Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : WAHYU RAHMAT RIFA’I

NIM : C.431.19.0105

TEKNIK ELEKTRO A SORE

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SEMARANG

2021
LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : WAHYU RAHMAT RIFA’I

NIM : C.431.19.0105

TEKNIK ELEKTRO A SORE

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SEMARANG

2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum algoritma dan
pemrograman ini dengan baik.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu
yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan laporan ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan rasa terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Sehingga
laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Penulis sadari bahwa dalam menysun laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan
banyak manfaat

Semarang, 09 Januari 2022

Wahyu Rahmat Rifa’i

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................iii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
UNIT I ...................................................................................................................... 6
INSTALASI PENERANGAN LISTRIK ................................................................. 6
1.1. Tujuan ........................................................................................................... 6
1.2. Alat Dan Bahan ............................................................................................. 6
1.3. Dasar Teori .................................................................................................... 8
1.3.1. Pengertian Penghantar, Kabel dan Kawat Penghantar .............................. 8
1.3.2. Jenis Kabel Listrik yang Umum Dipakai dan Nomenklaturnya ................ 8
1.3.3. Kuat Hantar Arus (KHA) .......................................................................... 9
1.3.4. Warna Kabel Menurut Standard PUIL .................................................... 11
1.3.5. Pasal-Pasal Instalasi Sesuai PUIL 2011 .................................................. 12
1.3.6. Instalasi Panggung Pentas ....................................................................... 14
1.3.7. Instalasi Penerangan Jalan Umum (PJU) ................................................ 16
1.4. Hasil dan Data Percobaan ........................................................................... 17
1.4.1. Rangkaian instalasi penerangan listrik satu fasa dengan saklar tunggal dan
stop kontak ............................................................................................................. 17
1.4.1.1. Data Percobaan .................................................................................... 17
1.4.1.2. Langkah Kerja...................................................................................... 18
1.4.1.3. Hasil Percobaan dan Perhitungan ........................................................ 18
1.4.1.4. Analisa ................................................................................................. 19
1.4.1.5. Tugas .................................................................................................... 19
1.4.2. Rangkaian instalasi penerangan listrik satu fasa dengan system penerangan
ruang pentas/panggung pertunjukan. ..................................................................... 22
1.4.2.1. Gambar Rangkaian .............................................................................. 22
1.4.2.2. Langkah Kerja...................................................................................... 23
1.4.2.3. Hasil Percobaan dan Perhitungan ........................................................ 23
1.4.2.4. Analisa ................................................................................................. 23
1.4.2.5. Tugas .................................................................................................... 24
1.4.3. Rangkaian instalasi penerangan listrik satu fasa dengan saklar senja dan
timer untuk penerangan jalan. ................................................................................ 25
1.4.3.1. Gambar Rangkaian .............................................................................. 25

iv
1.4.3.2. Langkah Kerja...................................................................................... 26
1.4.3.3. Hasil Percobaan dan Perhitungan ........................................................ 26
1.4.3.4. Analisa ................................................................................................. 27
1.4.3.5. Tugas .................................................................................................... 27
1.5. Kesimpulan ................................................................................................. 29
1.6. Saran ............................................................................................................ 29
1.7. Daftar Pustaka ............................................................................................. 30

v
UNIT I

INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

1.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.1.1. Mahasiswa dapat mengenal peralatan instalasi penerangan listrik
dan dan melaksanakan sesuai fungsinya.
1.1.2. Mahasiswa dapat menginstalasi penerangan sesuai dengan
peralatan dan komponen yang dibutuhkan.

1.2. Alat Dan Bahan


1.2.1. Peralatan

No Nama Keterangan
1 Tool Set Satu set lengkap peralatan tukang listrik.
2 Tang Kombinasi Alat untuk memuntir kabel yang disambung.
3 Solder Alat untuk mematri sambungan kabel.
4 Obeng Untuk memasang/ melepas sekrup.
6 Tespen Untuk mengetahui suatu penghantar
bertegangan atau tidak

7 Megger Untuk mengetahui ketahanan isolasi pada


suatu rangkaian instalasi. Tahanan isolasi
paling rendah 1000 kali tegangan kerja,
dinyatakan dalam ohm. Misalnya apabila
tegangan kerja 220 Volt, maka tahanan
isolasi paling rendah 220.000 Ohm atau 220
Mega Ohm.

8 Papan Kayu Dianggap sebagai dinding/tembok.


9 Gergaji Besi Untuk memotong pipa Union.
11 Martil Untuk memukul.
12 Alat Pembengkok Untuk membengkokkan pipa.

6
1.2.2. Bahan-bahan

No Nama Keterangan
1 Kabel NYA 2,5 mm2 Jenis penghantar yang banyak dipakai untuk
instalasi rumah tinggal pasangan tetap, pada
saluran utama.

