PENDAHULUAN
1
atau penyakit arteri, pembedahan dan trauma. Akut trombosis pada arteri
ekstremitas sering terjadi pada tempat plak ateroskerosis dan trombosis
mungkin juga terjadi di aneurisma arterial khususnya di arteri popliteal (The
New England of Medicine).
Fenomena ALI yang terjadi di lingkungan masyarakat terutama yang
dapat diidentifikasi di rumah sakit belum banyak diketahui. Pada populasi
umum insiden ALI : 1,5/ 10.000 per tahun (Mark E. Mitchel, Emile R.
Mohler, 2014). Menurut Mark A. Creager, John A. Kaufman dan Micheal S.
Conte (2012) angka kematian dan komplikasi pada pasien Acute Limb
Ischemia (ALI) adalah tinggi. Walaupun dilakukan revaskularisasi segera
dengan agen trombolitik atau pembedahan, amputasi terjadi pada 10-15%
pasien rawat rumah sakit dan mayoritas amputasinya diatas lutut dan kira-
kira 15-20% pasien meninggal setelah satu tahun terkena penyakit ALI dan
sering bersamaan dengan penyakit medis yang mempredisposisi ALI (The
New England Journal of Medicine).
Di Indonesia data angka kejadian ALI yang dapat diidentifikasi di
rumah sakit belum banyak diketahui. Kasus ALI di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita tercatat Pada tahun 2016 insiden ALI
sebanyak 164 kasus.
Berdasarkan data-data diatas maka kelompok 2 merasa tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan ALI
dan melaporkannya dalam bentuk makalah dengan judul ”Asuhan
Keperawatan Pasien Acute Limb Ischemia (ALI) Grade II-B Ekstremitas
Bawah di IGD Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita”.
2
b. Tujuan khusus
1. Mampu memahami konsep teori Acute Limb Ischemia (ALI)
2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Acute Limb
Ischemia (ALI)
3. Mampu merumuskan analisa data yang ditemukan pada pasien
dengan Acute Limb Ischemia (ALI)
4. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Acute
Limb Ischemia (ALI)
5. Mampu melakukan rencana asuhan keperawatan yang tepat terhadap
masalah pasien dengan Acute Limb Ischemia (ALI)
6. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan yang telah
direncanakan pada pasien dengan Acute Limb Ischemia (ALI)
7. Mampu melakukan evaluasi hasil-hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan pada pasien dengan ALI
8. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan ALI
3
c. BAB III mengenai tinjauan kasus, akan dibahas mengenai proses
perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien Acute
Limb Ischemia (ALI)
d. BAB IV pembahasan
e. BAB V kesimpulan dan saran
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Darah yang rendah kandungan oksigen dan tinggi CO2 yang berasal
dari sirkulasi sistemik dihantarkan melalui vena kava superior dan inferior
menuju atrium kanan masuk ke ventrikel kanan lalu dihantarkan melalui
arteri pulmonalis menuju ke paru untuk di oksigenasi kembali. Selanjutnya
darah yang telah kaya akan oksigen akan masuk melalui
vena pulmonalis menuju atrium kiri, lalu masuk ke ventrikel kiri
untuk dihantarkan menuju sirkulasi sistemik melalui pembuluh
aorta,demikian seterusnya.
6
darah kaya karbon dioksida, kecuali vena pulmonalis mengandung banyak
oksigen. Vena merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang elastis,
dan lubang pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini mempunyai
beberapa katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah.
c) Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai
perpanjangan arteri dan vena. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel
sehingga cairan tubuh zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui dinding
selnya. Selain itu, juga pertukaran oksigen, karbondioksida, zat-
zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan jaringan
yang ada disekeliling kapiler. Beberapa pembuluh darah kapiler mempunyai
lubang berukuran sempit sehingga sel darah dapat rusak jika melewatinya.
