Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN


PENGAJUAN HIPOTESIS”
MATA KULIAH : METODOLOI PENELITIAN KUANTITATIF

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5

Hariyati Pantow / 22504067

Mikhael R. V. Lioso / 22504061

Theogives E. Masambe / 22504068

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM
DAN KEBUMIAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena dengan kasih dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Landasan Teori, Kerangka berpikir dan Pengajuan Hipotesis” dengan tepat waktu.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi


Penelitian Kuantitatif. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tondano, Febuari 2023

Penulis

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PENELITIAN KUANTITATIF............................................................................................5
A. Pengertian Penelitian Kuantitatif.............................................................................5
B. Studi Pustaka (Landasan Teori) Penelitian Kuantitatif..........................................6
C. Kerangka Berpikir Penelitian Kuantitatif..............................................................18
D. Hipotesis....................................................................................................................20
BAB III.................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
A. Kesimpulan...............................................................................................................22
B. Saran.........................................................................................................................23
Daftar Pustaka.....................................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki
peran sangat besar dalam penelitian adalah teori. Suatu landasan teori
dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut
sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya
tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui
penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau
pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat
baru.
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua
dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori,
konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang
dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaa penelitian
(Sumadi Surya dalam Sugiyono, 2010:52). Landasan teori ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan
bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial dan error). Adanya landasan
teoritis ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dan dipelajari.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipoesis yang
ditetapkan.

4
Dalam makalah ini disajikan bagian dari materi Metode
penelitian tersebut, yakni tentang landasan teori, kerangka berpikir dan
hipotesis.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat diuraikan rumusan
masalah, diantaranya :
1. Apa pengertian Penelitian Kuantitatif?
2. Apa itu landasan teori?
3. Apa itu kerangka berpikir?
4. Apa itu hipotesis?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami apa itu penelitian kuantitatif
2. Menjelaskan apa itu landasan teori
3. Menjelaskan kegunaan teori
4. Menjelaskan kerangka berpikir dan hipotesis

5
BAB II

PENELITIAN KUANTITATIF

A. Pengertian Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif (Quantitatif Research) adalah suatu metode
penelitian yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah dimana data yang
diperoleh berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang
di nilai, dan diamalisis dengan analisis statistik. Penelitian kuantitaif biasanya
digunakan untuk membuktikan dan menolak suatu teori. Karena penelitian ini
biasanya bertolak dari suatu teori yang kemudian diteliti, dihasilkan data,
kemudian dibahas dan diambil kesimpulan.
Penilitian kuantitaif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara
primer menggunakan paradigma pospositivisme dalam pengembangan ilmu
pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel,
hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi
serta pengujian teori) menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan
survey yang memerlukan data statistik. (Emzir, 2007:28).
Penelitian kuantatuf adalah penelitian ilmiah secara sistematis,
terencana, dan terstruktur terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya dengan jelas sejak awal hingga hasil akhir penelitian
berdasarkan pengumpulan data informasi yang berupa simbol angka atau
bilangan. Pada tahap kesimpulan, hasil penelitian ini umumnya akan disertai
dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian yang berlangsung
secara ilmiah dan sistematis dimana pengamatan yang dilakukan mencakup
segala hal yang berhubungan dengan objek penelitian, fenomena serta korelasi
yang ada diantaranya. Tujuan penelitian kuantatif adalah untuk memperoleh
penjelasan dari suatu teori dan hukum-hukum realitas. Penelitian kuantatif
dikembangkan dengan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan
atau hipotesis.
Oleh karena itu metode ini juga disebut metode discovery karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
Metode ini disebut metode kuantatif karena data penelitian berupa angka-
angka dan analisis menggunkan statistik. (Sugiono, 2010:13)

6
Tujuan penelitian kuantatif adalah mengembangkan dan menggunakan
model-model matematis, teori-teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian sentral dalam penelitian
kuantatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara
pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungaan-hubungan
kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu
eksakta maupun ilmu-ilmu sosia; humaniora. Pendekatan ini juga digunakan
sebagai cara untuk meniliti berbagai aspel dari ruang lingkup pendidikan.

