Anda di halaman 1dari 4

i.

I/T Ratio
Angka banding I/T adalah angkabanding antara granulosit neutrofil belum matang
(imatur) terhadap neutrofil jumlah keseluruhan (total). Granulosit neutrofil belum
matang meliputi neutrofil batang, metamielosit, mielosit, dan promielosit. Neutrofil
matang adalah bagian (segmen) neutrofil. Neutrofil merupakan sel yang bertugas
sebagai salah satu mekanisme pertahanan tubuh. Jumlah neutrofil beragam (-variasi)
pada minggu pertama kehidupan. Batas bawah jumlah keseluruhan neutrofil yang
normal di bayi baru lahir adalah 1800/mm3, lalu meningkat hingga 7200/mm3 pada 12
jam kehidupan dan kemudian menurun dan menetap di 1800/mm3 setelah umur 72 jam.
Nilai angkabanding I/T adalah ≤ 0,16 pada saat lahir dan menurun hingga 0,12 setelah
umur 72 jam.1 Jangkitan akan menyebabkan pelepasan neutrofil ke dalam aliran darah,
sehingga akan meningkatkan jumlah sel darah putih. Pada keadaan jangkitan bakteri
akut dijumpai pergeseran ke kiri dari neutrofil, yakni dengan banyak dijumpai bentuk
batang, dan bentuk neutrofil belum matang lainnya. Neutrofil belum matang (imatur)
umumnya ditemukan di jangkitan dan sepsis. Namun, sensifitas dari I/T ratio 60-90%
sehingga perlu gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang lain.
ii. Leukositosis
Peningkatan leukosit atau sel darah putih dapat dijadikan sebagai penanda pada
keadaan infeksi, termasuk pada kasus sepsis pada bayi. Pada sepsis yang merupakan
kasus infeksi, sel darah putih meningkat sebagai bentuk pertahanan tubuh. Pada kasus
sepsis, akan terjadi produksi sitokin-sitokin proinflamasi yang menyebabkan aktivasi
endotel termasuk peningkatan ekspresi molekul adhesi sel yang memfasilitasi
rekrutmen dan diapedesis leukosit. Hal tersebutlah yang menyebabkan adanya
gambaran peningkatan sel darah putih atau leukositosis pada pemeriksaan darah
lengkap
iii. LED
Laju endap darah merupakan salah satu indicator pemeriksaan laboratorium yang
digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi pada seseorang. Pada keadaan inflamasi
seperti sepsis, terdapat peningkatan protein plasma seperti peningkatan sitokin
proinflamasi. Peningkatan protein plasma menyebabkan sel-sel darah merah lebih
mudah dan lebih cepat untuk menempel dan menyatu membentuk gumpalan yang
disebut dengan rouleaux.
iv. CRP Meningkat
C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu protein fase akut yang dihasilkan hati
sebagai akibat proses infeksi dan reaksi inflamasi yang menimbulkan kerusakan
jaringan sehingga dapat menjadi penanda yang baik untuk adanya infeksi bakteri pada
neonatus. Pada sepsis dimana terjadi infeksi, terjadi pelepasan mediator inflamasi
seperti interleukin-6 (IL-6), tumour necrosis factor-alfa (TNF-α), dan sitokin
proinflamasi. Sintesis mediator-mediator inflamasi ini menyebabkan protein fase akut
yang dihasilkan di hati, seperti CRP menjadi meningkat.
v. Gambaran Infiltrat Lobus Kanan
Infeksi pernapasan pada bayi baru lahir dapat berasal dari bakteri, virus, jamur,
spirochetal, atau protozoa. Bayi dapat memperoleh pneumonia secara transplasenta,
melalui cairan ketuban yang terinfeksi, melalui kolonisasi pada saat lahir, atau secara
nosokomial. Pneumonia perinatal adalah bentuk pneumonia neonatal yang paling
umum dan didapat saat lahir.
Streptococcus Grup B (GBS) adalah organisme paling umum yang menyerang bayi
cukup bulan. Pneumonia kongenital terjadi ketika organisme penyebab ditularkan
secara transplasental ke janin. Patogen yang paling umum adalah rubella,
cytomegalovirus, adenovirus, enterovirus, gondongan, Toxoplasma gondii, Treponema
pallidum, Mycobacterium tuberculosis, Listeria monocytogenes, varicella zoster, dan
human immunodeficiency virus. Ketidakmatangan sistem kekebalan bayi dan gambaran
anatomis dan fisiologis paru membuat bayi baru lahir berisiko lebih tinggi terkena
infeksi. Silia pernapasan yang kurang berkembang dan penurunan jumlah makrofag
paru mengakibatkan penurunan pembersihan patogen dari sistem pernapasan. Bayi baru
lahir juga mengalami penurunan fungsi kekebalan seluler dan humoral, yang bahkan
lebih terlihat pada bayi prematur.
Faktor risiko pneumonia perinatal termasuk ketuban pecah berkepanjangan
(PROM), infeksi ibu, dan prematuritas. Bayi hadir dengan peningkatan kerja
pernapasan dan kebutuhan oksigen. Radiografi dada sering mengungkapkan infiltrat
parenkim difus dengan air bronchogram atau konsolidasi lobar. Efusi pleura juga dapat
terlihat. Berbeda dengan bayi dan anak yang lebih tua, pneumonia neonatal merupakan
bagian dari penyakit sepsis umum; dengan demikian, mendapatkan kultur darah dan
cairan serebrospinal dan memulai terapi antibiotik spektrum luas direkomendasikan
untuk setiap bayi yang bergejala.
vi. Pre-eklamsia
Pre-eklampsia/eklampsia dapat terjadi karena faktor genetik. Bila seseorang
memiliki riwayat keluarga pre-eklampsia/eklampsia maka dia mempunyai risiko lebih
besar mengalami pre-eklampsia/eklampsia saat kehamilan (Ward and Lindheimer,
2009). Pre-eklampsia disebabkan oleh adanya plasenta atau respons ibu terhadap
plasenta. Plasenta yang buruk adalah faktor predisposisi kuat yang mempengaruhi ibu,
terkait dengan sinyal inflamasi (tergantung pada gen janin) dan juga sifat respons ibu
(tergantung pada gen ibu)