Diameter pembuluh darah inidapat berubah-ubah. kapiler dapat menyempit
karena pengaruh temperatur lingkungan yang rendah dan membesar bila ada
pengaruh temperatur lingkungan yang tinggi sertabahan kimia, sererti bahan
histamin. Meskipun ukuran arteriole dan kapiler lebih kecil dibandingkan
dengan arteri dan vena, tetapi jumlah volume darah secara keseluruhan lebih
besar di areriole dan kapiler. Volume darah di dalam kapiler 800 kali
volume darah di dalam arteri dan vena.
7
c. Tunika Adventitia : Adalah lapisan pemuluh darah paling terluar berupa
jaringan kolagen dan elastis. Lapisan ini berfungsi melindungi dan
menguatkan pembuluh darah dengan jaringan sekitarnya.
8
2.1.3 Anatomi Pembuluh Darah Ekstremitas
1. Arteri di abdomen
9
Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka menjadi arteri femoralis,
yang bergerak turun di sebelah anterior paha. Arteri femoralis mengalirkan
darah ke kulit dan otot paha dalam. Pada bagian bawah paha, arteri
femoralis menyilang di posterior dan menjadi arteri tibialis anterior dan
tibialis posterior. Arteri tibialis bergerak turun disebelah depan dari kaki
bagian bawah menuju bagian dorsal/ punggung telapak kaki danmenjadi
arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior bergerak turun menyusuri betis
dan kaki bagian bawah dan bercabang menjadi arteri plantaris di dalam
telapak bagian bawah.
3. Vena Tungkai
10
2.2 Acute Limb Ischemia (ALI)
2.2.1 Definisi
Menurut Society Consensus for the Management of Peripheral Arterial
Disease (TASC II) tahun 2007 ALI didefinisikan sebagai penurunan tiba-tiba perfusi di
ekstremitas yang menyebabkan ancaman potensial terhadap kelangsungan hidup
(viabilitas) jaringan waktu kurang dari dua minggu.
2.2.2 Etiologi
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab dari ALI:
1. Trombosis (terbentuknya trombus)
Faktor predisposisi terjadi trombosis adalah dehidrasi, hipotensi,
malignant, polisitemia, ataupun status prototrombik inheritan, trauma
vaskuler, injuri Iatrogenik, trombosis pasca pemasangan bypass
graft, trauma vaskuler. Gambaran klinis terjadinya trombosis adalah
riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya, tidak ada sumber terjadinya
emboli dan menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai bagian
distal.
2. Emboli (benda asing yang tersangkut di suatu tempat dalam sirkulasi
darah)
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau
miokard infark. Kasus lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli
adalah katup prostetik, vegetasi katup akibat peradangan pada
endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus DVT) dan atrial
myxoma (tumor jinak jantung). Aneurisma aorta merupakan
penyebab dari sekitar 10% keseluruhan kasus yang ada, terjadi pada
pembuluh darah yang sehat.
11
2.2.3 Tanda dan Gejala ALI
12
Gambar 2.2.1: Tanda dan gejala ALI
2.2.4 Faktor Resiko
2.2.6. Patofisiologi
Adanya sumbatan pada pembuluh darah arteri sehingga menyebabkan aliran
darah berkurang atau tidak ada aliran ke distal ekstremitas maka
mengakibatkan ischemic jaringan
13
.
2.3. Komplikasi ALI
14
Patoflow Ali
Embolektomi PIAT
Nyeri Penurunan sensoris Ggn
Penggunaan obat Trombolitik perfusi
paralisis parastesia jaringan
CEMAS perifer
Resiko Ggn Mobilitas
Perdarahan Fisik
Diagram 2.3.1patofisiologi acute limb ischemic
15
2.4. Pemeriksaan Penunjang
3. Pertahankan posisi kaki atau tangan sedikit lebih rendah dari pada
jantung
16
4. Hindari penekanan
b. Penatalaksanaan Lanjutan
17
Dosis pemberian trombolitik :
1) Infus
Bolus streptokinase 5000 U/jam biasanya 3 jam
18
sehingga trombus tertarik keluar lumen pembuluh darah. Prosedur diatas
diulangi sampai beberapa kali bila perlu.
b) Teknik Embolectomi secara bedah
dilakukan cutdown tepat pada pembuluh darah yang tersumbat,
kemudian trombus ditarik secara perlahan-lahan.