B. Studi Pustaka (Landasan Teori) Penelitian Kuantitatif


Istilah studi pustaka seringkali disebut kajian pustaka, tinjauan
pustaka, kajian teoritis, dan tinjauan teoritis. Penggunaan istilah-istilah
tersebut, pada dasarnya merusuk pada umum yang harus dilalui untuk
mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian.
Studi pustaka atau literature review adalah bagian dari sebuah karya
tulis ilmiah yang memuat pembahasan-pembahasan penelitian terdahulu dan
referensi ilmiah yang terkait dengan penelitian yang dijelaskan oleh penulis
dalam karya tulis tersebut. Studi pustaka menempati posisi yang tak kalah
penting dari hasil penelitian karena studi pustaka memberikan gambaran awal
yang kuat, mengapa sebuah penelitian harus dilakukan dan apa saja
penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan.
Studi pustaka ditinjau dari sumbernya dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu: kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian.
Kepustakaan konseptual meliputi konsep-konsep atau teori-teori yang
ada pada buku-buku dan artikel yang ditulis oleh para ahli yang dalam
penyampaiannya sangat ditentukan oleh ide-ide atau pengalaman para ahli
tersebut. Sedangkan kepustakaan penelitian yang telah diterbitkan baik pada
jurnal maupun majalah ilmiah.
Bagi para pemula disarabkan untuk menggunakan studi kepustakaan
yang berasal dari kepustakaan konseptual, untuk lebih memudaahkan dalam
merangkum dan mebkategorikan teori, sesuai dengan kebutuhan pada saat
akan membuat kerangka konseptual.
Setidaknya, ada beberapa hal yang membuat studi pustakan atau
literature review itu menjadi penting, antara lain:
1. Untuk menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan itu relevan dengan
peneliti sebelumnya.

7
2. Untuk menunjukkan bahwa kita menguasai bidang kita.
3. Untuk menunjukkan bahwa aplikasi kita memang baru atau
menunjukkan bahwa kita adalah pionir di bidang penelitian tersebut.
4. Sebagai salah satu cara untuk menambah pengetahuan pembaca
tentang background reading, sesuai yang mungkin menjadi pembuka
pintu untuk memahami paper yang kita baca.
Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh
peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau
masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh
dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-krangan ilmiah,
tesis, dan disertai peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku
tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik secaraa cetak
maupun elektronik.
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah
dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi
kepustakaan. Selain itu seorang peneliti juga dapat memperoleh
informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya
dengan penelitian yang dilakukannya, yang dilakukan para peneliti
sebelumnya. Dengan demikian makanpeneliti dapat memanfaatkan
semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya.
Bila peneliti telah memproleh kepustakaan yang relevan, maka
segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam
penelitian. Oleh karena itu studi kepustkaan meliputi proses umum
seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan
oustkan, dan analisis dokumen yangg memuat informasi yang
berkaitan dengan topik penelitian.

1. Kedudukan Teori Dalam Penelitian Kuantitatif


Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif adalah
menjadi faktor yang sangat penting dalam proses penelitian itu
sendiri, karena teori digunakan untuk menentukan peneliti
menemukan masalah, menemukan hipotesis, menemukan
konsep-konsep, menemukan metodologi dan menemukan alat
analisi data. Selain itu, teori juga figunakan untuk
mengidentifikasi hubungan antar variabel. Penelitian

8
kuantitatif menyederhanakan kompleksitas gejala dengan
mreduksi ke dalam ukuran yang dapat ditangani dan diukur.
Ukuran dari segala yang ditangani dan diukur itu dikenal
sebagai variabel. Dalam penelitian variabel dan hubungannya
nampak dari rumusan masalahnya.
Dalam penelitian kuantitatif, teori dikembangkan
sebagai usaha mencari jawaban pertanyaam penelitian. Usaha
pencarian jawaban pertanyaan penelitian dengan
mengembangkan teori akan menghasilkan dua hal. Pertama,
teori memberikan pemahaman terhadap variabel-variabel yang
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Pemahaman terhadap
variabel-variabel yang diperlukan sebagai panduan untuk
mengumpulkan data. Data-data tentang variabel kemudian
akan digunakan untuk melakukan pembuktian secara empirik
akan mengkonfirmasi kebenaram hipotetik teori dengan
pembuktian empiris. Kedua, pengembangan teori diperlukan
untuk memperoleh panduan dalam pengujian dengan
mengajukan hipotesa yang kebenarannya tenatif dan berlaku
pada tingkay teoritik. Kebenaran sementara yang diajukan
dalam pernyataan hipotesis itu kemudian akan diuji
menggunakan data yang dikupulkan secara empiris. Kebenaran
manusia tidak pernah merupakan kebenaran mutlak. Tiap
penemuan akan disusul dengan satu batas ketidktahuan baru.
Bila batas itu diatasi maka ilmuan akan menemukan
ketidaktahuan baru yang lebih tinggi. Penncarian kebenaran
tidak akan berakhir. Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan
dengan tuntas. Tindakan yang terbaik adalah mendapat
kesimpulan sementara didasarkan pada teori.
Studi pustaka atau landasan teori sangat penting dalam
sebuah penelitian, karena seseorang peneliti tidak bisa
mengembangkan masalah jika tidak memiliki acuan landasan
teori yang mendukung. Tanpa landasan teori, penelitian dan
metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar dan peneliti
tidak bisa membuat pengukuran atau tidak memiliki standar
alat ukur. Hasil studi kepustakaan atau studi literatur sangat
penting, terutama penelitian kuantitatif. Sebab penelitian

