Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI


Mawaris(Harta Peninggalan)Dalam islam-Pengertian,hukum,Rukunnya dan
Pembagiannya
Guru Mapel : Drs. Muhlis Nursahlan, M.Pd.I

Kelompok 2 :
Dipani Husna Mahrima (202110080)
Dito Frama Rahman (202110081)
Erika Wulandari Agustin (202110082)
Faizal Mustari (202110083)
Farhan Nurfalah (202110084)
Ferdiansyah Nurul Fadilah (202110085)

SMK NEGERI 2 CIAMIS

Jl.Sadananya No.21,Maleber,Kec.ciamis,kab.ciamis,jawa barat


46214
Mawaris(Harta Peninggalan)Dalam Islam –
Pengertian, Hukum, Rukunnya, dan Pembagiannya.

Ilmu mawaris adalah salah satu cabang ilmu yang penting dalam
Islam. Ilmu yang menyangkut pembagian waris ini memberikan
ketentuan mengenai pembagian harta waris agar dapat dapat
disalurkan kepada yang berhak menerima sekaligus mencegah
kemungkinan terjadinya konflik dalam keluarga maupun perselisihan
dalam pembagian harta warisan tersebut. Dengan ilmu mawaris ini,
harta akan dibagikan secara adil dan tidak ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan.
Adapun dalilnya :

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, serta


pelajarilah faraid dan ajarkanlah kepada orang lain. Sesungguhnya aku
seorang yang bakal meninggal, dan ilmu ini pun bakal sirna hingga akan
muncul fitnah. Bahkan akan terjadi dua orang yang akan berselisih dalam
hal pembagian (hak yang mesti ia terima), namun keduanya tidak
mendapati orang yang dapat menyelesaikan perselisihan tersebut. ” (HR
Daruquthni)

 Pengertian Mawaris

Kata mawaris berasal dari kata waris atau Al-miirats, waritsa yang
berarti berpindahnya sesuatu yakni harta yang berupa materi dari
seseorang yang disebut sebagai pewaris kepada orang lain yang disebut
sebagai ahli waris. Ilmu yang mempelajari hal-hal yang menyangkut waris
disebut dengan ilmu mawaris atau dikenal juga dengan istilah fara’id
(baca hukum menuntut ilmu). Kata fara’id atau dalam bahasa arab,
mafrud’ah, adalah bagian pada harta peninggalan yang telah ditentukan
kadarnya. sedangkan secara istilah mawaris atau Warisan diartikan
sebagai perpindahan harta atau kepemilikan suatu benda dari orang
meninggal dunia atau pewaris kepada ahli warisnya yang masih hidup.

Harta warisan atau harta peninggalan dalam ilmu mawaris dikenal


dengan sebutan tirkah yang artinya peninggalan. Tirkah diartikan sebagai
sesuatu atau harta yang berupa materi ditinggalkan oleh pewaris atau
orang yang meninggal, dan pembagiannya harus sesuai dengan syariat
Islam.

 Dasar Hukum Mawaris

Hukum mawaris mengatur hal-hal yang menyangkut harta peninggalan


(warisan) yang ditinggalkan oleh ahli waris atau orang yang meninggal.
Ilmu mawaris dalam islam mengatur peralihan harta peninggalan dari
pewaris kepada nasabnya atau ahli warisnya yang masih hidup. Adapun
dasar-dasar hukum yang mengatur ilmu mawaris adalah sebagai berikut:

‫ِللِّر َج اِل َنِص يٌب ِمَّم ا َتَر َك اْلَو اِلَداِن َو اَأْلْقَر ُبوَن َو ِللِّنَس اِء َنِص يٌب ِمَّم ا َتَر َك اْلَو اِلَداِن َو اَأْلْقَر ُبوَن ِمَّم ا َقَّل‬
‫ِم ْنُه َأْو َك ُثَر ۚ َنِص يًبا َم ْفُروًضا‬

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan”. (QS. An-nisa (4): 7)
‫ُيوِص يُك ُم ُهَّللا ِفي َأْو اَل ِد ُك ْم ۖ ِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ اُأْلْنَثَيْيِن ۚ َفِإْن ُك َّن ِنَس اًء َفْو َق اْثَنَتْيِن َفَلُهَّن ُثُلَثا َم ا َتَر َك ۖ َو ِإْن‬
‫َكاَنْت َو اِح َد ًة َفَلَها الِّنْص ُف ۚ َو َأِلَبَو ْيِه ِلُك ِّل َو اِح ٍد ِم ْنُهَم ا الُّس ُد ُس ِمَّم ا َتَر َك ِإْن َك اَن َلُه َو َلٌد ۚ َفِإْن َلْم َيُك ْن َلُه‬
ۗ ‫َو َلٌد َو َو ِر َثُه َأَبَو اُه َفُأِلِّمِه الُّثُلُث ۚ َفِإْن َك اَن َلُه ِإْخ َو ٌة َفُأِلِّمِه الُّس ُد ُس ۚ ِم ْن َبْع ِد َو ِص َّيٍة ُيوِص ي ِبَها َأْو َد ْيٍن‬
‫آَباُؤ ُك ْم َو َأْبَناُؤ ُك ْم اَل َتْد ُروَن َأُّيُهْم َأْقَر ُب َلُك ْم َنْفًعا ۚ َفِر يَض ًة ِم َن ِهَّللا ۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َع ِليًم ا َح ِكيًم ا‬