4.Kontra indikasi
absolut - Secara klinis adanya pendarahan yang aktif dan
signifikan
- Pendarahan intrakranial
- Adanya tanda-tanda kompartemen sindrom
relatif
Riwayat RJP 10 hari terakhir
- Pembedahan mayor non vaskular atau
trauma pada 10 hari terakhir
- Hipertensi tidak terkontrol >180 mmHg
sistolik atau >110 mmHg diastolik
- Tumor intrakranial
- Riwayat operasi mata yang masih baru
19
- Bedah saraf (intrakranial/ spinal) dalam 3
bln
terakhir
- Trauma intrakranial 3 bln terakhir
- Pendarahan gastrointestinal kurang dari
10 hari
terakhir
- Pendarahan internal yang masih baru
- Kegagalan fungsi hati biasanya pada
kasus dengan koagulopati
- Endocarditis bacterial
- Kehamilan dan status postpartum yang
masih
baru
- Pendarahan Retinopati diabetic
- Harapan hidup kurang dari 1 tahun
20
b. Keluhan Utama
Alasan pasien masuk atau datang kepelayanan kesehatan (difokuskan dalam
tanda dan gejala ALI : 6 P)
21
2.6.4. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi
jaringan
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro
muscular
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penggunaan obattrombolitik.
6. Risiko cidera b/d kelemahan pada tungkai, kerusakan jaringan, terapi dan
lain lain
22
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif, meliputi
penurunan sirkulasi arteri dan keperawatan diharapkan nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
oksigenasi jaringan dapat teratasi kualitas intensitas/beratnya nyeri, dan
1. mengontrol nyeri, dengan faktor predisposisi
kriteria 2. Observasi isyarat non verbal dari
a. mengenal faktor ketidaknyamanan.
penyebab nyeri 3. Gunakan komunikasi terapeutik kepada
b. mengontrol nyeri keluarga agar keluarga dapat mengetahui
c. tindakan pertolongan nyeri yang pasien rasakan.
non analgetik 4. Kolaborasi untuk pemberian therapy analgetik
d. menggunakana 5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
analgetik dengan tepat memperngaruhi respon klien terhadap
2. menunjukkan tingkat ketidak nyamanan (temperatur ruangan,
nyeri dengan kriteria: penyinaran, dan lain-lain)
a. ekspresi nyeri 6. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang
b. posisi melindungi nyaman
bagian tubuh yang nyeri
7. Ajarkan keluarga untuk pengunaan
c. kegelisahan
tekhnik non farmakologi
d. perubahan respirasi,
misalnya distraksi.
perubahan nadi dan
2
23
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi secara komprehensif sistem
keperawatan diharapkan sirkulasi pasien (misal periksa nadi
perifer berhubungan dengan
gangguan perfusi jaringan perifer, edema, pengisian kapiler, warna
penurunan suplai oksigen
dapat teratasi dan suhu ekstemitas)
kejaringan perifer
Kriteria hasil: 2.Kaji dan catat adanya penurunan fungsi sensorik
dan motorik
1. Denyut nadi teraba kuat
3. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi
2. Kulit berwarna kemerahan
4. Lindungi ekstremitas terhadap adanya
3. Suhu ektremitas hangat
cidera
5. Ajarkan klien/keluarga untuk
menghindari suhu yang ektreme pada
ekstremitas
7. Rendahkan ektremitas untuk meningkatkan
sirkulasi arteri yang tepat
24
3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat fungsional pasien terhadap aktifitas
keperawatan diharapkan 2. Bantu ADL pasien
berhubungan dengan kerusakan
2. Dekatkan keperluan pasien
gangguan mobilitas fisik dapat
neuromuscular akibat penurunan
3. Ajarkan ROM aktif dan pasif
teratasi
suplai oksigen ke jaringan yang 3. Rubah posisi pasien secara berkala dan
25
5 Cemas berhubungan dengan kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan klien
pengetahuan tentang penyakit, kondisi keperawatan diharapkan cemas 2. Informasikan dan jelaskan tentang penyakit,
dan program pengobatan. dapat teratasi dalam jangka waktu kondisi dan program pengobatan.
