Anda di halaman 1dari 3

Sang Nona

Pagi itu sama seperti pagi yang sudah-sudah. Aku duduk di depan pintu dapur rumah
putih yang megah. Biasanya seseorang perempuan separuh baya akan memberiku sepiring
nasi beserta beberapa sisa lauk dari rumah megah itu. Ya, seperti biasanya aku mendapatkan
itu. Bukan hanya tentang makanan yang kuharapkan dari rumah besar itu, aku akan
menunggu pujaan hatiku, setiap ia akan keluar dengan wangi lembut dan manis seolah-olah
aku dapat merasakannya di lidahku. Kulitnya yang putih bersih, seakan membuatku tak rela
matahari menyentuh indahnya. Aku benar-benar kasmaran.

Dia adalah anak pemilik rumah itu, Kiara Namanya, sama indahnya dengan gadis
itu. Aku hafal betul jadwal perempuan muda itu, di pagi hari setelah aku selesai makan, ia
akan pergi keluar dari rumah. kemudian di sore hari ia kan pulang dengan membawa
banyak buku di pelukannya. Selanjutnya aku akan memanjat tangga menuju loteng rumah
itu, untuk melihat gadis cantik itu dan buku-bukanya di balkon kamarnya. Itu sore yang
selalu indah. Aku akan melihatnya hingga matahari selesai bertugas, karena selepas itu
nona cantik itu akan Kembali menggendong buku-bukunya masuk ke dalam biliknya.
Selesai sudah pemandangan indah itu, tapi aku akan Kembali lagi besok.

Pagi ini, ia tampak berbeda dari biasanya pipinya yang putih terlihat lebih merah,
bibirnya yang biasanya merah muda terlihat lebih tua warnanya, tapi itu membuatnya tetap
indah walaupun aku lebih menyukai ia tanpa hal-hal aneh itu di wajahnya. Ia tampak
begitu Bahagia hari itu. Namun ada yang aneh, aku tidak pernah melihatnya lagi di pagi
hari, bahkan setelah aku menunggu sampai surya tiba dipuncak singgahsananya pun sang
nona tak kunjung keluar. Tapi aku tidak kehabisan akal, ternyata sang nona sudah duduk
indah dengan buku-bukunya di balkon rumah. Aku bisa memandanginya dari pucuk loteng
lebih lama.

Kini aku memiliki jadwal tetap, aku tidak akan menunggu di depan pintu dapur
lagi, setelah makan aku harus bergegas menuju loteng agar tidak kehilangan momen-
momen indahku. Sampai suati hari balkon itu kosong tanpa gadis cantik tersebut, sampai
aku terjaga dari tidur yang tidakku sadari entah dari kapan gadis itu tetap nihil. Dengan
gusar aku harus turun dari loteng tersebut.

Aku berharap pagi ini setelah aku makan seperti biasnya aku akan melihat sang
nona, dan benar saja sang nona keluar rumah, tapi kali ini ia membawa begitu banyak
benda yang dibawanya, dan tak seperti biasanya ia juga bersalaman dengan wanita paruh
baya yang memberiku makan setiap pagi. Kemana ia akan pergi? Apa akan ayang akan
terjadi?. Ternyata benar saja hari itu terakhir aku melihatnya, ia tak lagi pulang ke rumah
megah itu, balkon biliknya hanya berisikan dua buah kursi tanpa badan diatasnya, kemana
nona pujaan hatiku pergi?.

Hari-hariku menjadi hitam dan putih, aku hanya menghabiskan makananku seperti
biasanya, lalu berkeliling rumah putih besar tersebut berpapasan dengan beberapa orang-
orang yang biasanya. Bersama sang nona, sembari berharap, kembalilah. Aku semakin
menua, tubuhku terus membesar dan sulit untuk digerakkan disaat-saat tertentu. Tapi
memanjat tangga menuju loteng tak pernah menjadi hal yang sulit bagiku walaupun aku
hanya meratapi balkon kosong sambil beberapa saat aku memejamkan mata. Tanpa aku
sadari aku merindukannya dan benar-benar berharap ia mengetahuinya.

Pagi selanjutnya aku seperti biasa makan di pintu dapur rumah itu. Tapi
pemandangannya sedikit berbeda, wanita paruh baya itu terlihat begitu sibuk, dan
terdengar beberapa kali meyebutkan nama “Kiara”, apakah ia akan kembali?, aku selalu
berharap begitu. Siang itu dari loteng aku melihat wanita paruh baya itu tengah berbenah di
balkon sang nona. Sekali lagi bertanya, apakah ia akan kembali? aku selalu berharap
begitu. Dan kali ini aku akan membiarkannya mengetahui aku benar-benar ingin menjadi
miliknya.

Lagi-lagi seperti biasa sehabis makan di pintu dapur aku memilih untuk beranjak
memanjat loteng, tapi tiba-tiba saja seorang perempuan datang dan membuat seisi rumah
keluar menyambutnya. Itu sang nona. Bukan main senangnya karena penantianku tidak sia-
sia. Ia benar-benar pulang. Untuk kali ini aku tidak akan membiarkannya hilang tanpa
mengetahui bahwa akulah pencintanya, pengagumnya, dan berharap menjadi miliknya.
Tapi harus bisa mempersiapkan diriku sangat-sangat siap. Namun di sisi lain aku sadar aku
bukan siapa-siapa, apakah bisa sang nona yang begitu sempurna menerimaku dan
menjadikanku miliknya.

Tidak, kali ini aku tidak akan kehilangan Nona Kiara lagi, aku harus berani, aku
akan memperjuangkan pujaan hatiku, sebelum aku semakin tua dan semakin sulit untuk
memajat loteng karena itu lah salah satu jalan yang kumiliki. Dan hari ini akan menjadi
puncaknya. Nona Kiara aku akan datang untukmu. Benar saja aku memanjat loteng siang
itu, aku mengambil ancang-ancang untuk melompat ke balkon itu, dan aku disana,
ditempat yang selalu tampak indah dengan sang nona di sana. Tepat saat itu pintu bilik
nona terbuka lebar, aku benar-benar bisa melihatnya di depan mataku, gerakan tubuhnya
begitu indah ketika ia sedang melipat pakaiannya, aku hampir melupakan tujuanku, dan
merasa cukup dengan hanya memandanginya.
Tapi, sekali lagi tidak! Aku sudah kadung datang ke sini, dengan perlahan aku
berjalan memasuki bilik yang tak kalah indah dengan sang nona. Aku memberanikan
diriku untuk memanggil namanya dengan selembut mungkin, seketika ia menoleh dan
terkejut , aku sudah menduga ekspresi itu dan itu tetap indah di tangkapan mataku, sekali
lagi aku memanggilnya dengan lembut, tapi kali ini ia menjauh dan dengan panik berteriak
“Bi Asih, tolong, Bi!” Berkali-kali ia menyebut nama itu dan bersiap berlari. Bodohnya
aku terlalu gegabah mendekat pada tubuh indahnya, ia memekik dan seketika wanita paruh
baya itu datang dan mengusirku keluar dari bilik itu “hush hush hush, kok bisa masuk
kesini sih?”. Aku masih berupaya memanggil nonaku kali ini dengan sedikit keras, tapi
yang terjadi adalah wanita paruh baya itu itu mengangkat tubuhku sambil berkata “sudah
jangan ganggu Nona Kiara, dia takut kucing”

Nama : Salna Debby Putriyan

NIM. : 21210141025

Anda mungkin juga menyukai