MODUL PERKULIAHAN
W042100028 – Etika
Filsafat dan
Komunikasi
Abstract Kompetensi
Etika Socrates dan Etika dan Filsafat Mampu memahami dan menjelaskan
Dalam Relasi Subyek Dengan Dirinya Etika dan Filsafat Dalam Relasi Perilaku
Sendiri Interpersonal
06
Fakultas Ilmu Komunikasi Ilmu Komunikasi W042100028 Tim Dosen
Meden Agan”
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita
sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran,
fisika, matematika, dan lain sebagainya. Umat manusia lebih dulu memikirkan dengan
bertanya berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti
akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yng merupakan
pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.
Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran
pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
Kalimat yang pernah diucapkan oleh Socrates “Gnothi Seauton!” yang bermakna
“Kenali dirimu sendiri”. Gnotie Seauton, dalam hal ini, menunjukkan sebuah kepentingan
kemanusiaan yang bersifat fundamental dalam hal memahami dan mengerjakan pikiran,
yang merupakan salah satu ciri keberadaan yang khas manusia itu. Intinya pada analisis diri
dan pemahaman diri untuk mencapai pengetahuan dan tingkah laku yang lebih baik.
Manusia, melalui pengetahuannya itu, memperoleh keuatan, tanggung jawab, kesadaran
bati, kematangan ,pemikiran atau intelektual dan rasa percaya diri untuk membangun dirinya
sebagai makhluk beradab yang makin matang (dewasa), tahu diri, dan berendah hati.
Salah satu cara mempelajari filsafat dapat dilakukan secara sistematis, yakni
mempelajari isi pembahasan filsafat dengan membuat sistematika terhadap masalah-
masalahnya. Dan sistematika filsafat dapat disusun menurut jenisnya yang dikaitkan dengan
cabang-cabang filsafat yang mengkajinya. Ada tiga jenis masalah filsafat yang utama, yaitu
keberadaan, pengetahuan dan nilai.
Cara yang dilakukan Sokrates adalah untuk membantah ajaran kaum Sofis yang
mengatakan bahwa ‘kebenaran yang sebenarnya tidak akan tercapai’. Oleh karena itu, tiap-
tiap pendirian dapat dibenarkan dengan jalan ‘retorika’. Apabila orang banyak sudah setuju,
maka dianggap sudah benar. Dengan cara begitu pengetahuan menjadi dangkal. Cara inilah
ysng ditentang Sokrates. Tanya jawab adalah jalan untuk memperoleh pengatahuan. Itulah
permulaan dialektik. Dialektik asal katanya dialog, artinya bersoal jawab antara dua orang.
Ia selalu berkata, yang ia ketahui hanya satu, yaitu bahwa ia tidak tahu.
Karena Sokrates mencari kebenaran dengan cara Tanya jawab, yang kemudian
dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya adalah metode induktif dan
definisi. Induksi yang dimaksudkan Sokrates adalah memperbandingkan secara kritis. Ia
tidak berusaha mencapai yang umumnya dari jumlah satu-satunya; ia mencari persamaan
dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi. Begitulah Sokrates mencapai pengertian.
Dengan melalui induksi sampai pada definisi. Definisi yaitu pembentukan pengertian yang
bersifat dan berlaku umum. Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan
pengertian. Model mencari kebenaran dengan cara berdialog atau Tanya jawab tersebut,
tercapai pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.
Di samping itu ada istilah lain yang berkaitan dengan moral, yaitu norma. Norma
berarti ukuran, garis pengarah, aturan, kaidah pertimbangan dan penilaian. Norma adalah
nilai yang menjadi milik bersama dalam suatu masyarakat yang telah tertanam dalam emosi
yang mendalam sebagai suatu kesepakatan bersama (Charis Zubair: 20) Norma ada
beberapa macam: norma sopan santun, norma hukum, norma kesusilaan (moral), norma
agama. Masing-masing norma ini mempunyai sangsi. Fenomena yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia dewasa ini adalah bahwa masyarakat hanya takut pada norma
hukum yang mempuyai sangsi yang jelas dan tegas yang pelaksanaannya berdasarkan
kekuatan memaksa. Sedang norma moral yang pelaksanaannya berdasarkan kesadaran
sebagai manusia, tidak ada sangsi yang nyata mulai ditinggalkan.
Esensi pembeda antara manusia dan makhluk lain adalah pada aspek moralnya.
Pada moral-lah manusia menemukan esensi kemanusiaannya, sehingga etika dan moral
seharusnya menjadi landasan tingkah laku manusia dengan segala kesadarannya. Ketika
norma moral (moralitas) tidak ditakuti/dihargai maka masyarakat akan kacau. Moralitas
mempunyai nilai yang universal, dimana seharusnya menjadi spirit landasan tindakan
manusia. Norma moral muncul sebagai kekuatan yang amat besar dalam hidup manusia.
Norma moral lebih besar pengaruhnya dari pada norma sopan santun (pendapat
masyarakat pada umumnya), bahkan dengan norma hukum yang merupakan produk dari
penguasa. Atas dasar norma moral-lah orang mengambil sikap dan menilai norma lain.
Norma lain seharusnya mengalah terhadap norma moral. (Magnis Suseno: 21) Thomas
2021 Etika dan Filsafat Komunikasi
4 Tim Dosen
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Aquinas berpendapat bahwa suatu hukum yang bertentangan dengan hukum moral akan
kehilangan kekuatannya.
Mufid, Muhamad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta : Prenada Media