1x24 jam 3. Libatkan keluarga dalam melakukan asuhan
Dengan criteria hasil keperawatan.
Ekspresi wajah rileks 4. Berikan lingkungan yang tenang
Klien mengatakan cemas berkurang
Klien mengerti dan koperatif dalam
pemberian terapi
Tabel 2.6.5 perencanaan keperawatan
26
2.6.6 Implementasi Keperawatan
27
perkembangan pasien, mengintrepetasikan perkembangan pasien,
membandingkan data keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
dengan kriteria pencapaian tujuan yang ada telah ditetapkan, mengukur dan
membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang
berlaku.
a. Tujuan tercapai, tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan
kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian, tujuan tercapai sebagian adalah bila
pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan
hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
c. Tujuan sama sekali tidak tercapai, tujuan sama sekali tidak tercapai
jika pasien menunjukkan perubaha perilaku perkembangan
kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. identitas
1) Nama : Ny.S
2) No. RM : 2015-39-91-07
3) Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15-10-1964
4) Alamat :
Pondok bahar permai no 27 RT 01 RW
06 cileduk
5) BB/TB : 42kg/160cm
6) Pendidikan : Sarjana
7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8) Agama : Islam
9) Tanggal masuk RS : 30 Maret 2017 jam : 13.28
10) Tanggal Pengkajian : 30 Maret 2017 jam :14.00
11) Diagnosa Medis : ALI STAGE II B TUNGKAI KIRI
12) Dokter Penanggung jawab : dr. ISMOYO SUNU, Sp JP
b. Keluhan Utama: Nyeri ibu jari kaki kiri sampai ke betis kaki kiri.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk IGD Rumah Sakit Jantung dan pembuluh Darah Harapan
Kita (RSJPDHK) pada tanggal 30 Maret 2017 jam 13.28 WIB dengan
keluhan nyeri di ibu jari kiri sampai ke betis kaki kiri. Pasien mengatakan
rasa nyeri dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk RS. Nyeri dirasakan seperti
teriris-iris, skala nyeri 8 dari 0-10 skala nyeri. Keluhan tersebut dirasakan
tiba-tiba, pasien tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Pasien
29
dianjurkan rawat inap dan akan dilakukan tindakan untuk mengobati
kakinya sehingga pasien merasa cemas karena kurang memahami tindakan
yang akan dilakukan padanya.
f. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Pasien tampak meringis menahan nyeri, tidak tampak sesak, kesadaran
compos mentis
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 84/56 mmHg
30
2) Nadi : 63 x/menit (arteri radialis)
3) Suhu tubuh : 35,6oC (axila)
4) Pernafasan : 18x/menit
c. Saturasi O2 : 100% pada tangan kanan, 100%
pada tangan kiri, 90% pada kaki kanan, pada
kaki kiri saturasi tidak terukur
d. Pemeriksaan kepala
1) Raut muka ; bentuk muka bulat, ekspresi tampak meringis.
