Para mahasiswa yang berselisih pendapat dari gurunya bukan hanya sekadar
menyanggah, namun juga menunjukkan bukti-bukti yang mendukung
argumentasi tersebut.
Asisten pengajar (mu’id) seringkali membantu para mahasiswa mengenai
kuliah yang diberikan oleh guru besar.
Para mu’id akan menggunakan tiga langkah dalam presentasinya. Antara lain
menerangkan mata kuliahnya secara singkat dan mendetail, mengulang
materi yang sama lebih mendalam, dan membacakan kembali poin-poin yang
sulit dari mata kuliahnya dengan penjelasan-penjelasan detail dari semua
bagian yang tersulit.
Tak hanya perkara metode belajar, di masa itu pun sistem pendidikan Islam
sudah mengenal kurasi terhadap tenaga-tenaga pengajar. Pemilihan guru
yang baik dilakukan secara serius bahkan oleh mahasiswanya sendiri.
Kasifikasi ilmu
Pada abad pertengahan, Islam mengalami masa kejayaan. Kejayaan tersebut salah satunya
tercermin dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu. Pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan yang ada telah mendorong beberapa ulama muslim untuk
membuat struktur klasifi kasi keilmuan. Klasifi kasi tersebut tidak hanya dilakukan oleh
perseorangan saja, tetapi juga dilakukan secara berkelompok seperti yang telah dilakukan
oleh organisasi Ikhwan Ash Shafa. Dengan mengkaji sejarah klasifi kasi ilmu pengetahuan
oleh para ulama muslim diharapkan mampu memberikan informasi mengenai bagaimana
kondisi keilmuan pada masa tersebut.