9
ilmiah perlu didasarkan pada teoritis yang digunakan untuk
merumusakan masalah dan membangun hipotesis penelitian.
Dalam pengertian sehari-hari, teori (dalil) merupakan
prisnip-prinsip umum dari bidang keilmuan atau ajaran yang
berlaku yang dapat dibuktian dengan praktek (diuji dengan
data empiris). Jika data empiris tidak mendukung suatu teori
maka teori tersebut perlu digantu atau dimodifikasi dengan
teori baru. Oleh karenanya teori merupakan pandangan-
pandangan empiris yang sudah disepakati secara umum karena
merupakan pandangan-pandangan empiris yang sudah
disepakati secara umum karena merupakan hasil penyaringan
fakta-fakta yang terjadi sebelumnya dan dapat digunakan untuk
menjelaskan suatu peristiwa ataupun mengatasi suatu masalah.
(Bambang Juanda, 2009:29)
Wimmer dan Dominick (1987) mendefinisikan istilah
teori sebagai seperangkat proporsi yang berhubungan, yang
menggambarkan suatu pemikiran sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep.
Teori merupakam himpunan konsep, definisi, dan
proporsi yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan
yang dikemukakan untuk menjelaskan dan memprediksi
fenomena (fakta-fakta). Teori itu harusalah menjelaskan
adanya hubungan antar variabel yang satu dengan variabel
yang lain dan dapat dibuktikan secara empiris.
Secara umum, teori dapat dikelompokan ke dalam tiga
kelompok permasalahan deskriptif, yaitu: 1) Grounded Theory,
2) Substantive Theory, dan 3) Middle Range Theory.
a. Teori Induktif (grounded theory), teori yang diambil
dari fenomena yang terjadi, biasanya teori ini banyak
ditemukan di ilmu pengetahuan alam. Cara
menerangkannya adalah dari data ke arah teori. Cara
berpikir induktif adalah proses berpikir untuk
memperoleh pernyataan (konklusi) yang bersifat umum
menuju konklusi yang bersifat khusus.
b. Teori Fungsional (substantive theory), terbatas pada
suatu masalah tertentu. Teori ini diangkat dari suatu
interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis.

10
c. Teori Deduktif (middle range theory), teori ini berada
diantara hipotesa khusus (kecil) dan hipotesa umum
(besar). Teori ini berawal dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan
diterangkan. Cara berpikir deduktif adalah dimulai dari
pernyataan (konklusi) yang berlaku secara umum,
kemudian ditarik konklusi secara khusus.

Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, dan bila tidak


bisa diuji kebenarannya, maka ia bukanlah suatu teori tetapi
opini.
Menurut Sukardi (2009:33) studi kepustakaan dilakukan
oleh setiap peneliti dengan tujuan yang utama yaitu mencari
dasar pijakan atau pondasi untuk memperoleh dan membangun
landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan dugaan
sementara atau sering disebut sebagai hipotesis penelitian,
sehingga para peneliti dapat dimengerti, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan kemudian menggunakan variasi
pustaka dan bidangnya. Dengan melakukan studi kepustkaan,
para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan
mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti.
Menurut Ary dkk, (1983: 56) dikutip Sukardi (2009:34)
menyatakan bahwa studi kepustkaan mempunyai peranan
sebagai berikut.
a. Peneliti akan mengetahui teori yang berkaitan dengan
permasalahan.
b. Dengan mengetahui teori yang berkaitan dengan
permasalahan, peneliti dapat menempatkan pertanyaan
secara perspektif.
c. Dengan studi literatur, peneliti dapat membatasi
pertanyyan yang diajukan dan menentukan konsep
studi yang berkaitan erat dengan permasalahan.
d. Dengan studi literatur, peneliti dapat mengetahui dan
menilai hasil-hasil penelitian yang sejenis yang
mungkin kontradiktif antara satu penelitian dengan
penelitian lainnya.