2) Mata ; konjungtiva tidak anemis, sklera tidak tampak ikterik,
tampak reflek kornea terpejam pada saat distimulus kasa (Nervus V:
trigeminus), pergerakan bola mata ke lateral (Nervus VII: fasialis),
ke bawah nasal (Nervus IV: troklearis), ke atas dan medial (Nervus
III : okulomotor), pandangan baik
3) Hidung ; bentuk simetris, tidak tampak peradangan membran
mukosa seperti kemerahan dan sekret, reflek penciuman (Nervus I:
olfaktorius) dapat membedakan aroma makanan dan kayu putih
4) Pipi ; warna sesuai warna kulit pasien sawo matang
5) Mulut ; papila lidah warna merah muda (normal), mukosa lidah
tidak menebal, bentuk simetris, pengecapan dapat membedakan rasa
manis dan asin pada makanan yang disajikan
6) Bibir ; kelembaban cukup, warna merah muda
7) Telinga ; bentuk dan kedudukan daun telinga kanan dan kiri
simetris, lubang telinga tampak bersih dan tidak tampak tanda-tanda
peradangan, kemampuan pendengaran baik (Nervus VIII:
vestibulokoklearis)
e. Pemeriksaan leher
31
1) Tekanan vena jugularis ; pengembangan vena normal setinggi
manubrium sterni
2) Arteri karotis ; pada saat palpasi berdenyut normal simetris kanan
dan kiri, tidak terdengar bruit pada saat auskultasi
3) Kelenjar tiroid ; bentuk simetris pada kedua sisi leher kanan dan
kiri, tidak tampak pembesaran/pembengkakan
4) Trakea ; kedudukan ditengah, tidak terasa tertarik kebawah pada
tiap denyut jantung (tidak ada tanda oliver)
32
Bentuk prekordium normal tampak melalui kedua belah dada
berbentuk simetris, tidak tampak penonjolan pada interkostalis dan
tidak tampak denyutan vena di dada dan punggung
b) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada dinding dada, tidak teraba
denyutan jantung abnormal, dan tidak teraba gerakan abnormal
pada trakea dan laring
c) Perkusi
Terdengar redup di sekitar lapang jantung
d) Auskultasi
Bunyi jantung terdengar S1 dan S2. Tidak terdengar adanya bunyi
jantung tambahan.
h. Pemeriksaan abdomen
Tidak tampak asites, tidak teraba adanya distensi lambung, tidak ada
nyeri tekan maupun nyeri lepas di semua kuadran abdomen, bentuk
simetris, tidak ada bekas luka operasi ataupun trauma, bising usus
terdengar 10x/menit (normal)
i. Pemeriksaan ekstremitas
1) Inspeksi
Pada ekstremitas atas tidak tampak adanya kelainan. Pada
ekstremitas kanan bawah juga tidak tampak adanya kelainan. Pada
ekstremitas kiri bawah tidak ditemukan adanya edema, warna kulit
pucat,kebiruan dari mulai betis sampai dengan punggung kaki,
sianosis pada jari-jari kaki (ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan
33
jari kelingking). Pasien tidak dapat menggerakan jari-jari kaki
kirinya, akan tetapi pasien tampak mampu mengangkat kaki kanan
tanpa bantuan juga tangan kanan dan kiri tanpa bantuan.
34
Aspek dinilai Kaki kanan Kaki kiri
Nadi dorsalis pedis Kuat Tidak teraba
Nadi tibialis posterior Kuat Tidak teraba
CRT < 2detik Tidak terukur
Suhu Hangat dingin
Warna Kemerahan Pucat dan kebiruan
Sensorik Baik Tidak merasakan rabaan
Motorik Tidak terganggu Tidak dapat
menggerakkan jari, lemas
Tabel 3.1pengkajian ektremitas bawah
Pengkajian ekstremitas bawah tanggal 30 maret 2017
j. Pemeriksaan Penunjang
A.Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
NO Pemeriksaan
31-03-2017 01-04-17 02-04-17 Nilai Rujukan
1 Haemoglobine 8,3 g/dl 10,3g/dl 8,7g/dl 11-14,7
2 Hematokrit 29,9% 26,8% 25,1% 40,1-51
3 Eritrosit M/uL M/uL 4,63-6,68
4 Leukosit 8400 K/uL 9680 K/uL 9360K/uL 3170-8400
5 Trombosit 460 340 267 167-390
6 CRP mg/L - <5
7 Kalium 3,2 3,5-5,1
8 Natrium 137 136-145
9 Chlorida 98-107
10 Ca 1,98
11 GDS
35
12 APTT 32,2 25,4 26,2-34,2
38,8-
27.0-36.6
Gambar3.1.2 ekg
Irama Pacing Rithm, HR 67 X/ menit, Axis: RAD
C. ECHO tanggal
36
TD 93/57 (MAP 66), EF 18 %,TAPSE: 1,48, CO: 3, 07 L/mnt, LVOT
Diameter 2 cm, SV: 49,612, SVR : 1511
Kesan: Volum dapat isi, SV:cukup, CO kurang
37
Gambar 3.1.3 MSCT
. Hasil pemeriksaan MSCT Aorta dan femoralis didapatkan, kesimpulannya
sebagai berikut:
adanya oklusi total ec trombus mulai dariaorta distal bifurcation iliaca
sampai arteri iliaca communis, ateri iliaca ekterna et.intrna bilateral
Femoralis komunis bilateral flow kontras positive ec kolateralisasi dari
SMA dan IMA, serta arteri peritoneal lateral bilateral
Pnemonia dan fibrosis di basal paru kiri
Kista ovarium kiri (infected ovarial cyst) DD/ Neoplasma ovarium kistik
38
k. Terapi di UGD
Di UGD pasien mendapat terapi Candesartan 1x 8 mg, Concor
1x1,25mg, Furosemide 1 x 40mg, simarc 1x2mg, Paracetamol 3 x 500 mg,
Spironolactone 1 x 25 mg, Impepsa 3 x CI, Laxadine 1x 1CI, Diazepam 1 x 5
mg, Pethidin 12,5 mg (extra iv bila nyeri).
9. Analisa Data
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS:. Nyeri berhubungan dengan penurunan
Pasien mengatakan kakinya nyeri
sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan
seperti diiris-iris
DO: perifer
Eksperi wajah meringis
Skala nyeri 8 (0-10)skala nyeri
Terdapat prilaku memproteksi
daerah yang nyeri.
39
DO: dengan gangguan neuro muskular
Kaki kiri tidak bisa digerakkan
ADL di bantu oleh anaknya
Pasien lebih banyak duduk dan
berbaring di bed
40
3.3 Perencanaan Keperawatan
41
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji tingkat fungsional pasien terhadap aktivitas
keperawatan selama 2x24jam
dengan gangguan neuromuskular 2. Ajarkan ROM aktif dan pasif
diharapkan gangguan mobilitas
3. Anjurkan miring kanan dan kiri untuk mence-
fisik teratasi.
gah dekubitus
4. Bantu pemenuhan ADL
Kriteria hasil:
5. Dekatkan keperluan pasien
Pasien mampu mobilisasi dengan
baik secara bertahap
Tonus otot baik
1. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan:
4. Resiko perdarahan berhubungan denganSetelah dilakukan tindakan hematuri, perdarahan gusi, perdarahan
Penggunaan obat trombolitik keperawatan selama 2x 24 jam
ditempat tusukan
diharapkan perdarahan tidak terjadi.
2. Observasi tanda-tanda vital : TD, HR,
Kriteria Hasil
RR
Tidakada tanda-tanda
perdarahan:hematuri, 3. Observasi pemberian obat trombolitik
perdarahan gusi,
4. Pantau produksi urin dan perdarahan gusi
dan perdarahan di tempat
5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
tusukan
Tanda-tanda vital dalam PT/APTT dan pertahankan nilai
batas normal
PT/APTT dalam batas normal selain itu
Nilai PT/APTT dalam batas
cek Hb
normal
42
5
Cemas b.d persiapan tindakan medis Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan lingkungan yang tenang
keperawatan delama 1x24jam
2. Informasikan prosedur tindakan yang akan
diharapkan cemas teratasi
dilakukan
Kriteria Hasil :
3. Libatkan keluarga dalam perawatan
Ekspresi wajah rileks
Klien kooperatif dalam tindakan
43
3.4 Implementasi Keperawatan
44
31-3-2017 6. memposisikan kaki lebih rendah dari kepala S : Pasien mengatakan kaki masih nyeri dan lemas
08.00-20.00 Pasien mengatakan mengerti dan tahu tentang tindakan
7. Membantu ADL pasien
medis yang akan dilakukan
8. memberikan lingkungan yang kondusif agar pasien
dapat beristirahat.
