Anda di halaman 1dari 4

KISAH DAN ‘IBRAH SAMIRI, UJIAN

BANI ISRAIL
Bila ada kaum yang keras kepala dan mudah membangkang, mungkin kepada Bani Israillah label
itu layak disematkan. Betapa tidak, berulang kali Allah memberikan karunia besar kepada
mereka, berulang kali pula setelah itu mereka membangkang.

Kali ini, Bani Israil baru saja selamat dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Mereka lolos
menyeberangi laut merah menuju daratan sinai (benua asia) dari bumi mesir (benua afrika). Laut
yang dalam itu berubah menjadi lembah yang kering dan jalan yang bisa dilewati. Kemudian
dikiri dan kanannya laut bagaikan dua bukit yang sangat besar.

Adapun Firaun dan bala tentaranya yang mengejar di belakang, semuanya ditenggelamkan Allah
ke dalam laut merah. Laut tersebut kembali bertaut begitu Bani Israil lolos sampai di daratan
seberang. Dengan tragis, kejayaan Firaun berakhir seiring dengan tewas ia di tengah laut. Dan
semua peristiwa luar biasa itu disaksikan dan dirasakan langsung oleh Bani Israil.

Secara normal, tentulah pengalaman diselamatkan Allah dengan mukjizat yang luar biasa, akan
menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Namun, ternyata nikmat Allah yang besar itu
tidak disyukuri oleh Bani Israil. Baru saja mereka selamat ke daratan, mereka melihat
sekelompok kaum yang menyembah berhala. Mereka langsung meminta kepada Nabi Musa agar
dibuatkan pula tuhan seperti berhala kaum tersebut. Nabi Musa sangat marah atas keras kepala
dan matinya hati mereka. Allah berfirman:

َ َ‫َو َجا َو ْزنَا بِبَنِي ِإ ْس َراِئي َل ْالبَحْ َر فََأتَوْ ا َعلَى قَوْ ٍم يَ ْع ُكفُونَ َعلَى َأصْ ن ٍَام لَهُ ْم قَالُوا يَا ُمو َسى اجْ َعلْ لَنَا ِإلَهًا َك َما لَهُ ْم آلِهَةٌ ق‬
‫ال ِإنَّ ُك ْم قَوْ ٌم‬
ُ
َ‫تَجْ هَلون‬.

Artinya: “Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai
kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Hai Musa.
buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan
(berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguh-nya kalian ini adalah kaum yang betul-betul jahil (mati
hatinya)”. (QS Al A’raf: 138).

Namun Nabi Musa masih bisa bersabar menghadapi kaumnya. Allah juga masih terus
menurunkan karuniaNya. Mereka semua dibawa ke dekat bukit Thursina dan diberi makanan
khusus berupa manna dan salwa. Manna berupa makanan yang manis yang turun langit.
Sedangkan salwa adalah burung-burung yang terbang dan menjatuhkan dirinya di sekitar bani
Israil. Sehingga kebutuhan makanan mereka sangat cukup. Allah berfirman:

)80( ‫نزلنَا َعلَ ْي ُك ُم ْال َم َّن َوالس َّْل َوى‬


ْ ‫ور األ ْي َمنَ َو‬ ُّ ‫ب‬
ِ ‫الط‬ َ ِ‫يل قَ ْد َأ ْن َج ْينَا ُك ْم ِم ْن َعد ُِّو ُك ْم َو َوا َع ْدنَا ُك ْم َجان‬
َ ‫يَا بَنِي ِإ ْس َراِئ‬.

Artinya: “Hai Bani Israil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuh
kalian, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah
kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian Manna dan Salwa.” (QS
Thaha: 80).

Sehingga mereka kemudian diperintahkan Allah untuk memakan rezki-rezki terbaik itu. Dan
mereka dilarang berbuat zhalim di dekat bukit Thursina. Apapun bentuk kazhaliman akan
berakibat turunnya murka Allah kepada mereka. Dan bila murka Allah sudah turun tentunya
mereka akan binasa.