11
e. Peneliti dapat menentukan pilihan metode penelitian
yang tepat untuk memecahkan permasalahan.
f. Dengan studi literatur, para peneliti dapat lebih yakin
dalam menginterpretasikan hasil penelitian yang
hendak dilakukannya.

Menurut Sukardi, (2009:36) isi studi kepustkaan dapat


berbentuk kajian teoritis yang pembahasannya difokuskan pada
informasi sekitar permasalahan penelitian yang hendak dipecahkan
melalui penelitian. Misalnya, jika seorang peneliti hendak
mengungkapkan tentang pengaruh prestasi belajar dilihat dari
faktor-faktor: hubungan anak dengan orang tua, pekerjaan orang
tua, dan status orang tua, maka peneliti dapat melakukan studi
kepustakaan yang berhubungan dengan: teori sosiologi dan
psikologi pendidikan anak serta hbungan sosial sekitar kegiatan
anak dalam keluarga, peranan orang tua, dan jenis pekerjaan.
Tentang berapa jumlah refernesi atau buku acuan dalam
kajian pustaka kadang ditanyakan para peneliti muda atau
mahasiswa yang baru pertama kali mempunyai tugas menyusun
studi literatur dari sumber-sumber pustaka yang ada dan
menghubungkan dengan permasalahan penelitian.
Tidak ada batasan pasti tentang berapa jumlah buku yang
harus digunakan sebagai acuan, tetapi ada petunjuk yang memberi
arah bahwa semakin banyak buku dan sumber-sumber informasi
arah bahwa semakin banyak buku dan sumber-sumber informasi
mendukung kegiatan ekspplorasi kajian pustaka, semakin baik dan
menguntungkan bagi si peniliti. (Sukardi, 2009:36).
Terdapat tiga tipe sumber informasi yang dapat dijadika
rujukan atau literature review dalam melakukn penelitian, yaitu:
referensi umum, sumber primer dan sumber sekunder. Referensi
umum merupakan sumber yang dijadikan rujukan utama oleh
peneliti, misalnya dari artikel tertentu, karangan ilmiah, buku, dan
dokumen lainnya yang berkaitan langsung dengan pertanyaan
peniliti. Refernsi umum merupakan indeks, yaitu dftar pengarang,
judul buku, tempat penerbitan artikel atau wacana atau berupa
abstrak.

12
Sumber primer adalah publikasi di mana seseorang
melakukan penelitian kemudian diterbitkan. Penulis
mengkomunikasikan temuannya secara langsung kepada pembaca.
Sumber primer penelitian pendidikan adalah journal. Ada jurnal
yang diterbitkan bulanan, tiga kali dalam setahun, dan artikel yang
dimuat merupakan laporan hasil penelitian.
Sumber sekunder adalah publikasi di mana penulis
mendeskripsikan hasil karya orang lain. Sumber sekunder adalah
buku (text books), ensiklopedia pendidikan, kajian penelitian, atau
buku tahunan. Peneliti yang mencari sumber informasi dianjurkan
untuk mencari referensi umum terlebih dahulu baru kemudian
sumber primer dan sumber sekunder.
Sedangkan menurut Sukardu (2009:34) sumber informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan studi kepustkaan, antara lain:
a. Jurnal Penelitian
Jurnal penelitian biasanya lebih berorientasi pada nilai
akademik yang sangat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Dalam jurnal ini, beberapa hasil
penelittian terpilih diterbitkan dan dapat digunakan
sebagai perkembangan dan acuan ilmu pengetahuan
yang baru.
b. Laporan Hasil Penelitian
Tidak semua hasil penelitian mempunyai kesempatan
dapat dipiblikasikan dlam jurnal. Mereka tersebar
dalam rak perpustkaan atau di masing-masing dosen
pembimnbing. Para peneliti dapat mengakses dengan
meminta izin kepada yang bersangkutan. Hasil
penelitian tersebut mempunyai bobot hampir sama
dengan yang ada dalam jurnal. Hasil penelitian yang
ada dan substansi lainnya dalam hasil penelitian dapat
diambil sebagai acuan kepustkaan. Perbedaanya adalah
laporan hasil penelitan tersebut belum diterbitkan.
Acuan yang berasal dari jurnal maupun laporan hasil
penelitian, kedua-duanya dapat digunakan untuk
menyusun struktur studi literatur dan kerangka teoritis.
c. Abstrak

