BAB I
PENDAHULUAN
memompa darah melalui sirkulasi paru dan sistemik (Ganong, 2010). Hal ini
dilakukan dengan baik bila kemampuan otot jantung untuk memompa, sistem
katub serta pemompaan dalam keadaan baik. Bila ditemukan ketidak normalan
dapat menyebabkan kegagalan dalam memompa darah (Hudak & Gallo, 2002).
dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient
dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010). Deompensasi cordis adalah suatu
(kekurangan fungsi oksigen) dan saat istirahat atau latihan (Black&Hawks, 2005).
(Prince, 2006).
tinggi, ini dibuktikan data dari WHO (World Health Organisation) yang
kasus gagal jantung memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu sekitar 3.000
1
2
bertambah 550 orang penderita. Data dari American Heart Association (AHA)
hidup penderita dan penyebab jumlah kematian bertambah. Di Indonesia, data dari
dengan diagnosis gagal jantung mencapai 14.449 pasien. Sedangkan pada tahun
2005 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita gagal jantung yang pada umumnya
adalah lanjut usia. Prevalensi gagal jantung di negara berkembang masih cukup
tinggi dan jumlahnya semakin meningkat, setengah dari pasien yang terdiagnosa
Penurunan stress fisik dan emosi, Posisi semifowler, Pemberian oksigen (40-70 %
Data yang diperoleh tahun 2017 di IGD RSUD Gambiran angka kejadian
kasus pasien dengan Decompensasi Cordis sendiri yaitu 88 kasus, dari angka
dari kasus Decompensasi Cordis tersebut tidak ada kejadian kematian padapasien
IGD RSUD Gambiran di tahun 2017. Dari fenomena tersebut, penulis tertarik
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
1. Bagi penulis
profesi keperawatan
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Jantung
A. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang
ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium
katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar
darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup
trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup
pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang
terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara
ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet
B. Fisiologi Jantung
kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut,
pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung
yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis
6
sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi
kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung.
Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi
vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah
kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju
paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini
kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri,
darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan
ke aorta.
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini
mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel
ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010). Decompensasi cordis adalah
meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung juga dikatakan sebagai suatu
insidensi aritmia yang tinggi, dan penurunan harapan hidup. European Society of
Cardiology, 1995 juga menjelaskan adanya gejala gagal jantung yang reversible
dengan terapi, dan bukti objektif adanya disfungsi jantung (Price, 2006).
sebagai berikut :
4) Aterosklerosis coroner.
A. Etiologi
adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang
seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada
miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain
dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh
penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi
1. Hipertensi arterial
3. Aorta insufisiensi
4. Mitral stenosis
3. Penyakit pa ncarditis
4. Basedow
1. Empisema paru
2.TBC Paru
3. Kiste paru
4. Asma bronchiale
b.Perikarditis kontrictive sbg akigat dari radang selaput jantung sebelah luar
Disebabkan oleh Decompensasi Cordis kanan dan kiri yang terjadi secara
adalah terjadinya infark jantung yang berulang, hipertensi yang tidak terkontrol,
kehamilan atau persalinan, stress fisik dan emosional, takikardi, infeksi, anemia,
hipervolemi. Dalam menangani adanya penyakit ini sangat penting untuk mencari
B. Klasifikasi
2) Class II : pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
3) Class III : pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
4) Class IV : pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apa pun dan
C. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer and Bare (2002), tanda gejala gagal jantung kiri antara
lain: dyspnea, Paroksimal Nokturnal Dyspnea (PND), S3 dan S4, batuk, mudah
lelah, insomnia, dan kegelisahan. Sedangkan tanda gejala gagal jantung kanan
antara lain: kongestif jaringan perifer dan visceral, edema, penambahan berat
D. Patofisiologi
atau afterload yang meningkat, sehingga volume akan meningkat, jika kondisi ini
berlangsung lama, maka terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output menurun karena
peningkatan tekanan diastolic yang berlangsung lama atau kronik yang menjalar
kapiler meningkat yang menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru
atau sistemik. Penurunan cardiac output yang diakibatkan oleh penurunan tekanan
11
darah arterial pada ginjal yang akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
pada pasien dengan penyakit arteri coroner sebelumnya dan peningkatan preload
menurunkan aliran darah ke ginjal dan jaringan, sehingga suplai oksigen oksigen
ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan pada
akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat. Hal ini menjadi beban atrium kiri
dalam kerjanya mengisi ventrikel kiri saat diastolik, akibatnya terjadi kenaikan
rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan atrium kiri yang meninggi menyebabkan
hambatan pada aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila terus
melakukan hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuan, bila beban tetap
tinggi dimana suatu saat tak teratasi lagi terjadilah gagal jantung kanan sehingga
ventrikel kanan sehingga isi sekuncupnya menurun tnpa didahului adanya gagal
12
jantung kiri. Akibat tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan akan
meningkat dan menjadi beban bagi atrium dalam mengisi ventrikel kanan saat
diastolik yang berakibat naiknya tekanan atrium kanan dan dapat menyebabkan
hambatan pada aliran masuk darah dari vena kava superior adan inferior ke
jantung pada akhirnya menyebabkan bendungan pada vena – vena tersebut ( vena
jugularrs dan vena porta) bial berlanjut terus maka terjadi bendungan sitemik yang
lebih berat dengan timbulnya udem tumit dan tungkai bawah serta asites.