O : Skala nyeri 6 (0-10)
9. membantu pasien mendapatkan posisi yang nya-
pasien mau mencoba teknik distraksi dan relaksasi,
man
pasien tampak lebih rileks, tidak terdapat edema
10. Memposisikan pasien miring miri dan kanan se-
diekstremitas, warna kulit kaki kiri kebiruan dan
cara bergantian.
ujungjari hitam,
11. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
Tangan kanan 100% 100% tangan kiri
12. Kolaborasi dalam persiapan tindakan PIAT
Tangan kiri 90% tidak terukur kaki kiri
13. Memnatau tanda-tanda perdarahan setelah
tindakan PIAT
Nadi radialis kanan 5 5 nadi radialis kiri
14. Kolaborasi dalam pemantauan hasil lab PT APTT
Hb nadi dorsalis pedis kn 3 - nadi dorsalis pedis kr
15. memberikan lingkungan yang tenang
16. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien pasien sudah disiapkan untuk tindakan PIAT, informed
consent + TD 98/70mmhg HR 67x/menitRR 16x/mnt
selama jam besuk
suhu 36.
Pasien nyaman dengan posisi setengah dudukdan kaki
kiri ditekuk
Hasil lab
A : Masalah belum teratasiHb8,39 aptt38,8
45
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Menurut Trans Atlantic Inter-Society (TASC) tahun 2007, tanda dan gejala
ALI yang disebut “5P+1P” yaitu : Pain/ Nyeri, Pulselessness/ Tidak Ada
Nadi, Pallor/ Pucat (mottle), Paresthesia/ Baal, Paralysis/ Kelumpuhan, dan
46
Perishingly Cold/ dingin. Nyeri awal yang dirasa oleh pasien mencapai
skala 8 dari0-10 skala nyeri. Perawat kemudian melakukan pengkajian ulang
secara komprehensif. Dari hasil pengkajian ditemukan bahwa ada
perubahan warna pada tungkai kiri mengalami kebiruan, hitam pada ujung
jari, teraba dingin, dan nadi dorsalis pedis kiri tidak teraba serta tungkai kiri tidak
bias digerakkan. Dimana tanda-tanda vaskularisasi ke ekstremitas tersebut tidak
adekuat. Hasil pemeriksaan MSCT Aorta dan femoralis didapatkan,
kesimpulannya sebagai berikut:
Adanya oklusi total ec trombus mulai dari aorta distal bifurcation iliaca
sampai arteri iliaca communis, ateri iliaca eksterna et.intrna bilateral
Femoralis komunis bilateral flow kontras positive ec kolateralisasi dari
SMA dan IMA, serta arteri peritoneal lateral bilateral
Pnemonia dan fibrosis di basal paru kiri
Kista ovarium kiri (infected ovarial cyst) DD/ Neoplasma ovarium kistik
Ali yang terjadi pada pasien Ny S tergolong Ali stadium II B karena perfusi
jaringan tidak memadai,ada kelemahan otot ekstremitas dan kehilangan sensasi
pada ekstremitas dan diindikasikan untuk dilakukan tindakan revaskularisasi
untuk melindungi organ dari kerusakan.
Trombus adalah bekuan darah yang menempel di dinding vaskular,
Trombus ini terbentuk kemungkinan karena pasien memiliki riwayat irama
jantung Atrial Fibrilasi dulu dan tidak mendapatkan terapi anti koagulan,
thrombus yang terbentuk di atrium kiri tersebut kemudian terlepas ke ventrikel
kiri dan mengalir ke aorta dan menyumbat di aorta distal bifurcation iliaca
sampai arteri iliaka communis, arteriiliaca eksterna dan interna bilateral
sehingga menghambat aliran darah ke ekstremitas bawah dan timbullah ALI.