Kemudian Nabi Musa segera memenuhi janji pertemuannya dengan Allah di balik bukit
Thursina. Ia memberikan amanah kepada saudaranya Nabi Harun untuk memimpin dan
mengatur Bani israil. Nabi Musa pergi menemui Allah dan berbicara denganNya selama 30 hari,
lalu kemudian digenapkan 40 hari.

Disaat kepergian Musa inilah muncul fitnah dan ujian dari seorang yang sesat, tapi berpura-pura
beriman. Ia adalah Samiri, pengikut Nabi Musa semenjak dari Mesir. Tapi, hati dan pikirannya
masih dengan agama paganisme (penyembahan berhala).

Samiri ini melihat jejak kaki kuda Malaikat saat mereka selamat menyeberang laut merah. Maka
pasir jejak kaki kuda Malaikat ini diambil oleh Samiri dan disimpannya. Tentu dia punya
maksud-maksud tertentu. Ditambah dengan pengaruh budaya sihir dalam kehidupannya bersama
kepemimpinan Firaun.

Samiri meminta bani Israil untuk mengumpulkan semua emas yang mereka bawa yang mereka
pinjam dari orang Mesir. Kemudian emas itu dipanaskan. Setelah mencair, ia tuangkan ke sebuah
cetakan seperti seekor anak sapi. Setelah mengeras kembali, jadilah mirip anak sapi yang terbuat
dari emas.

Ketika itulah Samiri memainkan akal sesatnya dan menyihir Bani Israil. Pasir bekas telapak kuda
Malaikat Jibril yang telah disimpannya, ia lemparkan ke patung anak sapi tersebut. Akibatnya
patung emas anak sapi itu bersuara. Lalu Samiri mengatakan bahwa inilah tuhannya Nabi Musa.
Dan ia mengajak Bani Israil menyembahnya.

Anehnya Bani Israil mau saja mengikuti samiri, dan mereka melupakan janji beriman mereka
kepada Allah dan Nabi Musa. Bahkan Nabi Harun memperingatkan mereka bahwa itu adalah
sebuah kesesatan. Tapi mereka tidak peduli. Mereka malah nyaris membunuh Nabi Harun.
Mereka tetap menyembah berhala Samiri sambil menunggu kedatangan Nabi Musa.

Nabi Musa yang sedang beribadah dalam pertemuannya dengan Allah, dan menerima lembaran-
lembaran Taurat dariNya, tiba-tiba dikabari Allah bahwa kaumnya telah disesatkan oleh Samiri.
Sehingga Nabi Musa bergegas kembali ke kaumnya. Dan ternyata memang ia dapati kaumnya
telah menyembah berhala anak sapi buatan Samiri.

Beliau sangat marah menyaksikan itu semua. Hanya sebentar saja ia tinggalkan kaumnya, tapi
sekejap pula mereka berubah. Lembaran Taurat yang ada ditangannya, ia lemparkan. Ia
memarahi semua Bani Israil yang sudah keterlaluan pembangkangannya. Padahal mereka telah
mendapatkan karunia yang berlimpah ruah. Dan mereka telah berjanji untuk beriman kepada
Allah di dekat bukit Thursina. Allah berfirman:
َ ‫فَ َر َج َع ُمو َسى ِإلَى قَوْ ِم ِه غَضْ بَانَ َأ ِسفًا قَا َل يَا قَوْ ِم َألَ ْم يَ ِع ْد ُك ْم َربُّ ُك ْم َو ْعدًا َح َسنًا َأفَطَا َل َعلَ ْي ُك ُم ْال َع ْه ُد َأ ْم َأ َر ْدتُ ْم َأ ْن يَ ِح َّل َعلَ ْي ُك ْم غ‬
‫َضبٌ ِم ْن‬
)86( ‫َربِّ ُك ْم فََأ ْخلَ ْفتُ ْم َموْ ِع ِدي‬

Artinya: “Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata
Musa, “Hai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang
baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian atau kalian menghendaki agar
kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa kalian, dan kalian melanggar perjanjian kalian dengan
aku?” (QS Thaha: 86).

Sungguh Bani Israil sudah kehilangan nalar dan akal sehatnya. Mereka sangat tahu bahwa semua
berhala-berhala itu takkan memberi manfaat bagi mereka. Dan justru Allah sajalah yang akan
memberi mereka karunia. Tapi, mereka terus saja membangkang.