2 Kabel NYA 1,5 mm2 Penghantar untuk saluran cabang, yaitu


saluran ke lampu atau saklar.

3 Pipa Union 5/8” Pembungkus kabel NYA pada instalasi.


5 Lasdop Sebagai isolasi sambungan kabel.
6 T-Doos 5/8” Kotak bercabang tiga untuk percabangan
penghantar.

7 Cross Doos Kotak bercabang empat untuk persilangan


penghantar.

8 Roset Kayu Sebagai dudukan fitting plafond yang


dipasang pada langit-langit.

9 Fiiting Edison Pemegang lampu pijar yang digantung.


10 Bocht Korte Penyambung dua pipa yang berbentuk sudut
90 derajat.

11 Saklar Tunggal Untuk memutus atau menghubungkan aliran


listrik.

12 Saklar Seri Untuk menyalakan atau mematikan dua


buah lampu secara bergantian atau bersama-
sama
13 Saklar Tukar/ Hotel Untuk menyalakan/mematikan lampu dari
dua tempat yang berbeda, saklar ini banyak
dipakai di hotel atau lorong panjang.

14 Stop Kontak Merupakan terminal tempat


menghubungkan peralatan listrik, seperti
TV, Seterika, Kulkas, DLL.

16 Saklar 2 kutub/ 3 Untuk menghubungkan/ memutuskan aliran


kutub listrik pada instalasi dengan sumber.

7
17 Sekering Kotak berisi saklar dan sekering untuk
melindungi instalasi dari arus lebih.

18 KWH Meter Alat untuk mengetahui/mengukur energy


listrik yang dipakai pada suatu instalasi
(Kilo Watt Hour Meter).

19 Lampu Pijar Sumber cahaya karena memijarnya kawat


wolframe yang berada di dalam bola kaca
yang berisi gas/ruang hampa.

1.3. Dasar Teori


1.3.1. Pengertian Penghantar, Kabel dan Kawat Penghantar
Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non
logam yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus listrik dari satu
titik ke titik yang lain. Penghantar dapat berupa kabel ataupun berupa kawat
penghantar.
Kabel ialah penghantar logam yang dilindungi dengan isolasi. Bila
jumlah penghantar logam tadi lebih dari satu maka keseluruhan kabel yang
berisolasi tadi dilengkapi lagi dengan selubung pelindung. Contohnya kabel
listrik yang dipakai di rumah. Bila kabel tersebut “dikupas” maka akan
kelihatan sebuah selubung (biasanya berwarna putih) yang membungkus
beberapa inti kabel yang terisolasi (2 atau 3 inti) dimana masing-masing inti
memiliki warna isolasi yang berbeda.
Sedangkan kawat penghantar ialah penghantar yang juga logam tetapi
tidak diberi isolasi. Contohnya ialah kawat grounding pada instalasi
penangkal petir atau kawat penghantar pada sistem transmisi listrik
tegangan menengah dan tinggi milik PLN.
1.3.2. Jenis Kabel Listrik yang Umum Dipakai dan Nomenklaturnya
Dalam instalasi listrik perumahan, paling tidak ada 3 jenis kabel
listrik yang paling umum digunakan yaitu kabel jenis NYA, NYM dan
NYY. Istilah NYA, NYM dan NYY ini merupakan tata nama atau
nomenklatur pada kabel. PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik
tahun 2000) dalam lampiran C menjelaskan mengenai tata nama

8
(nomenklatur) kabel ini. Dari lampiran tersebut, kabel NYA, NYM dan
NYY berarti kabel standar berpenghantar tembaga (N) dan berselubung
isolasi dari Poli Vinil Chlorida (Y).
1.3.3. Kuat Hantar Arus (KHA)
Kabel listrik mempunyai ukuran luas penampang inti kabel yang
berhubungan dengan kapasitas penghantaran arus listriknya. Dalam istilah
PUIL, besarnya kapasitas hantaran kabel dinamakan dengan Kuat Hantar
Arus (KHA).
Ukuran kabel dan KHA-nya sebaiknya kita pahami dengan baik
untuk menentukan pemilihan kabel yang sesuai dengan kapasitas instalasi
listrik rumah kita. Besar kapasitas daya listrik dalam suatu instalasi listrik
rumah berhubungan dari berapa besar langganan listrik dari PLN. Besarnya
KHA kabel harus lebih besar dari rating MCB, karena prinsipnya adalah
MCB harus trip sebelum kabelnya terkena masalah.
Arus listrik yang melebihi KHA dari suatu kabel akan menyebabkan
kabel tersebut menjadi panas dan bila melebihi daya tahan isolasinya, maka
dapat menyebabkan rusaknya isolasi. Kerusakan isolasi bisa menyebabkan
kebocoran arus listrik dan akibatnya bisa fatal seperti kesetrum pada
manusia atau bahkan mengakibatkan terjadinya kebakaran.
PUIL 2000 memberikan ketentuan mengenai besarnya diameter dari
penghantar kabel dan maksimum KHA terus-menerus yang diperbolehkan
pada kabel tipe NYA, NYM dan NYY.