13
Tidak lain adalah ringkasan tentang laporan hasil
penelitian. Sudah menjadi kesepakatan internasional
nahwa abstrak perlu ada dalam setiap laporan hasil
penelitian, baik yang sudah dipublikasikan maupun
yang belum dipublikasikan. Abstrak penelitian pada
umumnya disusun secara narasi dengan menonjolkan
tiga aspek penelitian yaitu tujuan penelitian,
metodologi penelitian dan hasil dari penelitian. Abstrak
dibuat dengan bahasa narasi terbatas antara 75 kata
sampai 300 kata tergantung kebijakan setiap universitas
yang berkepentingan. Abstrak penelitian dicantumkan
dalam awal laporan mempunyai tujuan agar para
pembaca dan khususnya para peneliti dapat mengambil
manfaat dari hasil penelitian yang dilaporkan dalam
waktu yang relatif singkat.
d. Narasumber
Dalam mencari informasi, narasumber merupakan
sumber informasi hidup. Karena mereka umumnya
adalah manusia yang mempunyai kriteria tertentu.
Yang termasuk narasumber diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Para professional, yaitu orang-orang yang
mempunyai profesi atau terlibst secara langsung
dengan kegiatan yang menjadi interes peneliti.
2) Para ahli, yaitu orang-orang yang memiliki
keahlian dalam bidang tertentu seperti dosen,
peneliti, manajer perusahaan, dan lain-lain.
Mereka mempunyai kewenangan dalam
memberikan data atau informasi yang berkaitan
dengan permasalahan yang hendak diteliti oleh
penliti.
e. Buku
Sumber pustka ilmiah yang lain adalah buku yang
secara resmi telah dipublikasi atau telah menjadi
pegangan dalam mempelajari suatu bidang ilmu. Buku
sangat penting karena sebagian bidang ilmu yangg erat
kaitannya dengan penelitian dan sebagian besar ada

14
dalam bentuk buku yang ditukis oleh seorang
pengarang ahli. Dalam kaitannya denganbuku sebagai
sumber pustaka, para peneliti hendaknya mengacu pada
wawasan yang lebih luas dalam hal penggunaan bahasa
yang mencakup bahasa internasional. Menguasai
bahasa-bahasa internasional akan dapat menambah
wawasan bagi para peneliti.
f. Surat Kabar dan Majalah
Media cetak ini adalah sumber pustaka yang cukup
baik dan mudah diperoleh masyarakat. Menginagt
bahwa informasi dari surat kabar dan majalah
merupakn informasi yang sifatnya popular, para
peneliti dianjurkan umtuk lebih dahulu mengevaluasi
isi yang hendak diambil. Cara yang paling sederhana
dan tetap efektif untuk diterapkan dalam mengevaluasi
sumber informasi adalah dengan menanyakan seperti
berikut ini.
1) Apakah (what) isi dari surat kabar atau majalah
relevan dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan dalam penelitian.
2) Siapakah (who) penulis atau narasumber yang
telah menuliskan pokok bahasan mempunyai
kriteria, sebagai professional, akademis, atau
sumber utama dalam suatu bidang tertentu.
3) Bagaimanakah (how) penulis mengutarakan
pokok bahasab dalam surat kabar tersebut?
4) Kapan (when) karya tulis dicetak atau
diterbitkan? Untuk masalah Sosial Polotok,
Pendidikan, dan Ekonomi, waktu lima tahun
mempunyai kemungkinan untuk berubah agar
relevan dengan permasalahan yang ada. Untuk
bidang Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika,
dan Teknologi kecuali Teknologi Informasi,
masa lima tahun mungkin masih mempunyai
relevansi dengan permasalahan yang ada.
5) Mengapa (why) penulis menguraikan
pendapatnya dalam surat kabar atau majalah?

15
Adakah mereka mempunyai kepentingan
ekonomis, politis atau telaah ilmiah murni
dalam acuan professional dan akademik.
g. Internet
Kemajuan teknologi membawa dampak yang sangat
signifikan di bidang informasi. Dunia seolah menjadi
semakin kecil, batas antar negara dapat dilampaui
dengan tidak melakukan intervebsi. Dengan kemajuan
teknologi informasi, kegiatan manusia semakin
mengglobal, transaksi perdagangan dapat dilakukan
dengan jaringan komuniksi, informasi mengalir dengan
cepat sekali. Apa yang terjadi belahan dunia yang satu
dapat diketahui oleh dunia lain melaluin teknologi
informasi.