Pada kehamilan normal, arteri spiral uteri invasiv ke dalam trofoblas,


menyebabkan peningkatan aliran darah dengan lancar untuk kebutuhan oksigen dan
nutrisi janin. Pada pre-eklampsia, terjadi gangguan sehingga aliran darah tidak lancar
dan terjadi gangguan pada plasenta. Peningkatan sFlt1 (lihat Gambar) menyebabkan
plasenta memproduksi free vascular endothelial growth factor (VEGF) dan penurunan
placental growth factor (PlGF). Selanjutnya menyebabkan disfungsi endotel pada
pembuluh ibu mengakibatkan penyakit multiorgan : hypertension, glomerular
dysfunction, proteinuria, brain edema, liver edema, coagulation abnormalities. 
Terdapat dua teori pre-eklampsia, vaskular (iskemia-reperfusi yang
menghasilkan stres oksidatif dan penyakit vaskular) dan kekebalan tubuh (maladaptasi
kekebalan ibu-ayah, yaitu reaksi alloimun maternal yang dipicu oleh penolakan
terhadap allograft janin) yang dicurigai bertanggung jawab terhadap preeklampsia.
Etio-patofisiologi pre-eklampsia sangat kompleks dan melibatkan beragam faktor
seperti predisposisi genetik, gangguan pada renin-angiotensinaldosteron, disfungsi
endotelium ibu, koagulopati maternal, sitokinin, faktor pertumbuhan, dan sebagainya
Hipertensi sebagai penyebab utama gagal jantung selain itu dapat menyebabkan
penyakit ginjal, diabetes, peripheral vascular disease, retinopathy, dan stroke
vii. Antibiotik profilaksis tidak dikonsumsi ibu
Sebagai profilaksis terjadinya infeksi akibat bakteri, karena pada bayi BBLR sistem
imun akan berkurang. Sistem imun berkurang ini disebabkan oleh ig G dan gamma
globulin yang diberikan oleh ibu rendah. Sehingga bayi lebih mudah mengalami
infeksi.

Anda mungkin juga menyukai