Tidak saja memarahi Bani Israil, Nabi Musa juga marah kepada Nabi Harun. Kenapa dibiarkan
saja mereka ini tersesat. Nabi Harun menjelaskan bahwa ia telah mengingatkan mereka. Tapi
mereka terus membangkang. Maka Nabi Harun tidak berani mengambil langkah lebih jauh,
karena khawatir akan memecah belah bani Israil. Ia memutuskan menunggu kedatangan Nabi
Musa. Allah berfirman:

‫) قَا َل يَا ا ْبنَ ُأ َّم اَل تَْأ ُخ ْذ بِلِحْ يَتِي َوال بِ َرْأ ِسي ِإنِّي‬93( ‫صيْتَ َأ ْم ِري‬
َ ‫) َأال تَتَّبِ َع ِن َأفَ َع‬92( ‫ضلُّوا‬
َ ‫ك ِإ ْذ َرَأ ْيتَهُ ْم‬ َ َ‫ق‬
َ ‫ال يَا هَا ُرونُ َما َمنَ َع‬
ُ َ
)94( ‫ول فَ َّرقتَ بَ ْينَ بَنِي ِإ ْس َراِئي َل َول ْم تَرْ قبْ قَوْ لِي‬ ْ ُ ‫َأ‬ ُ
َ ‫} خَ ِشيت ْن تَق‬

Artinya: “Berkata Musa, “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka
telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja)
mendurhakai perintahku?” Harun menjawab, “Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang
janggutku, dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata
(kepadaku), “Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.”
(QS Thaha: 92-94).

Kemudian Nabi Musa beralih ke Samiri yang telah membuat kesesatan dan menyesatkan. Nabi
Musa sangat marah kepadanya dan mengusirnya. Kemudian patung anak sapi itu dibakar dan
dilemparkan ke dalam laut. Allah berfirman:

‫ك الَّ ِذي ظَ ْلتَ َعلَ ْي ِه عَا ِكفًا لَنُ َحرِّ قَنَّهُ ثُ َّم‬
َ ‫ك َموْ ِعدًا لَ ْن تُ ْخلَفَهُ َوا ْنظُرْ ِإلَى ِإلَ ِه‬ َ ‫ك فِي ْال َحيَا ِة َأ ْن تَقُو َل اَل ِم َس‬
َ َ‫اس وَِإ َّن ل‬ َ َ‫قَا َل فَ ْاذهَبْ فَِإ َّن ل‬
)97( ‫لَنَ ْن ِسفَنَّهُ فِي ْاليَ ِّم نَ ْسفًا‬.

Artinya: “Berkata Musa, “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan dunia
ini (hanya dapat) mengatakan, “Janganlah menyentuh (aku).’ Dan sesungguhnya bagimu
hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu
itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami
sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).” (QS
Thaha: 97).

Berakhirlah kesesatan Samiri dan hancurlah berhala yang dibuatnya. Namun episode
pembangkangan Bani Israil kepada Allah dan RasulNya masih belum berakhir.

Pelajaran dari Kisah ini:


1. Beriman kepada Allah tanpa perlu mukjizat adalah sangat mulia dan tanda kebersihan hati.
Tapi, kafir kepada Allah dan membangkang kepada ajaranNya setelah melihat dan menyaksikan
ayat (mukjizat) Nya, adalah tanda keras dan kotornya hati.

2. Bani Israil mendapat perlakuan-perlakuan istimewa dari Allah. Tapi mereka tak mensyukuri
karunia tersebut. Sangat wajar kemudian, kenabian dan kerasulan Allah dan pindahkan dan Allah
tutup dengan keturunan Ismail (Nabi Muhammad saw).

3. Nabi Harun mentolerir sejenak kesyirikan, dengan menunggu kedatangan Nabi Musa demi
menjaga persatuan dan kesatuan Bani Israil. Ini menunjukkan kasatuan umat juga sangat penting
dijaga.

Wallahu A’laa wa A’lam.

Anda mungkin juga menyukai