2. Teori sebagai Sumber Hipotesis


Dalam penelitian kuantitatif, teori memjadi sumber
bagi pengajuan hipotesis. Teori menjadi premis-premis dasar
yang menjadi landasan penyusunan kerangka berpikir.
Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk
mengajukan dugaan kebenaran hipotesis. Kebenaran hipotesis
masih bersifat dugaan yang masih harus diuji dengan
menggunakan data-data empirik. Hipotesis merupakan
kebenaran pada tingkat teori yang sementara diterima sambul
menunggy dilakukan pengujian data-data yang dikumpulkan.
Hipotesis diajukan berdasarkan argumentasi kebenaran yang
dibangun dalam kerangka berpikir dan merupakan kesimpulan
kebenaran yang ditarik secara logis dari teori-teori sebagai
premis. Dalam hubungan ini maka dapat dikatkan bahwa teori
merupakan sumber hipotesis.
Hipotesis bersumber dari teori dan tinjauan litertaur
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan
dalam hipotesis, hanya meruoakan dugaan sementara atau
suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah
dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk
menjelaskan maalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan

16
menghasilkan hipotesis yang tepat untuk dugunakan sebagai
jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari
dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji
suatu teori. Untuk menguji teori tersebut, peneliti menguji
hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan
hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan
sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bnetuk
yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum
digunakan ialah melalui proses operasional, yaitu menurunkan
tingkat keabstrakan suatu teori menajadi tingkat yang lebih
konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam
bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur.
Proporsi yang dapat diuku atau diamati adalah proposisi yang
menyatkan hubungan antar-variabel. Proporsi seperti inilah
yang disebut sebagai hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan
hubungab antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis),
hipotesis merupaka pernyataan yang menunjukkan hubungan
antar-variabel (dalam tingkat yabg konkret atau empiris).
Hipotesis menghubungkan teori dengan realistas sehingga
melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori
dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, oleh
sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang
teori dalam bentuk yang dpat diuji (statement of theory in
testable form), atau kadang-kadang hipotesis didefinisikan
sebagai pernyataan tentatif tentang rwalistik (tentative
statements about relity).
Oleh karena teori berhubungan denga hipotesis,
merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka
teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak
mengembangkan proporsi yang tegas tebrabf masalah
penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk
menggunakan teori yang ada. Kemudaian, karena dasar
penyusunan hipotesis yan reliable dan dapat diuji adalah teori,
tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskann,

17
memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan
antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau
kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam
kerangka teoritis.
Jadi, sumber hipotesis dalam teori sebagimana disusun
dlam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu
hipoetsis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian
mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian
atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering
terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis
(penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.

3. Teori sebagai Panduan Pengumpulan Data


Dalam pendekatan kualitatif, teori tidak ,menjadi
panduan sentral bagi peneliti dalam merancang penelitian dan
menafsirkan data penelitian. Sumber pokok jawaban
permasalahan penelitian terletak pada data-data yang
dikumpulkam peneliti di lapangan bukan bersumber dari teori,
sedangkan dalam peneltian kauntitatif, teori digunakan untuk
menjadi panduan pengumpulan data dan membantu
memperjelad karakteristik data.
Melalui proses yang dilakukan secara bertahap, teori
dapat dibangun dengan mengumpulkan konsep dan data yang
ditemukan di lapangan, dianalisis dengan teori yang digunakan
dalam penelitian, kemudian akan membentuk suatu penafsiran
yang komprehensif terhadap konsep-konsep tersebut sehingga
diharapkan dapat membentuk teori baru atau menyempurnakan
teori yang sudah ada sebelumnya.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengarahkan
pada pengembangan instrumen alat ukur yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data. Dalam mengarahkan
pengembangan alat ukir, teori membantu memberikan definisi
mengenai variabel yang hendak dkumpulkan datanya. Definisi
konsep dilakukan dengan memindahkan teori ke dalam
bangunan konsep yang digunakan dalam penelitian. Untuk
kepentingan pengukuran, definsi konsep diubah menjadi
definisi operasional sehingga indikator perilaku yang

