Anda di halaman 1dari 4

45

standar di fasilitas kesehatan. Dikarenakan masing – maasing ibu memiliki


kesadaran yang berbeda terlepas dari umur mereka saat hamil dan banyak
faktor lain yang juga bisa mempengaruhi. Jadi, umur ibu yang berisiko dan
yang tidak berisiko memiliki peluang yang sama untuk memeriksakan
kehamilannya.

A. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pemeriksaan


Kehamilan (Antenatal Care) Di Desa Terate Wilayah Kerja Puskesmas
Kramatwatu Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil di Desa Terate
wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu berpendidikan rendah, yaitu sebesar 31
responden (77,5%).

Pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh


sebagai hasil dari proses belajar. Pendidikan dapat diartikan suatu proses
dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku
lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan. Umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya, Pendidikan
dapat terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang dapat terjadi di mana
saja, kapan saja, dan oleh siapa saja yang mempunyai tiga ciri khas. Ciri
pertama, belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri
individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun
potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut didapatkan
karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri
ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan didasari bukan
karena kebetulan (Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada Masyarakat, agar


Masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara
(mengatasi masalah- masalah), dan meningkatkan Kesehatannya. Perubahan
atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan Kesehatan yang dihasilkan oleh
pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya
melalui proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut diharapkan akan

Stikes Faletehan
46

berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasari oleh
kesadaran (Notoatmodjo, 2010).

Peneliti berpendapat bahwa pendidikan yang dimiliki oleh ibu hamil memang
merupakan faktor penting yang melatarbelakangi dan motivasi ibu hamil dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Walaupun demikian tidak
berarti bahwa ibu hamil dengan status pendidikan rendah tidak melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan dan ibu hamil yang berpendidikan tinggi
rutin melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

B. Gambaran Pekerjaan Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pemeriksaan


Kehamilan (Antenatal Care) Di Desa Terate Wilayah Kerja Puskesmas
Kramatwatu Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil di Desa Terate
wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu, tidak bekerja, yaitu sebesar 38
responden (95%).

Pekerjaan adalah aktifitas utama yang dialkukan oleh manusia. Untuk suatu
tugas yang menghasilkan uang. (Wales, 2009)

Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk
mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri, sehingga
sulit untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu
rumah tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan
menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal. (Nurlaelah, 2012)

Peneliti berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara hasil penelitian


dengan teori maupun hasil penelitian sebelumnya. Menurut asumsi peneliti
antara ibu bekerja dengan ibu tidak bekerja tidak ada hubungannya dengan
kunjungan pemeriksaan kehamilan. Mungkin saja karena ibu hamil yang
bekerja maupun yang tidak bekerja memliki pengetahuan yang kurang terhadap
pentingnya pemeriksaan kehamilan.
47

C. Gambaran Paritas Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pemeriksaan


Kehamilan (Antenatal Care) Di Desa Terate Wilayah Kerja Puskesmas
Kramatwatu Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil di Desa Terate
wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu pernah melahirkan 1 sampai 4 anak,
yaitu sebesar 34 responden (85%).

Tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan keteraturan kunjungan


pemeriksaan kehamilan. Ibu dengan paritas tinggi merasa dirinya sudah
berpengalaman dalam kehamilan dan persalinan, sehingga tidak perlu khawatir
lagi seperti pada saat kehamilan sebelumnya. (Pongsibidanget al,2013)

Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan
kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu
dengan kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru
sehingga ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
( Wibowo, 2009)

Peneliti berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara hasil penelitian


dengan teori maupun hasil penelitian sebelumnya. Menurut asumsi peneliti,
bahwa ibu dengan angka paritas tinggi atau rendah berpeluang sama dan tidak
berpengaruh terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilannya. Karena ibu
dengan angka paritas tinggi yang memliki risiko pada kehamilan sebelumnya,
dia merasa perlu untuk memeriksaan kehamilannya. Begitu pula ibu hamil
dengan angka paritas rendah merasa perlu untuk memeriksakan kehamilan
secara teratur karena belum memiliki pengalaman tentang kehamilan.
Sebaliknya dapat pula, ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan antenatal
care dengan angka paritas tinggi merasa telah memiliki pengalaman pada
kehamilan sebelumnya sehingga tidak perlu sering memeriksakan kehamilan
dan ibu dengan angka paritas rendah yang kurang memeriksakan kehamilan
disebabkan terlambat mengetahui tentang kehamilannya.
48

D. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Kunjungan Pemeriksaan


Kehamilan (Antenatal Care) Di Desa Terate Wilayah Kerja Puskesmas
Kramatwatu Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil di Desa Terate
wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu memiliki pengetahuan yang kurang
tentang antenatal care, yaitu sebesar 25 responden (62,5%).

Pengetahuan berhubungan dengan pengingat kepada bahan yang sudah


dipelajari sebelumnya pengetahuan disebut juga real (mengingat kembali),
pengetahuan dapat berhubungan dengan hal yang luas seperti sebuah teori dan
hal yang sempit seperti fakta, pengetahuan merupakan apa yang diketahui dan
hanya sekedar informasi yang dapat di ingat saja. (Notoatmodjo, 2012)

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting membentuk tindakan


seseorang (overt beapiour) pengetahuan memegang penting dalam penentuan
sikap, karena itu pengalaman yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh terhadap
tindakan pemeriksaan kehamilan. (Notoatmodjo, 2010)

Peneliti berpendapat bahwa ada kesenjangan antara hasil penelitian dengan


teori maupun hasil penelitian sebelumnya yaitu ditemukannya ibu hamil yang
mempunyai pengetahuan kurang di Desa Terate wilayah kerja Puskesmas
Kramatwatu tahun 2019 tentang kunjugan pemeriksaan kehamilan (Antenatal
Care). Dari hasil yang didapatkan disimpulkan bahwa semakin rendah
pengetahuan ibu hamil, maka semakin kurang baik pula perilaku ibu hamil
dalam pmeriksakan kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai