Anda di halaman 1dari 1

Aidan dan Si Naga

Pada zaman dahulu kala hiduplah seekor naga yang tinggal di sebuah gunung yang sepi.
Naga itu selalu merasa marah. Saat ia terbangun dari tidur panjang musim dingin, teman-
temannya sudah tidak ada. Naga-naga diburu habis oleh manusia. Sampai saat ini, tak ada
satupun penduduk yang berani mendekati gunung tersebut.
Suatu hari ada seorang anak berumur 10 tahun bernama Aidan bermain dengan kedua
orang tuanya di taman kota. Karena sedikit kelalaian, Aidan bermain menjauh dari taman. Ia
menyusuri setiap jalan untuk pulang tetapi belum membuahkan hasil. Hari semakin sore.
Matahari mulai beristirahat di ufuk barat sembari menyebarkan cahaya warna oranye. Orang tua
Aidan semakin khawatir karena anaknya tak kunjung pulang.
Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Aidan mendekati sebuah pohon besar untuk
bersitirahat sebentar karena hari mulai gelap sedangkan ia tak tahu kemana lagi ia bisa
menemukan jalan untuk pulang. Di tengah hutan itu hanya terdapat sunyi dan suara hewan-
hewan yang belum pernah Aidan temui sebelumnya. Sebenarnya pohon tempat Aidan istirahat
adalah tempat tinggal sang naga. Tiba-tiba sang naga terbang mengitari pohon tersebut sambil
melihat Aidan yang raut wajahnya tak mengerti apa yang sedang terjadi. Wajahnya pucat,
katanya naga hanya hewan mitos ternyata muncul di depannya.
Naga tersebut berhenti terbang dan mendarat di depan Aidan. Ia masih mengamati anak
kecil yang sudah kehabisan tenaga itu tajam-tajam. Lalu naga itu berkata,
“Hei anak kecil. Apa yang sedang kau lakukan malam-malam begini di sini? Apa kau tak tahu
jika pohon ini adalah tempat tinggalku? Siapa yang mengizinkan anak manusia masuk ke hutan
ini? Apa kau sengaja ingin kumakan? Kebetulan aku sedang lapar.”
“Haa??” mulut Aidan hanya menganga tak menjawab pertanyaan naga tersebut. Ia tak habis
pikir bagaimana caranya seekor naga bisa bicara dengan manusia. Ia hanya menggelengkan
kepalanya tanda ia tak ingin naga itu memakannya.
“Lantas apa tujuanmu kemari kalau tak ingin kumakan?” tukas naga itu yang bersiap melahap
Aidan.
“Be-begini. Aku tadi siang bermain di taman kota bersama orang tuaku. Tapi saking asyiknya
aku tak sengaja telah keluar dari taman kota.” Jawab Aidan.
“Aku tak tahu jalan pulang. Makanya sedari siang aku terus mencari jalan pulang sampai
kelelahan tapi malah sampai ke sini. Aku sendiri tak pernah tahu ini tempat apa. Apalagi ada
seekor naga yang tinggal di sini.” Lanjut Aidan. Wajahnya terlihat sekali sedang menahan rasa
takut.
“Alasanmu tak cukup untuk mempengaruhiku untuk tidak memakanmu. Aku sangat membenci
manusia karena telah memburu dan membunuh teman-temanku. Sekarang aku sendirian. Jika
ada yang masuk ke hutan ini maka akan segera kumakan tak peduli apa alasannya.” Balas si
naga tak mempedulikan jawaban Aidan.
“Tunggu. Tunggu dulu. Maksudmu kau ingin membalas perbuatan manusia pada teman-
temanmu. Tapi apakah selama ini kau pernah disakiti manusia? Menurutmu dengan membunuh
manusia yang tak sengaja bertemu denganmu akan mengembalikan semua teman-temanmu yang
sudah tiada? Apakah itu yang sebenarnya ingin mereka lihat dengan segala perbuatanmu selama
ini? Tanyakan itu dulu pada dirimu sendiri sebelum memakanku. Aku yakin tubuhku tak akan
cukup untuk mengenyangkan perutmu.” Aidan menjawab dengan penuh percaya diri. Entah dari
mana ia mendapatkan keberanian tersebut. Ia selalu diajari orang tuanya agar tak boleh
membalas dendam yang akan melahirkan kebencian dan rasa sakit yang lain.

Anda mungkin juga menyukai