18
mencerminkan kepemilikan variabel telah nampak. Kisi-kisi
instrumen merupakan perencanaan untuk meyusun butir-butir
instrumen alat ukur.
Butir-butir instrumen yang akan menjadi alat ukur
pengumpulan data dituliskan berdasarkan kisi-kisi instrumen.
Sebelum butir-butir instrumen alat ukur digunakan untuk
mengumpulkan data, dilakukan terlebih dahulu uji coba untuk
melihat mutunya. Selanjutnya data dikumpulkan dengan cara
melakukan pengukuran dengan menggugnakan butir-butir
instrumen alat ukur yang telah dituliskan dan diuji coba.
Misalnya: sebuah penelitian dilakukan untuk melihat hubungan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Penelitian
melibatkan dua variabel yaitu motivasi belajar dan prestasi
belajar, sehingga pengukuran pengumpulan data dilakukan atas
kedua variabel. Oleh karena itu suatu teori tampil sebagai
abstraksi, implikasi atau idealitas dari fenomena, eksplanasi,
dan mungkin pada merupakan penafsiran atas data empiris.

C. Kerangka Berpikir Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasari oleh filsafat
positivisme yang menekankan fenomena-fenomena obyektif dan dikaji secara
kuantitatif. Memaksimalkan objektivitas maka desain penelitian ini dilakukan
dengan menggunkan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan
percobaan terkontrol. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:53).
Sedangkan menurut Sugiyono (2011:10-11) penelitian kuantitatif
dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama
digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini di sebut sebagai metode positivistik karena berlandasan kepada
filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah (scientific) karena
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur
rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
Meyode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian barupa angka-
angka dan analisis menggunakan statistik.
Metode positivisme pertama kali diungkapkan oleh August Comte
(1798-1857). Metode ini berpangkal kepada apa yang telah diketahui, yang
aktual atau yang positif. Metode ini mengabaikan segala uraian atau persoalan

19
di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu metode ini menolak metafisika,
sehingga dalam filsafat ilmu dibatasi hanya pada segala yan tampak atau
gejala-gejala saja.
Lawan dari metode positivisme adalah metode kontemplatif yang
mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkannya cenderung akan berbeda-
beda. Metode mengembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.
Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi ini disebut cara berkontemplasi
seperti yang dilakukan oleh para nabi atau para ahli filsafat sperti imam Al-
Ghazali.
Apabila mengacu pada filsafat positivisme, maka kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
hubungan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam
penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu
dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Hubungan
antara variabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma
penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus
didasarkan pada kerangka berpikir.
Dalam meyusun kerangka berpikir, seorang peneliti memerlukan alur
pola pikir ilmiah. Seseorang yang berpikir ilmiah, biasanya mempunyai sifat
skeptis, analitis, dan kritis. Sikap skeptis ditunjukan dengan cara berpikir yang
selalu mempertanyakan atau meragukan teori ataupun kebenaran yang sudah
ada di masyarakat. Orang yang berpikir ilmiah selalu menuntut adanya bukti
empiris atau fakta yang mendukung argumentasi teori tersebut, sehingga
diperoleh kebenaran yang meyakinkan. Sikap analitis ditunjukan dengan suatu
proses berpikir yang selalu mencari hubungan-hubungan dari fenomena yang
diamati, apakah tentang situasi, karakter atau lainnya dengan cara
memberikan penjelasan yang berkaitan dengan hubungan tersebut berdasarkan
pengamantan dan analisisnya. Sikap kritis ditunjukan dengan proses membuat
dan memberikan justifikasi atau penafsiran berkaitan dengan temuan ataupun
mungkin kesalahan dari hasil kajian tersebut. Orang yang berpikir ilmiah,
logika berpikirnys objektif, konsisten, dan rasional berdasarkan bukti empiris
atau fakta dari suatu proses atau penelitian ilmiah.

20
Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan, maka
selanjutnya disusun kerangka berpikir yang berupa kerangka berpikir
asosiatif/hubungan mauoun komparatuf/perbandingan. Kerangka berpikir
asosiatif dapat menggunakan kalimat “jika begini maka akan begitu”, “jika
komitmen kerja tinggi maka produktivitas lembaga akan tinggi”, atau “jika
pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan
berkurang (negatif)”. (Sugiyono, 2011:97)
Selanjutnya menurut Uma Sekaran (1992) dalam Sugiyono (2011:97)
mengemukakan bahwa kerangka berpikir yang baik, memuat hal-hal sebagai
berikut:
 Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
 Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunujukan dan
menjelaskan hubungan variabel yang diteliti, dan ada teori
yang mendasari.
 Diskusi juga harus dapat menunjukan dan menjelaskan apakah
hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk
simetris, kausal, atau interaktif (timbal balik).
 Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatkan dalam
bentuk digram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain
dapat memahami kerangka berpikir yang dikemukakan dalam
penelitian.

D. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari kata hypo
(kurang) dan thesis (pendapat). Jadi hipotesis adalah pendapat atau jawaban
sementara terhadap suatu permasalahan yang diajukan yang kebenarannya
perlu dibuktikan.
Perumusan hipotesis peneltian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, tapi tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis, sebab
penelitian bersifat eksploratif dan deskriptif tidak memerlukan hipotesis.
Peneltian yang menggunakan pendekatan kuantitatif saja yang bisa
menggunakan hipotesis, sebab penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif diharapkan mendapatkan hipotesis yang kemudian diuji oleh peneliti
lain dengan pendekatan kuantitatif.
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan
masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk
deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif

21
(hubungan). Oleh karena itu, bentuk hipotesis juga ada tiga, yaitu: hipotesis
deskriptif, komparatif, dan asosiatif. (Sugiyono, 2011:102).
Hipotesis deskriptif adalah dugaan sementara yang mengenai nilai
suatu variabel, tidak menyatakan hubungan ataupun perbandingan. Ingat,
hanya mengenai nilai suatu variabel. Statistika yang digunakan untuk menguji
hipotesis deskriptif adalah uji rata-rata sampel atau mean. Sudah disebutkan di
atas bahwa hipotesis itu dirumuskan berdasarkan rumusan masalah dan kajian
teori.
Hipotesis komparatif adalah dugaan sementara yang membandingkan
nilai dua variabel. Artinya, dalam hipotesis komparatif, kita tidak menentukan
dengan pasti nilai variabel yang kita teliti, tetapi membandingkan. Berarti, ada
dua variabel yang sama, tetapi beda sampel. Statitika yang digunakan untuk
menguji hiptesis komparatif ini adalah (dengan asumsi normalitas terpenuhi)
menggunakan uji-t atau uji-t’. Tetapi sebelumnya, harus diuji dulu normalitas
dan homogenitasnya.
Hipotesis asosiatif adalah dugaan yang menyatakan hubungan antar
dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Statistika yang
digunakam untuk menguji hipotesis asosiatif ini adalah (dengan asumsi
normalitas terpenuhi) menggunakan Korelasi Product Momen, Korelasi
Ganda, atau Korelasi Parsial.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian kuantitatif (Quantitatif Research) adalah suatu metode penelitian


yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah dimana data yang diperoleh berupa
angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang di nilai, dan
diamalisis dengan analisis statistik. Penelitian kuantitaif biasanya digunakan
untuk membuktikan dan menolak suatu teori. Karena penelitian ini biasanya
bertolak dari suatu teori yang kemudian diteliti, dihasilkan data, kemudian
dibahas dan diambil kesimpulan.
Studi pustaka atau literature review adalah bagian dari sebuah karya tulis
ilmiah yang memuat pembahasan-pembahasan penelitian terdahulu dan referensi
ilmiah yang terkait dengan penelitian yang dijelaskan oleh penulis dalam karya
tulis tersebut. Studi pustaka menempati posisi yang tak kalah penting dari hasil
penelitian karena studi pustaka memberikan gambaran awal yang kuat, mengapa
sebuah penelitian harus dilakukan dan apa saja penelitian-penelitian lain yang
telah dilakukan. Studi pustaka ditinjau dari sumbernya dapat dibedakan menjadi
dua bagian yaitu: kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian.

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasari oleh filsafat


positivisme yang menekankan fenomena-fenomena obyektif dan dikaji secara
kuantitatif. Memaksimalkan objektivitas maka desain penelitian ini dilakukan
dengan menggunkan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan
terkontrol. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:53).

Hipotesis berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari kata hypo
(kurang) dan thesis (pendapat). Jadi hipotesis adalah pendapat atau jawaban
sementara terhadap suatu permasalahan yang diajukan yang kebenarannya perlu
dibuktikan.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak terdapat kesalahan dan
kekhilafan, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan dari para pembaca
berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi
acuan kami kedepan dalam membuat makalah.

23
Daftar Pustaka

http://books.google.co.id

https://afidburhanuddin.wordpress.com./2013/05/21/landasan-teori-kerangka-
pikir-dan-hipotesis/

https://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/landasan-teori-kerangka-pikir-
dan-hipotesis-penelitian/

24

Anda mungkin juga menyukai