9
Dari tabel diatas, satu hal yang perlu diperhatikan adalah faktor
temperatur lingkungan di luar kabel. KHA yang dinyatakan dalam tabel
tersebut berlaku untuk maksimum temperatur di sekitar kabel sampai 30
Cdeg. Lebih dari itu akan menyebabkan turunnya nilai KHA kabel. Ada
faktor koreksi yang harus diperhitungkan sesuai dengan besarnya
lingkungan. Faktor Koreksi dalam PUIL diatur dalam tabel untuk kabel
NYA dan NYM, untuk kabel NYY di dalam tanah dan udara.

10
Untuk (Kabel NYA dan NYM), pilih kolom 3 (Bahan isolasi PVC).
Contoh kalkulasinya adalah : KHA pada tabel Faktor Koreksi.
1.3.4. Warna Kabel Menurut Standard PUIL
Kabel listrik yang mempunyai banyak inti akan mempunyai warna isolasi
inti yang berbeda-beda. Hal ini sebetulnya berhubungan dengan faktor
keselamatan karena bisa menghindarkan tertukarnya sambungan kabel pada
sistem instalasi. Karena itu, sebagai keseragaman, penggunaan warna isolasi
inti kabel mempunyai aturan tertentu.
Instalasi listrik yang baik akan selalu mengikuti aturan ini. Karena bila
suatu saat diperlukan pemeriksaan atau perbaikan sistem instalasi tersebut,
maka seorang instalatir akan lebih mudah menemukan pola sambungan kabel
listriknya. Kabel listrik yang digunakan pada sistem instalasi listrik rumah
biasanya terdiri atas penghantar phase, netral dan ground. PUIL mengatur
penggunaan warna untuk penghantar netral adalah biru, penghantar ground
dengan warna hijau atau campuran kuning-hijau, dan penghantar phase
dikhususkan dengan warna hitam. Pengaturan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel PUIL berikut,

11
1.3.5. Pasal-Pasal Instalasi Sesuai PUIL 2011

• Pasal 2.2.2.2 Kapasitas hantar arus (KHA)


Setiap konduktor harus mempunyai KHA seperti yang ditentukan dalam Bagian
5-52 dan 7, dan tidak kurang dari arus yang mengalir di dalamnya. Untuk maksud
ayat ini, KHA harus dianggap tidak kurang dari kebutuhan maksimum yang
ditentukan dalam 2.3.2 untuk sirkit utama dan sirkit cabang, atau dalam 2.3.4
untuk sirkit utama atau sirkit cabang dengan cara pengukuran atau pembatasan,
atau dalam 2.3.5 untuk sirkit akhir.
• Pasal 2.2.9.2 Sekering
Jika sekering digunakan sebagai pembatas arus gangguan, kata-kata “pembatas
arus gangguan” dan nilai pengenal elemen sekering maksimum yang diperlukan
untuk mengamankan sirkit, harus dicantumkan pada atau bersebelahan dengan
gawai semacam itu dengan tulisan yang jelas dan tidak mudah terhapus.
• Pasal 2.2.9.3 Lokasi
Pembatas arus gangguan dapat dipasang pada sisi suplai atau pada sisi beban
perlengkapan proteksi yang bersangkutan. Dalam hal pada sisi beban pembatas
arus gangguan harus dipasang sedekat mungkin pada perlengkapan proteksi yang
bersangkuatan.

