai informasi dari arti ِخ َوة
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab mereka itu satu dalam keimanan,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang sedang beselisih atau bertikai satu
sama lain.
Jadi berdasarka indikator terhadap dua ayat ini, dapat menjawab siapa yang dimaksud
ْ ا.
dengan ِخ َوة
Dari sini kami memberi penafsiran dari ا ِْخ َوة. Siapa ?ا ِْخ َوة yang dimaksud ا ِْخ َوة
(ikhwatun) adalah saudara dua atau lebih, baik saudara seibu dan sebapak, maupun saudara
seibu atau sebapak saja, lelaki atau perempuan, sebagaimana QS An-Nisa ayat 11 yang
berbunyi:
َس ۤاء فَ ْوقَ ْاث َنتَي ِْن فَلَ ُهن ثُلُثَا َما ت ََرك
َ ّللاُ فِ ْي ا َ ْو َْل ِد ُك ْم ِللذ َك ِر ِم ْث ُل َح ِظ ْاْلُ ْنثَ َيي ِْن ۚ فَا ِْن ُكن ِن
ٰ ص ْي ُك ُم
ِ ۚي ُْو
ُس ِمما ت ََركَ ا ِْن َكانَ لَه َولَد ۚ فَا ِْن ُ سد ِ ف ۗ َو ِْلَ َب َو ْي ِه ِل ُك ِل َو
ُّ احد ِم ْن ُه َما ال ُ ص
ْ الن ِ احدَة فَلَ َها ْ َوا ِْن َكان
ِ َت َو
صية ِ ُس ِم ْن َب ْع ِد َو
ُ سد ُّ ث ۚ فَا ِْن َكانَ َله اِ ْخ َوة فَ ِِلُ ِم ِه ال ُ ُل ْم َي ُك ْن له َو َلد و َو ِرثَه ا َ َب ٰوهُ فَ ِِلُ ِم ِه الثُّل
ّللا
َ ٰ ّللا ۗ اِن
ِ ٰ َضة ِمن ُ ص ْي ِب َها ا َ ْو دَيْن ۗ ٰا َب ۤا ُؤ ُك ْم َوا َ ْبن َۤا ُؤ ُك ۚ ْم َْل تَد ُْر ْونَ ا َ ُّي ُه ْم ا َ ْق َر
َ ب لَ ُك ْم َن ْفعا ۗ فَ ِر ْي ِ ي ُّْو
َ ََكان
ع ِليْما َح ِكيْما
Adapun bagian yang diperoleh oleh saudara ini jika mayit tidak memiliki keturunan adalah
saudara perempuan itu, adalah seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang
laki-laki mewarisi seluruh harta saudara perempuan, jika saudara perempuan itu mati dan
saudara laki-laki itu masih hidup, ketentuan ini berlaku jika dia, saudara perempuan yang mati
itu, tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan yang mewarisi itu berjumlah dua
orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan
jika mereka, ahli waris itu, terdiri atas saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian
seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. sebagaimana QS An-
Nisa ayat 176 yang berbunyi:
ف َما ت ََر َۚكَ َوه َُو ُ ص ْ ْس لَهٗ َولَدٌ َّولَهٗ ٓٗ ا ُ ْختٌ فَلَ َها ِن َ ّٰللاُ يُ ْف ِت ْي ُك ْم فِى ْال َك ٰللَ ِة َۗا ِِن ا ْم ُرؤٌا َهلَكَ لَي َي ْستَ ْفت ُ ْون ََۗكَ قُ ِل ه
َ َي ِرث ُ َها ٓٗ ا ِْن لَّ ْم َي ُك ْن لَّ َها َولَدٌ َۚ فَا ِْن َكا َنتَا ْاث َنتَي ِْن فَلَ ُه َما الثُّلُ ٰث ِن ِم َّما ت ََركَ ََۗوا ِْن َكانُ ْٓٗوا ا ِْخ َوة ً ِر َج ًاًل َّو ِن
س ۤا ًء
ࣖ
ع ِل ْي ٌم َضلُّ ْوا َۗ َو ه
َ ّٰللاُ ِب ُك ِل
َ ٍش ْيء فَ ِللذَّ َك ِر ِم ْث ُل َح ِظ ْاًلُ ْنثَ َيي َۗ ِْن ُي َب ِي ُن ه
ِ ّٰللاُ لَ ُك ْم ا َ ْن ت
D. ANALISIS MUNASABAH
1. Pengertian Munasabah
Secara etimologi Al- Munasabah ( )المناسبةberasal dari Masdar An-Nasabua ()النسب