kanan terjadi bersamaan dengan ditandai adanya bendunganb paru dan bendungan
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau
Lelah
Angina
Cemas
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara
lain:
Dyppnea
Batuk
Orthopea
Reles paru
13
Edema perifer
Hari membesar
F. Pemeriksaan Diagnostik
1) Electrocardiogram (EKG)
yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia
2) Foto thorax
dextra.
3) Laboratorium
a. Darah
Hemoglobin dan eritrosit menurun sedikit karena hemodilusi. Kadar
endap darah (LED) biasanya menurun, bila gagal jantung dapat diatasi tapi
infeksi atau karditis masih aktif ada maka LED akan meningkat. Kadar
b. Urine
albuminuria sementara.
G. Penatalaksanaan
Menurut Black and Hawks (2005), penatalaksanaan gagal jantung antara lain:
5) Posisi semifowler
H. Komplikasi
a. Edema paru
b. Gagal ginjal
c. Aritmia
d. Trombo embolisme
15
2.3 WOC
Gagal jantung
freg jantung
Kebutuhan O2
Cardiac output
A. Pengkajian
Gejala :
- Insomenia
Tanda gelisah :
Gelisah, perubahan status mental mis: leturganda vital berubah pada aktivitas
b. Sirkulasi
syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu kuat (pada
tinggi (kelebihan volume cairan atau peningkatan ttr). Tekanan nadi menunjukkan
Irama jantung : sistemia misal : fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel prematur atau
talikardia blok jantung. Nadi apikel : distrimeia misal : PMI mungkin menyebar
dan berubah posisi secara inferim kiri. Bunyi jantung S3 (Gallop) adalah
diastolic dapat menandakan adanya katup atau insufifisensi. Nadi : Nadi perifer
17
mungkin kuat misal : nadi jogulani coatis abdominal terlihat. Warna : kebiruan,
pucat, abu-abu, sianotik. Punggung kuku : pucat atau siamotik dengan pengisia
Bunyi nafas : Crekels, ronchi. Edema : mungkin dependen, umum atau pitting
c. Integritas Ego
penyakit/keputihan finansial
d. Eliminasi
Cairan : Kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, penambahan berat badan
sesak
Diet tinggi garam atau makanan yang telah diproses, lemak gula dan kafein
Penggunaan diuretik.
f. Hygiene
g. Neurosensori
Gejala : nyeri dada, angina kuat atau kronis. Nyeri abdomen kanan atas, salut
pada otot.
melindungi diri
i. Pernapasan
Gejala : Dispesia saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum. Riwayat penyakit paru kronis.
akseri
Batuk kering atau nyaring atau non produktif atau mungkin batuk terus menerus
Sputum : mungkin bercampur darah, merah mudah atau berbuih edema pulomonal
Bunyi nafas : mungkin tidak terdengar dengan krakelis banner dan mengi
Fungsi mental : mungkin menurun, latergik, kegelisahan warna kulit pucat atau
sianolis
19
j. Keamanan
Gejala : Perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan atau tonus otot, kulit lecet
saluran kalsium
4) Pengkajian primer
A (Airway)
B (Breathing)
adanya sesak nafas sehingga memerlukan oksigen, bisa dengan nasal kanul,
C (Circulation)
D (Disability)
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVP atau GCS. Jika pasien
E (Exposure)
Jika pasien stabil lakukan pemerksaan riwayat kesehatan dan fisik lainnya.