12
• Pasal 2.2.9.4 Pengendalian
Pembatas arus gangguan tidak perlu dikendalikan oleh sakelar, asal terdapat
tanda peringatan yang sesuai yang ditempatkan pada posisi yang tepat.
• Pasal 2.2.9.5 Pemasangan
Pembatas arus gangguan tidak perlu dipasang di depan perlengkapan hubung
bagi, asal:
a) Tersedia pencapaian yang aman dan mudah
b) Adanya dan posisi pembatas semacam itu ditandai dengan jelas dan tidak
mudah terhapus pada bagian depan perlengkapan hubung bagi.
• Pasal 2.8.1.3 Pencapaian ke sakelar utama
Sakelar utama harus dapat dicapai, sebagai berikut:
a) Umum
Sakelar utama harus mudah dicapai dan sarana untuk mengoperasikan sakelar
tersebut harus tidak lebih dari 2 meter di atas tanah, lantai atau landasan.
b) Gedung dengan lebih dari satu penghuni
Sakelar utama harus dapat dicapai oleh tiap penghuni. Satu atau lebih sakelar
utama tidak harus dapat dicapai oleh tiap penghuni, yang dapat mencapai suatu
atau lebih sakelar yang memisahkan bagian instalasi penghuni tersebut. Sakelar
seperti itu
• Pasal 5.10.4.3 Penyambungan BKT
Perlengkapan listrik melalui tusuk kontak dan kotak kontak Contoh
penyambungan BKT perlengkapan listrik melalui tusuk kontak dan kotak kontak
dapat dilihat pada Gambar 5.10.4-1.

13
• Pasal 5.10.4.4 Penempatan kotak kotak
Kotak kontak pasangan dinding di instalasi listrik domestik (rumah tangga)
harus dipasang dengan ketinggian sekurang-kurangnya 1,25 m dari lantai,
kecuali kotak kontak dari jenis putar atau tutup.
1.3.6. Instalasi Panggung Pentas
Instalasi penerangan pentas adalah sebuah instalasi instalasi listrik yang
dipakai untuk penerangan (pencahayaan) pada pentas atau panggung saat
pertunjukan berlangsung. Untuk merancang suatu instalasi penerangan ruang
pentas kita harus mengetahui hal hal seperti dibawah ini: Macam Pentas
Menurut tempat pelaksanaannya, pentas terbagi atas dua macam, yaitu : 1.
Pentas Tertutup Pentas tertutup adalah pentas yang berada pada suatu
bangunan. Artinya bahwa pentas tersebut beratap dan dibatasi dinding atau
tembok, jadi terlindung dari hujan, angin, dan cahaya matahari langsung, serta
terlindung dari kemungkinan gangguan keamanan. Biasanya untuk pentas
tertutup mempunyai ukuran terbatas. Instalasi penerangan yang dapat
dilakukan menjadi bermacam-macam instalasi karena tingkat keamanannya
yang membuat instalasi yang terpasang 2. Pentas Terbuka Pentas terbuka
adalah pentas yang tidak beratap dan tidak seluruhnya ditutup atau dibatasi oleh
dinding atau tembok. Biasanya bagian belakang dari pentas ditutup dengan
dinding atau tembok, berfungsi sebagai latar belakang atau sebagai pemisah.
Umumnya pentas terbuka berada pada lapangan (areal) yang luas dengan
ukuran yang lebih besar. Karakteristik Pentas Pentas biasanya ada yang bersifat
tetap, tetapi ada juga yang bersifat tidak tetap. Pentas yang bersifat tetap
misalnya pentas di gedung gedung pertemuan atau pertunjukan. Sedang yang
tidak tetap misalnya pentas yang dibangun saat memperingati HUT RI, pentas
pertunjukan keliling dan lain lain. Jenis Lampu Yang Digunakan Ada banyak
jenis lampu yang biasa dipakai dalam penerangan pentas, tapi jenis-jenis lampu
dapat digolongkan menjadi :
1. Lampu Penerangan Biasa Lampu ini biasanya digunakan pada saat tidak
digunakan pentas, tetapi kadang kadang digunakan juga pada saat pentas
tersebut. Jenis lampu yang digunakan ialah lampu pijar, lampu tabung atau

14
lampu gas. Sistem penyalaannya seperti lampu lampu penerangan rumah
tinggal.
2. Lampu Penerangan Pentas Lampu ini digunakan untuk kesenian pada saat
pentas. Warna cahaya yang dipancarkan dari sumber cahayanya bermacam
macam, ada merah, kuning, biru, hijau dan sebagainya. Warna ini disebabkan
oleh warna gelas lampunya atau warna gas yang ada dalam lampu tersebut.
Jenis lampu yang digunakan ialah lampu spotlight atau lampu tembak dan
lampu sinar laser yang canggih.
3. Sistem penyalaannya lebih beragam, seperti :
a. Menyala terang berganti padam (gelap)
b. Menyala kedip kedip
c. Menyala perlahan lahan dan padam perlahan lahan
d. Menyala putar
Selain itu, sistem pemasangan lampunya ada yang tetap ada pula yang
dapat digeser geser. Sistem pemancaran cahayanya ada yang tetap ada pula
yang berubah ubah Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam merancang
instalasi penerangan ruang pentas. Pertama adalah dengan merancang instalasi
penerangan pada ruang pentas dengan menggunakan hubungan Seri-Paralel
yang berguna dalam aplikasi pada gedung bioskop dan ruang pertunjukan lain,
kedua adalah merancang instalasi penerangan satu fase dengan sistem
penerangan untuk ruang pentas/panggung pertunjukan yang aplikasi yang
diharapkan adalah dalam diskotek dan pesta-pesta kecil. Instalasi Penerangan
Pentas dengan Hubungan Seri-Paralel Pada rancangan instalasi penerangan
pentas dengan hubungan seri-paralel, seperti pada ruang gedung bioskop
ataupun kamar tidur, umumnya digunakan beberapa buah lampu sebagai beban
dengan daya pada masing-masing lampu tidak ditentukan, saklar tunggal, dan
saklar dua kutub. Lampu yang digunakan di rangkaian sedemikian rupa
sehingga bila kita ingin mengubah kondisi lampu dari keadaan terang ke redup,
maka rangkaian juga berubah dari kondisi paralel ke seri.