yang bermakna berdekatan, mirip, dan menyerupai. Dari kata nasab itulah, dibentuk
menjadi Al-Munasabah ( )المناسبةdalam arti Al-Muqarabah ( )المقربةyang bermakna
kedekatan satu sama lain.1 Mencari kedekatan antara dua hal adalah mencari hubungan
atau ikatan antara keduanya seperti hubungan sebab akibat, persamaan, perbedaannya, dan
hubungan-hubungan yang bisa ditemukan antara dua hal.2
وجه اإلرتباط بين الجملة والجملة في اآلية الواحدة أوبين اآلية واآلية في اآلية المتعددة أوبين الشورة و
الشورة
Artinya
Munasabah adalah sisi keterkaitan antara bebe rapa ungkapan di dalam satu ayat atau
antarayat pada beberapa ayat atau antarsurah (di dalam Alquran).3
2) Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam
surat.
1
Arham Juanaidi Firman, “Studi Al Quran (Teori dan Aplikasinya dalam Penafsiran Ayat Pendidikan)”,
(Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2018) hal 129.
2
M. Quraish Shihab, “Wawasan Alquran”, (Bandung: Mizan,1996), hal 319
3
Manna’ al-Qathan, “Mabahist fi ‘Ulum Alquran, (Mesir; Mansyurat al- ‘Ashr al-Hadits, 1973), hal 97.
4
Jalaluddin as-Suyuti as-Syafi’i, al-Itqan fi Ulumil Qur’an, Jilid II, (Bairut: Dar alFikr, 1979), hlm. 108-111
3. Perlunya Analisis Muhasabah
Kajian mengenai munasabah sangat dibutuhkan dalam penafsiran Al Qur’an agar
dapat menunjukkan keserasian antara kalimat dengan kalimat dalam satu ayat, keserasian
antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bahkan juga keserasian antara satu surat dengat
surat berikutnya.
Ada tiga arti penting dari munasabah sebagai salah satu metode dalam memahami
dan menafsirkan Al Quran:
1) Dari sisi balaghah, korelasi antara ayat dengan ayat menjadikan ayat-ayat Al Quran
utuh dan indah. Bila dipenggal, maka keserasian, kehalusan, dan keindahan kalimat
yang teruntai didalam setiap ayat hilang.
2) Ilmu munasabah dapat memudahkan orang dalam memahami makna kandungan
ayat maupun surat. Tanpa memahami kaitan antara satu kalimat dengan kalimat
berikutnya dalam satu ayat, atau kaitan antara satu ayat dengan ayat berikutnya,
bisa jadi seorang yang memaknai Al Qur,an tidak dapat memahami keutuhan
makna, bahkan bisa timbul kesalahan pada pemaknaan.
3) Ilmu munasabah sangat membantu mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat Al
Qur’an, sehingga dapat menjelaskan keutuhan makna ayat atau kelompok ayat.
Juga dapat menjelaskan keserasian antara kalimat dengan kalimat dan ayat dengan
ayat, bahkan antara dengan surat. Ilmu munasabah akan sangat membantu dalam
istinbat hukum.
1) Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-kalimat,
ayat-ayat, dan surah-surah dalam Alquran.
5
Abu Anwar, “Ulumul Qur’an”, (Jakarta: Amzah,2005) hal 76.
E. WARIS DALAM PERSPEKTIF HADIST