47
penekanan, hindari temperatur yang ekstrim (dingin memicu vasospasme,
panas meningkatkan metabolisme), Segera beri antikoagulan dengan
heparin/
LMWH untuk mencegah bekuan lebih lanjut, Analgetik yang tepat, Beri
oksigen (Oxygen inhalation), dalam penatalaksaan yang telah dilakukan
adalah menghindari penekaanan area ektremitas yang menglami ALI,
menghindari temperatur yang ekstrime, pemberian heparin.
48
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen ke
jaringan perifer. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuro muscular.dan
resiko perdarahan berhubungan dengan pemberian terapi
antikoagulan.Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit,kondisi dan program pengobatan. Inti dari pemilihan 5 diagnosa
keperawatan diatas adalah mengatasi nyeri pasien dengan mengajarkan
teknik distraksi dan relaksasi dan kolaborasi pemberian analgetik, mengatasi
ketidakefektifan perfusi yang ditandai adanya trombus, mengatasi gangguan
mobilitas fisik dengan mengajarkan ROM aktif pasif untuk mencegah
menurunnya tonus otot dan membantu ADL, mengobservasi perdarahan
yang menjadi efek samping tindakan, jika terdapat tanda-tanda perdarahan
haruslah ditindak lanjuti. Mengatasi cemas b.d persiapan tindakan medis dengn
memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan dan melibatkan
keluarga dalam proses perawatan.
49
mengatakan sudah tidak cemas karena sudah mengetahui tindakan medis yang
akan dilakukan.
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penanganan cepat pada pasien yang telah terdiagnosa akut limb
iskemik merupakan titik awal keberhasilan. Pada pasien kelolaan kami
karena kasus ALI nya cepat terdeteksi. Tim medis bisa melakukan intervensi
secara tepat dan cepat sebelum fase akut terlewati yaitu 14 hari ada
perubahan dari 6 P (Pain/ Nyeri, Pulselessness/ Tidak Ada Nadi, Pallor/
Pucat (mottle), Paresthesia/ Baal, Paralysis/ Kelumpuhan), dan Perishingly
Cold.
Peran perawat dalam menangani pasien ALI sangatlah penting.
Dengan mengenal tanda dan gejala ALI yang cepat, yaitu dengan pemantauan
6P serta keputusan keluarga yang kooperatif sangat mempengaruhi
tingkat keberhasilan terapi. Perlu adanya kolaborasi dengan berbagai bidang
dalam mengatasi ALI seperti bidang medis untuk terapi, radiologi sebagai
pemeriksaan penunjang, rehabilitasi dalam pemulihan paska revaskularisasi.
Berdasarkan literatur, kasus ALI banyak terjadi belakangan ini namun
karena keterbatasan literature sehingga masih banyak kekurangan dalam
studi kasus ini. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya studi kasus ini
semua pihak dapat terinspirasi untuk meneliti tentang kasus
ALI.
5.2 Saran
Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pelayan
keperawatan pada pasien dengan ALI, maka kelompok ingin menyampaikan
beberapa pemikiran yang dituangkan dalam bentuk uraian sebagai berikut :
51
1. Untuk rekan-rekan perawat
a. Sebaiknya perawat mampu melakukan pengkajian secara
komprehensif pada pasien yang dicurigai adanya tanda-tanda ALI.
b. Perawat harus memahami tentang penatalaksanaan terapi pada pasien
ALI secara komprehensif serta dampaknya jika kasus ALI tidak secara
tepat dan tepat diatasi.
c. Perawat bisa menjadikan kasus ALI sebagai bahan untuk penilitian lebih
lanjut karena sampai saat ini masih jarang ditemui literatur kasus ALI
52
53