15
1.3.7. Instalasi Penerangan Jalan Umum (PJU)
Penerangan Jalan Umum/PJU merupakan aspek penting dalam penataan
suatu daerah/kota. PJU memiliki peranan sebagai pedoman navigasi
pengguna jalan di malam hari, meningkatkan keamanan dan keselamatan
pengguna jalan, menambah unsur estetika, dan juga dapat memberikan
nilai tambah ekonomi bagi suatu daerah. Namun sayangnya banyak
Pemerintah Daerah yang masih mengalami kendala dalam menyediakan
fasilitas publik yang sangat penting ini terutama dalam hal perencanaan
sistem PJU yang efisien energi. Tidak sedikit Pemerintah Daerah mengalami
kesulitan dalam pembiayaan untuk pengelolaan operasonal PJU yang
dimilikinya dikarenakan tingginya biaya energi yang harus dibayarkan
kepada perusahaan penyedia tenaga listrik PJU, apalagi untuk ekspansi
pembangunan PJU yang baru. Kondisi ini menyebabkan masyarakat tidak
dapat menikmati layanan pencahayaan di jalan umum pada malam hari
dengan optimal, karenanya efisiensi energi PJU adalah keharusan. PJU
yang efisien energi diawali dari perencanaan dan desain dari sistem PJU
itu sendiri. Jika rencana dan desain awal PJU gagal menghasilkan desain
yang efisien energi, maka bisa dipastikan bahwa PJU yang tidak efisien
energi yang akan diperoleh jika rencana tersebut direalisasikan. Sebelum
melangkah pada desain teknis, perencanaan harus dimulai dari analisa
kebutuhan. Salah satu prinsip dari efisiensi adalah alokasikan sumber daya
yang terbatas hanya untuk keperluan yang dibutuhkan, karenanya analisa
kebutuhan menjadi dasar dari perencanaan pemasangan PJU baru.

16
1.4. Hasil dan Data Percobaan
1.4.1. Rangkaian instalasi penerangan listrik satu fasa dengan saklar tunggal
dan stop kontak
1.4.1.1. Data Percobaan

Keterangan gambar :
F : Sekring
L : Lampu Pijar
SK : Saklar Tunggal
STK : Stop Kontak
PE : Kabel Pentanahan / Grounding
N : Kabel Netral
220 V : Kabel Fasa

17
1.4.1.2. Langkah Kerja
1. Membuat gambar rangkaian
2. Menggunakan wearpack / seragam kerja
3. Menyiapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan
4. Mengetes / Menguji kondisi komponen-komponen
5. Merangkai rangkaian kontrol sesuai gambar
6. Memastikan rangkaian kontrol berfungsi dengan benar
7. Menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan
8. Mengujicoba rangkaian
9. Melakukan pengukuran arus & tegangan
10. Melepas dan mengembalikan alat serta bahan ke tempat semula

1.4.1.3. Hasil Percobaan dan Perhitungan


• Hasil Percobaan
Tegangan input = 220 V
Tegangan stop kontak dan Lampu = 215 V

• Perhitungan
Diketahui :
➢ Vto = 220 V
➢ Vtb = 215 V
Pertanyaan :
➢ Regulasi (%) = ?