5) Pengkajina sekunder
Give comfort
Pada pasien dengan decompensasi cordis harus diberi posisi senyaman mungkin
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
baik atau composmetis dan akan berubah sesuai dengan tingkat gangguan yang
B1 (Breathing)
edema pulmonal akut. Crackles atau ronkhi basah halus secara umum terdengar
pada dasar posterior paru. Hal ini dikenalsebagai bukti kegagalan ventrikel kiri.
B2 (Blood)
Inspeksi
Pasien dapat mengeluh lemah, mudah lelah, dan apatis. Gejala ini
merupakan tanda dari penurunan curah jantung. Selain itu sulit berkonsentrasi,
defisit memori, dan penurunan toleransi latihan juga merupakan tanda dari
penurunan cuah jantung. Pada inspeksi juga ditemukan distensi vena jugularis
akibat kegagalan ventrikel ventrikel kanan dalam memompa darah. Dan tanda
yang terakhir adalah edema tungkai dan terlihat pitting edema (Muttaqin, 2012).
Palpasi
sistolik dapat ditemukan pada gagal jantung yang lebih berat. Selain itu pada
gagal jantung kiri dapat timbul pulsus alternans (perubahan kekuatan denyut
arteri).
Auskultasi
fisik yang berakitan dengan gagal jantung kiri adalah adanya bunyi jantung ke 3
Perkusi
atau kardiomegali.
22
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
statis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan. Selain itu
dapat terjadi hepatomegali akibat pembesaran vena di hepar dan pada akhirnya
menyebabkan asites.
B6 (Bone)
miokardial
glomerulus
C. Intervensi
1. Diagnosa 1
a. Hiperventilasi
e. Hipoventilasi sindrom
f. Nyeri
g. Kecemasan
h. Disfungsi Neuromuskuler
i. Obesitas
DS:
a. Dyspnea
b. Nafas pendek
DO:
d. Orthopnea
e. Pernafasan pursed-lip
NOC:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
pernafasan)
Intervensi
NIC:
f. Berikan bronkodilator :
25
…………………..
…………………….
2. Diagnosa 2
Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load
DO/DS:
b. Palpitasi, oedem
c. Kelelahan
l. Kecemasan
3. Diagnosa 3
Berhubungan dengan :
DO/DS :
Oliguria, azotemia
NOC :
Fluid balance
Hydration
27
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan
Intervensi
NIC :
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin)
Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi
....................................
Monitor elektrolit
4. Diagnosa 4
Berhubungan dengan :
DS:
Nyeri abdomen
Muntah
Kejang perut
DO:
Diare
Konjungtiva pucat
NOC:
c. Weight Control
29
indikator:
Albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Jumlah limfosit
Intervensi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
konstipasi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
5. Diagnosa 5
DS:
DO:
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaki)
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Intervensi
NIC :
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
I. Defenisi
yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan
klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang
yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai
hedaruratan
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit
untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.Triase di lakukan oleh
perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip triase,
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Dissability of Neurity)
E ( Ekspose)
c. Trise two-tier
d. Triase Expanded
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemberian obat
e. Triase Bedside
di tangani oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
Contoh:
- Gangguan pernapasan
memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih
stabil. Contoh :
• Fraktur multiple
• Fraktur femur/pelvis
• Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen
berat)
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat
mungkin.
36
Contoh :
- Fektur minor
- Luka minor
2. Kelas ii: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin)
4. Kelas iv: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
Tingkat contoh
Penghajian (PQRST)
a. Provokes (pemicu)
b. Quality (kualitas)
c. Radiation (penyebaran)
d. Severity (intensitas)
e. Time (waktu)
f. Treatment (penanganan)
a. Kebutuhan fisik
b. Tumbuh kembang
c. Psikososial
b. Kaji segera yang penting (HR, jika ada luka dep dengan segera)
h. Usia
i. Awitan
j. Misteri
XIII. Diagnosa
Tetapi perawat tetap harus mengkaji pasien secara berkala karena kondisi pasien
setiap waktu.
sesuai dengan keadaan pasien dan harus di laksanakan berdasarkan skal prioritas.
di utamakan dari pada kondisi luar pasien. Luka di wajah, leher dan dada yang
melakukan resusitasi pada saat dibutuhkan. Kaji cedera dan obstruksi jalan
nafas.
