DOSEN PENGAMPU
Prof.Dr.H.Rusydi AM, Lc, MA
Penyayang sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
Salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta Ahl al-Bayt beliau serta
Pendidikan Agama Islam berkenaan dengan tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu usaha
yang secara sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan
manusia beragama yang diperlukan dalam pengembangan kehidupan beragama dan sebagai
salah satu sarana pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
madrasah. Misalnya berkaitan dengan alokasi waktu, keluasan atau kedalaman materi, serta
stakeholders yang berbeda. Makalah ini akan membahasa tentang Problematika PAI di
sekolah umum, berkeitan dengan Aspek yang diajarkan, karakteristik, problematika serta
Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini, dan selanjutnya marilah
berdiskusi.
i
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan
B. Pembahasan
C. Penutup ............................................................................................................ 13
ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dilihat dari sejarahnya, Pendidikan Agama sejak Indonesia merdeka tahun 1945 telah
diajarkan di sekolah-sekolah negeri. Pada masa kabinet RI pertama tahun 1945, Menteri
mengirimkan surat edaran ke daerah-daerah yang isinya menyatakan bahwa pelajaran budi
pekerti yang telah ada pada masa penjajahan Jepang tetap diperkenankan dan diganti
diberikan pada sekolah-sekolah umum, namun bersifat sukarela/fakultatif, dan tidak menjadi
sampai dengan Perguruan Tinggi berdasarkan TAP MPRS nomor XXVII/MPRS/1966 Bab I
sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Universitas-Universitas Negeri”. Peraturan
Pelaksanaan Pendidikan Agama pada umumnya serta Pendidikan Agama Islam pada
Pendidikan Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada peserta
didik. 3 Dan diikuti dengan lahirnya peraturan-peraturan selanjutnya sampai dengan terbitnya
1
Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru), hal 37
2
ibid, hal 37
3
UU nomor 20 Tahun 2003 akan disahkan, banyak sekali protes yang diluncurkan, terutama berkenaan dengan
pasal 12 ayat 1(a) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
1
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama
Pada Sekolah.
Dengan makin kuatnya posisi Pendidikan Agama Islam di dalam sistem pendidikan
Indonesia setelah mengalami masa pergulatan yang sangat panjang, tentunya secara ideal
telah menunjukkan hasil yang signifikan. Namun di dalam kenyataan di lapangan, banyak
sekali problematika yang muncul sehingga berakibat tidak maksimalnya pendidikan Agama
Islam di sekolah, baik di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK maupun ditingkat Madrasah
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
B. P E M B A H A S A N
seagama. Keberatan terutama disuarakan oleh para pengelola pendidikan swasta (Katolik/Kristen) dengan
maka perlu untuk dibahas tentang pengertian Problematika. Dalam menyimpulkan tentang
persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti sesuatu hal
yang belum dapat dipecahkan, yang juga dapat menimbulkan masalah/permasalahan, situasi
yang dapat didefinisi sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan/diatasi. 4 Berdasarkan
penjelasan di atas dapat di pahami bahwa problema adalah berbagai masalah-masalah sulit
yang dihadapi dalam proses pembelajaran, baik yang datang dari individu (faktor internal)
maupun eksternal. Permasalahan yang muncul dari internal dan eksternal biasanya beragama
mulai dari sarana-prasarana, serta rendahnya kerjasama orangtua dengan guru di tambah lagi
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dan madrasah, banyak sekali
dengan masalah yang bersifat internal, maupun eksternal. Yang berkaitan dengan internal
sekolah, misalnya guru yang belum berkompeten, maupun sarana prasarana yang tidak
Sedangkan permasalahan dari eksternal, bisa datang dari kurangnya dukungan masyarakat
(orang tua murid), ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah daerah setempat. Untuk
4
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002), hlm. 499
3
Pendidikan Agama Islam di sekolah beserta solusi yang ditawarkan, dilihat dari ruang
prasarana pembelajaran pai disekolah, mulai dari kurangnya buku bacaan, kemudian
pembelajaran sangat penting dalam membantu guru. Semakin lengkap dan memadai
sarana pembelajaran yang dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama
proses belajar mengajar. Yamin menyebutkan beberapa hal yang perlu dikembangkan
kurikulum, dan 3) prasarana dan sarana kegiatan ekstrakurikuler dan mulok. Sarana dan
prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam dunia pendidikan
Pendidikan tidak akan pernah bisa berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tidak akan dapat terpenuhi tanpa adanya
manajemen yang dijalankan dalam lembaga pendidikan yang terkait dan dengan adanya
manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan berdaya untuk proses pembelajaran.
Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan berakibat dalam
pembelajaran yang tidak memadai. dalam memanajemen sarana dan prasarana pendidikan
terpencil tidak memadai mengenai sarana prasarana pedidikan, termasuk SDM nya
timbul mengenai kurangnya sarana dan prasaran seperti halnya fasilitas yang minim yaitu
terpencil yang jauh dari perkotaan.dalam hal ini akan menimbulkan kurangnya
agar dapat menunjang proses pembelajaran yang teratur dan teroktimal. Begitu juga
halnya dengan pembelajaran PAI apabila kelengkapan fasilitas di atas memadai dan di
kelola dengan baik baik maka Pembelajaran akan berjalan dengan optimal sebaik
mungkin.
mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya
Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar
1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang
memadai. Sarana dan prasarana yang memadai harus memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana ini untuk
lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan
1. kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media
sekolah/madrasah,
2. kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan
instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting
dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu
20/2003 Bab XII pasal 45 ayat 1 dijelaskan bahwa : “Setiap satuan pendidikan
fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Pasal
6
ini menekankan pentingnya sarana dan prasarana dalam satuan pendidikan, sebab
tanpa didukung adanya sarana dan prasarana yang relevan, maka pendidikan tidak
akuntabilitas publik. Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada
sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Dosen yang diangkat oleh
Standar biaya adalah biaya setinggi-tingginya dari suatu barang dan jasa baik
kementerian Negara/lembaga.
yaitu melalui penyelenggaraan pendidikan umum berciri khas agama dan pendidikan
bagi semua jenis pendidikan. Hanya saja, realitanya baru mulai proses paling awal
bagi lembaga pendidikan swasta. Terlebih lagi, lembaga pendidikan Islam yang
mayoritas swasta selama ini telah menjadi korban diskriminasi kebijakan pemerintah.
Kondisi Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan Al-Qur’an, dan pesantren lebih parah
bangsa, tetapi kurang mendapat perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
lembaga-lembaga tersebut sebesar Rp. 50.000,- setahun.2 Namun angka ini masih
sangat kecil dan tidak sesuai dengan apa yang di berikan guru-guru. Karena,
belum tertata dengan baik, khususnya pada Madrsah Diniyah. Semoga tidak hanya
beberapa lembaga pendidikan saja yang layak dalam pembiayaan guru dan karyawan,
akan tetapi seluruh lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.
5
UU RI NO. 21 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tkp : Pustaka Widyatama, tt, 31
8
Pemerintah dewasa ini cenderung untuk terus menerus meningkatkan
anggaran pendidikan. Salah satu tujuannya adalah untuk mengimbangi beban yang
kontribusi keluarga agar minimal tidak terlalu timpang, sehingga pemerintah yang
selama ini sangat berperan dalam mengendalikan sekolah secara moral cukup
ini, masyarakat merasa terbantu dan berharap pemerintah terus peduli terhadap
pendidikan, sehingga pendidikan di Indonesia ini bisa dirasakan oleh seluruh elemen
masyarakat.
pembiayaan yang cukup. Padahal kenyataannya masih banyak erbagai biaya yang
dikeluarkan oleh orang tua murid dalam pendidikan anak- anaknya. Pemberian
pembiayaan pendidika Islam bisa diperoleh dari berbagai sumber misalnya dari (1)
dana fi sabilillah, (2) dana dari siswa, (3) dana dari wakaf, (4) dana dari kas negara,
(5) dan dari hibah perorangan dan lainnya15. Hanya saja, ada sebagian dari
masyarakat bahwa biaya seperti dari sumber wakaf dan hibah yang sudah diwakafkan
atau dihibahkan sekarang ini terdapat komplein dari ahli warisnya yaitu mengambil
6
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan dasar dan Menengah, Rujukan bagi Penetapan
Kebijakan Pembiayaan Pendidikan pada Era Otonomi dan manajemen Berbasis Sekolah,
Hazm dalam kitab Al- Ahkam fi Ushulil Ahkam mengatakan bahwa “seorang imam
ungkapannya diwajibkan atas seorang imam untuk menangani masalah itu dan
harus bekerja sama dengan baik. Karena apabila terjadi GAP, maka permasalah akan
muncul. Dan yang paling penting bahwa anggaran yang digunakan untuk pendidikan
tidak boleh dialih gunakan. Apabila pemimpin amanah, maka pendidikan di Indonesia
Banyak pakar pendidikan yang mengatakan bahwa penilaian terhadap aspek afektif
paling sulit dilakukan. Hasil belajar afektif tidak dapat dilihat atau bahkan diukur
seperti halnya dalam bidang kognitif dan psikomotorik. Guru tidak dapat langsung
mengetahui apa yang bergejolak dalam hati peserta didik, apa yang ia rasakannya atau
dipercayainya.8
pengamatan yang hanya mencatat dalam ingatan guru sejauh mana siswa mencapai
7
Ibnu Hazm, Al-Ahkam fi Ushulil Ahkam, (Kairo: Al-Azhar, Darul Hadits, 1a984), hlm. 114
8
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, 69.
10
tujuan belajar afektifnya, karena menganggap bahwa instrumen penilaian afektif sulit
untuk dikembangkan
Banyak guru yang telah memiliki kemampuan yang memadai tentang bagaimana cara
Ada tiga hal yang bisa dikemukakan untuk membuktikan kekurang-tepatan orientasi
1. Pendidikan agama saat ini lebih berorientasi pada belajar tentang agama.
3. Kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam alas istilah-istilah kunci dan
pokok dalam ajaran agama sehingga sering ditemukan penjelasan yang sudah
Struktur ranah afektif cukup rumit. Artinya struktur afektif ini unsur-unsurnya
cukup kompleks. Tidak semua karakteristik afektif harus dievaluasi di sekolah. Beberapa
karakteristik afektif yang perlu diperhatikan (diukur dan dinilai) terkait dengan mata
pelajaran PAI di sekolah adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Sikap berhubungan
9
Roestiyah N. K, Masalah Pengajaran, (Jakarta: Renika Cipta, 1994), 80-81.
10
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah upaya mengembangkan PAI dari teori ke aksi
seseorang tentang keadaan suatu objek psikologik, atau pilihan terhadap suatu kegiatan.
Konsep diri berhubungan dengan pernyataan sendiri tentang keadaan diri sendiri, tentang
Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh guru adalah
rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara
memadai Seringkali orientasi kerja guru dituntut hanya semata mata mengabdikan
dirinya untuk kepentingan profesi dan mengabaikan kebutuhan dasar tersebut. Akibatnya
kesejahteraan guru rendah dan timbulah keinginan memperbaiki kesejahteraan itu.
Dalam keadaan seperti ini, tenaga dan pikiran guru akan lebih tersita untuk memenuhi
kebutuhannya daripada tuntutan profesinya.Kurangnya minat guru dalam meningkatkan
kualitas keilmuannya dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan sepenuhnya
supaya guru mendapatkan kesempatan seluas luasnya.
C. PENUTUP
A. Simpulan
12
Beberapa problematika dan solusi di atas hanya sebagian kecil dari problematika
Pendidikan Agama Islam di sekolah, serta hanya bersifat teknis pada segi pelaksanaan
pembelajaran. Namun pada kenyataannya, problematika yang muncul tidak hanya pada sisi
pembelajaran di dalam ataupun luar kelas. Namun juga berkenaan dengan kebijakan
sekolah, maupun pemerintah daerah yang kadangkala dinilai kurang mendukung kesuksesan
Pendidikan Agama Islam di sekolah11. Demikian pula keadaan guru Pendidikan Agama
Islam di daerah yang masih banyak belum menguasai teknologi, sehingga pembelajaran
cenderung bersifat tradisional. Hal tersebut juga akan mempengaruhi perhatian siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita
semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya
dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak
kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat
membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
11
Pada daerah yang mayoritas non muslim, pendirian tempat ibadah untuk praktek siswa muslim cenderung
dipersulit, misalnya yang penulis temui ketika bertugas sebagai GPAI di SMPN 2 Sentani – Kab. Jayapura.
Pembangunan Laboratorium PAI yang telah mendapatkan izin dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kab
Jayapura serta pendanaannya jga mendapatkan bantuan dari Direktorat PAIS – Kementerian Agama RI, terpaksa
Kebijakan Pembiayaan Pendidikan pada Era Otonomi dan manajemen Berbasis Sekolah,
Ibnu Hazm, Al-Ahkam fi Ushulil Ahkam, 1984 (Kairo: Al-Azhar, Darul Hadits,
Muhammad Kholid Fathoni, 2003 Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma
Baru),
UU nomor 20 Tahun
UU RI NO. 21 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tkp : Pustaka Widyatama
14