Jawab :
➢ Regulasi (%) = Vto – Vtb / Vtb * 100%
➢ Regulasi (%) = 220 – 215 / 215 * 100%
➢ Regulasi (%) = 2,32 %

18
1.4.1.4. Analisa
Pada rangkaian ini teradapat 3 buah penghantar, yaitu fasa, netral dan ground.
Cara kerja instalasi tersebut adalah apabila Fuse/Sekring dinyalakan maka
rangkaian akan teraliri arus listrik. Apabila saklar tunggal dinyalakan , lampu akan
menyala karena telah teraliri arus listrik. Untuk menguji stop kontak telah teraliri
arus ataupun belum dapat dilakukan menggunakan tespen dengan metode masukan
ujung tespen ke dalam stop kontak, apabila lampu pada tespen menyala, berarti
stopkontak telah teraliri arus listrik. Untuk mematikan lampu, dapat dilakukan
dengan menekan saklar untuk mengembalikan ke posisi awal.
Pada rangkaian ini, tegangan yang terukur sebesar 215 V, dari hasil
pengukuran untuk tegangan 1 Fasa, 215 V terbilang normal. Karena tegangan input
atau tegangan normalnya adalah 220 V.

1.4.1.5. Tugas
• Pertanyaan
1. Jelaskan cara kerja instalasi tersebut?
2. Apa fungsi dari kawat pentanahan?
3. Syarat apa yang harus dipenuhi dalam pengukuran tahanan isolasi?
4. Hitung drop tegangan pada stop kontak dan lampu (Waktu dibebani)?
• Jawaban :
1. Pada rangkaian ini teradapat 3 buah penghantar, yaitu fasa, netral dan
ground. Cara kerja instalasi tersebut adalah apabila Fuse/Sekring
dinyalakan maka rangkaian akan teraliri arus listrik. Apabila saklar
tunggal dinyalakan , lampu akan menyala karena telah teraliri arus
listrik. Untuk menguji stop kontak telah teraliri arus ataupun belum
dapat dilakukan menggunakan tespen dengan metode masukan ujung
tespen ke dalam stop kontak, apabila lampu pada tespen menyala,
berarti stopkontak telah teraliri arus listrik. Untuk mematikan lampu,
dapat dilakukan dengan menekan saklar untuk mengembalikan ke posisi
awal.
2. Untuk Keselamatan, fungsi grounding pertama yaitu sebagai
penghantar arus listrik ke bumi atau tanah saat terjadi kebocoran listrik
sehingga tidak sampai menimbulkan bahaya (kesetrum, korsleting
bahkan kebakaran). Misalnya adalah saat penggunaan setrika listrik,
dimana jika terjadi tegangan yang bocor atau hubungan singkat, maka
tegangan tersebut akan di alirkan ke tanah melalui kabel arde, dan tidak

19
akan mengalir ke badan pengguna.
Sebagai Penangkal Petir, fungsi grounding kedua yakni mampu
menghantarkan arus listrik yang berkapasitas besar langsung ke tanah
atau bumi. Pemasangan kabel grounding untuk instalasi rumah dan
grounding untuk penangkal petir, pemasangannya harus terpisah
lokasinya satu sama lain.
Pengaman peralatan listrik, disini grounding mampu mencegah
terjadinya kerusakan yang diakibatkan adanya bocor tegangan.
3. Pada saat melakukan pengukuran tahanan isolasi antara fasa (P) dan
netral (N), hal pokok yang perlu diperhatikan adalah memutus atau
membuka semua alat pemakai arus yang terpasang secara parallel pada
saluran tersebut, seperti lampu – lampu, voltmeter, dan sebagainya.
Sebaliknya semua alat pemutus seperti : kontak, penyambung –
penyambung dan sebagianya yang tersambung secara seri harus
ditutup.

Pengujian tahanan isolasi antara fasa (P) dengan netral (N) Sedangkan
untuk pengujian tahanan isolasi antara jaringan Instalasi dengan
tanah / ground (G), hal pokok yang perlu diperhatikan adalah memutus
atau membuka semua alat pemakai arus yang terpasang secara parallel
pada saluran tersebut, seperti lampu – lampu, voltmeter, dan
sebagainya. Sebaliknya semua alat pemutus seperti : kontak,
penyambung – penyambung dan sebagianya yang tersambung secara
seri harus ditutup.

20
Pengujian tahanan isolasi antara Instalasi dengan tanah (G)
4. Diketahui :
➢ Vto = 220 V
➢ Vtb = 215 V

Pertanyaan :
➢ Regulasi (%) = ?