kepala
XVI. Evaluasi
Data Umum
Nama : Tn. P
Umur : 09 November 1953 (64 th)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : SWASTA
Alamat : Ds. Jasem Kec. Mojo Kab. Kediri
No. Registrasi : 348938
Diagnosa Medis : Decompensasi Cordis
Tanggal MRS : 11 Juli 2017
Tanggal Pengkajian : 11 Juli 2017 Pukul : 08.30
Bila pasien di IGD : 11 Juli 2017 Pukul : 08.25
Triage pada pukul : 08.25
Kategori triage : P2 (Yellow Zone)
Data Khusus
1. Subyektif
Keluhan utama (chief complaint) : Sesak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Memurut Ahency for Health Care Polcy and Research (Data Obyektif)
A. AIRWAY
Snoring (-) gurgling (-) stridor (-) wheezing (-) ronkhi (-) perdarahan (-) benda
asing (-)
B. BREATHING
Gerakan dada simetris, gerakan paradoksal (-) retraksi intercosta (-) retraksi
suprasternal (-) gerakan substernal (+) retraksi supraklavikular (+) retraksi
intraklavikular (+) gerakan diafragma normal
C. CIRCULATION
Akral hangat (+) basah (-) nadi lemah (+) CRT >2detik sianosis (-) perdarahan
(-)
D. DISABILITY/STATUS NEUROLOGI
Tingkat kesadaran :
Alert: sadar dan orientasi baik
GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15
Pupil: isokor
Reaksi terhadap cahaya : ya
C. Analisa elektrolit
Natrium : 125 (N : 136 - 145 mmol /1)
Kalium : 5,5 (N : 3,5 - 5,0 mml /1)
Clorida : 99 (N : 98 - 106 mmol /1)
Calsium : (N : 7,6 - 11,0 mg / di)
Phospor : (N : 2,5 - 7,07 mg / di)
Hbs Ag : Negatif (-)
G. GIVE COMFORT
Memberikan posisi semifowler, memberikan kebutuhan oksigen dengan
memberikan NRBM 10 lpm
H. HISTORY (MTVT)
M : Mechanism
I : Injuries Suspected
V : Vital sign on scene
T : Treatment received.........................................................................................
I. HEAD TO TOE ASSESSMENT
Kepala
Bentuk: normal, memar/contusio (-) luka babras/abrasi (-) luka
tusuk/penetrasi (-) luka bakar/burns (-) jejas/laserasi (-) bengkak/swelling (-)
rambut dan kulit kepala (bersih) grimace (+) battle’s sign (-)
45
Mata
Palpebra oedema (-) skelra (normal putih) konjungtiva (normal) pupil
(isokor) racoon eyes (-)
Hidung
Bentuk (normal) laserasi/jejas (-) epitaksis (-) nyeri tekan (-) pernafasan
cuping hidung (-), gangguan penciuman (-)
Telinga
Bentuk normal, othorhea (-) cairan (-) gangguan pendengaran (-) luka (-)
Mulut
Mukosa (lembab) luka (-) perdarahan (-) muntahan (+) 1 kali setengah jam
sebelum dibawa ke RS
Leher
Deviasi trakea (-) JVD normal (+) pembesaran kelenjar tiroid (-) deformitas
leher (-) contusio/memar (-) abrasi/luka babras (-) penetrasi/luka tusuk (-)
burns/luka bakar (-) tenderness/kekakuan (-) laserasi (-) swelling /bengkak (-)
pain/nyeri (-) instability (-) krepitasi (-)
Thoraks
Deformitas (-) contusio/memar (-) abarsi/memar (-) abrasi/luka (-)
penetrasi/luka tusuk (-) burns/luka bakar (-) laserasi (-) swelling/bengkak (-)
instability (-) krepitasi (-) gerakan paradoksal (-)
Paru-paru
Pola nafas (dispneau) perdarahan (-) suara nafas tambahan ronkhi (-)
wheezing (+) batuk (+) sputum (-)
Jantung
Iktus cordis teraba pada ICS 5 sinistra
Irama jantung reguler, bunyi jantung bawaan (gallop) nyeri dada (+) pulsasi
(kuat)
Abdomen
Jejas (-) nyeri tekan (-) distensi (-) masa (-) peristaltik usus (24x/menit) mual
(+) muntah (1x satu jam sebelum dibawa ke RS) pembesaran hepar (-)
pembesaran linen (-)
46
Ekstremitas
Deformitas (-) contuisio/memar (-) abrasi/luka babras (-) penetrasi/luka tusuk
(-) burns/luka bakar (-) tenderness/kekakuan (-) laserasi/jejas (-) swelling
/bengkak (Bengkak pada ekstermitas bawah) kontraktur (-) parese (-) plegi (-)
nyeri tekan (-) pulsasi (teraba) fraktur (-) krepitas (-)
Kulit
Turgor kulit baik, decubitus (-)
Pelvis/genetal
contuisio/memar (-) swelling /bengkak (-) perdarahan (-) instability (-)
krepitasi (-) kebersiha area genital (bersih) priapismus (-) incontinensia urin (-
) retensi urin (-)
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB /BAK
Aspilet 0-1-0
Allopurinol 3x1
L. PEMERIKSAAN PENUJANG
(.......................................................)
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
Cardiac output
DS : pasien mengatakan mengeluh
2 nyeri pada dada sebelah kiri tembus Nyeri Akut
kebelakang dan seperti tertimpa Koroner
benda berat
P : Nyeri timbul saat badan di buat
gerak Iskemi miocard
Q : Nyeri hilang timbul, nyeri terasa
seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri timbul menjalar dari dada Nyeri Akut
sebelah kiri tembus ke belakang
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri timbul saat badan di buat
gerak
DO : pasien tampak menunjukan
lokasi nyeri timbul dan raut wajah
50
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
08.50
2 11-07- S : Pasien
2017 Melakukan pengkajian nyeri mengatakan nyeri
secara komprehensif sudah berkurang
termasuk lokasi, O : pasien tampak
karakteristik, durasi, tidak merintih
frekuensi, kualitas dan faktor kesakitandengan
presipitasi sekala 4
Mengobservasi reaksi A : Masalah
nonverbal dari teratasi sebagian
ketidaknyamanan P : lanjut
Mengajarkan tentang teknik intervensi
non farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat atau dingin
Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
BAB IV
PEMBAHASAN
54
4.1 Pembahasan
Juli 2017 jam 08.25 WIB, tanggal/jam pengkajian 11 Juli 2017 jam 08.30
B. Asuhan Keperawatan
dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem
pulmonal antara lain : lelah, angina, cemas, oliguri. penurunan aktifitas gi,
kulit dingin dan pucat. Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik
dari ventrikel kiri, antara lain: dyppnea, batuk, orthopea, reles paru, hasil x-
pada 11 Juli 2017 jam 08.25 WIB. Riwayat penyakit sekarang pasien
dirumah mengalami sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri seperti ditusuk-
tusuk dan tertimpa benda berat. Pada saat datang di IGD RSUD Gambiran
Kota Kediri pasien mengalami sesak nafas dan nyeri pada dada sebelah kiri
odema pada extermitas bawah kanan dan kiri. Hasil pemeriksaan fisik pada
Tn. T adalah keadaan umum lemah, kesadaran compos metis, GCS 4-5-6,
TD: 180/80 mmHg, MAP: 113,3 mmHg, Nadi: 100 x/menit, RR: 35 x/menit,
Suhu: 36 oC, SpO2: 100 %, Reaksi cahaya: +/+, Pupil: isokor. Pada
tanggal 12 Juli 2017 Hb: 13,2 gr/dl, Leukosit 15,3 103/ml, Hematokrit 39,6 %,
trombosit 396 103/ml, hasil foto rongen di dapat hasil cardiomegali. Setelah
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, Nyeri akut b.d agen penyebab
disusun rencana keperawatan beserta tujuan dan kriteria hasilnya untuk setiap
yang paten, memonitor vital sign, memberikan alat bantu nafas NRBN 10
untukmengurangi nyeri.
diagnosa
pasien.
BAB V
PENUTUP
57
5.1 Kesimpulan
guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara
dada sebelah kiri seperti tertipa benda berat, sesak nafas, lemah. Tanda dan
gejala ini juga terdapat pada pasien Tn. P seperti nyeri dada sebelah kiri
5.2 Saran
dan tetap aktif bekerja sama dengan perawat dalam merawat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
59
Black J, Hawks JH. 2005. Medical Surgical Nursing: Clinical Management for
Positive Outcome Edisi 7 Volume I. Elsevier Saunders: University
Michigan
Hudak & Gallo. 2002. Keperawatan Kritis Edisi 4 Volume I. Jakarta: EGC
Lawrence, M et al. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Brunner &
Suddarth Jilid II Edisi 8. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
60