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)


anakanakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian
dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih
dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan;
jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta.
dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;n jika
orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-
bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yangmeninggal itu
mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS. An-
nisa (4): 11)
 Rukun Dan Syarat Waris
Adapun rukun dan syarat yang harus ada dalam ilmu mawaris ada 3 hal
utama yaitu:

1. Al-Muwaris (pewaris)

Orang yang memiliki harta warisan yang telah meninggal dunia dan
mewariskannya kepada ahli warisnya. Syaratnya adalah al-muwaris benar-
benar telah dinyatakan meninggal baik secara hukum maupun medis.

2. Al-Waris (Ahli Waris)

Al waris atau ahli waris adalah orang yang dinyatakan memiliki


hubungan nasab atau kekerabatan yang merupakan hubungan darah,
hubungan akibat perkawinan, atau akibat memerdekakan budak atau
hamba sahayanya. Syarat, ahli waris adalah ia dalam keadaan hidup pada
saat al-muwaris Atau orang yang memiliki harta waris meninggal dunia.
Termasuk dalam hal ini adalah bayi yang masih berada dalam kandungan
meskipun ia masih menyerupai janin dan ia terkait nasab dengan al
mawaris. Baik pria dan wanita memiliki hak untuk memperoleh harta
warisan. (baca kedudukan wanita dan peran wanita dalam islam)

3. Tirkah

Tirkah adalah harta atau hak yang berpindah dari al muwaris atau
pewaris kepada ahli warisnya. Harta tersebut dapat dikatakan tirkah
apabila harta peninggalan almuwaris yang telah dikurangi biaya
perawatan, pengurusan jenazah, hutang dan wasiat yang sesuai syariat
agama islam untuk selanjutnya diberikan kepada ahli waris
(baca keutamaan bersedekah). Dari pengertian tersebut maka dapat
diketahui perbedaan harta peninggalan dengan harta warisan. Harta
peninggalan adalah semua materi yang ditinggalkan oleh pewaris yang
telah meninggal dunia secara keseluruhan sedangkan harta waris atau
tirkah adalah harta peninggalan yang sesuai syara berhak diberikan kepada
ahli waris setelah dikurangi hak orang lain di dalamnya.

Sebab-Sebab Memperoleh Warisan


Adapun hal hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan warisan
disebutkan dalam tiga perkara berikut ini

1. Adanya hubungan kekerabatan atau hubungan nasab

Kekerabatan artinya hubungan nasab (baca arti nasab dan muhrim dalam
islam) antara orang yang Memberi warisan atau almuwaris dengan orang
yang diwarisi dan hal ini disebabkan oleh kelahiran atau hubungan darah.
Kekerabatan atau hubungan darah adalah sebab yang paling utama dalam
menerima warisan karena hubungan darah tidak dapat dihilangkan. Allah
swt berfirman dalam Qur’an Surat Al Anfal

“Orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih


berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab
Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-
Anfal: 75)

2. Adanya hubungan pernikahan

Hubungan pernikahan dalam hal ini adalah sebab mendapatkan warisan


dan hal ini terjadi setelah akad nikah yang sah dilakukan dan terjadi
hubungan antara suami istri meskipun belum terjadi persetubuhan
(baca nikah siri). Adapun suami istri yang melakukan pernikahan tidak sah
tidak menyebabkan adanya hak waris (baca hukum pernikahan dalam
islam). Istri yang telah mendapatkan talak (baca hukum talak dalam
pernikahan dan perbedaan talak satu, dua dan tiga) tidak berhak menerima
warisan dari mantan suaminya.

3. Karena wala’

Wala’ adalah sebab memperoleh warisan akibat jasa seseorang yang telah
memerdekakan seorang hamba dikemudian hari budak atau hamba sahaya
tersebut menjadi kaya. Jika bekas hamba atau budak tersebut yang
dimerdekakan meninggal dunia, maka orang yang memerdekakannya
berhak mendapatkan warisan.

Ilmu mawaris penting dipelajari bagi umat islam agar harta warisan dapat
diberikan sesuai ketentuan kepada yang berhak dan dimanfaatkan untuk
hal-hal yang bermanfaat.

 Pembagian Harta Waris


Dalil Tentang Pembagian Harta Waris

Hukum yang mengatur warisan dalam Islam telah dipaparkan dalam ayat Al-
Qur’an Surah An-Nisa ayat 7:

‫ِللِّر َج اِل َنِص ْيٌب ِّم َّما َتَر َك اْل َو اِلٰد ِن َو اَاْلْق َر ُبْو َۖن َو ِللِّنَسۤا ِء َنِص ْيٌب ِّم َّما َتَر َك اْل َو اِلٰد ِن َو اَاْلْق َر ُبْو َن ِم َّما َقَّل ِم ْنُه َاْو َكُثَر ۗ َنِص ْيًبا‬
‫َّم ْف ُر ْو ًض ا‬

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan
bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.” (Q.S. An-Nisa: 7)

Pembagian warisan menurut agama Islam juga dibahas lebih detail pada surat yang
sama di ayat ke-11.

‫ُيْو ِص ْي ُك ُم الّٰل ُه ِفْٓي َاْو اَل ِد ُك ْم ِللَّذَك ِر ِم ْث ُل َح ِّظ اُاْلْن َثَيْي ِن ۚ َفِاْن ُك َّن ِنَسۤا ًء َفْو َق اْث َنَتْي ِن َفَلُهَّن ُثُلَثا َما َتَر َك ۚ َو ِاْن َك اَنْت َو اِحَدًة َفَلَها‬
‫الِّنْص ُف ۗ َو َاِلَبَو ْيِه ِلُك ِّل َو اِحٍد ِّم ْن ُهَما الُّسُدُس ِم َّما َتَر َك ِاْن َك اَن َلٗه َو َلٌدۚ َفِاْن َّلْم َيُك ْن َّلٗه َو َلٌد َّو َو ِر َثٓٗه َاَبٰو ُه َفُاِلِّمِه الُّثُلُث ۚ َفِاْن َك اَن‬
‫َلٓٗه ِاْخ َو ٌة َفُاِلِّمِه الُّسُدُس ِم ْۢن َبْع ِد َو ِص َّيٍة‬

‫ُّيْو ِص ْي ِبَهٓا َاْو َدْي ٍن ۗ ٰا َبۤا ُؤُك ْم َو َاْب َنۤا ُؤُكْۚم اَل َتْدُر ْو َن َاُّيُهْم َاْق َر ُب َلُك ْم َنْفًعاۗ َفِر ْيَض ًة ِّمَن الّٰل ِه ۗ ِاَّن الّٰل َه َك اَن َع ِلْيًما َح ِك ْيًما‬

“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-


anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan.146) Jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, bagian
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang
saja, dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan).

Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika
dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak
dan dia diwarisi oleh kedua orang tuanya (saja), ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang
meninggal) mempunyai beberapa saudara, ibunya mendapat seperenam. (Warisan tersebut
dibagi) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan dilunasi) utangnya. (Tentang)
orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (Q.S. An-Nisa: 11)

Dengan berlandaskan firman Allah pada Surat An-Nisa ayat 11, pembagian harta
waris menurut Islam telah ditentukan siapa saja ahli warisnya dan besaran yang akan
didapat. Pembagian ini sudah tidak bisa diubah-ubah lagi dan wajib diikuti oleh
seluruh umat Muslim.

1. Setengah (½) Bagian

Ahli waris yang mendapatkan setengah bagian dari harta waris dalam pembagian
warisan menurut Islam adalah satu kelompok laki-laki dan empat perempuan, yaitu
suami tanpa anak, anak perempuan, cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki,
saudara kandung perempuan, dan saudara kandung sebapak.

2. Seperempat (¼) Bagian

Dalam pembagian warisan menurut Islam, pihak yang mendapatkan seperempat


bagian harta waris adalah suami yang memiliki anak atau cucu dari anak laki-laki,
serta seorang istri yang tidak memiliki anak maupun cucu dari anak laki-laki.

3. Seperdelapan (⅛) Bagian

Pihak yang mendapatkan seperdelapan bagian dari warisan adalah seorang istri yang
memiliki anak atau cucu dari anak laki-laki.

4. Dua per Tiga (⅔) Bagian

Ahli waris yang akan menerima dua per tiga bagian dari harta waris adalah empat
orang perempuan, yaitu anak perempuan kandung, cucu perempuan dari anak laki-
laki, saudara perempuan sekandung, dan saudara perempuan sebapak.

5. Sepertiga (⅓) Bagian

Terdapat dua orang yang mendapatkan warisan menurut pembagian warisan dalam
Islam, yaitu ibu yang tidak memiliki anak, dan juga dua saudara laki-laki ataupun
perempuan dari satu ibu.

6. Seperenam (⅙) Bagian

Ahli waris yang mendapatkan seperenam bagian untuk harta waris adalah bapak,
kakek, ibu, cucu perempuan, keturunan anak laki-laki, saudara perempuan sebapak,
nenek, dan saudara laki-laki dan perempuan satu ibu.
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai