Anda di halaman 1dari 2

Dunia Sudah Gila

oleh: Naznin Suha


Ada sebuah kisah dalam hidup Rudi yang nyaris dilupakan oleh Rudi sendiri. Kalau ada
orang bertanya, “Rud, kamu pernah punya hewan peliharaan?”, Rudi akan jawab dengan
lantang, “Gak punya.”
Pasti. Itu pasti.
Kalau ditanya kenapa, Rudi akan bilang kalau dia benci hewan. Tapi itu cuma jawaban
singkat, sebab Rudi malas sekedar berbasa-basi ringan. Jawaban asli unuk pertanyaan orang-
orang barangkali adalah karena ibunya benci hewan. Ayah dan adiknya cenderung bodo
amat. Pernah dulu ada lima ekor kucing liar bertamu ke rumah Rudi secara tiba-tiba. Tidak
jelas apa motifnya, tau-tau datang saja mereka semuanya. “Lha wong mung kucing, mbok
ben.” Ucap Sang Ayah. Rudi juga pada awalnya tidak peduli. Sampai suatu hari, salah satu
dari krucil-krucil berbulu itu menyenggol peraga pesawat sederhana yang mati-matian Rudi
kerjakan, sampai-sampai ia sayangi botol bekas dan triplek susun itu layaknya seorang anak.
Namun saat barang rongsok itu hancur, yang marah justru bukan Rudi.
Ibunya ngamuk sampai banting sapu lidi.
“Koe ki primen, sih?! Wis tak kon mbuang malah direnda-renda! Keh alate Rudi ancur
kabeh gara-gara kucing kae!” jerit ibu Rudi kepada ayah. Waktu itu ayah cuma terkekeh dan
manggut-manggut, namun tetap tidak membuang kucing-kucing itu.
Ibu Rudi macam ada dendam tersembunyi dengan kucing.
Kisah yang sudah Rudi lupa barangkali adalah tentang kucing hitam yang lagi-lagi datang tak
diundang di suatu malam. Kucing itu kurus dan hitam, benar-benar hitam sekujur badan.
Jalannya pincang, sebab kaki kanan belakangnya lebih pendek dari kaki lainnya. “Patah iki.”
ucap ayah kala itu. Lain dengan kucing-kucing lain yang kalau bertamu seringkali tak tau diri
(mecahin piring, ngerusak kasur, buang hajat di depan kamar, dan hal lain yang jelas tidak
senonoh kalau manusia yang buat), kucing hitam ini jauh lebih sopan. Mungkin ia
disekolahkan oleh induknya di sekolah khusus kucing yang diajari table manner tiap hari.
Yang jelas, Si Hitam satu ini baiknya bukan main. Kucing lain jadi segan sama dia. Bahkan
ayah dan adik Rudi pun sayang. Kalau Rudi…yah, dia sih kurang tau. Rudi punya
attachment issues. Jangan tanya. Intinya kucing hitam itu disayang semua.
Kecuali ibu.
Kisah yang bikin Rudi bingung bermula disini. Waktu itu hari Senin, tengah hari, pas Rudi
baru bulang sekolah. Seragam putih birunya sudah basah kuyub karena keringat yang
mengucur. “Telek tenan iki pak Setyo. Aku di setrap mergo lupa nggowo tugas.” Kata Rudi
sambil misuh-misuh sendiri. Pas sampai depan rumah, langsung melek dia. “Ada apa ini
rame-rame?!” teriaknya panik. Tau-tau ibunya yang pakai daster warna hijau motif batik
kawung melipir dari kerumunan, meneriakkan nama Rudi.
“Ojo maring ngene, Mas! Kie lagi didongani!” teriak ibunya.
Rudi bingung. Siapa yang lagi didoakan? Ada yang meninggal? Ada yang kesurupan? Begitu
ia mendekat, tambah melek lagi ia melihat Kyai Blekuthuk, ulama termahsyur di kotanya
(yang sudah belajar di Madinah) sedang menggulir butir-butir tasbeh di tangan kanan, dan
buku doa-doa di tangan kiri. Mulutnya komat-komit macam sedang berkumur. Tak jelas
sudah yang dia lafadzkan itu Bahasa jawa atau inggris atau arab atau Indonesia atau apalah
itu bahasa di dunia. Yang bikin mata Rudi makin melotot adalah Mang Cuket, abang cilor di
depan komplek yang lagi mencengkeran seekor hewan berbulu hitam ke lantai. Hewan hitam
itu meraung-raung, ngglepar kesana-sini, ngeong-ngeong sampe pening. Barulah detik ke
sepuluh ia sadar kalau sesuatu yang hitam itu adalah kucing baik hati di rumahnya.
“MBOK OPOKEN KUCINGKU PAK?!?!” jerit Rudi. Ngamuk dia. Jelaslah. Apa-apaan
situasi ini?
Ibunya ikut ngamuk, “HEH, RUDI! OJO NGGANGGU! KIE PAK KYAI LAGI NGUSIR
IBLIS! KOE GELEM KERASUKAN HAH?!”
Rudi, Ya Tuhan, bingung.
“Rudi, jangan panik. Ini pak Kyai lagi ngusir iblis di dalem kucing hitam itu.” Ucap salah
tetangga. “Kae delengo. Di bacani qur’an yo malah ngamuk. Wis, mesti jelmaan Jin kae!”
tambah ibunya.
Rudi lemes seketika.
Bah! Persetan dengan jin dan iblis dan tetek bengeknya! Itu cuma kucing! Cuma. Kucing.
Orang-orang udah gila ya?
“Rudi, ojo piara kucing ireng. Biasane jelmaan jin.” Kata Ayah.
Lah, bagian mananya yang menunjukkan kucing hitam itu jelmaan iblis? Mereka tidak ada
yang belajar soal materi genetika? Atau belajar soal struktur anatomi manusia dan hewan?
Kucing warna hitam ya karena pigmen warna hitam dari pewarisan sifat induknya, bukan
karena dia jelmaan setan!
“Lha iki mung kucing lho, buk! Kucing apa wae nek dicekel kaya ngono kuwi yo mesti
ngamuk!” teriak Rudi. “Weh, Kyai Blekuthuk! Koe ki paham agama ora to asline?! Iki ki
mung kucing! Wis sinting yo awakmu?!?!?”
Sudahlah Rudi ikut ngamuk macam kucing hitam itu. Ibunya barangkali juga ikut panik
melihat Rudi tantrum. Jadi tanpa aba-aba langsung, “Ya Allah Rudi! Istighfar! Pak Kyai!
Kae anakku di dongani sisan! Wis kepincut jin koyone!” lanjut Ibu Rudi. Pak Kyai langsung
sigap. Salah satu warga tiba-tiba mencengkeram Rudi ke tanah, dan dia di ruqyah bersama
kucing hitam itu juga.
Memang aneh orang-orang. Kucing hitam dibilang jelmaan jin. Lah, giliran orang berzina
dan riba, malah dibilang “Mau gimana lagi? Namanya juga hidup di zaman modern”. Dunia
sudah gila ya? Yah, rudi tidak mau jadi gila. Untung dia ingat kisah ini, jadi dia tidak ikut-
ikutan gila juga.

Anda mungkin juga menyukai