Jawab :
➢ Regulasi (%) = Vto – Vtb / Vtb * 100%
➢ Regulasi (%) = 220 – 215 / 215 * 100%
➢ Regulasi (%) = 2,32 %

21
1.4.2. Rangkaian instalasi penerangan listrik satu fasa dengan
system penerangan ruang pentas/panggung pertunjukan.
1.4.2.1. Gambar Rangkaian

Keterangan gambar :
F : Sekering
L1, L2, L3 : Lampu pijar warna putih, merah dan hijau
SK1 : Saklar Tunggal
SK2, SK3 : Saklar Tukar (Hotel)
T : Saluran Fasa
N : Saluran Netral

22
1.4.2.2. Langkah Kerja
1. Membuat gambar rangkaian
2. Menggunakan wearpack / seragam kerja
3. Menyiapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan
4. Mengetes / Menguji kondisi komponen-komponen
5. Merangkai rangkaian kontrol sesuai gambar
6. Memastikan rangkaian kontrol berfungsi dengan benar
7. Menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan
8. Mengujicoba rangkaian
9. Melakukan pengukuran arus & tegangan
10. Melepas dan mengembalikan alat serta bahan ke tempat semula

1.4.2.3. Hasil Percobaan dan Perhitungan


• Hasil Percobaan
Tegangan Input = 220 V
Tegangan saklar lampu = 218 V
• Perhitungan
Diketahui :
Vs = 220 V
Vr = 213 V
Pertanyaan :
VR = ?
Jawab :
VR = Vs – Vr / Vr * 100%
VR = 220 – 213 / 213 * 100%
VR = 3,28 %

1.4.2.4. Analisa
Pada rangkaian ini teradapat 2 buah penghantar, yaitu fasa dan netral . Cara
kerja instalasi tersebut adalah apabila Fuse/Sekring dinyalakan maka rangkaian
akan teraliri arus listrik. Pada rangkaian ini, saklar tunggal (SK1) digunakan
sebagai pengunci atau saklar utama pada rangkaian, apabila saklar tunggal (SK1)
dinyalakan, maka akan mengalirkan arus listrik ke saklar tukar 1 (SK2), dan

23
saklar tukar 1 (SK2) dapat menyalakan antara lampu 1 (L1) atau saklar tukar 2
(SK3), sedangkan saklar tukar 2 (SK3) akan menalakan lampu 2 (L2) atau lampu
3 (L3).
Hasil pengukuran pada rangkaian ini adalah 218 V, dari hasil pengukuran
untuk tegangan 1 Fasa, 218 V terbilang normal. Karena tegangan input atau
tegangan normalnya adalah 220 V.

1.4.2.5. Tugas
• Pertanyaan
1. Jelaskan cara kerja instalasi tersebut?
2. Hitung drop tegangan pada lampu?
• Jawaban
1. Pada rangkaian ini teradapat 3 buah penghantar, yaitu fasa, netral
dan ground. Cara kerja instalasi tersebut adalah apabila
Fuse/Sekring dinyalakan maka rangkaian akan teraliri arus listrik.
Pada rangkaian ini, saklar tunggal (SK1) digunakan sebagai
pengunci atau saklar utama pada rangkaian, apabila saklar tunggal
(SK1) dinyalakan, maka akan mengalirkan arus listrik ke saklar
tukar 1 (SK2), dan saklar tukar 1 (SK2) dapat menyalakan antara
lampu 1 (L1) atau saklar tukar 2 (SK3), sedangkan saklar tukar 2
(SK3) akan menalakan lampu 2 (L2) atau lampu 3 (L3).

2. Diketahui :
➢ Vs = 220 V
➢ Vr = 213 V
Pertanyaan :
➢ VR = ?
Jawab :
➢ VR = Vs – Vr / Vr * 100%
➢ VR = 220 – 213 / 213 * 100%
➢ VR = 3,28 %

24
1.4.3. Rangkaian instalasi penerangan listrik satu fasa dengan saklar
senja dan timer untuk penerangan jalan.
1.4.3.1. Gambar Rangkaian

Keterangan gambar :
F : Sekering
T : Saluran Fasa
N : Saluran Netral
L1 : Lampu Pijar
TM : Timer
SK1 : Saklar Tunggal
PS : Photo Sensor
T : Saluran Fasa
N : Saluran Netral

25
1.4.3.2. Langkah Kerja
1. Membuat gambar rangkaian
2. Menggunakan wearpack / seragam kerja
3. Menyiapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan
4. Mengetes / Menguji kondisi komponen-komponen
5. Merangkai rangkaian kontrol sesuai gambar
6. Memastikan rangkaian kontrol berfungsi dengan benar
7. Menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan
8. Mengujicoba rangkaian
9. Melakukan pengukuran arus & tegangan
10. Melepas dan mengembalikan alat serta bahan ke tempat semula

1.4.3.3. Hasil Percobaan dan Perhitungan


• Hasil Percobaan
Tegangan input = 220 V
Tegangan saklar lampu = 218 V

• Perhitungan
Diketahui :
➢ Vs = 220 V
➢ Vr = 218 V
Pertanyaan :
➢ VR = ?
Jawab :
➢ VR = Vs – Vr / Vr * 100%
➢ VR = 220 – 218 / 218 * 100%
➢ VR = 0,91 %

26
1.4.3.4. Analisa
Pada rangkaian ini teradapat 2 buah penghantar, yaitu fasa dan netral. Cara
kerja instalasi tersebut adalah apabila Fuse/Sekring dinyalakan maka rangkaian
akan teraliri arus listrik. Pada rangkaian ini, saklar tunggal (SK1) digunakan
sebagai pengunci atau saklar utama pada rangkaian, apabila saklar tunggal (SK1)
dinyalakan, maka akan mengalirkan arus listrik ke photo sensor dan timer, photo
sensor akan menyalakan lampu pada saat kondisi gelap, tetapi lampu tidak akan
langsung menyala, karena terdapat timer, timer digunakan untuk mengatur waktu
kapan lampu akan menyala. Setelah set waktu timer selesai, timer akan menyala
dan mengaktifkan lampu. Jika photo sensor terkena cahaya maka lampu akan mati.

Hasil pengukuran pada rangkaian ini adalah 218 V, dari hasil pengukuran
untuk tegangan 1 Fasa, 218 V terbilang normal. Karena tegangan input atau
tegangan normalnya adalah 220 V.

1.4.3.5. Tugas

• Pertanyaan
1. Jelaskan cara kerja instalasi tersebut?
2. Hitung drop tegangan pada lampu?
• Jawaban
1. Pada rangkaian ini teradapat 2 buah penghantar, yaitu fasa dan
netral. Cara kerja instalasi tersebut adalah apabila Fuse/Sekring
dinyalakan maka rangkaian akan teraliri arus listrik. Pada rangkaian
ini, saklar tunggal (SK1) digunakan sebagai pengunci atau saklar
utama pada rangkaian, apabila saklar tunggal (SK1) dinyalakan,
maka akan mengalirkan arus listrik ke photo sensor dan timer, photo
sensor akan menyalakan lampu pada saat kondisi gelap, tetapi lampu
tidak akan langsung menyala, karena terdapat timer, timer
digunakan untuk mengatur waktu kapan lampu akan menyala.
Setelah set waktu timer selesai, timer akan menyala dan
mengaktifkan lampu. Jika photo sensor terkena cahaya maka lampu
akan mati.

27
2. Diketahui :
Vs = 220 V
Vr = 218 V
Pertanyaan :
VR = ?
Jawab :
VR = Vs – Vr / Vr * 100%
VR = 220 – 218 / 218 * 100%
VR = 0,91 %

28
1.5. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam suatu rangkaian, diperlukan 3 buh penghantar yaitu fasa, netral dan
ground, selain itu diperlukan juga suatu sekring/MCB yang berfungsi sebagai
Alat Pembatas dan Pemutus
2. Pada rangkaian listrik, MCB dipasang atau diinstal pada penghantar fasa.
3. Rangkaian photo sensor berfungsi menyalakan lampu pada saat
suasana/kondisi cuaca gelap dan lampu akan mati pada saat suasana/konsisi
cuaca terang.
4. Grounding berfungsi untuk keselamatan, yaitu sebagai penghantar arus listrik
ke bumi atau tanah saat terjadi kebocoran listrik sehingga tidak sampai
menimbulkan bahaya (kesetrum, korsleting bahkan kebakaran). Misalnya
adalah saat penggunaan setrika listrik, dimana jika terjadi tegangan yang bocor
atau hubungan singkat, maka tegangan tersebut akan di alirkan ke tanah melalui
kabel arde, dan tidak akan mengalir ke badan pengguna.

1.6. Saran
Setelah melakukan praktikum Teknik Tenaga Listrik – Instalasi Penerangan,
teradapat beberapa saran yaitu :
1. Dapat ditambahkan beberapa contoh instalasi lain, agar mahasiswa mendapatkan
beberapa pengalaman baru.
2. Dapat digunakan beberapa beban, atau daya dari lampu yang berbeda-beda, agar
nilai pengukuran arus dapat berbeda atau beragam

29
1.7. Daftar Pustaka

Modul Praktikum Teknik Tenaga Listrik

PUIL 2000

https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com/2016/11/pengukuran-isolasi-
atau-
insulationtest.html#:~:text=Nilai%20resistansi%20isolasi%20pada%20suatu,listrik
%20y ang%20dialiri%20penghantar%20tersebut.

https://id.scribd.com/doc/221372205/LAPORAN-INSTALASI-PENERANGAN

https://www.ayoriset.com/2020/04/rumus-dan-cara-menghitung-tegangan.html

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/eea64f6fc831ce12103c8c1
2a6665e14.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/eea64f6fc831ce12103c8c1
2a6665e14.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai